Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai Hygenitas Dapur di


Keluarga Desa Binaan Pangkalan Tanjung Pasir

Disusun oleh Kelompok I:


Radit 1102011
Andini Zulmaeta 1102013027
Nuraini 11020
Khairifa Adlina Razie 1102015115
Rizal 1102015

Pembimbing oleh:
dr. Yusnita, M.kes, DiplDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN ILMU


KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI
PERIODE DESEMBER 2019 – FEBRUARI 2020

0
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1.Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis


1.1.1. Situasi Keadaan Umum
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Tanggerang terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang dengan jarak ± 27 Km2.
Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan/wilayah kerja diantaranya Desa Kresek,
Desa Talok, Desa Renged, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa Koper, Desa
Jengkol, Desa Kemuning, Desa Ranca Ilat. Desa Talok sebagai daerah binaan yang
dipilih oleh Puskesmas Kresek. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)
Kecamatan Kresek memiliki 9 Desa binaan/ wilayah kerja diantaranya:
1. Desa Kresek
2. Desa Talok
3. Desa Renged
4. Desa Patrasana
5. Desa Pasirampo
6. Desa Koper
7. Desa Jengkol
8. Desa Kemuning
9. Desa Rancailat

1
Gambar 1. Peta Kecamatan Kresek. (Google Maps)

Gambar 2 Peta Desa Patrasana. (Google Maps)

2
1.1.2. Batas Wilayah
Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian
dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut. (Profil Puskesmas Kec.
Kresek. 2017)
Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Kaler
Sebelah Barat : Kabupaten Serang
Sebelah Timur : Kecamatan Kronjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya

1.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Secara Demografi


1.1.3.1. Situasi Kependudukan
Menurut Profil Puskesmas Kresek tahun 2017, jumlah penduduk wilayah
Kecamatan Kresek 65.345 jiwa, yang terdiri dari (Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017):
Laki-Laki : 33.162 Jiwa
Perempuan : 32.183 Jiwa
Jumlah Rumah Tangga : 12.375 KK. Dengan rata-rata per KK 5.28 jiwa, dan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.334,58 jiwa per km2.

3
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kecamatan Kresek Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPO
NO K UMUR RASIO
LAKI- LAKI-
(TAHUN) JENIS
LAKI PEREMPUAN LAKI+PEREMPUAN
KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 3.028 2.824 5.852 107,22


2 5-9 3024 2747 5.771 110,08
3 10 - 14 3107 2908 6.015 106,84
4 15 - 19 3267 3124 6.391 104,58
5 20 - 24 3264 3045 6.309 107,19
6 25 - 29 3111 2824 5.935 110,16
7 30 - 34 2552 2648 5.200 96,37
8 35 - 39 2554 2565 5.119 99,57
9 40 - 44 2284 2331 4.615 97,98
10 45 - 49 2048 2017 4.065 101,54
11 50 - 54 1800 1711 3.511 105,20
12 55 - 59 1305 1251 2.556 104,32
13 60 - 64 1057 1079 2.136 97,96
14 65 - 69 597 656 1.253 91,01
15 70 - 74 344 489 833 70,35
16 75+ 246 400 646 61,50

3 3 66.2 1
JUMLAH
3.588 2.619 07 02,97
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
44
(DEPENDENCY RATIO)

Sumber: Estimasi Dinas Kesehatan Tahun 2017

4
1.1.3.2. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia merupakan kinerja pembangunan
wilayah terhadap pembangunan manusianya, dengan upaya peningkatan kualitas
penduduk, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan) dan aspek
kesejahteraan ekonomi (daya beli) yang turut serta dalam pembangunan wilayah.
(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
Dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia, terkait erat dengan
tiga komponen yaitu angka harapan hidup, angka indeks pendidikan (lama sekolah),
dan kemampuan daya beli. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

1.1.3.3. Keadaan Lingkungan


Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status derajat
kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih meningkat, sebaliknya bila keadaan
lingkungan kurang sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat.
(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

a) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah
dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air.
Berdasarkan data puskesmas tahun 2017 tentang rumah sehat, jumlah
rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 8.072 rumah
(65.23%), jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan 3.286 (40.71%)
sedangkan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 4.786
(59.29%) dari jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS (Profil Puskesmas
Kec. Kresek. 2017)

5
b) Kepemilikan sarana sanitasi dasar
Sanitasi Dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Kepemilikan sarana sanitasi dasar di
wilayah Puskesmas Kresek meliputi:
a. Jamban keluarga
Dari jumlah penduduk sebanyak 65.345 jiwa yang ada di Kecamatan Kresek,
jumlah yang menggunakan jamban keluarga sebanyak 46.402 jiwa (71.01%)
terdiri dari 4.786 sarana leher angsa dan 12 sarana komunal.
b. Akses terhadap air bersih
Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas ( layak)
menurut kecamatan dan puskesmas dari jumlah penduduk 65.345 jiwa, yang
mendapat air bersih ada 57.792 jiwa (88.44%), yang terdiri dari sumu gali
terlindung 1.332 jiwa, sumus bor dengan pompa 32.478 jiwa dan pengguna PDAM
sebanyak 23.982 jiwa.

c) Tempat- Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)


Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan Makanan
(TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang yang berpotensi
menjadi tempat pesebaran penyakit. TTU meliputi terminal, pasar, tempat ibadah,
stasiun, tempat rekreasi, dll. Sedangkan TUPM meliputi hotel, restoran, depot air
dll. TTU dan TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air
limbah (SPAL), ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan
jumlah pengunjung dan memiliki pencahayaan yang cukup.
Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang ada di Kecamatan Kresek
sebanyak 47 unit, sedangkan TTU yang memenuhi syarat kesehatan 46 unit

6
(97.87%). Untuk Tempat Pengolaan Makanan (TPM) berjumlah 86 unit TPM
semuanya belum memenuhi syarat kesehatan (100%).

1.1.3.4. Keadaan perilaku masyarakat


Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat,
bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya tindakan. Komponen
perilaku terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan, dari mulai
mengetahui lalu menerima atau menolak dan melakukan tindakan sebagai
perwujudan dari pikiran dan jiwa (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
Untuk menggambarkan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
kesehatan digunakan indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
terdiri dari 10 indikator (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).z
a) Rumah Tangga Sehat
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau 1.890 rumah, dan jumlah
rumah tangga tersebut yang yang mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
hanya 1.188 rumah tangga (62.9%) menunjukan bahwa persentase rumah tangga
sehat di Kecamatan Kresek masih kurang jika dibandingkan dengan standar
pelayanan minimal (65%).
b) ASI ekslusif
Air Susu Ibu diyakini dan terbukti merupakan makanan bayi yang paling
tinggi manfaatnya bagi bayi dari semua aspek. Total bayi 0-6 bulan yang ada di
Kecamatan Kresek berjumlah 774 bayi, dan yang mendapatkan ASI ekslusif
mencapai 584 bayi (75.5%), cakupan ini sudah melampaui target pencapaian
dibandingkan standar pelayanan minimal yaitu (75%).
c) Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sangat populer.

7
Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Pumama dan Mandiri. Di
Kecamatan Kresek jumlah Posyandu berjumlah 57 pos, terdiri dari Posyandu
Pratama berjumlah 0 posyandu, Madya 55 posyandu, Pumama 0 posyandu dan
Mandiri 2 posyandu. Dari data tersebut, Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek
masih di dominasi oleh Strata Madya.
d) Poli Persalinan Desa
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang jauh dari
jangkauan pelayanan kesehatan. Terdapat 3 polindes yang terdapat di Desa
Pasirampo, Desa Jengkol dan Desa Renged. Namun kondisi bangunan polindes di
Desa Renged sudah tidak terawat.
e) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang jauh
Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas Keiling yang menjangkau 9 desa
dilaksanakan setiap hari selasa dengan mobil puskesmas keliling.

8
1.1.3.5. Kesehatan
A. Sepuluh Besar Penyakit

10000
ISPA
9000
Hiertensi Esensial
8000
faringitis
7000
DM
6000
Myalgia
5000
Dermatitis
4000 gastritis
3000 obs febris
2000 infeksi kulit
1000 diare
0

Grafik 1. Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek


Januari- Desember Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi
teratas dengan 9208 kasus, diikuti hipertensi essential sebanyak 3221 dan faringitis
2626, sedangkan yang ke 10 atau yang terendah yaitu diare 794 (Profil Puskesmas
Kec. Kresek. 2017).

B. Sarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana
Unit Pelayanan Teknis Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan
gedung tambahan yang diuraikan sebagai berikut (Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017):

9
a. Gedung Utama /Rawat Jalan:
1. Ruang Loket / Pensdaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang Periksa BPU
4. Ruang Periksa Kesehatan Anak
5. Ruang Gigi
6. Kamar Obat / Apotik
7. Ruang Periksa Kesehatan Ibu]
8. Ruang Gudang Farmasi
9. Ruang Administrasi Bidan
10. Ruang Tata Usaha
11. Ruang Pelayanan terbatan 24 jam (UGD)
12. Ruang Kepala Puskesmas
13. Ruang Bendahara
14. Mushalla untuk Pegawai
15. Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempat tidur
16. Ruangan Persalinan (PONED)
17. Ruang Klinik Gizi
18. Ruang Aula
19. Ruang Laboratorium

b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:


1. Ruang Periksa TB Paru
2. Ruang Pos Satpam
c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
1. Mobil Puskesmas keliling 1 unit
2. Mobil Ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat 1 unit
3. Sepeda motor dinas 4 unit

10
1.2. Profil Puskesmas Kresek
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok dan usaha kesehatan integritas yang kegiatanya
merupakan kegiatan lintas sektoral. Puskesmas Kresek berupaya melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara maksimal, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan
mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan berupaya menjangkau semua
lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas dalam memberikan
pelayanan dan pembinaan kesehatan baik kegiatan dalam gedung dan di luar gedung
1.2.1. Visi dan Misi
Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah
menentapkan Visi, yaitu: “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan
lingkungan menuju masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”, dengan
melaksanakan misi (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017):
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna
2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu
3) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit
4) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait
1.2.2. Moto
Motto Puskesmas Kresek adalah “BERSINAR” yang artinya adalah
(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017):
1) Bersih, Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis dan non
medis, sampah organic dan non organik.
2) Sehat, Memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi sumber
penularan penyakit.
3) Indah, Keselarasan dalam penataan lingkungan kerja.

11
4) Nyaman, Kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam memenuhi kepuasan
pelanggan.
5) Amanah, Menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati dan
bertanggung jawab.
1.2.3. Sistem Pelaporan
Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data analisa,
korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang disajikan dapat
memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan situasi yang ada, sehingga dapat
dilakukan pengolahan data di tingkat Puskesmas. Penyajian data dilakukan dalam
bentuk tabel dan grafik, sedang dalam pembahasan menyajikan perbandingan
pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Profil
Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010 dengan sumber data
yang diperoleh dari Kecamatan, Pendidikan, BPS Kecamatan, Balai Pengobatan
Swasta yang ada di Kecamatan Kresek dan dari kegiatan internal puskesmas.
1.2.4. Wilayah Kerja dan Kependudukan

Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kresek.

12
1.2.5. Derajat kesehatan
A. Jumlah Kematian
1. Kematian Bayi dan Balita
Jumlah kelahiran hidup di Puskesmas Kecamatan Kresek pada tahun
2017 adalah 1.319 bayi dengan jumlah kematian bayi sebanyak 4 bayi. Untuk
Balita berjumlah 5852 balita, dilaporkan jumlah kematian sebanyak 4 balita.
Sedangkan ibu maternal berjumlah 1.354 ibu dan dilaporkan kematian ibu
sebanyak 1 orang.

angka kematian neonatal, bayi dan balita di puskesmas


kresek tahun 2017
2.5

1.5

0.5

0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Koper Jengkol Kemuning Racailat
Ampo

neonatus bayi balita

Grafik 2. Presentasi Jumlah kematian Neonatal, Bayi dan Balita


Puskesmas Kresek tahun 2017 (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

2. Jumlah Kematian Ibu


Jumlah kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Kresek tahun 2017 sebagai
berikut : kematian ibu hamil tidak ditemukan, kematian ibu nifas sebanyak 1
orang dari desa kemuning dan desa Jengkol .(Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017)

13
B. Jumlah Kesakitan
1. Penyakit Menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari:1
a. Penyakit menular melalui binatang
 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada
kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk) disemua wilayah.

Tabel 2. Data kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2017.1


N JUMLAH KASUS MENINGGAL
DESA
O L P L L P L
1 Jengkol 0 0 0+ 0 0 0+
2 Kemunin 0 0 0 0 0 0
P P
3 Koper
g 1 0 1 0 0 0
4 Kresek 0 0 0 0 0 0
5 Pasiramp 0 1 1 0 0 0
6 Patrasana
o 0 1 1 0 0 0
7 Rancailat 0 0 0 0 0 0
8 Renged 1 0 1 0 0 0
9 Talok 1 2 3 0 0 0
TOTAL 3 4 7 0 0 0

b. Penyakit menular langsung


 Penyakit Diare
Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja encer
dapat juga disertai dengan darah/lendir.

14
Kasus Diare Yang ditanangi menurut jenis kelamin, di
Puskesmas pada tahun 2017
12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Ampo

Laki-laki Perempuan L+P

Grafik 3. Jumlah Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin di


Wilayah Puskesmas Kresek Tahun 2017

Dari grafik diatas Desa Kemuning menempati urutan pertama sebanyak 10306
penderita, di ikuti Desa Kresek 9550 penderita, dan Desa renged 7896
penderita adapun daerah terendah penderita diare yang ditangani yaitu Desa
Koper 4377 penderita .(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)
a) Kusta
Penyakit Kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan Mycobacterium
leprae dengan masa inkubasi rata 3-5 tahun. Di wilayah kerja Puskesmas
Kresek masih ditemukan kasus penyakit kusta baru sebanyak 21 penderita.
Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering tidak ditemukan dan Kusta Multi
Basiler (MB) / Kusta Basah sejumlah 21 orang.

15
Jumlah Penemuan Penderita Kusta di Puskesmas Kresek
berdasar sebaran tiap Desa tahun 2017
6

0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat

Penderita

Grafik 4. Penderita Kusta Puskesmas Kresek Tahun 2017

b) HIV/AIDS/ IMS
Penyakit-penyakit ini menular melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal)
dengan pasangan yang sudah tertular, semakin sering ganti pasangan semakin
besar kemungkinan untuk tertular. Jumlah kasus HIV/AIDS/IMS pada tahun
2017 didapatkan 8 kasus.

c) Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat
disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan oleh
iritasi kimia/fisik dari paru paru akibat penyakit lain. Pada tahun 2017 di
Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia ditemukan dan ditangani
sejumlah 216 kasus.

16
Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Desa di
Puskesmas Kresek tahun 2017
35

30

25

20

15

10

0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat

Laki-laki Perempuan

Grafik 5. Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun 2017.1

d) TB Paru
Penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB paru) di Puskesmas kresek tahun
2017 ditemukan suspek 397 kasus sedangkan TB paru BTA+ dan di obati
sebanyak 55 kasus.

C. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutrisi
seorang individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun
tidak langsung, penyebab langusung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi
yang mungkin diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan

17
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)

1. Balita Dengan Gizi Buruk


Gizi buruk atau Malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang
buruk. Dikarenakan akibat kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis
makanan yang tidak tepat atau dikarenakan seperti adanya penyakit infeksi
yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan perhatian yang
lebih terhadap penanganan Gizi Buruk dan pada balita Bawah Garis Merah agar
tidak menjadi gizi buruk.
Di Wilayah Kec. Kresek jumlah balita di bawah garis merah dari tahun
2017 terdapat 16 balita. Jumlah balita gizi buruk ini kebanyakan karena tingkat
ekonomi masyarakat dan juga kesalahan orang tua dalam mengatur pola asuh
serta pola makan anaknya.

Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat


Perawatan Di Puskesmas Kresek tahun
2017

Laki-laki Perempuan

Grafik 6. Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Dirawat di


Puskesmas Kresek Tahun 2017

18
1.2.6. Upaya Kesehatan
A. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali pada masa
kehamilan dari triwulkan pertama sampai dengan triwulan ke tiga.1
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko yang menyebabkan terhadap
keselamatan ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ibu hamil pada Trimester I di
Puskesmas dan di Posyandu dilakukan dengan sistem 10T seperti Timbang Berat
Badan, ukur Tekanan Darah, imunisasi TT 1, ukur Tiggi Fundus Uteri, pemeberian
Tablet Fe, Temu wicara, Tes laboratorium

Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil di Puskesmas Kresek terdapat 1.488 ibu hamil,
cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.505 orang, dan kunjungan K4 1.497 orang (Profil
Puskesmas Kec. Kresek. 2017).

Cakupan Kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Kresek tahun


2017

1510

1505

1500

1495

1490
K1 K4 Jumlah BUMIL

K1 K4 Jumlah BUMIL

Grafik. 7. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Puskesmas Kresek Tahun


2017. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)

19
2. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Profil Puskesmas Kec.
Kresek. 2017).
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
d. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.40 ibu bersalin, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
pada tahun 2017 sebanyak 1.352 orang dan persalinan oleh non nankes sebanyak 68
orang.

non nakes, 207

nakes, 1237

Grafik. 8. Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kresek Tahun 2017

20
3. Cakupan Kunjungan Neonatus KN 1 dan KN Lengkap
Pada usia kurang dari 1 bulan bayi merupakan golongan yang beresiko tinggi
terhadap kejadian gangguan kesehatan, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
mengurangi resiko tersebut dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan pada neonatus dan cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan Neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan
minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam (KN 1), 1 kali pada 3-7 hari dan 1
kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2017 Cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1) sejumlah 1.319
bayi, dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.319 bayi. Semua Neonatus di wilayah
Puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan kesehatan.

1440
1420
1400
1380
1360
1340
1320
1300
1280
1260
Sas. Bayi KN1 KN lengkap

Sas. Bayi KN1 KN lengkap

Grafik. 9. Jumlah Kunjungan Neonatal KN 1 dan KN Lengkap Puskesmas


Kresek Tahun 2017

21
4. Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2017 berjumlah 84
(6,37%) atau mencapai dari jumlah bayi lahir hidup dan ditimbang berat badan
sebanyak 1.319 bayi yang ada di puskesmas kresek.

6%

BBLR
Bayi Baru lahir
94%

Grafik. 10. Presentase bayi BBLR di Puskesmas Kresek Tahun 2017

B. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah Dan Usia Sekolah


1. Cakupan pemeriksaan Kesehatan Siswa
a. SD/MI
Dari seluruh jumlah siswa – siswi SD di Puskesmas Kresek terdapat 1.270 siswa, dan
dalam penjaringan pemeriksaan kesehatan siswa Pada tahun 2017 tingkat SD sejumlah
1.270siswa. Terdiri dari laki – laki 611 siswa dan perempuan 571 siswa.

22
Jumlah Penjaringan Siswa-Siswi
SD / setingkat…
649
619

Laki-laki Perempuan

Grafik. 11. Jumlah Penjaringan Siswa-siswi SD/setingkat Puskesmas Kresek


Tahun 2017
C. Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan KB di wilayah Puskesmas Kresek dilakukan di dalam dan diluar
gedung. Seperti pelayanan safari KB.
Dari PUS sejumlah 13.856, Cakupan peserta akseptor KB baru pada tahun 2017
sebanyak 2.082 akseptor (15,03%), dan peserta KB Aktif sejumlah 7.808 Akseptor
(56.35%).

16000
14000
12000
10000
8000 14228
6000
7808
4000
2000 2091
0
Kb baru Kb aktif PUS

Kb baru Kb aktif PUS

Grafik. 12. Peserta KB Puskesmas Kresek Tahun 20171

23
D. Pelayanan Imunisasi
Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
1. Cakupan Desa Yang Mencapai UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi, imunisasi
secara lengkap tersebut meliputi BCG, HBO, DPT, Polio dan Campak. Indikator yang
dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah campak. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat dan bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Target pencapaian UCI pada
wilayah desa/ kelurahan yaitu 100 % untuk campak, pencapaian di Puskesmas Kresek
dari 9 desa sudah 7 Desa yang mencapai UCI atau (77,77 %) dan 2 desa yang belum
UCI (22,22%) yaitu Desa Rancailat dan Patrasana (Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017).

1400

1200

1000

800
1341 1304
1201
600

400

200
205 149
0
Hb > 7 hr BCG DPT-HB3 Polio Campak

Hb > 7 hr BCG DPT-HB3 Polio Campak

Grafik. 13. Cakupan Imunisasi Puskesmas Kresek tahun 20171

24
2. Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan
dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

3. Pelayanan Imunisasi rutin


Pelayanan imunisasi rutin untuk bayi dan ibu hamil dilaksanakan dalam dan luar
gedung. Pelayanan dalam gedung dilayani diruang imunisasi dan di poli KIA, untuk
pelayanan luar gedung dilayani di Posyandu. Jenis dan cakupan imunisasi di
Puskesmas Kresek mencakup (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017):
a. Imunisasi BCG, akan memberikan ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis),
Cakupan imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Kresek tahun 2017 mencapai 1.341
bayi.
b. Imunisasi DPT-Hb3, beranfaat untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur
6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi DPT Hb
di Puskesmas Kresek jauh melampaui target yaitu mencapai 1.393 bayi (106 %)
c. Imunisasi DPT Hb 3 terjadi peningkatan pada cakupan mencapai 1304 bayi
d. Imunisasi Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis (penyakit lumpuh layu secara
mendadak). Imunisasi ini diberikan segera setelah lahir. Cakupan Imunisasi polio
wilayah Puskesmas Kresek 205 bayi
e. Imunisasi Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles). pada umur 9 bulan
Cakupan Imnisasi campak pada tahun 2017 mencapai 149 bayi

4. Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan Imunisasi TT


Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya melindungi bayi dan ibu dari tetanus neonatorum. Cakupan imunisasi TT Bumil

25
pada tahun 2016 sebagai berikut: TT-1 86,67 %, TT-2 79,24 %, TT-3 11,04%, TT-5
9,22% dan TT 2 +0%.
Pelayanan Pengobatan / Perawatan (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017) :
1. Kunjungan Rawat Jalan Umum
Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas Kresek tahun 2017 kunjungan
mencapai 37203 pasien. Dengan perincian berdasarkan jenis pasien yang di gambar
pada grafik di bawah ini.

Grafik 14. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Kresek Tahun
2017

2. Cakupan Rawat Jalan Gigi


Pelayanan Kesehatan gigi di puskesmas Kresek selain pelayaanan di puskesmas
juga melaksanakan pemeriksaan gigi anak sekolah melalui kegiatan UKGS.
a) Penambatan dan pencabutan gigi
Pelayanan kesehatan Gigi dan mulut di Puskesmas Kresek Tahun 2017
tumpatan gigi tetap 157 orang dan pencabutan gigi tetap 55 orang rasio tumpatan
dengan pencabutan gigi tetap adalah 2,85.
b) Murid SD/MI yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut
Cakupan pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD/MI tahun 2017 dari 36
SD/MI terdapat 6.925 siswa, jumlah yang diperiksa 1.785. Jumlah siswa yang

26
memerlukan perawatan gigi lanjutan sebanyak 1624 siswa, jumlah siswa sd yang
mendapat perawatan 806.
3. Kunjungan Rawat Inap
Di Puskesmas Kresek jumlah kunjungan pasien rawat inap terdiri dari pasien
umum pada tahun 2017, yang terdiri dari 559 pasien, laki-laki sebanyak 216 orang dan
perempuan 343 orang. Dari total pasien tersebut dikelompokan berdasar jenis pasien
terdiri dari pasien umum 203 orang (39.85%) orang, BPJS 333 orang (56.60%), KS 12
orang (3.0%), dan peserta Jamkesda 11 orang (0.5%).

Grafik 15. Presentase Jumlah Pasien Rawat Inap Berdasarkan Jenis Pasien di
Puskesmas Kresek Tahun 2017

E. Pelayanan Kesehatan Jiwa


Di Puskesmas Kresek Pelayanan Kesehatan Jiwa pelaksanaannya sebatas
pendatan jumlah penderita dan tindakan rujukan ke Rumah Sakit belum melakukan
pengobatan atau perawatan di puskesmas tahun 2017 tidak ada penderita yang
dilayanin untuk kesehatan jiwa1

F. Pemantauan pertumbuhan balita


1. Balita yang di Timbang
Untuk mengetahui keadaan berat badan pada balita terutama untuk mengetahui
status gizi balita, maka pelaksanaan pelayanannya lebih banyak dilakukan diluar

27
gedung melalui kegiatan posyandu. Cakupan yang ditimbang pada tahun 2016 dari
6.073 balita yang datang dan ditimbang di posyandu 5.479 orang (90.22%) dan balita
dengan BGM sebanyak 36 orang (0.96%)

Grafik. 16. Jumlah Balita yang Ditimbang Puskesmas Kresek Tahun 2017

2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)


Dari hasil Balita yang di timbang berat badannya dibawah garis merah tahun
2017 yaitu 109 balita (2%) dari 5.479 balita yang ditimbang. Adapun distribusinya
menurut jenis kelamin laki laki 16 terdiri dari laki-laki dan perempuan 20 balita. Berat
badan balita dibawah garis merah (BGM) hal ini disebabkan karena penghasilan
masyarakat rendah dan pola asuh yang salah sehingga mengakibatkan anak yang
mengalami gizi buruk.

Grafik. 17. Balita dengan BGM Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kresek
Tahun 2017

28
G. Pelayanan Gizi
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A
Pembagian Vitamin A pada balita dilakukan 2 kali dalam tahun, yaitu pada
bulan Februari dan Agustus dengan tujuan untuk mencegah terjadi kekurangan Vitamin
A yang akan menyebabkan kebutaan. Sasaran bayi (6-11 bulan) di wilayah Puskesmas
Kresek pada tahun 2017 yang mendapatkan Vitamin A mencapai 658 bayi. Sedangkan
untuk balita (12-59 balita) dari 4.403 balita, dan yang mendapatkan Vitamin A
mencapai 5073 balita.

2. Cakupan Ibu Hamil mendapat tablet Fe


Pada ibu hamil tablet Fe merupakan suplemen yang penting untuk
meningkatkan haemoglobin dan mencegah kecacatan pada janin, dari 1.505 ibu hamil
yang mendapatkan F1 (30 tablet) dan yang mendapatkan F3 (90 tablet) yaitu 1.505.

3. Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan


Jumlah balita Gizi buruk yang mendapat perawatan di puskesmas pada tahun
2017 dari 16 penderita semua mendapatkan perawatan (100%), laki-laki 6 orang dan
perempuan 10 orang.

Grafik. 18. Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Puskesmas Kresek
Tahun 2017

29
H. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
1. Akses ketersediaan darah
Akses ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan
ibu hamil dan neonatus Di Puskesmas Kresek tidak melakukan persediaan darah.1

2. Ibu hamil resiko Tinggi /Komplikasi yang ditangani


Dari Jumlah 1.488 ibu hamil, perkiraan ibu hamil drngan komplikasi kebidanan
sebanyak 298, ibu hamil mendapat penanganan klompikasi kebidanan sebanyak 332
(111.56%).1

Grafik. 19. Jumlah Penanganan Komplikasi Kebidanan Puskesmas Kresek


Tahun1

3. Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang di tangani


Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dapat mengancam jiwa ibu dan
/atau bayi, dengan komplikasi dalam kehamilan seperti Abortus, Hiperemesis
gravidarum, Perdarahan per vaginam, Hipertensi dalam kehamilan
(preeklamsia,ekslamsia), Infeksiberat/sepsis, Kontraksi dini/persalinan premature,
Kehamilan ganda, Komplikasi dalam Nifas seperti :Hipertensi dalam kehamilan (pre
eklamsia, ekslamsia), Infeksi nifas, Perdarahan nifas.
Jumlah ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi pada tahun 2017 perkiraan
neonatal resiko tinggi sebanyak 182 orang dan jumlah ditangani 182 orang (100%).1

30
I. Pelayanan Gawat Darurat
Mulai tahun 2009 di Puskesmas Kresek dengan kemampuan dan peralatan yang
ada telah melaksanakan pelayanan gawat darurat 24 jam pada pertolongan pertama dan
melayani persalinan 24 jam.1

J. Penyelidikan epidemiologi1
1. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas Kresek tidak terjadi kasus kejadian luar
biasa baik penyakit maupun keracunan.

2. Desa Bebas Rawan Gizi


Dari 9 desa yang ada di Wilayah Kecamatan Kresek, semua desa termasuk
kategori rawan gizi.

K. Pemantauan Rumah Tangga yang Ber PHBS


1. Rumah Tangga yang Ber PHBS
Dari hasil kegiatan pemantauan Rumah tangga ber PHBS pada tahun 2016
jumlah sarana/rumah yang diperiksa 1.890 rumah dan yang ber PHBS mencapai 938
rumah (50 %).1

Grafik. 20. Rumah Tangga yang Ber PHBS Puskesmas Kresek Tahun 20171

L. Pelayanan Kesehatan Kerja

31
1. Cakupan kesehatan kerja pada pekerja informal
Di wilayah Puskesmas Kresek tidak terdapat kelompok pengasinan, industri
rumah tangga dan tidak dilakukan pembinaan belum rutin melaksanakan.
Tahun 2016 tidak dilaksanakan pemeriksaan dan pembinaan Pos UKK diwilayah
kecamatan Kresek.1

M. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


1. Cakupan Pelayanan Pra Usia lanjut dan Usia lanjut
Pelayanan kesehatan lanjut usia dilakukan di dalam gedung (Klinik Lansia) dan
luar gedung (Posbindu) di desa. Pada tahun 2017 jumlah lansia usia diatas 60 tahun
yang ada 3.367 orang sedangkan yang diperiksa laki-laki sebanyak 197 orang (12,42
%) orang dan perempuan 1.126 orang (63.11%)

Grafik. 21. Cakupan Pelayanan Lansia Puskesmas Kresek Tahun 20171

1.3 Keluarga Binaan


Keluarga binaan bertempat di RT 008/RW 001 dan 009/003, Desa Patrasana,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten.

Keluarga binaan kelompok 1 terdiri dari 4 keluarga, yaitu:


1. Keluarga Tn. Badria
2. Keluarga Ny. Amnah
3. Keluarga Tn. Asmuni

32
4. Keluarga Tn. Supriyani

Rute perjalaan dari Puskesmas Kresek menuju ke rumah keluarga binaan sekitar 15
menit perjalanan dan sekitar 5 km dari Puskesmas Kresek.

Gambar 4. Denah keluarga binaan RT 09 dan RT 08

1. .Keluarga Binaan Tn.Badria


A. Data Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Badria yang memiliki 4 orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:

33
Status Jenis Usia Penghasilan
Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala
Rp.
Tn. Badria keluarga, Laki – laki 43 Tamatan SD Pedagang
1.500.000
Suami
Rp.
Ny. Acih Isteri Perempuan 38 Tamatan SD Buruh cuci
1.000.000
Aep Anak SLTA/Sedera
Laki-laki 17 Pelajar -
Sarlilah kandung jat
Anak
Faujiah Perempuan 10 SD/Sederajat Pelajar -
kandung
Tabel 3 Data Dasar Keluarga Tn. Badria
Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 08/003 Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri seorang suami, yang mempunyai
satu orang isteri dan telah mempunyai dua orang anak. Keluarga ini mempunyai
penghasilan dari profesi pedagang dan buruh cuci dengan pendapatan rata - rata total
Rp 1.500.000 – Rp. 2.000.000 per bulan.
Anak pertama Tn. Badria dan Ny. Acih bernama Aep yang berusia 17 tahun.
Anak tersebut lahir dengan ditolong oleh bidan di Puskesmas, dan anak tersebut saat
ini terdaftar sebagai pelajar. Menurut keterangan Ny. Acih selama masa tumbuh
kembang Aep rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu sampa untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan imunisasi hanya sampai berusia 1 tahun, kemudian tidak
pernah rutin membawa anak pertamanya ke puskesmas dan posyandu lagi.

Anak kedua Tn. Badria dan Ny. Acih bernama Faujiah yang berusia 10 tahun.
Anak tersebut lahir dengan ditolong oleh bidan di Klinik Bersalin, dan saat ini terdaftar
sebagai pelajar. Menurut keterangan Ny. Acih selama masa tumbuh kembang Dewi

34
rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
imunisasi.

Keluarga Tn. Badria tinggal di rumah kontrakan dengan luas bangunan sekitar
3 x 7,5 meter persegi dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas
sekitar 3 x 1 meter. Dinding rumah terbuat dari semen, lantai rumah keluarga Tn.
Badria sudah menggunakan keramik, dan atap rumah terbuat dari genting dan sudah
ditutupi oleh plafon.
Rumah Tn. Badria terdiri dari 2 ruangan yang terdiri dari sebuah kamar tidur
dengan luas sekitar 3 x 3 meter dan sebuah ruang keluarga merangkap ruang makan
dengan luas 3 x 2 meter. Antara kamar tidur dan ruang makan hanya dibatasi lemari
setinggi 1,5 meter dan tidak mencapai plafon.
Terdapat sistem ventilasi pada rumah Tn. Badria. Terdapat jendela di rumah
keluarga Tn. Badria. Udara masuk pada pintu depan rumah ketika pintu tersebut dibuka
dan dari jendela yang selalu dibuka setiap harinya. Sistem ventilasi rumah Tn. Badria
sudah memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya
yang mencapai >10% dari luas lantai rumah. Penerangan di dalam rumah Tn. Badria
hanya terdapat 1 buah lampu bohlam 18 watt pada kamar tidur dan ruang makan.
Di rumah Tn. Badria terdapat fasilitas kamar mandi yang bedinding keramik
dan berlantai keramik dengan ukuran 3x 1,5 m dan ditutupi oleh plafon. Terdapat
fasilitas jamban leher angsa di kamar mandi tersebut untuk buang air besar (BAB).

35
Gambar 5. Denah Rumah Keluarga Tn. Badria – Ny. Acih

Keadaan rumah Tn.Badria masih mencerminkan rumah bersih dan sehat.


Rumah Tn. BAdria terlihat bersih dan tidak berdebu di rumah. Istri Tn. Badria
membersihkan rumah setiap hari serta membuang sampah pada tempatnya.

A. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Keluarga Tn. Badria memiliki sumber air berupa air dari pompa Sanyo.
Sedangkan untuk minum keluarga Tn. Badria menggunakan air galon isi ulang, 1 galon
air minum dapat dihabiskan dalam 5 hari. Keluarga Badria memiliki kebiasaan
membuang sampah di bak penampungan sampah kemudian akan dibakar bila sudah
penuh. Keluarga Tn. Badria makan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada saat
makan siang dan makan malam. Makanan yang dikonsumsi berupa makanan sederhana
seperti nasi dengan lauk tahu/tempe,telor dan ikan, serta jarang menyertakan sayur

36
mayur ataupun buah pada makanan pokok nya. Keluarga Tn. Badria sesekali
mengonsumsi buah-buahan dan sesekali minum susu. Untuk makanan cepat saji,
keluarga Tn. Badria mengaku jarang mengonsumsinya. Keluarga Tn. Badria mengaku
mengkonsumsi mie instan maksimal hanya tiga kali dalam seminggu.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Badria terdiri dari piring yang
terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Badria
tetap mencuci tangan sebelum mulai makan dengan menggunakan sabun.
Tn. Badria mempunyai kebiasaan merokok satu bungkus perhari. Merokok
dilakukan di luar rumah (teras) serta di tempat kerja, Tn.Badria juga merokok didalam
rumah sambil menonton TV sehabis makan. Karena kesibukan kerjanya dari pagi
sampai malam membuat Tn. Badria dan keluarganya tidak sempat untuk berolahraga.
Anak pertamanya lebih sering main ke warnet sampai sore dan anak terakhirnya lebih
sering main didalam rumah, sedangkan istrinya hampir seharian menyelesaikan
setrikaan dan cucian pelanggan.
Tn. Badria pernah merasakan keluhan apa-apa selama ini dan setiap ke
puskesmas tekanan darah Tn.Badria selalu normal. Sedangkan istri nya Ny.Acih
terdiagnosa diabetes melitus dan saat mengonsumsi obat Metformin untuk mengontrol
kadar gula darahnya, saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan
darah Ny.Acih adalah 150/90 mmHg, Ny.Acih juga sering mengeluhkan pusing dan
sakit dibaginag tengkuk. Ny.Acih tidak mengetahui sebelumnya jika mempunyai
tekanan darah tinggi dan hanya menangani keluhan nya dengan obat warung.

No Kriteria Permasalahan
Tn. Badria merokok 1 bungkus per hari di rumah
1. Kebiasaan Merokok
maupun di tempat kerja.
Anggota keluarga Tn. Badria tidak pernah
2. Olah Raga
melakukan kegiatan olahraga.

37
Makan 2 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
lauk pauk seperti tahu tempe, ikan, telur. Jarang
3 Pola Makan
mengkonsumsi daging ayam, daging sapi, buah-
buahan dan susu.
Pola Pencarian
4 Berobat ke doktek praktik terdekat, Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Menabung perbulan Rp. 200.000,-
Aktivitas Sehari – Tn. Badria berkerja sebagai pedagang dan dan Ny.
6
hari Acih bekerja sebagai buruh cuci lepas.
Keluarga Tn. Badria melakukan cuci tangan
Kebiasaan mencuci
7 sebelum dan setelah makan menggunakan air yang
tangan
mengalir dan menggunakan sabun.
Keluarga Tn. Badria menggunakan alas kaki saat
8 Penggunaan alas kaki
bepergian keluar rumah.
Tabel. 4. Faktor Internal Keluarga Tn. Badri

Tabel 5 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Badria

38
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan 3 x 7 meter.
Terdapat 1 kamar tidur dan 1 ruang makan yang
2. Ruangan Dalam Rumah
hanya dibatasi oleh lemari.
Pada teras depan tidak tanah ataupun terdapat
3. Ruangan Luar Rumah
tempat bercocok tanam.
Terdapat sistem ventilasi. Udara masuk melewati
4. Ventilasi
pintu depan rumah dan jendela.
Hanya terdapat 1 buah lampu antara kamar tidur
5. Pencahayaan
dan ruang makan
Keluarga Tn. Badria mempunyai jamban leher
6. MCK
angsa untuk melakukan aktivitas BAB dan BAK.
Air bersih didapatkan dari air Pompa Sanyo yang
di gunakan untuk mencuci, mandi dan memasak,
7. Sumber Air
sedangkan untuk minum menggunakan air galon
isi ulang.
Sampah ditumpuk dan dibakar di belakang rumah
8. Tempat Pembuangan Sampah
jika sudah menumpuk.
9. Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berdempetan dengan rumah lain.

Masalah Medis dan Non Medis Keluarga Tn. Badria

 Masalah Medis
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
 Masalah non medis
1. Kurangnya perilaku pola makan gizi seimbang
2. Kurangnya kesadaran untuk berolahraga
3. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan

39
4. Rendahnya pendapatan keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan untuk sehari-hari
tidak terpenuhi

2.Keluarga Ny. Amnah


A.Data Dasar Keluarga Ny. Amnah
Keluarga binaan Ny.Amnah terdiri dari 1 anggota keluarga, yaitu Ny. Amnah
saja.

Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) terakhir
(L/P)

Ny. Pedagang
1 Ibu P 63 SD
Amnah nasi uduk

Buruh
2 Asep Anak L 30 SLTP
swasta

Tabel 6. Data dasar Keluarga Ny. Amnah

Keluarga Ny Amnah bertempat tinggal di RT 08/RW 03, Desa Patrasana,


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Ny Amnah, berusia 63 tahun, bekerja
sebagai Pedagang nasi uduk di daerah Kresek dengan penghasilan berkisar Rp
1.000.000,00 perbulan. Pendapatan Ny. Amnah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan dan lain-
lain.
Ny Amnah dahulu mempunyai suami kemudian meninggal pada saat
Ny.Amnah berusia 38 th.Ny.Amnah mengenyam pendidikan hingga SD.

40
a. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Ny.Amnah tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah milik
sendiri, dengan luas tanah sekitar 22 m2 dan luas bangunan berukuran 19 m x 8 m.
Rumah Ny. Amnah. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik,
beratap genteng tanpa plafon, dan dindingnya terbuat dari batu bata dan berupa tembok
yg sudah dicat dengan cat warna putih yang sudah terlihat kotor. Ventilasi yang ada
diatas pintu utama berbentuk panjang terdapat 3 10 cm x 5 cm, dan di kamar tidur 3
cm 10x5 cm. Jendela kaca yang berada di samping pintu depan 150 cm x 90 cm, di
samping tempat televisi berukuran 150 x 90 jendela di kamar tidur 50 cm x 25 cm.
Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu 4 x 5 m, ruang keluarga 6 x 5 m, 2 kamar tidur
4 m x 5 m dan 5 x 3 m. Selain itu terdapat satu ruang dapur 5 m x 8 m dan kamar mandi
3 x 8 m. Pencahayaan di rumah ini terdapat 5 buah lampu di dalam rumah, berwarna
kuning. Dan terdapat 1 buah lampu di teras. Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan
jamban.

Gambar 6. Denah Rumah Ny.Amnah

41
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Ny Amnah terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat halaman rumah orang lain dan disamping halaman rumah terdapat
masjid dipinggir jalan raya kemudian sebelah kiri terdapat beberapa rumah tetangga.

c. Pola Makan
Keluarga Ny Amnah memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari. Ny Amnah
memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari
ialah nasi, tahu, tempe dan terkadang menggunakan telur, ikan asin dan sayur mayur.
Ny.Amnah mengkonsumsi buah-buahan bila ada pedang yang berjualan keliling
sekitar satu minggu 2x dsn buah yang sering dibeli adalah pepaya dan semangka.
Ny.Amnah tidak suka meminum susu sehinga tidak pernah beli mengkonsumsi susu.

d. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Anak


Anak pertama adalah perempuan, yaitu Ny. Amnah 63 th sekarang bekerja
pedagang nasi uduk setiap pagi didesa Patrasana Kecamatan Kresek. Anak ny. Amnah
yaitu tn. Asep berusia 30 th bekerja sebagai buruh dan bertempat tinggal di teluk naga
bersama dengan istri. Proses kelahiran Ny. Amnah dirumah, dibantu dukun.
Sejak lahir anak Ny. Amnah tidak mendapatkan imunisasi, diberikan ASI
eksklusif dan makanan pendamping sesuai dengan usia.

e. Kebiasaan Berobat
Ketika ada Ny Amnah sakit, biasanya memilih berobat ke Bidan terdekat. Saat
ini Ny Amnah sudah memiliki kartu BPJS untuk mempermudah pelayanan kesehatan.

f. Riwayat Penyakit
Saat ini Ny.Amnah sering mengalami penyakit Hipertensi bila ny.Amnah
berobat dan tekanan darah ny.Amnah rata-rata 140/90. Kadang dirinya merasakan
kepala nyeri berdenyut. Awalnya Ny Amnah hanya meminum obat. Tetapi apabila

42
tidak kunjung sembuh, pergi ke Bidan untuk berobat. Penyakit yang sering dialami
yaitu ISPA.
g. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Setiap pagi Ny Amnah rutin menyapu halaman rumahnya, beliau mengaku
terkadang menderita batuk dan pilek setelah menyapu halaman. Kemudian kegiatan
lain Ny Amnah adalah Pedagang nasi uduk setiap pagi. Ny Amnah mengaku jarang
mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor Ny.Amnah baru akan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Ny. Amnah memiliki kebiasaan
membuang sampah dengan menumpuknya di pojok dapur dan membakar sampah
rumah tangga di halaman belakang rumahnya .Ny Amnah tidak pernah melakukan
olahraga.

No Kriteria Permasalahan
1 Olahraga Keluarga ny.Amnah tidak melakukan olahraga rutin

2 Pola makan Keluarga Ny.Amnah umumnya makan 3 kali sehari,


menu makanan antara lain nasi, tahu tempe, telur,
ikan asin, seta sayur mayor. Jarang mengkonsumsi
daging dan makan buah dua kali dalam satu minggu.

3 Menabung Keluarga ny. Amnah kadang kala menabung Rp.


20.000 dalam satu bulan.
4 Kebersihan Ny. Amnah menggunakan peralatan mandi sendiri
dan mengganti handuk 1 minggu sekali.
5 Alat kontrasepsi Ny. Amnah tidak memakai kontrasepsi

43
Tabel 7. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Ny. Amnah

No Kriteria Permasalahan

1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 22 m2 dan luas bangunan berukuran 19 x 8 m.

2. Ruangan dalam Rumah ini terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1
rumah ruang tamu dan 1 ruanb keluarga. Bangunan rumah tidak
bertingkat, lantai rumah menggunakan keramik. Atap terbuat
dari genteng dan tidak memiliki langit-langit. Seluruh dinding
bangunan terbuat dari batu bata dan dilapisi semen. Luas kamar
tidur kurang lebih 4 m x 5 m dan 5 x 3 m. Di bagian depan rumah
terdapat ruang dengan 4 x 5 m, ruang keluarga 6 x 5 m. Selain
itu terdapat satu ruang dapur 5 m x 8 m dan kamar mandi 3 x 8
m.

3. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dan jendela

4. Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat 5 buah lampu di dalam rumah,


pencahayaannya kurang karena kurang lampu dan memai lampu
dengan watt yang kurang
5. Penempatan Dirumah Ny.Amnah terdapat banyak penumpukan barang-
barang barang yang tidak terpakai di pojok-pojok rumahnya

6. MCK dan Tempat cuci piring berada di dapur dan untuk mandi berada di
Jamban kamar mandi. Terdapat bak mandi yang jarang dibersihkan
didalam kamar mandi.
7. Sumber air Untuk kebutuhan air minum, memasak, mandi dan mencuci
berasal dari air sumur

44
8. Saluran Ny.Amnah tidak memilki tempat pembuangan limbah
pembuangan
limbah

Tempat Keluarga Ny.Amnah membuang sampah dibealakang rumah dan


pembuangan langsung membakarnya
9.
sampah

Tabel 8. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Amnah

Masalah Medis dan Non Medis Keluarga Ny. Amnah

 Masalah Medis
1. Hipertensi
2. ISPA
 Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang
2. Pendidikan rendah
3. Pendapatan yang rendah sehingga keluarga binaan tidak terpenuhi
kebutuhan sehari-hari.
4. Rendahnya perhatian seorang keluarga binaan sehingga menu makan
seadaanya
5. Kebiasaan olahraga yang kurang
6. Kurangnya kebersihan rumah
7. Terdapat pemumpukan barang bekas dipojokan dalam rumah
8. Kurangnya air bersih

3. Keluarga Tn. Asmuni


A. Data-data Keluarga Tn. Asmuni

45
Keluarga Tn. Asmuni tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala keluarga, yaitu
Tn. Asmuni beserta istri Ny Kasmah, dan satu orang anak yang bernama Haeni.

Status
Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga
Tn. Suami L 69 SD Buruh Rp. 2.000.000/
Asmuni Thn bulan
Ny. Istri P 57 SD Ibu Rumah Tidak
Kasmah Thn tangga berpenghasilan
Haeni Anak L 23 SLTP Pelajar Tidak
Thn berpenghasilan
JK : Jenis Kelamin; L: Laki-laki; P: Perempuan
Tabel 9. Data Anggota Keluarga Tn. Asmuni

Keluarga Tn. Asmuni bertempat tinggal di Kampung Patrasana, Desa Patrasana


RT 009/RW 003, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn.
Asmuni berusia 69 tahun dan bekerja sebagai buruh pabrik rata-rata penghasilan per
bulan Rp. 2.000.000. Istrinya, Ny. Kasmah, sebagai ibu rumah tangga tidak
berpenghasilan. Anak Haeni berusia 23 tahun dan merupakan seorang pelajar

B. Bangunan Tempat Tinggal


Rumah keluarga Tn. Asmuni dengan menyewa, dengan ukuran bangunan 7 m x 6 m
dan luas bangunan 42 m2. Rumah terdiri dari satu kepala keluarga. Di dalam rumah
terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu. Bangunan rumah
tidak bertingkat, lantai rumah menggunakan ubin. Atap terbuat dari genteng dan tidak
memiliki langit-langit. Seluruh dinding bangunan terbuat dari susunan bambu.
Terdapat 1 jendela di masing-masing ruang tamu dan kamar. Terdapat ventilasi udara
di semua ruangan di rumah. Luas kamar tidur kurang lebih 2 m x 2 m, pencahayaannya
kurang karena jendela jarang dibuka. Di bagian depan rumah terdapat ruang tamu
dengan luas 3 m x 2 m. Di bagian belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang
lebih 1,5 x 1,5 m dan kamar mandi serta jamban di dalam rumah ukuran 1x1 m. Air

46
untuk MCK didapat dari air Pam, dan sifat airnya keruh, berwarna kuning, tetapi masih
dapat digunakan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan sehari-hari.

Gambar 7. Denah Rumah Tn. Asmuni


C. Lingkungan Pemukiman
Bagian belakang rumah Tn. Asmuni berbatasan langsung dengan rumah penduduk lain.
Bagian kanan rumah berbatasan dengan rumah penduduk lain, sementara bagian kiri
berbatasan dengan jalan setapak dan selokan. Di depan rumah berbatasan dengan
rumah penduduk lain .
Pola Makan Keluarga Tn. Asmuni makan besar sebanyak 3 kali sehari, yaitu pagi,
siang, dan malam. Makanan seringkali diolah sendiri oleh Ny. Kasmah. Menu sehari-
hari antara lain nasi, ikan asin, tempe, tahu dan sayuran . Keluarga Tn. Asmuni jarang
makan daging, ayam, dan buah-buahan. Air minum didapat dari memasak air PAM.

47
Keluarga Tn. Asmuni mengaku jarang mencuci tangan sebelum makan dan selalu
mencuci tangan setelah BAB.

D. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak


Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan tidak ada balita dalam keluarga Tn.
Asmuni. Anak Tn. Asmuni lahir dengan normal di rumah bersalin bidan daerah
setempat.

E. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke Puskesmas
Kresek atau ke tempat praktek pribadi bidan. Untuk mencapai rumah sakit umum
daerah atau puskesmas, biasanya Tn. Asmuni menggunakan motor. Seluruh anggota
keluarga Tn. Asmuni tidak terdaftar BPJS.

F. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke, kanker tidak ada di keluarga Tn.
Asmuni. Tn. Asmuni memiliki riwayat hipertensi. Penyakit yang sering diderita
keluarga Tn. Asmuni adalah Diare. Tn. Asmuni tidak merokok. Keluarga Tn. Asmuni
mengaku jarang berolahraga dengan alasan tidak memiliki waktu yang cukup, dan
merasa sudah cukup aktifitas saat bekerja. Keluarga Tn. Asmuni terbiasa mandi dua
kali sehari, dan sikat gigi setiap kali mandi.

G. Faktor Internal Keluarga Tn. Asmuni


Keluarga Tn. Arsali tidak berolahraga. Keluarga Tn. Asmuni memiliki pola makan
yang umumnya makan 3 kali sehari, menu makanan antara lain nasi, ikan asin, tempe,
tahu dan sayuran. Keluarga jarang makan daging, ayam, ikan dan buah-buahan, yakni
satu kali dalam seminggu. Keluarga Tn. Asmuni berobat Puskesmas Kresek atau ke
praktek pribadi bidan apabila sakit. Seluruh anggota keluarga tidak terdaftar BPJS
Kesehatan. Tn. Asmuni bekerja sebagai buruh lepas, anak Tn. Asmuni masih sekolah

48
sedangkan istrinya hanya beraktivitas di rumah. Istri Tn. Asmuni tidak pernah
menggunakan KB.

H. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asmuni


Rumah keluarga Tn. Asmuni , dengan ukuran bangunan 7 m x 6 m dan luas bangunan
42 m2. Rumah terdiri dari satu kepala keluarga. Di dalam rumah terdapat 1 kamar tidur,
1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu. Bangunan rumah tidak bertingkat, lantai
rumah menggunakan ubin. Atap terbuat dari genteng dan tidak memiliki langit-langit.
Seluruh dinding bangunan tersusun dari bamboo.Terdapat 1 jendela di masing-masing
ruang tamu yang jarang dibuka. Terdapat ventilasi udara di semua ruangan di rumah.
Luas masing-masing kamar tidur kurang lebih 2 m x 2 m, pencahayaannya kurang
karena jendela jarang dibuka. Di bagian depan rumah terdapat ruang tamu dengan luas
3 m x 2 m. Di bagian belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang lebih 1.5 m x
1,5 m dan kamar mandi di dalam rumah ukuran 1 m x1 m. Air untuk MCK didapat dari
air PAM dapat digunakan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan sehari-hari. Sebelah
kanan rumah Tn. Asmuni berbatasan dengan rumah penduduk lain, dan sebelah kiri
rumah Tn. Asmuni berbatasan dengan jalan setapak dan selokan. Bagian belakang
rumah Tn. Asmuni berbatasan dengan rumah penduduk lain dan bagian depan rumah
Tn. Asmuni juga berbatasan dengan rumah penduduk lain. Air didapatkan dari air pam
yang terdapat di rumah Tn. Asmuni.

Dari hasil survei pedman penialaian rumah sehat di dapatkan kompenen


rumah Tn. Asmuni adalah 11 x 30 = 330, sarana sanitasi 12 x 25 = 300, perilaku
penghuni 6 x 44 = 264 jadi total dari hasil penilaian adalah 894 menandakan rumah Tn.
Asmuni TIDAK SEHAT.

No Kriteria Permasalahan

49
1 Pola makan Keluarga Tn.Asmuni memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.
Makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang dimasak
oleh Ny. Asmuni. Adapun lauk seperti daging sapi dan daging
ayam adalah lauk yang jarang dikonsumsi.
2 Cuci Tangan Keluarga Tn. Asmuni mengaku jarang mencuci tangan sebelum
makan menggunakan sabun
3 Aktivitas sehari-hari Keluarga Tn. Asmuni sehari-hari melakukan aktivitas ringan
hingga sedang dan tidak memiliki kebiasaan berolahraga secara
rutin.

Tabel 10. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Asmuni

No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 42 m2 dan luas bangunan berukuran 7m
x 6m.
2. Ruangan dalam Rumah ini terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1
rumah dapur, dan 1 ruang tamu. Bangunan rumah tidak
bertingkat, lantai rumah menggunakan ubin. Atap terbuat
dari genteng dan tidak terdapat langit - langit. Seluruh
dinding bangunan terbuat dari susunan bamboo.
3. Ventilasi Ventilasi yang ada di rumah ini berasal dari celah di atas
pintu utama dan celah di atas jendela kaca di samping
pintu utama rumah.
4. Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat 4 buah lampu di dalam
rumah, dan jendela dan puntu jarang dibuka sehingga
gelap.
5. MCK Mempunyai kamar mandi dan jamban pada rumahnya
6. Sumber air a. Menggunakan air PAM yang sudah di masak untuk
konsumsi minum sehari-hari.

50
b. Untuk kebutuhan mencuci tangan, mencuci piring dan
memasak menggunakan air yang berasal dari PAM
7. Saluran pembuangan Tn. Asmuni tidak memiliki tempat pembuangan limbah
limbah di rumahnya.

8. Tempat pembuangan Keluarga Tn.Asmuni membuang sampah di belakang


sampah rumah kemudian langsung membakarnya.

Tabel 11. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asmuni

Masalah Medis dan Non Medis Keluarga Tn. Asmuni

 Masalah Medis
1. obesitas
2. Hipertensi

 Masalah Non Medis


1. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan
2. Ketidaktersedianya tempat sampah dan pengelolaannya sampah
3. Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah yang kurang baik
4. tidak memiliki tempat pembuangan limbah di rumahnya.

4.Keluarga binaan Tn. Supriyani


Keluarga Tn. Supriyani tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala
keluarga, yaitu Tn.Supriyani, beserta istri Ny. Simah, dan anak Pertama Tn. Dayat.
Anak kedua Tn. Supriyani sudah menikah dan tidak tinggal bersama keluarga Tn.
Supriyani.

Nama Status JK Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga

51
Tn. Suami L 48 thn Tamat SD Pedagang Rp. 80.000/hari
Supriyani
Ny. Istri P 47 thn Tamat SD Pedagang Rp. 50.000
Simah
Tn. Dayat Anak L 28 thn Tamat SD Buruh Rp. 60.000
pertama harian lepas
Ny. Siti Anak P 25 thn Tamat SMK Tidak -
kedua bekerja
JK: Jenis Kelamin; L: Laki-laki; P: Perempuan

Tabel 12. Data Anggota Keluarga Tn. Supriyani

Keluarga Tn. Supriyani bertempat tinggal di Desa Patrasana RT 09/RW 03


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Supriyani berusia 48
tahun dan bekerja sebagai pedagang dengan rata-rata penghasilan per hari Rp 80.000.
Istrinya, Ny. Simah, sebagai pedagang keset rata-rata berpenghasilan Rp.50.000 per
hari sehingga penghasilan perbulan keluarga ini adalah Rp. 1.500.000-2.000.000. Tn.
Supriyani dan Ny. Simah memiliki 2 anak; 1 anak sudah menikah dan tinggal tidak
serumah. Satu anak yaitu Tn. Dayat belum menikah dan masih tinggal satu rumah. Jika
dihitung kalkulasi dalam sebulan penghasilan Tn. Supriyani tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

a.Bangunan Tempat Tinggal


Rumah keluarga Tn. Supriyani milik sendiri, dengan ukuran bangunan 7 m x
10 m dan luas bangunan 70 m2. Di dalam rumah terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar mandi,
1 dapur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan . Bangunan rumah tidak bertingkat dan lantai
rumah plester. Atap terbuat dari genteng dengan langit-langit terbuat dari triplek.
Terdapat 2 jendela di depan rumah yang sering dibuka. Ventilasi terdapat di depan
rumah sebanyak 2 buah, permanen terbuka. Pada ketiga kamar tidur masing-masing
terdapat satu kamar memiliki 1 jendela dan 1 ventilasi, sedangkan 2 kamar yang lain

52
hanya memiliki ventilasi. Luas masing-masing kamar tidur kurang lebih 3x3 m,
pencahayaannya cukup pada kamar utama karena terdapat jendela, namun pada kamar
ke 2 dan ke 3 pencahayaan kuranng sehingga terlihat gelap. Di bagian depan rumah
terdapat teras berukuran 4x1 m, dan ruang tamu dengan luas 4x2 meter. Di bagian
belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang lebih 4x3 m dan kamar mandi di
dalam rumah ukuran 4x1 m. Air untuk MCK didapat dari pompa air, dan sifat airnya
jernih, berwarna bening, serta tidak berbau dan rasanya tawar. Pembuangan limbah cair
rumah tangga langsung ke selokan dibelakang rumah. Terdapat 1 buah lampu dengan
daya 10 watt di tiap ruangan

b. Lingkungan Pemukiman
Bagian belakang samping kanan dan kiri rumah Tn. Supriyani berbatasan
langsung dengan rumah penduduk lain. Bagian depan rumah terdapat tempat kosong
untuk Ny. Simah membuat keset.

c. Pola Makan
Keluarga Tn. Supriyani rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu pagi, dan sore hari,
dan disertai makanan selingan pada siang hari. Makanan diolah sendiri oleh Ny. Simah.
Menu sehari-hari antara lain nasi, sayur, tempe, tahu, ikan asin. Keluarga Tn. Supriyani
jarang makan daging, ayam dan jarang mengonsumsi buah-buahan namun rutin
mengonsumsi sayur. Air minum didapat dari air kran yang direbus. Keluarga Tn.
Supriyani selalu mencuci bahan makanan sebelum dimasak dan mencuci tangan
sebelum makan.

d. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak


Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan tidak ada balita dalam keluarga
Tn. Supriyani. Semua anak Tn. Supriyani lahir dengan pertolongan bidan.

53
e. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke Bidan
yang berjarak > 10 km dari rumah. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Supriyani
menggunakan angkutan umum. Keluarga Tn. Supriyani jarang minum jamu untuk
mengobati penyakit-penyakit tertentu, dan juga tidak pernah berobat ke dukun atau
orang pintar. Seluruh anggota keluarga Tn. Supriyani tidak terdaftar BPJS.

f. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat penyakit hipertensi pada Tn. Supriyani dan juga terdapat
riwayat obesitas pada Ny. Simah. Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke,
dan TB paru tidak ada di keluarga Tn. Supriyani. Penyakit yang sering terjadi adalah
ISPA. Saat ini anak terakhir Tn. Supriyani sedang menderita batuk dan pilek.

g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Supriyani merokok. Keluarga Tn. Supriyani mengaku jarang berolahraga.
Keluarga Tn. Supriyani terbiasa mandi 2 kali sehari, dan sikat gigi 2 kali sehari.
Keluarga Tn. Supriyani menggunakan peralatan mandi sendiri-sendiri sehabis mandi
untuk mengeringkan badan. Selain itu keluarga Tn. Supriyani juga rutin bersih-bersih
rumah.

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Olahraga Keluarga Tn. Supriyani tidak melakukan
berolahraga rutin.
2. Pola makan Keluarga Tn. Supriyani umumnya makan 2 kali
sehari, menu makanan antara lain nasi, sayur, tahu,

54
tempe, ikan asin . Keluarga jarang makan daging,
ayam dan buah-buahan.
3. Pola Pencarian Keluarga Tn. Supriyani berobat ke Bidan apabila
Pengobatan sakit. Seluruh anggota keluarga tidak terdaftar
BPJS.
4. Menabung Penghasilan per bulan tidak cukup untuk menabung
5. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Supriyani menggunakan perlatan
mandi masing-masing dan rutin membersihkan
rumah
6. Alat Kontrasepsi Istri Tn. Supriyani saat ini menggunakan KB.
Tabel 13. Faktor Internal Keluarga Tn. Supriyani

No. Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas bangunan Luas bangunan 70 m2
2. Ruangan dalam Terdapat teras berukuran 4x1 m, dan ruang tamu
rumah dengan luas 4x2 meter. Di bagian belakang rumah
terdapat dapur berukuran kurang lebih 4x3 m dan
kamar mandi di dalam rumah ukuran 4x1 m.
3. Jamban Keluarga Tn. Supriyani memiliki jamban di dalam
rumah, limbah cair langsung mengalir ke selokan
4. Jendela dan Ventilasi Terdapat jendela dan ventilasi yang terbuka
permanen sebanyak 2 buah di ruang tamu, dan 1
jendela serta ventilasi satu kamar dan pada dua
kamar lain hanya terdapat ventilasi
5. MCK MCK dilakukan di dalam rumah
6. Pencahayaan Setiap ruangan memiliki 1 lampu daya 10 watt.
Sinar matahari tidak masuk ke tiap ruangan.

55
7. Sumber air Air didapatkan dari pompa air. Air bersifat jernih,
berwarna bening dan tidak berbau dan rasanya
tawar.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Supriyani tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah. Sampah dibuang di depan
rumah dan dibakar apabila sudah menumpuk
tinggi.
10. Lingkungan sekitar Bagian belakang samping kanan dan kiri rumah Tn.
rumah Supriyani berbatasan langsung dengan rumah
penduduk lain. Bagian depan rumah terdapat
tempat kosong untuk Ny. Simah membuat keset.

Tabel 14. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Supriyani

56
Gambar 9. Denah Rumah Keluarga Tn. Supriyani

Keluarga Tn. Supriyani


 Masalah Non Medis

1) Kurangnya pengetahuan mengena gizi seimbang .


2) Rendahnya pendapatan keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan untuk sehari-hari
tidak terpenuhi
3) Rendahnya pendidikan pada keluarga binaan
4) Kebiasaan olahraga yang kurang.
5) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah maupun
limbah rumah tangga.
6) Tidak mempunyai BPJS untuk berobat.

 Masalah Medis

1) Penyakit ISPA pada salah satu anggota keluarga.


2) Penyakit hipertensi pada salah satu anggota keluarga.
3) Riwayat obesitas pada salah satu anggota keluarga

1.3.1. Alasan Pemilihan Area Masalah


Terdapat 2 metode yang dapat di gunakan untuk menentukan area masalah yaitu
metode delbeq dan metode delphi. Metode Delbeq adalah penetapan prioritas masalah
dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya.
Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan
pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Peserta lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah
prioritas.

57
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan Metode
Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. Dalam
pengambilan sebuah masalah, kami menggunakan Metode Delphi.
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, didapatkan sebagian besar
masalah pada keluarga binaan terkait dengan masalah pemenuhan gizi seimbang yang
mengakibatkan penyakit syndrome metabolik, kemudian peneliti memutuskan untuk
mengangkat permasalahan mengenai Pengetahuan Gizi Seimbang pada Keluarga
Binaan RT 09 dan RT 08 di Keluarga Binaan desa Patrasana kec. Kresek Kab.
Tangerang. Banten
1 Hasil Pre-Survey

Aspek Baik Buruk


Pengetahuan - 100%
Sikap 20% 80%
Prilaku 10% 90%

Hasil dari pre survey didapatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang yang
buruk pada seluruh keluarga binaan. Dengan demikian melalui proses musyawarah
antara kelompok dengan para tenaga kesehatan di Puskesmas Kresek kami
memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Pengetahuan Gizi Seimbang Pada
Keluarga Binaan RT 09 dan RT 08 di Keluarga Binaan desa Patrasana kec.
Kresek Kab. Tangerang. Banten.”

58
Bagan 1. Alur Penentuan Masalah dengan Metode Delphi

1.3.2. Alasan Pemilihan Area Masalah


Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu:
1. Data Primer : Dari hasil wawancara pada keluarga binaan didapatkan pengetahuan
mengenai gizi seimbang yang buruk. Dari hasil observasi pada keluarga binaan juga
didapatkan banyaknya kriteria gizi seimbang yang masih belum terpenuhi seperti
minimnya kebiasan menucuci tangan degan sabun, rata-rata keluarga binaan tidak
melakukan olah raga rutin , dan jarangnya mereka mengonsumsi buah-buahan dan
susu, kurangnya pengetahuan mengosumsi makanan dengan gizi seimbang dan
kandungan gizi pada makanan. Pada pre surevey didapatkan bahwa hasil pengetahuan
dari responden adalah 100% buruk.
2. Data Sekunder : pada data sekunder ditemukan bahwa penderita obesitas pada tahun
2017 di Puskesmas Kresek sebesar 113 dan yang menderita hipertensi sebanyak 2385
pasien.
3. Data Agama : Menurut agama Islam, Dalam Al-Qur’an dijelaskan tujuan utama syariat
Islam ialah memproteksi agama, akal, nyawa, keturunan, dan kekayaan. Oleh
karenanya asy-Syāriʻ yang Mahabijaksana mengharamkan segala sesuatu yang

59
berpotensi membahayakan. Dan pada hakikatnya semua dihalalkan untuk umat
manusia kecuali yang tertulis haram di Al-quran dan al -Hadist

1.4. DATA SEKUNDER


Data pengukuran tekanan darah penduduk menurut jenis kelamin kecamatan dan
puskesmas kecamatan tangerang tahun 2018.

Tabel 11. Data pemeriksaan Tekanan Darah Jenis Kelamin di Kec. Kresek
tahun 2018

60
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor
dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang
tersedia, serta keadaan sosial budaya.

2.1.2 Proses terjadinya Pengetahuan


Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:5
1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
2) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek
mulai timbul.
3) Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi
dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

61
yang dikehendaki.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikap terhadap stimulasi.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yaitu:2
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu
tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh
dan lain-lain.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)

62
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian terhadap
suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahauan


memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan tersebut diantaranya
tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan, tingkat kedua memahami
pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat mengaplikasikan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau
menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk
meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.1.4 Jenis Pengetahuan


Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
2.1.4.1 Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti
keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang sulit
untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit
sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari. Contoh seseorang
mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata ia merokok.

63
2.1.4.2 Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan
nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan ia
tidak merokok.4

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan


Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk,
petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:2
2.1.5.1 Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah,
upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai
berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal
atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba).
2) Kekuasaaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak.
Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga
terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa

64
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berpikir
umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2.1.5.1 Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat
catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.2

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
2.1.6.1 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung
seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidian seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan

65
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin
positif terhadap objek tersebut.
2.1.6.2 Informasi
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

2.1.6.3 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.2
2.1.6.4 Budaya

66
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
2.1.6.5 Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
2.1.6.6 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
2.1.6.7 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerja.
2.1.6.8 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

67
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan
yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.4

2.1.7 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan.4
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang
menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu kolom
menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom
jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan
mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu
mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti
hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: “Benar” (B) dan “Salah” (S).
Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau skor yang
harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan. Skor yang sering digunakan
untuk mempermudah dalam mengategorikan jenjang/ peringkat dalam penelitian
biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik = 76 – 100%;
cukup = 56 – 75%; dan kurang < 56%.6
Menurut Skinner pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang
mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka

68
dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang
diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.4

3 Gizi Seimbang
A. Empat Pilar Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang yang telah di implementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan
Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5
Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi
serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman
tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
Gambar 2.1.3a Tumpeng Gizi Seimbang

69
Empat Pilar tersebut adalah:
1. Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan danmempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.
Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral;
sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi
miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.
Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang
sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh
dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan
fungsi lainnya dalam tubuh.
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain
keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan
dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok
pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya.
Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan
lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi.
Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam
komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan
dalam pencegahan dehidrasi.

70
Gambar 2.1.3b Sajian Sekali Makan

2. Membiasakan perilaku hidup bersih


Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang
yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga
jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan
infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan
metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada
orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan
secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang
yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena
pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman
penyakit lebih mudah masuk dan berkembang.

71
Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit
infeksi adalah hubungan timbal balik. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi

3. Melakukan aktivitas fisik.


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas
fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas
fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke
dalam tubuh.

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal


Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang normal,
yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal
dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’,
sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi
penyimpangan maka dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat
badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan
menggunakan KMS.
Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah :
a. Untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0;
b. Bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau

72
B. Gizi Seimbang untuk Dewasa dan Lanjut Usia
1. Gizi Seimbang untuk Dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola kegiatan
kelompok usia dewasa saat ini yaitu persaingan tenaga kerja yang ketat, ibu bekerja
diluar rumah, tersedianya berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-tahuan
tentang gizi menyebabkan keluarga dihadapkan pada pola kegiatan yang cenderung
pasif atau “sedentary life”, waktu di rumah yang pendek terutama untuk ibu, dan
konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu, perhatian
terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk kegiatan fisik
yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk mencapai pola
hidup sehat, aktif dan produktif.
2. Gizi Seimbang untuk Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun,
terjadi berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ
dan jaringan tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih
sering muncul pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ
pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan;
melemahnya sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih
sensitif terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi
sehingga mengganggu fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita
memasuki masa menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk
terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi pada kelompok usia
lanjut agak berbeda pada kelompok dewasa, sehingga pola konsumsi agak berbeda,
misalnya membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan, berlemak tinggi,
purin. Mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang cukup.

73
2.1.4 Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang menurut Islam
2.1.4.1 Makanan dalam Perspektif Islam

“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).

Dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam


memang sudah dirancang oleh Allah subhaanahu wa ta’ala sebagai contoh teladan yang
baik (uswah hasanah) bagi semua manusia. Teladan ini mencakup berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam hal pola makan yang bermuara pada kesehatan tubuh secara
keseluruhan.

Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan,
inilah teladan yg bisa kita ikuti bagaimana pola makan Rasulullah Sallallahu A’laihi
Wasallam agar Sehat dan berberkah dan mendapatkan amal.

Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala
Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan
sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali
oleh orang-orang yang sakit.

Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola
makan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau terbukti
memiliki tubuh yang sehat, kuat dan bugar.

Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata


selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut
bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rahasia kaum
muslimin yang sangat jarang mengalami sakit.

74
Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama,
ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah. Kedua, ketika menjelang
wafatnya.

Pola makan seringkali dikaitkan dengan pengobatan karena makanan merupakan


penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Pakar kesehatan selama ini mengenal dua
bentuk pengobatan yaitu pengobatan sebelum terjangkit penyakit atau preventif (ath
thib Al wiqo’i) dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (at thib al’ilaji).

Dengan mencontoh pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kita


sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi
bil ghidza).

Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia
senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melalui makanan dengan senyawa kimia
organik.

Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang
bisa dipercaya, sebagai berikut:

1. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan siwak untuk


menjaga kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh tersebut merupakan organ yang sangat
berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya
proses konsumsi makanan menjadi terganggu.

2. Di pagi hari pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membuka menu sarapannya


dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar
biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim
nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat

75
berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan
lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan
peradangan.

“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam sambil berdiri. “(Diriwayatkan


oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,dari
Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum.
Beliau bersabda : “Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin
Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang
bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang
dingin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi,
dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam


senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’ (matang). Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir
kurma, maka akan terlindungi dari racun”.

Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan
Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang
terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan
tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat
dari racun tersebut.

76
4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun.
Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya
banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan
sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur
cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu
tubuh di musim dingin.

5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran.


Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selalu
mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir deudanya
mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi orang di luar
Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran
memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan
melindungi dari serangan penyakit.

6. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung tidur setelah makan malam.


Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung
dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat.

7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi
tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging
dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang
terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah
anggur dan hilbah (susu).

8. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sering menyempatkan diri untuk


berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil bermain dengan anak-anak dan
cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah
radiyallahu’anha.

77
9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya untuk
begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan
sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi.
Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.

10. Pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ternyata sangat cocok dengan
irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan
disebut circadian rhytme (irama biologis).

Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan
irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan
disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami
tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).

Salah satu mukjizat Alquran Karim ialah perhatiannya terhadap persoalan


pangan sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia; Islam memberikan perhatian
khusus terhadap masalah pangan dalam seluruh fase kehidupan manusia bersamaan
dengan segala bentuk dan unsur-unsur pangan tersebut. Terdapat sejumlah besar ayat
dalam Alquran yang secara spesifik berbicara tentang pangan dan kaidah-kaidah yang
memadai untuk menjadi standar mutu pangan dan metode-metode penjaminannya,
bahkan Alquran dipandang sebagai ‘konstitusi langit’ pertama [atau satu-satunya] yang
diturunkan dengan sejumlah besar ayat yang membahas persoalan pangan, termasuk di
dalamnya regulasi pengawasan pangan. Ini secara terang terlihat [misalnya] dalam
ayat:

78
“.... Maka suruhlah salah seorang di antara kalian untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perak kalian ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih
baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaklah ia
Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kalian kepada
seorangpun!” [Q.S. al-Kahfi/018: 19].
Jika pakar gizi menyeriusi ajaran Islam tentang konsep pangan, niscaya akan
diperoleh kesimpulan bahwa madrasah Islam memiliki kurikulum yang terus
terbarukan dan kompatibel dengan perkembangan zaman, dibangun di atas dasar
kaidah-kaidah ilmiah yang akurat sehingga mempedomaninya menjadi kemenangan
besar bagi umat manusia.
Di antara tujuan utama syariat Islam ialah memproteksi agama, akal, nyawa,
keturunan, dan kekayaan. Oleh karenanya asy-Syāriʻ yang Mahabijaksana
mengharamkan segala sesuatu yang berpotensi membahayakan target tersebut. Teori
hukum dalam syariat Islam yang mengatur interaksi [manusia] dengan alam sekitarnya
ialah bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya halal, berdasarkan firman
Allah SWT:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...” [Q.S. al-
Baqarah/02: 29]

Ḥarf (kata depan) la [dalam frasa lakum] mengandung makna pemberian dan
mempersilahkan; tidak mungkin merealisasikannya kecuali dengan suatu pembolehan
dan penghalalan. Namun sebalik itu, Allah mengharamkan segala sesuatu yang
berpotensi merusak fisik, agama, dan akhlak.

79
Berangkat dari bahwa tujuan dasar Islam ialah membina manusia yang selamat,
sehat, dan tunduk serta patuh kepada aturan Islam, maka sudah seyogianya pula Islam
memberikan perhatian besar terhadap keterjaminan kesehatan yang mendukung, dan
memberikan arahan yang benar bagi manusia. Pengkajian ilmu kesehatan berkenaan
dengan manusia dari aspek fisik, kejiwaan, akal, termasuk pola hidup, karena
keterjaminan aspek-aspek ini membuat manusia hidup betul-betul dengan aman; Allah
SWT berfirman:

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (1) [Yaitu] kebiasaan mereka bepergian


pada musim dingin dan musim panas, (2) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan
Pemilik rumah ini (Ka'bah), (3) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (4). [Q.S.
Quraysy/106: 1-4]

Oleh karena itu berserah diri dan patuh kepada Allah dengan menaati perintah-
perintah dan larangan-Nya dalam masalah makanan dan minuman termasuk
memberdayakan alam dengan kemaslahatan.

80
2.4 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori pengetahuan
Notoatmojo, yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh 7 faktor, yaitu:

PENDIDIKAN

INFORMASI /
MEDIA MASA

SOSIAL
EKONOMI

SOSIAL BUDAYA PENGETAHUAN

PENGALAMAN

USIA

LINGKUNGAN

Sumber : Notoatmodjo, 2012


Bagan 2. Kerangka Teori

81
2.5. Kerangka Konsep

PENDIDIKAN

PENGETAHUAN
TENTANG GIZI
PETUGAS SEIMBANG
KESEHATAN

SOSIAL BUDAYA

SOSIAL
EKONOMI

Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati
atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang
berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional adalah mendefiniskan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk melakukan observasi atau
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objuek atau fenomena (Notoatmodjo,
2010). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

82
No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
pengukuran
1. Pengetahuan Gizi seimbang adalah Quetioner Wawancara -Pengetahuan baik Normal
tentang gizi susunan pangan sehari- - pengetahian buruk
seimbang hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip
keaneka ragaman pangan,
aktivitas fisik, dan
mempertahankan beart
badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pendidikan Adalah suatu kondisi Quetioner Wawancara -Pendidikan tinggi Ordinal
jenjang pendidikan =SMA
terakhir responden yang -pendidikan
pernah ditamatkan yang menengah = SMP
sudah disahkan - pendidikan
departemen pendidikan. rendah= tidak SD/
sekolah
3 Petugas Kegiatan petugas Questioner Wawancara -ada kegiatan Nominal
Kesehatan kesehatan menjalankan - tidak ada kegaiatan
program kesehatan
mengenai pola makan
dengan gizi seimbang pada
daerah binaan oleh petugas
kesehatan atau kader.

83
4 Sosial Budaya Responden lebih sering Questioner Wawancara -Baik Nominal
makan dengan sumber -Buruk
makanan tinggi garam dan
karbohidrat (ikan asin dan
nasi)
5. Sosial Ekonomi Suatu keadaan yang Kuisioner Wawancara -dibawah
menunjukan finansial 1.000.000,00 rendah
keluarga dan perlengkapan -diatas 1.000.000,00
yang dimiliki baik

84
BAB III
METODOLOGI

3.1 DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode deskriptif


merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi
pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang
terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini merupakan
penelitian yang mendeskripsikan suatu masalah yang terjadi pada masing-masing empat
keluarga binaan di RT 009 dan RT 008 RW 003 Kampung Pala Pasir dan Pala Tegal, Desa
Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini dianalisis secara deskriptif (analisis univariat). Metode deskriptif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa
sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi
sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian
yang mendeskripsikan suatu masalah yang terjadi pada masing-masing keempat keluarga
binaan binaan di RT 009 dan RT 008 RW 003 Kampung Pala Pasir dan Pala Tegal, Desa
Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.3 Populasi Pengumpulan Data
Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang menjadi
populasi adalah seluruh warga keluarga binaan Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.

3.4 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah semua ibu di keluarga binaan. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah
ibu empat keluarga binaan di RT 009 dan RT 008 RW 003 Kampung Pala Pasir dan Pala Tegal,
Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, yaitu ibu Ny
Acih, Ny. Kasmah, Ny Simah. Adapun dengan kriteria inklusi:
1. Bersedia menjadi responden
2. Termasuk dalam keluarga binaan
3. Merupakan ibu pada keluarga binaan

85
4. Usia > 20 tahun
Kriteria ekslusi :
1. Tidak besedia menjadi responden
2. Bukan termasuk keluarga binaan
3. Usia < 20 tahun

3.5 JENIS DAN SUMBER DATA


3.5.1 Jenis data
A. Data Kualitatif
Data kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi
seimbang setiap ibu pada keluarga binaan serta pola makan sesuai sosial budaya pada setiap
keluarga binaan.

B. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat ekonomi dari
pendapatansetiap keluarga binaan.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu empat keluarga
binaan di RT 08 sampai RT 09 RW 03 Kampung Pala Tegal dan Kampung Pala Pasir, Desa
Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang berjumlah tiga
belas orang.
1. Data primer
Data yang langsung didapatkan dariobservasi dan hasil pre survey dengan cara wawancara
menggunakan alat ukur kuesioner kepada semua ibu di setiap anggota keluarga binaan di
Kampung pala pasir dan Pala Tegal, Desa Patrasana.
2. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Kecamatan Kresek tahun 2017. Data
yang didapatkan antara lain data jumlah penderita obesitas dan hipertensi.
3. Data tersier
Data yang didapat dari kepustakaan dan internet mengenai pengetahuan masyarakat tentang
pengetahuan mengenai gizi seimbang yang terdapat di BAB II.
3.5.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan kepada
keempat keluarga binaan.

86
3.5.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah
diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa
metode dalam proses pengumpulan data.

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui kuesioner dengan cara wawancara.
Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data
primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari wawancara dan kuesioner dengan
keluarga binaan di Desa Patrasana, data sekunder diperoleh dari data sumber daya kesehatan
dan profil kesehatan penderita obesitas dan hipertensi di RT 08 sampai 09 RW 03 di Kampung
Pala Tegal dan Pala pasir, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka.
Pengumpulan data dilakukan di RT/RW 08/03, Kampung Pala Tegal, Desa Patrasana,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Pengumpulan data ini dilakukan selama enaam hari mulai dari tanggal 25 April sampai
01 Mei 2018, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument dengan teknik wawancara
terpimpin kepada responden.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga binaan yang telah
ditentukan oleh kader pengurus Puskesmas Kresek. Dari empat keluarga binaan ini diambil
empat orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa
wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara
langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden
secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden,
selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup
efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung kondisi dan keadaan
rumah disetiap keluarga.

Dokumentasi

87
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

No. Tanggal Kegiatan

1. Rabu, 25 April 2018 a. Perkenalan dengan semua keluarga RT 008&009.


b. Observasi lingkungan keluarga RT 008 & 009.
c. Pengumpulan data-data dasar.
2. Kamis, 26 April 2018a. Mengumpulkan data dari puskesmas
b. Menentukan area permasalahan
c. Merancang pembuatan pre-survey.
3. Jum’at, 27 April 2018
a. Membagikan formulir pre-survey pada keluarga binaan.
b. Diskusi kelompok :
1. Menentukan prioritas masalah dari hasil pre-survey
2. Mengumpulkan referensi literatur yang berkaitan dengan area masalah.
3. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang
berkaitan dengan area masalah.
c. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data, disepakati melalui
observasi dan wawancara dengan instrument kuesioner

4 Sabtu, 28 April 2018a. Diskusi kelompok menentukan area masalah.


b. Diskusi kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat kuesioner penelitian

5. Senin , 30 April 2018a. Pembagian dan pengambilan hasil kuesioner kepada masing-masing
responden dari keluarga binaan.
b. Mengolah data yang diperoleh dari kuesioner
c. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner
6 Rabu , 2 April 2018 a. Mengunjungi keluarga binaan untuk cross check data
b. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner

3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang “Pengetahuan mengenai Gizi Seimbang di RT 08 dan
09 RW 03 Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir, Desa Patrasana, Kabupaten Tangerang, Mei
2018” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft

88
Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variable dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan
tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
1. Pengetahuan responden mengenai Gizi Seimbang

2. Tingkat Pendidikan responden

3. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat mengenai gizi seimbang.

4. Pengaruh sosial budaya terhadapat pola makan responden sehingga mempengaruhi gizi
seimbang.

BAB IV
HASIL ANALISA

89
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari lima keluarga binaan di Kampung Sukakarya, RT 008 & 009
RW 02 & 03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
yakni: keluarga Tn. Badria, Ny.Amnah, Tn. Asmuni dan Tn. Supriyani.

Tabel 4.1a Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Kampung Sukakarya, RT 006/RW
02, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki – laki 6 50%
Perempuan 7 50%
Total 13 100%

DISTRIBUSI FREKUENSI
JENIS KELAMIN

46% Laki-laki
54% Perempuan

Grafik 22. Distribusi Jenis Kelamin Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan
009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan dari grafik 22 entang distribusi jenis kelamin pada keluarga binaan
didapatkan jumlah perempuan lebih besar dari pada laki-laki.

90
Umur (dalam tahun) Jumlah
10-15 1
16-20 1
21-25 2
26-30 2
31-35 0
>35 7

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung, Pala Tegal dan Pala Pasir , RT
008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei
2018

Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan


7

0
<10-15 16-20 21-25 26-30 31-35 >35

91
Grafik 23. Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir , RT
008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei
2018

Berdasarkan dari grafik 23. tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan
didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia >35 tahun.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Tidak sekolah 0
2 SD 9
3 SMP 2
4 SMA 2

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala
Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Mei 2018

DISTRIBUSI FREKUENSI
TINGKAT PENDIDIKAN
10
9
8
7
6 tidak sekolah

5 SD
4 SMP
3 SMA
2
1
0
tidak sekolah SD SMP SMA

Grafik 24 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018

92
Berdasarkan dari Grafik 24 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan
adalah SD sebanyak 9 orang

No. Pekerjaan Jumlah


1 Tidak Bekerja / ibu rumah 2
tangga
2 Buruh 4
3 Pedagang 4
4 Pelajar 3

Tabel 17 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018

DISTRIBUSI FREKUENSI PEKERJAAN


4.5
4
3.5
3
2.5
2 4 4
1.5 3
1 2
0.5
0
Tidak Bekerja Buruh Pedagang Pelajar

Grafik 25. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018

93
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel
dalam kuesioner yang diambil langsung pada empat rumah keluarga binaan pada bulan Mei
2018.

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 1 25 %
Buruk 3 75%

Total 4 100%

Tabel 18. Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pengtahuan terhadap pola makan gizi seimbang di
di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan Tabel 18 didapatkan bahwa sebanyak 3 responden (75%) memiliki


pengetahuan yang buruk.

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 4 100%
Cukup 0 0%
Tinggi 0 0%
Total 4 100%
Tabel 19. Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pendidikan terhadap pola makan gizi seimbang di
di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan Tabel 19 didapatkan bahwa sebanyak 4 orang responden (100%) memiliki


tingkat pendidikan yang rendah.

94
Kunjungan Jumlah Responden Persentase (%)
Petugas
Kesehatan
Tidak Pernah 2 50%
Pernah 2 50%

Total 4 100%

Tabel 20. Distribusi Responden terhadap aspek kunjungan petugas Kesehatan untuk memberikan
penyuluhan terhadap pola makan gizi seimbang di di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan
009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan Tabel 20 didapatkan bahwa sebanyak 2 responden (50%) sudah pernah


mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang.

Aspek Ekonomi Jumlah Responden Presentase (%)


Tinggi 0 0%

Rendah 4 100%

Total 4 100%

Tabel 21 Distribusi responden terhadap aspek ekonomi terhadap pola makan gizi seimbang di Kampung
Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan Tabel 21. didapatkan bahwa sebanyak 4 responden (100%) memiliki


pendapatan tinggi.

Sosial Budaya Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang 4 100%
Total 4 100%

95
Tabel 22 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan tentang sosial budaya terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018

Berdasarkan Tabel 4.2e didapatkan bahwa sebanyak 4 responden (100%) memiliki


pengaruh sosial budaya yang buruk.

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi
pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone
yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah
sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab
masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :

96
Gambar Diagram fishbone

97
Tabel 22. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
Akar Alternatif
No. Rencana Intervensi Yang
Penyebab Pemecahan
Intervensi Dilakukan
Masalah Masalah
1. Harga Memberitahukan Mengenalkan Penyuluhan makanan
makanan bahwa makanan variasi bahan sehat dengan bahan
sehat yang sehat dapat makanan sesuai makanan yang
mahal diperoleh dengan dengan gizi terjangkau,
harga terjangkau seimbang dan memberikan bahan
harga terjangkau makanan

2. Karena Memberitahukan Berkoordinasi Mengadakan


pendapatan bahwa pentingnya dengan dinas Program kejar paket
orang tua
tidak bisa melanjutkan pendidikan untuk
membiayai pendidikan menciptakan
sampai tahap
program wajib
selanjutnya
sekolah.

3. Kurangnya Memberitahukan Memberitahu Memasang poster


sosialisasi bahwa puskesmas Jadwal-jadwal berisi program dan
adanya mempunyai kegiatan penyuluhan oleh
penyuluhan program puskesmas di puskesmas berserta
penyuluhan gizi yang ada di desa jadwalnya.
seimbang tersebut

4. Presepsi Memberikan Memberikan Penyuluhan makanan


makan ikan penyuluhan di penyuluhan dan sehat dengan bahan
asin sekitar keluarga pendidikan makanan yang
menambah binaan tentang gizi tentang variasi terjangkau
kenikmatan seimbang dan dalam pemilihan
dalam makan variasi makanan menu makanan
pada setiap

98
harinya

99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Kampung Pala Pasir dan
Pala Tegal, RT 008 dan RT 009/ RW 003, Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah
yaitu “Pengetahuan Gizi Seimbang pada Keluarga Binaan di
Kampung Pala Pasir dan Pala Tegal, RT 008 dan RT 009/ RW
003, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten”
5.2. Hasil Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai gizi seimbang masih didominasi oleh tingkat
pengetahuan yang buruk, yakni didapatkan semua responden (75%)
memiliki pengetahuan yang buruk tentang gizi seimbang.
b. Pendidikan
Didapatkan sebagian besar responden (100%) memiliki pendidikan yang
rendah.
c. Sosial Budaya
Didapatkan sebagian besar responden (100%) memiliki sosial budaya
yang buruk di masyarakat.
e. Ekonomi
Didapatkan sebanyak 100% responden memliki pendapatan keluarga
dibawah UMR.
f. Petugas Kesehatan
Didapatkan 50% responden mengaku jika belum mendapatkan penyeluhan
tentang gizi seimbang di lingkungan rumahnya.

100
5.3 . Akar Penyebab Masalah
1. Pendidikan
2. Sosial Budaya
3. Ekonomi
4. Petugas kesehatan

5.4. Hasil Fishbone

a. Kurangnya dana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

b. Kepercayaan bahwa menu ikan menambah kenikmatan saat makan.

c. Rendahnya tingkat pendapatan pada responden daerah binaan.

d. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan mengenai

gizi.

5.5 Alternatif Pemecahan Masalah


1. Memberitahukan bahwa makanan sehat dapat diperoleh dengan
harga terjangkau
2. Memberitahukan bahwa pentingnya melanjutkan pendidikan
3. Memberitahukan bahwa puskesmas mempunyai program
penyuluhan gizi seimbang
4. Memberikan penyuluhan di sekitar keluarga binaan tentang gizi
seimbang dan variasi makanan

5.6 Intervensi yang Dilakukan


Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya
mengetahui pola makan gizi seimbang :
1. Penyuluhan makanan sehat dengan bahan makanan yang
terjangkau, memberikan bahan makanan.
2. Mengadakan Program kejar paket pendidikan.

101
3. Memasang poster berisi program dan penyuluhan oleh puskesmas
berserta jadwalnya.
4. Penyuluhan makanan sehat dengan bahan makanan yang
terjangkau.

5.7 SARAN
1. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk menyajikan makanan sesuai
dengan pola makan gizi seimbang.
2. Program penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan pemberian makanan
tambahan secara berkala.
3. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam melaksanakan survey
gizi pada keluarga di lingkungan setempat.

102
103

Anda mungkin juga menyukai