Pembimbing
Oleh :
TIKA AWALIA KAMAL (08310307)
IRFAN YANUAR HILMI (09310233)
EKO NUZUL ABDILLAH KHAIRUL RIZKI (09310195)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 45 Tahun
Alamat : Kel. Margajaya Kec. Sukadana Kab. Ciamis
Pekerjaan : Dagang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS : 9 April 2015
No. RM : 398772
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Ciamis dengan keluhan lemas. Lemas
sudah dirasakan pasien selama 1 bulan, dan terasa semakin memberat dalam
waktu 1 minggu ini. Lemas dirasakan disaat sedang beraktiftas khususnya saat
berjalan dan bekerja. Pasien juga mengeluh adanya batuk yang sudah
dirasakan sejak 2 bulan ini. Batuknya disertai dengan dahak berwarna putih,
dengan dahak yang agak kental. Terkadang pasien merasakan suka
berkeringat di malam hari. Selain itu pasien juga mengeluhkan ada mual,
tetapi tidak disertai muntah. Pasien juga mengeluhkan merasa ada panas
didaerah ulu hati. Nafsu makan agak berkurang, dan mulut terasa pahit. Pasien
juga merasa bahwa berat badannya menurun karena merasakan pakaiannya
melonggar. Pasien juga mengeluh agak pusing, dan demam yang naik turun
akhir-akhir ini.
1 bulan yang lalu pasien sempat berobat ke puskesmas dan disarankan
untuk program pengobatan 6 bulan, dan sekarang pasien sedang dalam
2
pengobatan TB bulan pertama dengan dosis sehari minum 3 tablet merah
setiap pagi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat darah tinggi (-) dan penyakit gula (-)
Riwayat alergi (-) dan riwayat asma (-)
Riwayat sakit paru lainnya (-)
Riwayat penggunaan obat paru (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluhan serupa pada keluarga (-)
Sakit paru pada keluarga (-)
Riwayat darah tinggi (-) dan penyakit gula (-)
Riwayat alergi dan riwayat asma (-)
Riwayat Pengobatan:
Pasien sedang mendapatkan pengobatan OAT bulan ke 1
Riwayat Alergi:
Alergi debu, makanan dan obat disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat kebiasaan merokok ?
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat penggunaan narkoba (-)
Tanda vital:
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
3
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,5oC
Status generalis:
Kepala : Normocephal
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Mukosa edema (-/-), hiperemis (-/-), sekret (-/-) Deviasi (-)
Telinga : CAE edema (-/-), sekret (-/-), hiperemis (-/-), MT intak/intak
Leher : Perbesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
Thorax
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris,
retraksi intercostalis (-), retraksi suprasternal (-), retraksi
Palpasi : Vokal fremitus sama dikedua lapang paru, massa (-
), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor dikedua lapang baru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi basar halus(-/-), Ronkhi
basah kasar (-/-), Wheezing (-/-)
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan; ICS IV linea parasternalis
dekstra
Batas kiri; ICS IV linea midclavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : perut soepel
Palpasi : nyeri tekan (-),
Perkusi : timpani, Ascites Shifting dullnes (-)
4
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Ekstremitas :
Ekstr. Atas : Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstr. Bawah : Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
1. Laboratorium (09-04-2015)
Jenis
Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 12,4 g/dl P: 12-16; L: 14-18
Hematokrit 35,9 % P: 35-45; L: 40-50
Jumlah Leukosit 4,4 103 /uL Dewasa: 5,0-10,0
Jumlah Trombosit 144 103 /uL 150-350
GDS 128
LED 26
Kimia Darah
SGOT 310 U/L/37^0 C
SGPT 308 U/L/37^0 C
Ureum 15,2
Kreatinin 0,74
Asam urat 12,0
2. Radiologi
5
V. Diagnosis
VI. Penatalaksanaan
Ranitidine 2 x 1 ampul
Proliva 2 x 1
Ulsafat syr 3 x 1 C
VII. Follow up
6
Pulmo : I: B & G Inj. Ceftriaxone 2 x 1
simetris, P: V.F simetris gr i.v
kanan dan kiri P: sonor Proliva 2 x 1
diseluruh lapang paru, Ulsafat syr 3 x 1 C
A: Suara napas vesicular Etambutol 500 mg 1 x
(+/+), RBK (-/-), RBH (- 2 tab
/-), wheezing (-/-) Inj. Streptomisin 750
ml I.M
11/04/15 Lemas (+), CM, TD 120/80 mmHg, Drug induce OAT ditunda sementara
(hari ke- Batuk nadi 74x/menit, RR hepatitis IVFD RL 20 gtt/menit
3) berdahak (+) 22x/menit, suhu 36 C Tb paru bta (-) + Neurobion drip
Mata : konjungtiva kasus baru dalam Ranitidine 2 x 1 ampul
anemis -/-, sclera ikterik pengobatan OAT Paracetamol 500 mg 3
-/- bulan ke-1 x 1 tab
Pulmo : I: B & G Inj. Ceftriaxone 2 x 1
simetris, P: V.F simetris gr i.v
kanan dan kiri P: sonor Proliva 2 x 1
diseluruh lapang paru, Ulsafat syr 3 x 1 C
A: Suara napas vesicular
Etambutol 500 mg 1 x
(+/+), RBK (-/-), RBH (- 2 tab
/-), wheezing (-/-)
Inj. Streptomisin 750
ml I.M
12/04/15 Lemas sudah CM, TD 120/80 mmHg, Drug induce OAT ditunda sementara
(hari ke- berkurang, nadi 80x/menit, RR hepatitis IVFD RL 20 gtt/menit
4) Batuk 20x/menit, suhu 36,5 C Tb paru bta (-) + Neurobion drip
berkurang Mata : konjungtiva kasus baru dalam Ranitidine 2 x 1 ampul
anemis -/-, sclera ikterik pengobatan OAT Paracetamol 500 mg 3
-/- bulan ke-1 x 1 tab
Pulmo : I: B & G Inj. Ceftriaxone 2 x 1
simetris, P: V.F simetris gr i.v
kanan dan kiri P: sonor Proliva 2 x 1
diseluruh lapang paru, Ulsafat syr 3 x 1 C
A: Suara napas vesicular
Etambutol 500 mg 1 x
(+/+), RBK (-/-), RBH (-
2 tab
/-), wheezing (-/-)
Inj. Streptomisin 75 ml
I.M
Ulsafat syr 3 x 1C
13/04/15 Lemas (-), CM, TD 140/80 mmHg, Drug induce OAT ditunda sementara
(hari ke- Batuk nadi 79 x/menit, RR hepatitis IVFD RL 20 gtt/menit
5) berkurang 22x/menit, suhu 36 C Tb paru bta (-) + Neurobion drip
Mata : konjungtiva kasus baru dalam Ranitidine 2 x 1 ampul
anemis -/-, sclera ikterik pengobatan OAT Paracetamol 500 mg 3
-/- bulan ke-1 x 1 tab
Pulmo : I: B & G
simetris, P: V.F simetris
7
kanan dan kiri P: sonor Inj. Ceftriaxone 2 x 1
diseluruh lapang paru, gr i.v
A: Suara napas vesicular Proliva 2 x 1
(+/+), RBK (-/-), RBH (- Ulsafat syr 3 x 1 C
/-), wheezing (-/-) Etambutol 500 mg 1 x
2 tab
Inj. Streptomisin 75 ml
I.M
Ulsafat syr 3 x 1C
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan
hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena
nilainormal, dan peningkatan level alkaline phosphatase (ALP) lebih dari dua
kalidari batas atas nilai normal, atau peningkatan level total bilirubine (TBL)
lebih dari dua kali dari batas atas nilai normal jika berkaitan dengan peningkatan
B. Epidemiologi
9
Angka kejadian DILI (Drug Induced Liver Injury) sebagian besar
populasi yang berhubungan dengan kerusakan hati yang diakibatkan oleh obat
1−2 kasus per 100.000 orang pertahun. Pada pusat rujukantersier kira-kira
terdapat 1,2% hingga 6,6% kasus penyakit hati akut yangdiakibatkan oleh DILI.
Sedangkan estimasi insiden DILI adalah 14 per100.000 pasien per tahun pada
penelitian prospektif yang dilakukan diPrancis bagian utara, yang berarti 10 kali
lebih tinggi dari rata-rata yangdilaporkan oleh penelitian lain.5 Laporan terbaru
penyakit yangserius. Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting di dalam
prakteksehari-hari.6
kebiasaandi dalam meresepkan obat. Di negara Asia, herbal dan suplemen diet
adalahpenyebab paling sering dari DILI. Herbal dan suplement diet baru-baru
10
C. Etiologi
kuranglebih 900 jenis obat, toksin dan herbal yang telah dilaporkan
sepertipada tabel 1 dibawah ini merupakan penyebab paling sering dari Drug
Liver Injury7
Penelitian yang dilakukan oleh Kazuto Tajiri and Yukihiro Shimizu di Jepang
11
adalah asetaminofen (16,9%), anti-HIV seperti Stavudine, Didanosine,
Asam Valproat dan phenitoin (10,3%), anti kanker (12,3%) yang meliputi
Oxycodone (3,1%).6
12
D. Mekanisme Hepatotoksisitas
pengelompokan sendiri dan memicu kematian sel melalui apoptosis. Di samping itu
heme dan menghasilkan reaksi-reaksi energy tinggi yang dapat membuat ikatan
kovalen obat dengan enzim, sehingga menghasilkan ikatan baru yang tak punya
sel T, merangsang respon imun multifaset yang melibatkan sel-sel T sitotoksik dan
toksis yang dikeluarkan dalam empedu dapat merusak epitel saluran empedu.
Cedera pada hepatosit dapat terjadi akibat toksisitas langsung, terjadi melalui
konversi xenobiotik menjadi toksin aktif oleh hati, atau ditimbulkan oleh
2006)
13
Reaksi obat diklasifikasikan sebagai reaksi yang dapat diduga (intrinsic) dan
yang tidak dapat diduga (idiosinkratik).Reaksi Intrinsik terjadi pada semua orang
yang mengalami akumulasi obat pada jumlah tertentu. Reaksi
idiosinkratiktergantung pada idiosinkrasi pejamu (terutama pasien yang
14
E. Implikasi Klinis
Cedera hati mungkin timbul atau memerlukan waktu beberapa minggu dan
bulan, dan dapat berupa nekrosis hepatosit, kolestasis, disfungsi hati. Gambaran
klinis pada hepatitis kronis akibat virus atau autoimun, tidak dapat dibedakan
dengan hepatitis kronis akibat obat, baik secara klinis maupun histologist,
1. Waktu dari mulai minum obat dan penghentian obat sampai awitan reaksi
nyata adalah sugestif (5-90 hari dari awal minum obat) atau kompatibel
(kurang dari 5 hari atau lebih dari 90 hari sejak mulai minum obat dan tidak
lebih dari 15 hari dari penghentian obat untuk reaksi hepatoseluler dan tidak
lebih dari 30 hari dari penghentian obat dan tidak lebih dari 15 hari dari
penghentian obat.
15
2. Perjalanan reaksi sesudah penghentian obat adalah sangat sugestif
(penurunan enzim hati paling tidak 50% dari konsentrasi di atas batas atas
paling tidak 50% dalam 30 hari untuk reaksi hepatoseluler dan 180 hari
3. Alternatif sebab lain dari reaksi telah diekslusi dengan pemeriksaan teliti,
4. Dijumpai respon positif pada pemeriksaan ulang dengan obat yang sama
Dikatakan reaksi drug related jika semua tiga kriteria pertama terpenuhi
atau jika dua dari tiga kriteria pertama terpenuhi dengan respon positif pada
Mengidentifikasikan reaksi obat dengan pasti adalah hal yang sulit, tetapi
pada setiap pasien dengan disfungsi hati. Riwayat pemakaian obat harus diungkap
dengan seksama termasuk di dalamnya obat herbal atau obat alternative lainnya.
Obat harus selalu menjadi diagnosis banding pada setiap abnormalitas tes fungsi
berhubungan dengan risiko tinggi kerusakan hati persisten. Bukti bahwa pasien
tidak sakit sebelum minum obat, menjadi sakit selama minum obat tersebut dan
membaik secara nyata setelah penghentian obat merupakan hal essensial dalam
16
Awitan umumnya cepat, gejalanya dapat berupa malaise, ikterus, gagal hati
akut terutama jika masih meminum obat setelah awitan hepatotoksisitas. Apabila
hingga paling tidak lima kali batas atas normal, sedangkan kenaikan alkali fosfatase
melibatkan kerusakan hepatosit seluruh lobul hepatic dengan derajat nekrosis dan
apoptosis bervariasi. Pada kasus ini gejala hepatitis biasanya muncul dalam
beberapa hari atau minggu sejak minum obat dan mungkin terus berkembang
yang berhubungan dengan demam, limfadenopati, rash, dan jejas hepatosit yang
hepatoksisitas obat yang tergantung dosis (dose dependent) yang dengan cepat
aminotransferase biaanya sangat tinggi, melebihi 3500 IU/L. (Mehta, Nilesh, 2010)
17
Gambar 4. Ilustrasi yang menggambarkan mekanisme terjadinya
DILI,yang meliputi metabolisme obat, kerusakan hepatosit, aktivasisistem
imun dan menghasilkan terjadinya kerusakan jaringan.CYP (Cytochrome
P450), IFN (Interferon), IL (Interleukin), NL (Natural Killer Cell), NKT
(Natural Killer T Cell), danTNF (Tumor Necrosis Factor).10
berada di bawah kendali sitokrom P-450 dan dapat bervariasi antar individu.
2. Umur: Terlepas dari paparan disengaja, reaksi obat pada hati jarang terjadi pada
anak-anak. Orangtua mempunyai risiko lebih tinggi cedera hati karena clearance
menurun, adanya interaksi antar obat, berkurangnya aliran darah ke hati, dan
18
menurunnya volume hati. Selain itu, pola makan yang buruk, infeksi, dan rawat
inap yang sering menjadi salah satu alasan penting terjadinya hepatotoksisitas
imbas obat.
3. Seks : Meskipun alasan tidak diketahui, reaksi obat hati lebih sering terjadi
pada wanita.
berkurang, beberapa orang mungkin akan terpengaruh lebih dari yang lain.
Modifikasi dosis pada orang dengan penyakit hati harus didasarkan pada
dengan infeksi HIV yang koinfeksi dengan virus hepatitis B atau C akan
6. Faktor genetik: Sebuah gen yang unik pada pengkodean P-450 protein.
19
abnormal terhadap obat. Debrisoquine adalah obat antiaritmiayang
obat.
dan orang-orang yang berpuasa mungkin rentan terhadap reaksi obat karena
dibandingkan obatshort-acting
20
o Hepatitis C - Ibuprofen, ritonavir, flutamide
Penyebab Tuberkulosis (TB) diketahui lebih dari satu abad dan selama
hampir 50 tahun sudah ditemukan berbagai macam obat yang efektif untuk
Penyebab pasti ini tidak diketahui. Hal ini diperkirakan karena hubungan antara
(TB-MDR). Setiap tahun diperkirakan ada satu jutakasus baru dan dua juta
Selain itu, efek samping dan toksisitas obat juga memiliki sebuahancaman
yang disebabkan oleh obat TB, kerusakan hati yang paling banyak. Kerusakan
hati disebabkan oleh sebagian besar obat lini pertama dan hal ini tidak hanya
dkk, 2010)
hepatotoksisitas:
21
Faktor Klinis (usia lanjut, pasien wanita, status nutrisi buruk, alcohol, punya
hipoalbumin, TBC lanjut, pemakaian obat tidak sesuai aturan dan status
HCV atau HIV yang memakai OAT adalah 4-5 x lipat. Telah dibuktikan secara
22
Jika dalam pasien tuberculosis yang sedang dalam pengobatan OAT dan
memberikan gejala hepatitis akut seperti di bawah ini, maka hal ini dapat dijadikan
acuan diagnose hepatotoksisitas imbas OAT telah terjadi. Individu yang dijangkiti
akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan,
muntah-muntah, sclera ikterik, jaundice, pusing dan kencing yang berwarna hitam
pekat
transaminase (ALT) hingga 1,5 kali di atasbatas atas normal atau paling tidak
1. Isoniazid (INH)
Sekitar 10-20% dari pasien selama 4-6 bulan pertama terapi memiliki
disfungsi hati ringan yang ditunjukkan oleh peningkatan ringan dan sementara
23
suatu metabolitdari INH bertanggung jawab atas kerusakan hati. INH
lebih rendah. Sebanyak 11 dari mereka (0,10% dari mereka yang memulai, dan
dari bulan Januari 1991 sampai Mei 1993, oleh Pusat Transplantasi Hati di New
York dan Pennsylvania bahwa terkait hubungan antara pasien hepatitis dengan
terapi INH. Terdapat 8 pasien yang sedang menjalankan monoterapi INH dg dosis
biasa 300mg per hari (untuk mencegah TB) terjangkit hepatitis. Hepatotoksisitas
jarang terjadi pada anak-anak yang menerima INH. Dalam 10 tahun analisis
retrospektif, kejadian hepatotoksisitas pada 564 anak yang menerima INH (10
miligram per kilogram per hari (mg / kg / hari) dan dosis maksimum 300 mg / hari)
adalah 3,3% di lain Studi retrospektif (14 dari 430 anak-anak).(Kishore, dkk, 2010)
2. Rifampisin
pada tahap awal terapi. Bhakan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan
hepatotoksisitas berat, lebih lagi pada mereka dengan penyakit hati yang sudah
24
transient dalam enzim hati biasanya dalam 8 minggu pertama terapipada 10-
dan diperkirakan sebanyak kurang dari 4%. Data ini telah merekomendasikan
3. Pirazinamid
Hepatotoksisitas dapat terjadi sesuai dosis terkait dandapat terjadi setiap saat
dan 11 meninggal karena gagal hati. Dari 48kasus yang dilaporkan, 33 (69%)
4.Etambutol
pengobatan TB. Tes fungsi hati yang abnormal telah dilaporkan pada beberapa
25
pasienyang menggunakan etambutol yang dikombinasi dengan OAT lainnya
5. Streptomisin
Hepatitis imbas obat adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat-obat
Penatalaksanaan:
- Bila Klinis (+) (Ikterik, gejala mual, muntah), maka OAT distop
- Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali, maka OAT distop
OAT distop
- SGOT dan SGPT >5 kali nilai normal, maka OAT distop
pengawasan
- Setelah itu monitor klinis dan laboratorium, bila klini dan laboratorium
Isoniazid (H) desensitisasi sampai dengan dosis penuh 300 mg. selama
26
itu perhatikan klinis dan periksa laboratorium saat Isoniazid dosis
hepatotksisitas terhadap obat aniti tuberculosis lima kali lipat. Sementara pasien
dengan karier HBsAg positif dan HBeAg negative yang inaktif dapat diberikan obat
Pirazinamid dengan syarat pengawasan tes fungsi hati paling tidak dilakukan setiap
terapi yang nampaknya menunjukkan respon adaptif terhadap metabolit toksik obat.
yang berkembang menjadi seperti hepatitis viral, 50% kasus terjadi pada 2 bulan
pertama dan sisanya baru muncul beberapa bulan kemudian. (Xial, Yin Yin, dkk,
2010).
27
Pengelolaan OAT perlu diperhatikan agar kejadian hepatitis imbas obat
• Jika pasien tediagnosis hepatitis imbas obat OAT, maka pemberian OAT
• Jika jaundice muncul lagi, dan pasien belum menyelesaikan tahap intensif,
Streptomisin, INH dan Etambutol diikuti oleh 10 bulan INH dan Etambutol.
• Jika pasien telah menyelesaikan tahap intensif, berikan INH dan Etambutol
sampai 8bulan pengobatan untuk Short Course Kemoterapi (SCC) atau 12 bulan
Rekomendasi British Thoracic Society (BTS) untuk restart terapi pada pasien
hepatotoksisitas
• Setelah 2-3 hari tanpa reaksi terhadap INH, tambahkan Rifampisin dengan dosis
75mg / hari
lalu naikkan menjadi 300 mg setelah 2-3 hari, dan kemudian 450 mg (<50 kg)
atau 600 mg (> 50 kg) yang sesuai untukberat badan pasien. Jika tidak ada reaksi
28
• Akhirnya, pirazinamid dapat ditambahkan pada dosis 250 mg / hari, meningkat
menjadi 1,0 g setelah 2-3 hari dan kemudian ke1,5 g (<50 kg) atau 2 g (> 50 kg).
sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama awal dua bulan pada kelompok berisiko
seperti pasien dengan gangguan hati yang sudah ada, alkoholik, yang lansia dan
kurang gizi. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab para profesional kesehatan
akan tetapi pendidikan kesehatan ini harus dibebankan kepada semua pasien yang
manfaat dari OAT tetapi juga efek samping. Para pasien harus waspada dan
melaporkan segera jika terjadi gejala yang mengarah pada hepatitis seperti
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, jaundice, yang terjadi selama pengobatan.
Selanjutmya, kondisi klinis pasien harus dinilai tidak hanya dalam hal pengendalian
penyakit tetapi juga dalam gejala dan tanda-tanda hepatitis pada mereka ikuti. OAT
harus dihentikan segera jika ada kecurigaan klinis reaksi hepatitis. Lalu tes fungsi
hati harus diperiksa seperti ALT, AST dan kadar bilirubin. (Kishore, dkk, 2010)
pemberian OAT
29
3. Pasien harus menerima INH, Rifampicin atau Pirazinamid dengan dosis
4. Saat menerima pengobatan OAT, harus ada peningkatanALT dan / atau untuk
AST> 120 IU / L (normal <40 IU / L) dan kadar bilirubin total. 1,5 mg / dl (normal,
1,5 mg / dl).
Hal ini tidak mungkin untuk membedakan antara tiga penyebab murni berdasarkan
yanda-tanda dan gejala. Tes fungsi hati harus diperiksa pada awal pengobatan,
tetapi, jika normal, tidak perlu diperiksa lagi, pasien hanya perlu memperingatkan
gejala hepatitis. Dalam hal ini, tes hanya perlu dilakukan dua minggu setelah
memulai pengobatan dan kemudian setiap dua bulan selanjutnya, kecuali ada
Peningkatan pada transaminase hati (ALT dan AST) yang utama di tiga minggu
30
pertama pengobatan. Jika pasien asimtomatik dan elevasi tidak berlebihan maka
tidak ada tindakan yang perlu diambil. Beberapa ahli menganggap pengobatan
Jika hepatitis klinis signifikan terjadi saat pengobatan TB, maka semua obat harus
Obat harus kembali diperkenalkan secara individual. Ini tidak dapat dilakukan
dalam suasana rawat jalan, dan harus dilakukan di bawah pengawasan ketat.
Seorang perawat harus hadir untuk mengambil nadi pasien dan tekanan darah pada
15 interval menit selama minimal empat jam setelah tiap dosis uji diberikan
(masalah yang paling akan terjadi dalam waktu enam jam pemberian dosis uji, (jika
mereka akan terjadi). Pasien dapat menjadi sangat tiba-tiba sakit dan akses ke
fasilitas perawatan intensif harus tersedia Obat-obatan yang harus diberikan dalam
urutan ini.:
31
* Hari 8: EMB pada 1 / 2 dosis
Tidak lebih dari satu tes dosis per hari harus diberikan, dan semua obat lain harus
dihentikan sementara dosis uji yang sedang dilakukan. Maka pada hari 4,
misalnya, pasien hanya menerima RMP dan tidak ada obat lain yang diberikan.
Jika pasien melengkapi sembilan hari dosis tes, maka wajar untuk menganggap
bahwa PZA telah menyebabkan hepatitis dan tidak ada dosis uji PZA perlu
dilakukan.
kedua obat yang paling penting untuk mengobati TB INH dan RMP, jadi ini
adalah diuji pertama: PZA adalah obat yang paling mungkin menyebabkan
hepatitis dan juga merupakan obat yang bisa paling mudah dihilangkan . EMB
Urutan di mana obat yang diuji dapat bervariasi menurut pertimbangan sebagai
berikut:
1. Obat yang paling bermanfaat (INH dan RMP) harus diuji dahulu, karena tidak
2. Obat yang paling mungkin menyebabkan reaksi harus diuji sebagai paling
akhir (dan mungkin tidak perlu diuji sama sekali). (Wikipedia, 2008)
32
Daftar Pustaka
5) Silbernagl, Stefan dan Florian Lang. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta. EGC. 2007
33
8) Xial, Yin Yin dkk. Adverse Reactions in China National Tuberculosis
34