DISUSUN OLEH:
Dokter Muda RSUD Moh. Saleh, Probolinggo
Kelompok H2 :
Putu Desita Devi S. (20710039)
Kelompok G2:
Ni Putu Christina A. (20710012)
Safira Rizky Octaviana (20710018)
Adex Wahyu Artha F. (20710072)
Dwi Putri Wulandari (20710026)
I Dewa Putu Gede A. (20710050)
Nabillaturrahmah (20710044)
Made Wismaya Sidharta (20710113)
I Putu Bagas Ananda (20710117)
I kadek Mande Dwiky A. (20710116)
PEMBIMBING:
dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan rahmatnya
lah penulis dapat menyelesaikan tugas Referat Forensik sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian di bidang Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal dalam
menyelesaikan Pendidikan dokter muda di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. dr. H.Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H selaku Kepala Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
3. dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H selaku pembimbing di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril, materil, maupun
spiritual.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat bermanfaat
untuk dokter muda yang melaksanakan kepanitraan klinik pada khususnya, serta
masyarakat pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................i
Lembar Pengesahan...............................................................................v
iii
4.2. Pemeriksaan Bercak Darah......................................................16
4.12. Pneumothorax........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 31
LEMBAR PENGESAHAN
iv
Kelompok : A2,E2,G2,H2 DM RSUD Moh.Saleh Probolinggo
Fakultas : Kedokteran
Disetujui Oleh :
v
BAB I
FORENSIK KLINIK
1
tepi yang bercelah atau defek kongenital yang dangkalatau jika terdapat banyak celah
maka tergantung sifat celahnya.
2
2
adanya lubang atau lubangnya lebih dari satu dan tidak merupakan satu
kesatuan.
3 Inspeksi pada jaringan perianal dan lakukan palpasi pada kulit disekitarnya
4 Renggangkan pantat dan lakukan inspeksi pada area anal untuk mengetahui
karakteristik kulit dan lesi serta perhatikan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan
pada bagian ini
5 Untuk melakukan pemeriksaan pada bagian dalam anus, oleskan lubrikan pada jari
telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan kemudian secara perlahan masukkan
kedalam lubang anus dan perhatikan apakah terdapat nyeri tekan
6 Saat mengeluarkan tangan perhatikan apakah terdapat darah atau feses yang
menempel pada sarung tangan
sebagai sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang
lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh
energi fisik tetapi juga kerusakan lain yang disebabkan oleh panas, dingin,
bahan kimiawi, listrik, dan radiasi.
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Bentuk penulisan deskripsi luka,
jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus selalu urut tetapi penulisannya
harus selalu ditulis pada akhir kalimat.
a. Luka Lecet (Abrasi)
tajam atau agak tumpul yang dilakukan dengan suatu ayunan disertai
tenaga yang cukup besar.
f. Luka iris
Luka yang disebabkan karena alat yang digunakan tepinya tajam
dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan
yang realif ringan yang digeserkan sepanjang permukaan kulit.
1. Pastikan mulut dalam keadaan kosong, lebih baik sebelum melakukan sikat gigi pada
pagi hari dan sebelum makan apapun.
2. Mencuci tangan kemudian mengenakan sarung tangan dan masker
4. Dengan hati-hati hapuslah swab stick pada bagian pipi dalam dekat gigi bawah dan
atas, kemudian secara lembut gosoklah dengan memutar swab sepanjang bagian
dalam pipi selama 5-10 detik, pastikan bahwa seluruh swab-tip telah melakukan
kontak dengan pipi.
5. Setelah menghapus swab, berhati-hati untuk tidak menyentuh ujung swab dengan
gigi, bibir, atau permukaan lain.
6. Hindari tip swab bersentuhan dengan sarung tangan atau menyentuh permukaan
apapun.
7. Tempatkan swab langsung ke tabung transportasi kering atau amplop koleksi
8. Label tabung atau amplop dengan informasi identitas
10. Simpan swab pada amplop yang disediakan untuk segera dikirim ke laboratorium
atau transfer ke freezer sampai semua siap untuk pengujian.
Darah yang diperoleh dari pembuluh darah perifer merupakan spesimen darah
pilihan untuk analisis toksikologi, karena konsentrasi senyawa dalam darah dari
jantung mungkin dapat berubah setelah kematian oleh karena redistribusi darah dari
paru-paru atau hati. Darah yang dikumpulkan kemudian harus disimpan dalam
tabung berpenutup abu-abu yang mengandung NaF (sodium florida).
Darah merupakan sampel paling baik untuk tes toksikologi postmortem, dan
umumnya 20 ml, atau 2 tabung vacutainer cukup untuk dilakukan tes.
6
7
Jika pada jenazah dilakukan otopsi, pengambilan darah perifer dan sentral harus
dilakukan ketika rongga tubuh terbuka. Darah perifer merupakan spesimen pilihan
dan dapat diambil dari vena femoralis, vena iliaka, yang mudah di akses saat
pemeriksaan internal, atau dari vena subsklavia di dalam dada. Ukuran sampel dari
15-20 ml seharusnya cukup adekuat untuk pemeriksaan toksikologi. Pengambilan
darah dengan volume yang lebih besar (> 20 mL) dapat menyebabkan pergerakan
darah antar pembuluh darah dan terjadi percampuran darah dalam pembuluh darah
yang berbeda. Risiko ini lebih besar terjadi pada vena subsklavia dibandingkan vena
femoralis dan vena iliaka.
Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan. Prosedur
pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi, vena femoralis
dapat dengan mudah terekspos dan pengambilan sampel darah perifer dapat
dilakukan. Demikian juga jantung dapat dapat diekspos dan ventrikel kiri dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan darah sentral dapat dilakukan.
Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat untuk
pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan postmortem.
Vaginal swab atau pemeriksaan apus vagina artinya mengambil sediaan seperti
lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di
dalamnya dengan menggunakan bantuan bawah mikroskop. Vagina swab ialah
Pemeriksaan cairan dari vagina dengan usapan, hasil usapan lalu ditambahkan cairan
fisiologis dan garam lalu ditunggu selama 4-5 menit.
Prosedur Kerja vaginal swab adalah sebagai berikut :
1. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu, setelah suasana mulai
kondusif, mulailah langkah-langkah pengambilan sample
2. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus untuk pengambilan
sample swab vagina dengan menekuk lutut hingga dekat paha
3. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis
7. Keluarkan perlahan
8
10. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen
1. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urine pagi pertama. Catat tanggal
dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu
untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin
wanita.
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah,
pengumpulan urine dihentikan.
9
3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke
belakang
4. Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
5. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan
menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
7. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
b. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil atau tablet yang
10
PEMERIKSAAN TOKSOLOGI
a. Pemeriksaan Luar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan luar pada kasus keracunan
diantaranya :
1) Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh
tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak warna coklat
karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat
2) Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena
warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada
kulit. Pada korban yang keracunan CO lebam mayat berwarna Cherry Red, korban
keracunan sianida lebam mayat berwarna merah terang dan pada korban keracunan
nitrit lebam mayat berwarna coklat kebiruan
12
13
3) Warna kulit : pada korban yang mengalami hiperpigmentasi dan keratosis pada
telapak tangan dan kaki yang diakibatkan keracunan arsen kronik. Kulit berwarna
kelabu kebiru-biruan akibat keracunan perak (Ag). Pada keracunan tembaga (Cu) dan
fosfor kulit akan berwarna kuning akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida
hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.
4) Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang dikiranya
ditelan oleh korban misaln ya : minyak tanah, karbol, alkohol
b. Pemeriksaan Dalam
1) Racun yang bersifat korosif, pada pemeriksaan lambung dapat ditemukan lambung
yang hiperemi, mengalami perlunakan, ulserasi dan perforasi.
2) Pada urin bisa ditemukan warna kehijauan pada kasus keracunan salisilat
1) Identitas korban
5) Tanda tangan dan nama terang penyegel dan dokter yang melakukan otopsi
6) Cap stempel dinas dan segel dinas
2) Contoh tanah : bagian atas atau bawah, kiri atau kanan jenazah
3) Pembanding : contoh tanah radius 5 meter dengan kedalaman yang sama dengan
jenazah
LABORATORIUM FORENSIK
1) Sperma cair
- Dapat pula sperma cair diserap dengan kapas bersih, keringkan di udara
2) Bercak sperma pada benda yang dapat dipindah. Misal : celana, pakaian, sprei,
bantal, guling, dll.
- Bila bercak masih basah, keringkan di udara
3) Bercak sperma pada benda besar yang dapat dipotong. Misal : Karpet, tempat tidur,
kasur, atau perkakas lain
- Potong daerah bebercak dengan pisau atau gunting bersih
- Hindari kontaminasi
4) Bercak sperma pada benda yang tidak dapat dipindah dan permukaan tidak
menyerap. Misal : lantai, logam, kayu, dll
- Bercak dikerok dengan alat yang bersih
16
17
Siapkan 2 tabung dengan EDTA. Dapat dipakai antikoagulan lain, tetapi perlu diingat
bahwa heparin dapat mempengaruhi aktifitas enzim retriksi tertentu.
Isi tiap tabung dengan ± 5 ml darah.
Simpan di pendingin
Hindari kontaminasi
18
Beri label
a. Di pakaian
Pakaian dengan noda darah diletakan dalam permukaan bersih, keringkan di udara.
Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas plastik. Akan
menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah dan timbul bakteri yang dapat
merusak barang bukti.
Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)
Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap bercak tersebut dengan
kain katun bersih kemudian keringkan di udara.
Masukan dalam kantong kertas.
2. Semua barang bukti harus di foto close-up, pertama dengan tanpa skala kemudian
dengan skala, mengisi seluruh frame foto
3. Foto dari sudut pandang mata untuk mewakili tampilan normal
4. Memotret semua bukti di tempat sebelum direposisi atau dibersihkan
2. Kemudian di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub pleura) dan di
tutup
3. Objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
4. Dilihat dibawah mikroskop akan didapatkan lumpur, pasir, telur cacing, diatome,
alga, dll.
Hasilnya :
1. Tes getah paru (+) : korban sempat atau pernah bernafas dalam air
2. Tes getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air atau
tidak sempat bernafas dalam air, airnya jernih sama dengan air minum, spasme
laring, vagal reflex.
2. Kuantitatif :
- Grafimetri melakukan penimbangan terhadap endapan yang terjadi
- Volumetri dilakukan dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2 atau BaOH2
dengan konsentrasi tertentu
a. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali.
b. Sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung
konsentrasi COHb) karena lebih resisten terhadap alkali.
c. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama
beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit.
d. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga bersifat
resisten terhadap alkali.
22
1. Otopsi yang dilakukan sama dengan emboli udara vena yang membedakan hanya
tusukan dilakukan pada atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta
2. Terjadi bila ada luka tembus paru-paru yang menyebabkan emboli pada vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri dan ventrikel kiri kemudian ke aorta
3. Korban meninggal karena udara membuntu di otak, ginjal, dan jantung sampai terjadi
asfiksia
4. Penyebab yang sering terjadi adalah :
b. Artifisial pneumothorax
c. Pneumonectomy
3 Dilakukan tes emboli lemak dengan organ yang diambil adalah paru-paru. Jaringan
paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang cair (frozzensetion) dan
kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron dan di cat dengan warna Sudan III
kemudian dikirim ke laboratorium
4 Pengiriman ke laboratorium PA atau pengawetan dilakukan dengan cara paru-paru
diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry ice agar tidak membusuk.
Jangan mengirim menggunakan alcohol atau formalin karena lemak akan larut.
4.12 Pneumothorax
e. Ditemukan hasil positif bila hasil test tersebut ditemukan gelembung udara
f. Pada gas pembusukan ditemukan sedikit gelembung udara
25
BAB V
SURAT KEMATIAN
25
e. Jam dan tanggal pelaporan kematian
f. Identitas dokter pemeriksa dan tanda tangan
3. Surat Kematian karena “Penyakit Menular atau Tidak”
Formulir ini dibuat dan diberikan kepada keluarga korban, terutama bila
jenazahnya akan dikubur diluar kota atau luar negeri. Yang dimaksud penyakit
menular adalah penyakit-penyakit yang tercantum dalam :
a. UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah.
b. UU No. 1 tahun 1962 karantina laut.
c. UU No. 2 tahun 1962 karantina udara.
Isi surat keterangan kematian karena “penyakit menular atau tidak” adalah :
a. Identitas jenazah.
b. Keterangan meninggal karena penyakit menular atau tidak karena penyakit menular
berdasarkan undang-undang no. 6 tahun 1962 tentang wabah, undang-undang no 1
tahun 1962 tentang karantina laut dan undang-undang no 2 tahun 1962 tentang
karantina udara.
c. Identitas dan tanda tangan dokter.
4. Formulir ini dipakai oleh dunia Internasional setelah disahkan oleh WHO pada tahun
1948. Formulir kematian ini hanya dibuat atau diisi pada peristiwa kematian yang ada
dalam rumah sakit saja.
a. Penyakit atau jejas yang menjadi pokok pangkal rangkaian peristiwa-peristiwa sakit
yang langsung menyebabkan kematian
5. Kutipan Akta Kematian
Setelah keluarga melaporkan kematian salah satu anggota keluarganya, berdasar
keterangan pejabat yang berwenang / instansi pelaksana Kepala RS, dokter /
paramedis, Kepala Desa / Lurah atau Kepolisian) maka pejabat pencatatan sipil pada
akta kematian dan menerbitkan Kutipan akta kematian.
26
BAB VI
VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum adalah laporan tertulis untuk Justisi yang dibuat oleh dokter
atas sumpah, tentang segala sesuatu yang diamati (terutama yang dilihat dan
ditemukan) pada benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan sebaik- baiknya,
visum berarti dilihat, repertum berarti ditemukan.
Kata “visum et repertum” dapat kita jumpai didalam Staatsblad tahun 1937
no.350 :
1. Korban Hidup
a. Permintaan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan/ telepon /via pos.
b. Korban adalah barang bukti, maka permintaan Visum et Repertum harus diserahkan
sendiri oleh polisi bersama-sama korban/tersangka.
c. Tidak dibenarkan permintaan Visum et Repertum tentang sesuatu peristiwa yang
telah lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).
2. Korban Mati
a. Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak dibenarkan melalui telepon, lisan
27
29
b. Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi ke Bagian Ilmu Kedokteran Forensik.
c. Mayat harus diikatkan label yang memuat Identitas mayat ( KUHAP psl 133 ayat 3).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka, (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
4. KESIMPULAN.
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang
memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn
pengetahuan yang sebaik-baiknya. Seseorang melakukan
pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan)/ Sifatnya
subjektif.
5. PENUTUP
Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat
dengan mengingat sumpah pada waktu menerima
jabatan”. Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
DAFTAR PUSTAKA