Pembimbing oleh:
dr. Yusnita, M.kes, DiplDK
0
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Gambar 1. Peta Kecamatan Kresek. (Google Maps)
2
1.1.2. Batas Wilayah
Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian
dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut. (Profil Puskesmas Kec.
Kresek. 2017)
Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Kaler
Sebelah Barat : Kabupaten Serang
Sebelah Timur : Kecamatan Kronjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya
3
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kecamatan Kresek Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPO
NO K UMUR RASIO
LAKI- LAKI-
(TAHUN) JENIS
LAKI PEREMPUAN LAKI+PEREMPUAN
KELAMIN
1 2 3 4 5 6
3 3 66.2 1
JUMLAH
3.588 2.619 07 02,97
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
44
(DEPENDENCY RATIO)
4
1.1.3.2. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia merupakan kinerja pembangunan
wilayah terhadap pembangunan manusianya, dengan upaya peningkatan kualitas
penduduk, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan) dan aspek
kesejahteraan ekonomi (daya beli) yang turut serta dalam pembangunan wilayah.
(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
Dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia, terkait erat dengan
tiga komponen yaitu angka harapan hidup, angka indeks pendidikan (lama sekolah),
dan kemampuan daya beli. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
a) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah
dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air.
Berdasarkan data puskesmas tahun 2017 tentang rumah sehat, jumlah
rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 8.072 rumah
(65.23%), jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan 3.286 (40.71%)
sedangkan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 4.786
(59.29%) dari jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS (Profil Puskesmas
Kec. Kresek. 2017)
5
b) Kepemilikan sarana sanitasi dasar
Sanitasi Dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Kepemilikan sarana sanitasi dasar di
wilayah Puskesmas Kresek meliputi:
a. Jamban keluarga
Dari jumlah penduduk sebanyak 65.345 jiwa yang ada di Kecamatan Kresek,
jumlah yang menggunakan jamban keluarga sebanyak 46.402 jiwa (71.01%)
terdiri dari 4.786 sarana leher angsa dan 12 sarana komunal.
b. Akses terhadap air bersih
Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas ( layak)
menurut kecamatan dan puskesmas dari jumlah penduduk 65.345 jiwa, yang
mendapat air bersih ada 57.792 jiwa (88.44%), yang terdiri dari sumu gali
terlindung 1.332 jiwa, sumus bor dengan pompa 32.478 jiwa dan pengguna PDAM
sebanyak 23.982 jiwa.
6
(97.87%). Untuk Tempat Pengolaan Makanan (TPM) berjumlah 86 unit TPM
semuanya belum memenuhi syarat kesehatan (100%).
7
Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Pumama dan Mandiri. Di
Kecamatan Kresek jumlah Posyandu berjumlah 57 pos, terdiri dari Posyandu
Pratama berjumlah 0 posyandu, Madya 55 posyandu, Pumama 0 posyandu dan
Mandiri 2 posyandu. Dari data tersebut, Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek
masih di dominasi oleh Strata Madya.
d) Poli Persalinan Desa
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang jauh dari
jangkauan pelayanan kesehatan. Terdapat 3 polindes yang terdapat di Desa
Pasirampo, Desa Jengkol dan Desa Renged. Namun kondisi bangunan polindes di
Desa Renged sudah tidak terawat.
e) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang jauh
Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas Keiling yang menjangkau 9 desa
dilaksanakan setiap hari selasa dengan mobil puskesmas keliling.
8
1.1.3.5. Kesehatan
A. Sepuluh Besar Penyakit
10000
ISPA
9000
Hiertensi Esensial
8000
faringitis
7000
DM
6000
Myalgia
5000
Dermatitis
4000 gastritis
3000 obs febris
2000 infeksi kulit
1000 diare
0
Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi
teratas dengan 9208 kasus, diikuti hipertensi essential sebanyak 3221 dan faringitis
2626, sedangkan yang ke 10 atau yang terendah yaitu diare 794 (Profil Puskesmas
Kec. Kresek. 2017).
B. Sarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana
Unit Pelayanan Teknis Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan
gedung tambahan yang diuraikan sebagai berikut (Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017):
9
a. Gedung Utama /Rawat Jalan:
1. Ruang Loket / Pensdaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang Periksa BPU
4. Ruang Periksa Kesehatan Anak
5. Ruang Gigi
6. Kamar Obat / Apotik
7. Ruang Periksa Kesehatan Ibu]
8. Ruang Gudang Farmasi
9. Ruang Administrasi Bidan
10. Ruang Tata Usaha
11. Ruang Pelayanan terbatan 24 jam (UGD)
12. Ruang Kepala Puskesmas
13. Ruang Bendahara
14. Mushalla untuk Pegawai
15. Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempat tidur
16. Ruangan Persalinan (PONED)
17. Ruang Klinik Gizi
18. Ruang Aula
19. Ruang Laboratorium
10
1.2. Profil Puskesmas Kresek
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok dan usaha kesehatan integritas yang kegiatanya
merupakan kegiatan lintas sektoral. Puskesmas Kresek berupaya melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara maksimal, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan
mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan berupaya menjangkau semua
lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas dalam memberikan
pelayanan dan pembinaan kesehatan baik kegiatan dalam gedung dan di luar gedung
1.2.1. Visi dan Misi
Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah
menentapkan Visi, yaitu: “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan
lingkungan menuju masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”, dengan
melaksanakan misi (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017):
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna
2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu
3) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit
4) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait
1.2.2. Moto
Motto Puskesmas Kresek adalah “BERSINAR” yang artinya adalah
(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017):
1) Bersih, Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis dan non
medis, sampah organic dan non organik.
2) Sehat, Memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi sumber
penularan penyakit.
3) Indah, Keselarasan dalam penataan lingkungan kerja.
11
4) Nyaman, Kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam memenuhi kepuasan
pelanggan.
5) Amanah, Menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati dan
bertanggung jawab.
1.2.3. Sistem Pelaporan
Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data analisa,
korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang disajikan dapat
memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan situasi yang ada, sehingga dapat
dilakukan pengolahan data di tingkat Puskesmas. Penyajian data dilakukan dalam
bentuk tabel dan grafik, sedang dalam pembahasan menyajikan perbandingan
pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Profil
Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010 dengan sumber data
yang diperoleh dari Kecamatan, Pendidikan, BPS Kecamatan, Balai Pengobatan
Swasta yang ada di Kecamatan Kresek dan dari kegiatan internal puskesmas.
1.2.4. Wilayah Kerja dan Kependudukan
12
1.2.5. Derajat kesehatan
A. Jumlah Kematian
1. Kematian Bayi dan Balita
Jumlah kelahiran hidup di Puskesmas Kecamatan Kresek pada tahun
2017 adalah 1.319 bayi dengan jumlah kematian bayi sebanyak 4 bayi. Untuk
Balita berjumlah 5852 balita, dilaporkan jumlah kematian sebanyak 4 balita.
Sedangkan ibu maternal berjumlah 1.354 ibu dan dilaporkan kematian ibu
sebanyak 1 orang.
1.5
0.5
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Koper Jengkol Kemuning Racailat
Ampo
13
B. Jumlah Kesakitan
1. Penyakit Menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari:1
a. Penyakit menular melalui binatang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada
kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk) disemua wilayah.
14
Kasus Diare Yang ditanangi menurut jenis kelamin, di
Puskesmas pada tahun 2017
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Ampo
Dari grafik diatas Desa Kemuning menempati urutan pertama sebanyak 10306
penderita, di ikuti Desa Kresek 9550 penderita, dan Desa renged 7896
penderita adapun daerah terendah penderita diare yang ditangani yaitu Desa
Koper 4377 penderita .(Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)
a) Kusta
Penyakit Kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan Mycobacterium
leprae dengan masa inkubasi rata 3-5 tahun. Di wilayah kerja Puskesmas
Kresek masih ditemukan kasus penyakit kusta baru sebanyak 21 penderita.
Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering tidak ditemukan dan Kusta Multi
Basiler (MB) / Kusta Basah sejumlah 21 orang.
15
Jumlah Penemuan Penderita Kusta di Puskesmas Kresek
berdasar sebaran tiap Desa tahun 2017
6
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Penderita
b) HIV/AIDS/ IMS
Penyakit-penyakit ini menular melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal)
dengan pasangan yang sudah tertular, semakin sering ganti pasangan semakin
besar kemungkinan untuk tertular. Jumlah kasus HIV/AIDS/IMS pada tahun
2017 didapatkan 8 kasus.
c) Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat
disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan oleh
iritasi kimia/fisik dari paru paru akibat penyakit lain. Pada tahun 2017 di
Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia ditemukan dan ditangani
sejumlah 216 kasus.
16
Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Desa di
Puskesmas Kresek tahun 2017
35
30
25
20
15
10
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Laki-laki Perempuan
d) TB Paru
Penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB paru) di Puskesmas kresek tahun
2017 ditemukan suspek 397 kasus sedangkan TB paru BTA+ dan di obati
sebanyak 55 kasus.
C. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutrisi
seorang individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun
tidak langsung, penyebab langusung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi
yang mungkin diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan
17
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017)
Laki-laki Perempuan
18
1.2.6. Upaya Kesehatan
A. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali pada masa
kehamilan dari triwulkan pertama sampai dengan triwulan ke tiga.1
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko yang menyebabkan terhadap
keselamatan ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ibu hamil pada Trimester I di
Puskesmas dan di Posyandu dilakukan dengan sistem 10T seperti Timbang Berat
Badan, ukur Tekanan Darah, imunisasi TT 1, ukur Tiggi Fundus Uteri, pemeberian
Tablet Fe, Temu wicara, Tes laboratorium
Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil di Puskesmas Kresek terdapat 1.488 ibu hamil,
cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.505 orang, dan kunjungan K4 1.497 orang (Profil
Puskesmas Kec. Kresek. 2017).
1510
1505
1500
1495
1490
K1 K4 Jumlah BUMIL
K1 K4 Jumlah BUMIL
19
2. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Profil Puskesmas Kec.
Kresek. 2017).
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
d. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.40 ibu bersalin, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
pada tahun 2017 sebanyak 1.352 orang dan persalinan oleh non nankes sebanyak 68
orang.
nakes, 1237
20
3. Cakupan Kunjungan Neonatus KN 1 dan KN Lengkap
Pada usia kurang dari 1 bulan bayi merupakan golongan yang beresiko tinggi
terhadap kejadian gangguan kesehatan, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
mengurangi resiko tersebut dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan pada neonatus dan cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan Neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan
minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam (KN 1), 1 kali pada 3-7 hari dan 1
kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2017 Cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1) sejumlah 1.319
bayi, dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.319 bayi. Semua Neonatus di wilayah
Puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan kesehatan.
1440
1420
1400
1380
1360
1340
1320
1300
1280
1260
Sas. Bayi KN1 KN lengkap
21
4. Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2017 berjumlah 84
(6,37%) atau mencapai dari jumlah bayi lahir hidup dan ditimbang berat badan
sebanyak 1.319 bayi yang ada di puskesmas kresek.
6%
BBLR
Bayi Baru lahir
94%
22
Jumlah Penjaringan Siswa-Siswi
SD / setingkat…
649
619
Laki-laki Perempuan
16000
14000
12000
10000
8000 14228
6000
7808
4000
2000 2091
0
Kb baru Kb aktif PUS
23
D. Pelayanan Imunisasi
Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
1. Cakupan Desa Yang Mencapai UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi, imunisasi
secara lengkap tersebut meliputi BCG, HBO, DPT, Polio dan Campak. Indikator yang
dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah campak. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat dan bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Target pencapaian UCI pada
wilayah desa/ kelurahan yaitu 100 % untuk campak, pencapaian di Puskesmas Kresek
dari 9 desa sudah 7 Desa yang mencapai UCI atau (77,77 %) dan 2 desa yang belum
UCI (22,22%) yaitu Desa Rancailat dan Patrasana (Profil Puskesmas Kec. Kresek.
2017).
1400
1200
1000
800
1341 1304
1201
600
400
200
205 149
0
Hb > 7 hr BCG DPT-HB3 Polio Campak
24
2. Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan
dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
25
pada tahun 2016 sebagai berikut: TT-1 86,67 %, TT-2 79,24 %, TT-3 11,04%, TT-5
9,22% dan TT 2 +0%.
Pelayanan Pengobatan / Perawatan (Profil Puskesmas Kec. Kresek. 2017) :
1. Kunjungan Rawat Jalan Umum
Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas Kresek tahun 2017 kunjungan
mencapai 37203 pasien. Dengan perincian berdasarkan jenis pasien yang di gambar
pada grafik di bawah ini.
Grafik 14. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Kresek Tahun
2017
26
memerlukan perawatan gigi lanjutan sebanyak 1624 siswa, jumlah siswa sd yang
mendapat perawatan 806.
3. Kunjungan Rawat Inap
Di Puskesmas Kresek jumlah kunjungan pasien rawat inap terdiri dari pasien
umum pada tahun 2017, yang terdiri dari 559 pasien, laki-laki sebanyak 216 orang dan
perempuan 343 orang. Dari total pasien tersebut dikelompokan berdasar jenis pasien
terdiri dari pasien umum 203 orang (39.85%) orang, BPJS 333 orang (56.60%), KS 12
orang (3.0%), dan peserta Jamkesda 11 orang (0.5%).
Grafik 15. Presentase Jumlah Pasien Rawat Inap Berdasarkan Jenis Pasien di
Puskesmas Kresek Tahun 2017
27
gedung melalui kegiatan posyandu. Cakupan yang ditimbang pada tahun 2016 dari
6.073 balita yang datang dan ditimbang di posyandu 5.479 orang (90.22%) dan balita
dengan BGM sebanyak 36 orang (0.96%)
Grafik. 16. Jumlah Balita yang Ditimbang Puskesmas Kresek Tahun 2017
Grafik. 17. Balita dengan BGM Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kresek
Tahun 2017
28
G. Pelayanan Gizi
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A
Pembagian Vitamin A pada balita dilakukan 2 kali dalam tahun, yaitu pada
bulan Februari dan Agustus dengan tujuan untuk mencegah terjadi kekurangan Vitamin
A yang akan menyebabkan kebutaan. Sasaran bayi (6-11 bulan) di wilayah Puskesmas
Kresek pada tahun 2017 yang mendapatkan Vitamin A mencapai 658 bayi. Sedangkan
untuk balita (12-59 balita) dari 4.403 balita, dan yang mendapatkan Vitamin A
mencapai 5073 balita.
Grafik. 18. Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Puskesmas Kresek
Tahun 2017
29
H. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
1. Akses ketersediaan darah
Akses ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan
ibu hamil dan neonatus Di Puskesmas Kresek tidak melakukan persediaan darah.1
30
I. Pelayanan Gawat Darurat
Mulai tahun 2009 di Puskesmas Kresek dengan kemampuan dan peralatan yang
ada telah melaksanakan pelayanan gawat darurat 24 jam pada pertolongan pertama dan
melayani persalinan 24 jam.1
J. Penyelidikan epidemiologi1
1. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas Kresek tidak terjadi kasus kejadian luar
biasa baik penyakit maupun keracunan.
Grafik. 20. Rumah Tangga yang Ber PHBS Puskesmas Kresek Tahun 20171
31
1. Cakupan kesehatan kerja pada pekerja informal
Di wilayah Puskesmas Kresek tidak terdapat kelompok pengasinan, industri
rumah tangga dan tidak dilakukan pembinaan belum rutin melaksanakan.
Tahun 2016 tidak dilaksanakan pemeriksaan dan pembinaan Pos UKK diwilayah
kecamatan Kresek.1
32
4. Keluarga Tn. Supriyani
Rute perjalaan dari Puskesmas Kresek menuju ke rumah keluarga binaan sekitar 15
menit perjalanan dan sekitar 5 km dari Puskesmas Kresek.
33
Status Jenis Usia Penghasilan
Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala
Rp.
Tn. Badria keluarga, Laki – laki 43 Tamatan SD Pedagang
1.500.000
Suami
Rp.
Ny. Acih Isteri Perempuan 38 Tamatan SD Buruh cuci
1.000.000
Aep Anak SLTA/Sedera
Laki-laki 17 Pelajar -
Sarlilah kandung jat
Anak
Faujiah Perempuan 10 SD/Sederajat Pelajar -
kandung
Tabel 3 Data Dasar Keluarga Tn. Badria
Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 08/003 Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri seorang suami, yang mempunyai
satu orang isteri dan telah mempunyai dua orang anak. Keluarga ini mempunyai
penghasilan dari profesi pedagang dan buruh cuci dengan pendapatan rata - rata total
Rp 1.500.000 – Rp. 2.000.000 per bulan.
Anak pertama Tn. Badria dan Ny. Acih bernama Aep yang berusia 17 tahun.
Anak tersebut lahir dengan ditolong oleh bidan di Puskesmas, dan anak tersebut saat
ini terdaftar sebagai pelajar. Menurut keterangan Ny. Acih selama masa tumbuh
kembang Aep rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu sampa untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan imunisasi hanya sampai berusia 1 tahun, kemudian tidak
pernah rutin membawa anak pertamanya ke puskesmas dan posyandu lagi.
Anak kedua Tn. Badria dan Ny. Acih bernama Faujiah yang berusia 10 tahun.
Anak tersebut lahir dengan ditolong oleh bidan di Klinik Bersalin, dan saat ini terdaftar
sebagai pelajar. Menurut keterangan Ny. Acih selama masa tumbuh kembang Dewi
34
rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
imunisasi.
Keluarga Tn. Badria tinggal di rumah kontrakan dengan luas bangunan sekitar
3 x 7,5 meter persegi dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas
sekitar 3 x 1 meter. Dinding rumah terbuat dari semen, lantai rumah keluarga Tn.
Badria sudah menggunakan keramik, dan atap rumah terbuat dari genting dan sudah
ditutupi oleh plafon.
Rumah Tn. Badria terdiri dari 2 ruangan yang terdiri dari sebuah kamar tidur
dengan luas sekitar 3 x 3 meter dan sebuah ruang keluarga merangkap ruang makan
dengan luas 3 x 2 meter. Antara kamar tidur dan ruang makan hanya dibatasi lemari
setinggi 1,5 meter dan tidak mencapai plafon.
Terdapat sistem ventilasi pada rumah Tn. Badria. Terdapat jendela di rumah
keluarga Tn. Badria. Udara masuk pada pintu depan rumah ketika pintu tersebut dibuka
dan dari jendela yang selalu dibuka setiap harinya. Sistem ventilasi rumah Tn. Badria
sudah memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya
yang mencapai >10% dari luas lantai rumah. Penerangan di dalam rumah Tn. Badria
hanya terdapat 1 buah lampu bohlam 18 watt pada kamar tidur dan ruang makan.
Di rumah Tn. Badria terdapat fasilitas kamar mandi yang bedinding keramik
dan berlantai keramik dengan ukuran 3x 1,5 m dan ditutupi oleh plafon. Terdapat
fasilitas jamban leher angsa di kamar mandi tersebut untuk buang air besar (BAB).
35
Gambar 5. Denah Rumah Keluarga Tn. Badria – Ny. Acih
36
mayur ataupun buah pada makanan pokok nya. Keluarga Tn. Badria sesekali
mengonsumsi buah-buahan dan sesekali minum susu. Untuk makanan cepat saji,
keluarga Tn. Badria mengaku jarang mengonsumsinya. Keluarga Tn. Badria mengaku
mengkonsumsi mie instan maksimal hanya tiga kali dalam seminggu.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Badria terdiri dari piring yang
terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Badria
tetap mencuci tangan sebelum mulai makan dengan menggunakan sabun.
Tn. Badria mempunyai kebiasaan merokok satu bungkus perhari. Merokok
dilakukan di luar rumah (teras) serta di tempat kerja, Tn.Badria juga merokok didalam
rumah sambil menonton TV sehabis makan. Karena kesibukan kerjanya dari pagi
sampai malam membuat Tn. Badria dan keluarganya tidak sempat untuk berolahraga.
Anak pertamanya lebih sering main ke warnet sampai sore dan anak terakhirnya lebih
sering main didalam rumah, sedangkan istrinya hampir seharian menyelesaikan
setrikaan dan cucian pelanggan.
Tn. Badria pernah merasakan keluhan apa-apa selama ini dan setiap ke
puskesmas tekanan darah Tn.Badria selalu normal. Sedangkan istri nya Ny.Acih
terdiagnosa diabetes melitus dan saat mengonsumsi obat Metformin untuk mengontrol
kadar gula darahnya, saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan
darah Ny.Acih adalah 150/90 mmHg, Ny.Acih juga sering mengeluhkan pusing dan
sakit dibaginag tengkuk. Ny.Acih tidak mengetahui sebelumnya jika mempunyai
tekanan darah tinggi dan hanya menangani keluhan nya dengan obat warung.
No Kriteria Permasalahan
Tn. Badria merokok 1 bungkus per hari di rumah
1. Kebiasaan Merokok
maupun di tempat kerja.
Anggota keluarga Tn. Badria tidak pernah
2. Olah Raga
melakukan kegiatan olahraga.
37
Makan 2 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
lauk pauk seperti tahu tempe, ikan, telur. Jarang
3 Pola Makan
mengkonsumsi daging ayam, daging sapi, buah-
buahan dan susu.
Pola Pencarian
4 Berobat ke doktek praktik terdekat, Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Menabung perbulan Rp. 200.000,-
Aktivitas Sehari – Tn. Badria berkerja sebagai pedagang dan dan Ny.
6
hari Acih bekerja sebagai buruh cuci lepas.
Keluarga Tn. Badria melakukan cuci tangan
Kebiasaan mencuci
7 sebelum dan setelah makan menggunakan air yang
tangan
mengalir dan menggunakan sabun.
Keluarga Tn. Badria menggunakan alas kaki saat
8 Penggunaan alas kaki
bepergian keluar rumah.
Tabel. 4. Faktor Internal Keluarga Tn. Badri
38
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan 3 x 7 meter.
Terdapat 1 kamar tidur dan 1 ruang makan yang
2. Ruangan Dalam Rumah
hanya dibatasi oleh lemari.
Pada teras depan tidak tanah ataupun terdapat
3. Ruangan Luar Rumah
tempat bercocok tanam.
Terdapat sistem ventilasi. Udara masuk melewati
4. Ventilasi
pintu depan rumah dan jendela.
Hanya terdapat 1 buah lampu antara kamar tidur
5. Pencahayaan
dan ruang makan
Keluarga Tn. Badria mempunyai jamban leher
6. MCK
angsa untuk melakukan aktivitas BAB dan BAK.
Air bersih didapatkan dari air Pompa Sanyo yang
di gunakan untuk mencuci, mandi dan memasak,
7. Sumber Air
sedangkan untuk minum menggunakan air galon
isi ulang.
Sampah ditumpuk dan dibakar di belakang rumah
8. Tempat Pembuangan Sampah
jika sudah menumpuk.
9. Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berdempetan dengan rumah lain.
Masalah Medis
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
Masalah non medis
1. Kurangnya perilaku pola makan gizi seimbang
2. Kurangnya kesadaran untuk berolahraga
3. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan
39
4. Rendahnya pendapatan keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan untuk sehari-hari
tidak terpenuhi
Jenis
Status Usia Pendidikan
No Nama Kelamin Pekerjaan
Keluarga (tahun) terakhir
(L/P)
Ny. Pedagang
1 Ibu P 63 SD
Amnah nasi uduk
Buruh
2 Asep Anak L 30 SLTP
swasta
40
a. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Ny.Amnah tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah milik
sendiri, dengan luas tanah sekitar 22 m2 dan luas bangunan berukuran 19 m x 8 m.
Rumah Ny. Amnah. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik,
beratap genteng tanpa plafon, dan dindingnya terbuat dari batu bata dan berupa tembok
yg sudah dicat dengan cat warna putih yang sudah terlihat kotor. Ventilasi yang ada
diatas pintu utama berbentuk panjang terdapat 3 10 cm x 5 cm, dan di kamar tidur 3
cm 10x5 cm. Jendela kaca yang berada di samping pintu depan 150 cm x 90 cm, di
samping tempat televisi berukuran 150 x 90 jendela di kamar tidur 50 cm x 25 cm.
Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu 4 x 5 m, ruang keluarga 6 x 5 m, 2 kamar tidur
4 m x 5 m dan 5 x 3 m. Selain itu terdapat satu ruang dapur 5 m x 8 m dan kamar mandi
3 x 8 m. Pencahayaan di rumah ini terdapat 5 buah lampu di dalam rumah, berwarna
kuning. Dan terdapat 1 buah lampu di teras. Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan
jamban.
41
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Ny Amnah terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat halaman rumah orang lain dan disamping halaman rumah terdapat
masjid dipinggir jalan raya kemudian sebelah kiri terdapat beberapa rumah tetangga.
c. Pola Makan
Keluarga Ny Amnah memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari. Ny Amnah
memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari
ialah nasi, tahu, tempe dan terkadang menggunakan telur, ikan asin dan sayur mayur.
Ny.Amnah mengkonsumsi buah-buahan bila ada pedang yang berjualan keliling
sekitar satu minggu 2x dsn buah yang sering dibeli adalah pepaya dan semangka.
Ny.Amnah tidak suka meminum susu sehinga tidak pernah beli mengkonsumsi susu.
e. Kebiasaan Berobat
Ketika ada Ny Amnah sakit, biasanya memilih berobat ke Bidan terdekat. Saat
ini Ny Amnah sudah memiliki kartu BPJS untuk mempermudah pelayanan kesehatan.
f. Riwayat Penyakit
Saat ini Ny.Amnah sering mengalami penyakit Hipertensi bila ny.Amnah
berobat dan tekanan darah ny.Amnah rata-rata 140/90. Kadang dirinya merasakan
kepala nyeri berdenyut. Awalnya Ny Amnah hanya meminum obat. Tetapi apabila
42
tidak kunjung sembuh, pergi ke Bidan untuk berobat. Penyakit yang sering dialami
yaitu ISPA.
g. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Setiap pagi Ny Amnah rutin menyapu halaman rumahnya, beliau mengaku
terkadang menderita batuk dan pilek setelah menyapu halaman. Kemudian kegiatan
lain Ny Amnah adalah Pedagang nasi uduk setiap pagi. Ny Amnah mengaku jarang
mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor Ny.Amnah baru akan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Ny. Amnah memiliki kebiasaan
membuang sampah dengan menumpuknya di pojok dapur dan membakar sampah
rumah tangga di halaman belakang rumahnya .Ny Amnah tidak pernah melakukan
olahraga.
No Kriteria Permasalahan
1 Olahraga Keluarga ny.Amnah tidak melakukan olahraga rutin
43
Tabel 7. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Ny. Amnah
No Kriteria Permasalahan
2. Ruangan dalam Rumah ini terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1
rumah ruang tamu dan 1 ruanb keluarga. Bangunan rumah tidak
bertingkat, lantai rumah menggunakan keramik. Atap terbuat
dari genteng dan tidak memiliki langit-langit. Seluruh dinding
bangunan terbuat dari batu bata dan dilapisi semen. Luas kamar
tidur kurang lebih 4 m x 5 m dan 5 x 3 m. Di bagian depan rumah
terdapat ruang dengan 4 x 5 m, ruang keluarga 6 x 5 m. Selain
itu terdapat satu ruang dapur 5 m x 8 m dan kamar mandi 3 x 8
m.
3. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dan jendela
6. MCK dan Tempat cuci piring berada di dapur dan untuk mandi berada di
Jamban kamar mandi. Terdapat bak mandi yang jarang dibersihkan
didalam kamar mandi.
7. Sumber air Untuk kebutuhan air minum, memasak, mandi dan mencuci
berasal dari air sumur
44
8. Saluran Ny.Amnah tidak memilki tempat pembuangan limbah
pembuangan
limbah
Masalah Medis
1. Hipertensi
2. ISPA
Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang
2. Pendidikan rendah
3. Pendapatan yang rendah sehingga keluarga binaan tidak terpenuhi
kebutuhan sehari-hari.
4. Rendahnya perhatian seorang keluarga binaan sehingga menu makan
seadaanya
5. Kebiasaan olahraga yang kurang
6. Kurangnya kebersihan rumah
7. Terdapat pemumpukan barang bekas dipojokan dalam rumah
8. Kurangnya air bersih
45
Keluarga Tn. Asmuni tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala keluarga, yaitu
Tn. Asmuni beserta istri Ny Kasmah, dan satu orang anak yang bernama Haeni.
Status
Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga
Tn. Suami L 69 SD Buruh Rp. 2.000.000/
Asmuni Thn bulan
Ny. Istri P 57 SD Ibu Rumah Tidak
Kasmah Thn tangga berpenghasilan
Haeni Anak L 23 SLTP Pelajar Tidak
Thn berpenghasilan
JK : Jenis Kelamin; L: Laki-laki; P: Perempuan
Tabel 9. Data Anggota Keluarga Tn. Asmuni
46
untuk MCK didapat dari air Pam, dan sifat airnya keruh, berwarna kuning, tetapi masih
dapat digunakan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan sehari-hari.
47
Keluarga Tn. Asmuni mengaku jarang mencuci tangan sebelum makan dan selalu
mencuci tangan setelah BAB.
E. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke Puskesmas
Kresek atau ke tempat praktek pribadi bidan. Untuk mencapai rumah sakit umum
daerah atau puskesmas, biasanya Tn. Asmuni menggunakan motor. Seluruh anggota
keluarga Tn. Asmuni tidak terdaftar BPJS.
F. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke, kanker tidak ada di keluarga Tn.
Asmuni. Tn. Asmuni memiliki riwayat hipertensi. Penyakit yang sering diderita
keluarga Tn. Asmuni adalah Diare. Tn. Asmuni tidak merokok. Keluarga Tn. Asmuni
mengaku jarang berolahraga dengan alasan tidak memiliki waktu yang cukup, dan
merasa sudah cukup aktifitas saat bekerja. Keluarga Tn. Asmuni terbiasa mandi dua
kali sehari, dan sikat gigi setiap kali mandi.
48
sedangkan istrinya hanya beraktivitas di rumah. Istri Tn. Asmuni tidak pernah
menggunakan KB.
No Kriteria Permasalahan
49
1 Pola makan Keluarga Tn.Asmuni memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.
Makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang dimasak
oleh Ny. Asmuni. Adapun lauk seperti daging sapi dan daging
ayam adalah lauk yang jarang dikonsumsi.
2 Cuci Tangan Keluarga Tn. Asmuni mengaku jarang mencuci tangan sebelum
makan menggunakan sabun
3 Aktivitas sehari-hari Keluarga Tn. Asmuni sehari-hari melakukan aktivitas ringan
hingga sedang dan tidak memiliki kebiasaan berolahraga secara
rutin.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 42 m2 dan luas bangunan berukuran 7m
x 6m.
2. Ruangan dalam Rumah ini terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1
rumah dapur, dan 1 ruang tamu. Bangunan rumah tidak
bertingkat, lantai rumah menggunakan ubin. Atap terbuat
dari genteng dan tidak terdapat langit - langit. Seluruh
dinding bangunan terbuat dari susunan bamboo.
3. Ventilasi Ventilasi yang ada di rumah ini berasal dari celah di atas
pintu utama dan celah di atas jendela kaca di samping
pintu utama rumah.
4. Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat 4 buah lampu di dalam
rumah, dan jendela dan puntu jarang dibuka sehingga
gelap.
5. MCK Mempunyai kamar mandi dan jamban pada rumahnya
6. Sumber air a. Menggunakan air PAM yang sudah di masak untuk
konsumsi minum sehari-hari.
50
b. Untuk kebutuhan mencuci tangan, mencuci piring dan
memasak menggunakan air yang berasal dari PAM
7. Saluran pembuangan Tn. Asmuni tidak memiliki tempat pembuangan limbah
limbah di rumahnya.
Masalah Medis
1. obesitas
2. Hipertensi
51
Tn. Suami L 48 thn Tamat SD Pedagang Rp. 80.000/hari
Supriyani
Ny. Istri P 47 thn Tamat SD Pedagang Rp. 50.000
Simah
Tn. Dayat Anak L 28 thn Tamat SD Buruh Rp. 60.000
pertama harian lepas
Ny. Siti Anak P 25 thn Tamat SMK Tidak -
kedua bekerja
JK: Jenis Kelamin; L: Laki-laki; P: Perempuan
52
hanya memiliki ventilasi. Luas masing-masing kamar tidur kurang lebih 3x3 m,
pencahayaannya cukup pada kamar utama karena terdapat jendela, namun pada kamar
ke 2 dan ke 3 pencahayaan kuranng sehingga terlihat gelap. Di bagian depan rumah
terdapat teras berukuran 4x1 m, dan ruang tamu dengan luas 4x2 meter. Di bagian
belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang lebih 4x3 m dan kamar mandi di
dalam rumah ukuran 4x1 m. Air untuk MCK didapat dari pompa air, dan sifat airnya
jernih, berwarna bening, serta tidak berbau dan rasanya tawar. Pembuangan limbah cair
rumah tangga langsung ke selokan dibelakang rumah. Terdapat 1 buah lampu dengan
daya 10 watt di tiap ruangan
b. Lingkungan Pemukiman
Bagian belakang samping kanan dan kiri rumah Tn. Supriyani berbatasan
langsung dengan rumah penduduk lain. Bagian depan rumah terdapat tempat kosong
untuk Ny. Simah membuat keset.
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Supriyani rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu pagi, dan sore hari,
dan disertai makanan selingan pada siang hari. Makanan diolah sendiri oleh Ny. Simah.
Menu sehari-hari antara lain nasi, sayur, tempe, tahu, ikan asin. Keluarga Tn. Supriyani
jarang makan daging, ayam dan jarang mengonsumsi buah-buahan namun rutin
mengonsumsi sayur. Air minum didapat dari air kran yang direbus. Keluarga Tn.
Supriyani selalu mencuci bahan makanan sebelum dimasak dan mencuci tangan
sebelum makan.
53
e. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke Bidan
yang berjarak > 10 km dari rumah. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Supriyani
menggunakan angkutan umum. Keluarga Tn. Supriyani jarang minum jamu untuk
mengobati penyakit-penyakit tertentu, dan juga tidak pernah berobat ke dukun atau
orang pintar. Seluruh anggota keluarga Tn. Supriyani tidak terdaftar BPJS.
f. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat penyakit hipertensi pada Tn. Supriyani dan juga terdapat
riwayat obesitas pada Ny. Simah. Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke,
dan TB paru tidak ada di keluarga Tn. Supriyani. Penyakit yang sering terjadi adalah
ISPA. Saat ini anak terakhir Tn. Supriyani sedang menderita batuk dan pilek.
54
tempe, ikan asin . Keluarga jarang makan daging,
ayam dan buah-buahan.
3. Pola Pencarian Keluarga Tn. Supriyani berobat ke Bidan apabila
Pengobatan sakit. Seluruh anggota keluarga tidak terdaftar
BPJS.
4. Menabung Penghasilan per bulan tidak cukup untuk menabung
5. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Supriyani menggunakan perlatan
mandi masing-masing dan rutin membersihkan
rumah
6. Alat Kontrasepsi Istri Tn. Supriyani saat ini menggunakan KB.
Tabel 13. Faktor Internal Keluarga Tn. Supriyani
55
7. Sumber air Air didapatkan dari pompa air. Air bersifat jernih,
berwarna bening dan tidak berbau dan rasanya
tawar.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Supriyani tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah. Sampah dibuang di depan
rumah dan dibakar apabila sudah menumpuk
tinggi.
10. Lingkungan sekitar Bagian belakang samping kanan dan kiri rumah Tn.
rumah Supriyani berbatasan langsung dengan rumah
penduduk lain. Bagian depan rumah terdapat
tempat kosong untuk Ny. Simah membuat keset.
56
Gambar 9. Denah Rumah Keluarga Tn. Supriyani
Masalah Medis
57
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan Metode
Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. Dalam
pengambilan sebuah masalah, kami menggunakan Metode Delphi.
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, didapatkan sebagian besar
masalah pada keluarga binaan terkait dengan masalah pemenuhan gizi seimbang yang
mengakibatkan penyakit syndrome metabolik, kemudian peneliti memutuskan untuk
mengangkat permasalahan mengenai Pengetahuan Gizi Seimbang pada Keluarga
Binaan RT 09 dan RT 08 di Keluarga Binaan desa Patrasana kec. Kresek Kab.
Tangerang. Banten
1 Hasil Pre-Survey
Hasil dari pre survey didapatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang yang
buruk pada seluruh keluarga binaan. Dengan demikian melalui proses musyawarah
antara kelompok dengan para tenaga kesehatan di Puskesmas Kresek kami
memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Pengetahuan Gizi Seimbang Pada
Keluarga Binaan RT 09 dan RT 08 di Keluarga Binaan desa Patrasana kec.
Kresek Kab. Tangerang. Banten.”
58
Bagan 1. Alur Penentuan Masalah dengan Metode Delphi
59
berpotensi membahayakan. Dan pada hakikatnya semua dihalalkan untuk umat
manusia kecuali yang tertulis haram di Al-quran dan al -Hadist
Tabel 11. Data pemeriksaan Tekanan Darah Jenis Kelamin di Kec. Kresek
tahun 2018
60
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor
dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang
tersedia, serta keadaan sosial budaya.
61
yang dikehendaki.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikap terhadap stimulasi.
62
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian terhadap
suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
63
2.1.4.2 Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan
nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan ia
tidak merokok.4
64
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berpikir
umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2.1.5.1 Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat
catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.2
65
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin
positif terhadap objek tersebut.
2.1.6.2 Informasi
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
2.1.6.3 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.2
2.1.6.4 Budaya
66
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
2.1.6.5 Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
2.1.6.6 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
2.1.6.7 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerja.
2.1.6.8 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
67
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan
yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.4
68
dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang
diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.4
3 Gizi Seimbang
A. Empat Pilar Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang yang telah di implementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan
Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5
Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi
serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman
tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
Gambar 2.1.3a Tumpeng Gizi Seimbang
69
Empat Pilar tersebut adalah:
1. Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan danmempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.
Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral;
sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi
miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.
Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang
sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh
dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan
fungsi lainnya dalam tubuh.
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain
keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan
dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok
pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya.
Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan
lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi.
Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam
komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan
dalam pencegahan dehidrasi.
70
Gambar 2.1.3b Sajian Sekali Makan
71
Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit
infeksi adalah hubungan timbal balik. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi
72
B. Gizi Seimbang untuk Dewasa dan Lanjut Usia
1. Gizi Seimbang untuk Dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola kegiatan
kelompok usia dewasa saat ini yaitu persaingan tenaga kerja yang ketat, ibu bekerja
diluar rumah, tersedianya berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-tahuan
tentang gizi menyebabkan keluarga dihadapkan pada pola kegiatan yang cenderung
pasif atau “sedentary life”, waktu di rumah yang pendek terutama untuk ibu, dan
konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu, perhatian
terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk kegiatan fisik
yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk mencapai pola
hidup sehat, aktif dan produktif.
2. Gizi Seimbang untuk Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun,
terjadi berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ
dan jaringan tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih
sering muncul pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ
pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan;
melemahnya sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih
sensitif terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi
sehingga mengganggu fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita
memasuki masa menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk
terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi pada kelompok usia
lanjut agak berbeda pada kelompok dewasa, sehingga pola konsumsi agak berbeda,
misalnya membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan, berlemak tinggi,
purin. Mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang cukup.
73
2.1.4 Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang menurut Islam
2.1.4.1 Makanan dalam Perspektif Islam
“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).
Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan,
inilah teladan yg bisa kita ikuti bagaimana pola makan Rasulullah Sallallahu A’laihi
Wasallam agar Sehat dan berberkah dan mendapatkan amal.
Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala
Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan
sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali
oleh orang-orang yang sakit.
Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola
makan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau terbukti
memiliki tubuh yang sehat, kuat dan bugar.
74
Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama,
ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah. Kedua, ketika menjelang
wafatnya.
Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia
senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melalui makanan dengan senyawa kimia
organik.
Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang
bisa dipercaya, sebagai berikut:
75
berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan
lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan
peradangan.
“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum.
Beliau bersabda : “Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin
Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang
bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang
dingin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi,
dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan
Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang
terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan
tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat
dari racun tersebut.
76
4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun.
Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya
banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan
sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur
cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu
tubuh di musim dingin.
7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi
tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging
dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang
terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah
anggur dan hilbah (susu).
77
9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya untuk
begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan
sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi.
Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.
10. Pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ternyata sangat cocok dengan
irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan
disebut circadian rhytme (irama biologis).
Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan
irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan
disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami
tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).
78
“.... Maka suruhlah salah seorang di antara kalian untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perak kalian ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih
baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaklah ia
Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kalian kepada
seorangpun!” [Q.S. al-Kahfi/018: 19].
Jika pakar gizi menyeriusi ajaran Islam tentang konsep pangan, niscaya akan
diperoleh kesimpulan bahwa madrasah Islam memiliki kurikulum yang terus
terbarukan dan kompatibel dengan perkembangan zaman, dibangun di atas dasar
kaidah-kaidah ilmiah yang akurat sehingga mempedomaninya menjadi kemenangan
besar bagi umat manusia.
Di antara tujuan utama syariat Islam ialah memproteksi agama, akal, nyawa,
keturunan, dan kekayaan. Oleh karenanya asy-Syāriʻ yang Mahabijaksana
mengharamkan segala sesuatu yang berpotensi membahayakan target tersebut. Teori
hukum dalam syariat Islam yang mengatur interaksi [manusia] dengan alam sekitarnya
ialah bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya halal, berdasarkan firman
Allah SWT:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...” [Q.S. al-
Baqarah/02: 29]
Ḥarf (kata depan) la [dalam frasa lakum] mengandung makna pemberian dan
mempersilahkan; tidak mungkin merealisasikannya kecuali dengan suatu pembolehan
dan penghalalan. Namun sebalik itu, Allah mengharamkan segala sesuatu yang
berpotensi merusak fisik, agama, dan akhlak.
79
Berangkat dari bahwa tujuan dasar Islam ialah membina manusia yang selamat,
sehat, dan tunduk serta patuh kepada aturan Islam, maka sudah seyogianya pula Islam
memberikan perhatian besar terhadap keterjaminan kesehatan yang mendukung, dan
memberikan arahan yang benar bagi manusia. Pengkajian ilmu kesehatan berkenaan
dengan manusia dari aspek fisik, kejiwaan, akal, termasuk pola hidup, karena
keterjaminan aspek-aspek ini membuat manusia hidup betul-betul dengan aman; Allah
SWT berfirman:
Oleh karena itu berserah diri dan patuh kepada Allah dengan menaati perintah-
perintah dan larangan-Nya dalam masalah makanan dan minuman termasuk
memberdayakan alam dengan kemaslahatan.
80
2.4 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori pengetahuan
Notoatmojo, yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh 7 faktor, yaitu:
PENDIDIKAN
INFORMASI /
MEDIA MASA
SOSIAL
EKONOMI
PENGALAMAN
USIA
LINGKUNGAN
81
2.5. Kerangka Konsep
PENDIDIKAN
PENGETAHUAN
TENTANG GIZI
PETUGAS SEIMBANG
KESEHATAN
SOSIAL BUDAYA
SOSIAL
EKONOMI
Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati
atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang
berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional adalah mendefiniskan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk melakukan observasi atau
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objuek atau fenomena (Notoatmodjo,
2010). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
82
No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
pengukuran
1. Pengetahuan Gizi seimbang adalah Quetioner Wawancara -Pengetahuan baik Normal
tentang gizi susunan pangan sehari- - pengetahian buruk
seimbang hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip
keaneka ragaman pangan,
aktivitas fisik, dan
mempertahankan beart
badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pendidikan Adalah suatu kondisi Quetioner Wawancara -Pendidikan tinggi Ordinal
jenjang pendidikan =SMA
terakhir responden yang -pendidikan
pernah ditamatkan yang menengah = SMP
sudah disahkan - pendidikan
departemen pendidikan. rendah= tidak SD/
sekolah
3 Petugas Kegiatan petugas Questioner Wawancara -ada kegiatan Nominal
Kesehatan kesehatan menjalankan - tidak ada kegaiatan
program kesehatan
mengenai pola makan
dengan gizi seimbang pada
daerah binaan oleh petugas
kesehatan atau kader.
83
4 Sosial Budaya Responden lebih sering Questioner Wawancara -Baik Nominal
makan dengan sumber -Buruk
makanan tinggi garam dan
karbohidrat (ikan asin dan
nasi)
5. Sosial Ekonomi Suatu keadaan yang Kuisioner Wawancara -dibawah
menunjukan finansial 1.000.000,00 rendah
keluarga dan perlengkapan -diatas 1.000.000,00
yang dimiliki baik
84
BAB III
METODOLOGI
85
4. Usia > 20 tahun
Kriteria ekslusi :
1. Tidak besedia menjadi responden
2. Bukan termasuk keluarga binaan
3. Usia < 20 tahun
B. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat ekonomi dari
pendapatansetiap keluarga binaan.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu empat keluarga
binaan di RT 08 sampai RT 09 RW 03 Kampung Pala Tegal dan Kampung Pala Pasir, Desa
Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang berjumlah tiga
belas orang.
1. Data primer
Data yang langsung didapatkan dariobservasi dan hasil pre survey dengan cara wawancara
menggunakan alat ukur kuesioner kepada semua ibu di setiap anggota keluarga binaan di
Kampung pala pasir dan Pala Tegal, Desa Patrasana.
2. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Kecamatan Kresek tahun 2017. Data
yang didapatkan antara lain data jumlah penderita obesitas dan hipertensi.
3. Data tersier
Data yang didapat dari kepustakaan dan internet mengenai pengetahuan masyarakat tentang
pengetahuan mengenai gizi seimbang yang terdapat di BAB II.
3.5.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan kepada
keempat keluarga binaan.
86
3.5.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah
diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa
metode dalam proses pengumpulan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui kuesioner dengan cara wawancara.
Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data
primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari wawancara dan kuesioner dengan
keluarga binaan di Desa Patrasana, data sekunder diperoleh dari data sumber daya kesehatan
dan profil kesehatan penderita obesitas dan hipertensi di RT 08 sampai 09 RW 03 di Kampung
Pala Tegal dan Pala pasir, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka.
Pengumpulan data dilakukan di RT/RW 08/03, Kampung Pala Tegal, Desa Patrasana,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Pengumpulan data ini dilakukan selama enaam hari mulai dari tanggal 25 April sampai
01 Mei 2018, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument dengan teknik wawancara
terpimpin kepada responden.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga binaan yang telah
ditentukan oleh kader pengurus Puskesmas Kresek. Dari empat keluarga binaan ini diambil
empat orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa
wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara
langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden
secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden,
selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup
efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung kondisi dan keadaan
rumah disetiap keluarga.
Dokumentasi
87
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
5. Senin , 30 April 2018a. Pembagian dan pengambilan hasil kuesioner kepada masing-masing
responden dari keluarga binaan.
b. Mengolah data yang diperoleh dari kuesioner
c. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner
6 Rabu , 2 April 2018 a. Mengunjungi keluarga binaan untuk cross check data
b. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner
88
Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisa univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variable dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan
tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
1. Pengetahuan responden mengenai Gizi Seimbang
3. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat mengenai gizi seimbang.
4. Pengaruh sosial budaya terhadapat pola makan responden sehingga mempengaruhi gizi
seimbang.
BAB IV
HASIL ANALISA
89
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari lima keluarga binaan di Kampung Sukakarya, RT 008 & 009
RW 02 & 03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
yakni: keluarga Tn. Badria, Ny.Amnah, Tn. Asmuni dan Tn. Supriyani.
Tabel 4.1a Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di Kampung Sukakarya, RT 006/RW
02, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2017
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki – laki 6 50%
Perempuan 7 50%
Total 13 100%
DISTRIBUSI FREKUENSI
JENIS KELAMIN
46% Laki-laki
54% Perempuan
Grafik 22. Distribusi Jenis Kelamin Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan
009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
Berdasarkan dari grafik 22 entang distribusi jenis kelamin pada keluarga binaan
didapatkan jumlah perempuan lebih besar dari pada laki-laki.
90
Umur (dalam tahun) Jumlah
10-15 1
16-20 1
21-25 2
26-30 2
31-35 0
>35 7
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung, Pala Tegal dan Pala Pasir , RT
008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei
2018
0
<10-15 16-20 21-25 26-30 31-35 >35
91
Grafik 23. Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir , RT
008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei
2018
Berdasarkan dari grafik 23. tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan
didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia >35 tahun.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Pala Tegal dan Pala
Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Mei 2018
DISTRIBUSI FREKUENSI
TINGKAT PENDIDIKAN
10
9
8
7
6 tidak sekolah
5 SD
4 SMP
3 SMA
2
1
0
tidak sekolah SD SMP SMA
Grafik 24 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018
92
Berdasarkan dari Grafik 24 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan
adalah SD sebanyak 9 orang
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018
Grafik 25. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir ,
RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Mei 2018
93
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel
dalam kuesioner yang diambil langsung pada empat rumah keluarga binaan pada bulan Mei
2018.
Baik 1 25 %
Buruk 3 75%
Total 4 100%
Tabel 18. Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pengtahuan terhadap pola makan gizi seimbang di
di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
Rendah 4 100%
Cukup 0 0%
Tinggi 0 0%
Total 4 100%
Tabel 19. Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pendidikan terhadap pola makan gizi seimbang di
di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir , RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
94
Kunjungan Jumlah Responden Persentase (%)
Petugas
Kesehatan
Tidak Pernah 2 50%
Pernah 2 50%
Total 4 100%
Tabel 20. Distribusi Responden terhadap aspek kunjungan petugas Kesehatan untuk memberikan
penyuluhan terhadap pola makan gizi seimbang di di Kampung di Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan
009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
Rendah 4 100%
Total 4 100%
Tabel 21 Distribusi responden terhadap aspek ekonomi terhadap pola makan gizi seimbang di Kampung
Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang 4 100%
Total 4 100%
95
Tabel 22 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan tentang sosial budaya terhadap pola makan gizi
seimbang di Kampung Pala Tegal dan Pala Pasir, RT 008 dan 009 RW 02/03, Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2018
96
Gambar Diagram fishbone
97
Tabel 22. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
Akar Alternatif
No. Rencana Intervensi Yang
Penyebab Pemecahan
Intervensi Dilakukan
Masalah Masalah
1. Harga Memberitahukan Mengenalkan Penyuluhan makanan
makanan bahwa makanan variasi bahan sehat dengan bahan
sehat yang sehat dapat makanan sesuai makanan yang
mahal diperoleh dengan dengan gizi terjangkau,
harga terjangkau seimbang dan memberikan bahan
harga terjangkau makanan
98
harinya
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Kampung Pala Pasir dan
Pala Tegal, RT 008 dan RT 009/ RW 003, Desa Patrasana, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah
yaitu “Pengetahuan Gizi Seimbang pada Keluarga Binaan di
Kampung Pala Pasir dan Pala Tegal, RT 008 dan RT 009/ RW
003, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten”
5.2. Hasil Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai gizi seimbang masih didominasi oleh tingkat
pengetahuan yang buruk, yakni didapatkan semua responden (75%)
memiliki pengetahuan yang buruk tentang gizi seimbang.
b. Pendidikan
Didapatkan sebagian besar responden (100%) memiliki pendidikan yang
rendah.
c. Sosial Budaya
Didapatkan sebagian besar responden (100%) memiliki sosial budaya
yang buruk di masyarakat.
e. Ekonomi
Didapatkan sebanyak 100% responden memliki pendapatan keluarga
dibawah UMR.
f. Petugas Kesehatan
Didapatkan 50% responden mengaku jika belum mendapatkan penyeluhan
tentang gizi seimbang di lingkungan rumahnya.
100
5.3 . Akar Penyebab Masalah
1. Pendidikan
2. Sosial Budaya
3. Ekonomi
4. Petugas kesehatan
tinggi.
gizi.
101
3. Memasang poster berisi program dan penyuluhan oleh puskesmas
berserta jadwalnya.
4. Penyuluhan makanan sehat dengan bahan makanan yang
terjangkau.
5.7 SARAN
1. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk menyajikan makanan sesuai
dengan pola makan gizi seimbang.
2. Program penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan pemberian makanan
tambahan secara berkala.
3. Peningkatan peran serta dari kader setempat dalam melaksanakan survey
gizi pada keluarga di lingkungan setempat.
102
103