COMMUNITY ASSESSMENT
Oleh :
L P L P L P Jml
`1 MEDIS
Dokter umum 1 2 1 2 2 4
Dokter gigi 1 1 1 2
2 PERAWAT
Perawat 1 7 2 9 3 16 19
Perawat gigi 0
3 BIDAN
Bidan Puskesmas 4 4 8
Bidan Desa 13 1 14
4 FARMASI
Apoteker 1 1
Asisten apoteker 1 1
5 SANITARIAN 1 1
6 GIZI 1 1
7 TEKNISI MEDIS
Analisis kesehatan 1 1 2
8 REKAM MEDIS 1 1
9 NON
KESEHATAN
Sopir ambulan 2 2
Pramusaji 1 1
Petugas administrasi 2 2
Akuntan 1 1
IT 1 1
2 Rumah Dinas 1 1
3 Rumah Dinas 2 1
18 Mobil Ambulans 2
20 Sepeda motor 2
21 IPAL 1
2.1.2 Tujuan
Mampu memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep epidemiologi
terapan untuk melakukan diagnosis komunitas suatu wilayah kerja tertentu,
sehingga teridentifikasi permasalahan yang mendasar dan solusi pemecahan
permasalahan disusun secara sistematis dan terstruktur secara utuh dan benar.
2.1.3 Tahapan
Proses untuk menentukan diagnosis komunitas mencakup 4 tahapan :
1. Tahap inisiasi
Komite atau kelompok kerja yang berkomitmen harus dibentuk untuk
mengawasi dan mengkoordinasikan proyek diagnosis komunitas sebelum dapat
dimulai. Departemen pemerintah, pakar kesehatan, dan organisasi non-pemerintah
semuanya harus diwakili dalam komite. Sangat penting untuk menilai luasnya
diagnostik sejak dini dengan menentukan dana dan sumber daya yang tersedia.
Status kesehatan, gaya hidup, situasi kehidupan, kondisi sosial ekonomi,
infrastruktur fisik dan sosial, disparitas, dan layanan dan kebijakan kesehatan
masyarakat adalah beberapa bidang khas yang akan diteliti. Setelah ruang lingkup
telah diidentifikasi, garis waktu untuk melakukan diagnosis komunitas, pembuatan
laporan, dan penyebarluasannya harus ditetapkan.
2. Pengumpulan dan analisis data
Baik data kuantitatif maupun kualitatif harus dikumpulkan sebagai bagian dari
penelitian. Selanjutnya, data demografi dan statistik, seperti ukuran populasi,
distribusi gender dan usia, layanan medis dan kesehatan masyarakat, pelayanan
sosial, pendidikan, perumahan, keamanan publik, dan transportasi, dapat
memberikan konteks mengenai daerah tersebut. Survei, kuesioner yang dikelola
sendiri, wawancara tatap muka, kelompok fokus, dan wawancara melalui telepon
seluruhnya dapat digunakan untuk mengumpulkan data masyarakat. Organisasi
yang berpengalaman, seperti lembaga akademis, dapat digunakan untuk melakukan
penelitian guna memastikan kelayakan temuan tersebut. Prosedur pengambilan
sampel harus direncanakan dengan baik, dan ukuran sampel harus cukup besar
untuk memungkinkan penarikan kesimpulan yang dapat dipercaya. Hasilnya,
temuan studi dapat digunakan untuk mengevaluasi masyarakat setempat. Para ahli
kemudian dapat menganalisis dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan.
Berikut adalah beberapa analisis data yang berguna dan cara penyajiannya:
- sebagai perbandingan, data statistik paling baik disajikan sebagai tarif atau
rasio
- trend dan proyeksi sangat penting untuk melacak perubahan dari waktu ke
waktu untuk perencanaan masa depan
- data dari kabupaten setempat dapat dibandingkan dengan data dari
kabupaten lain atau seluruh penduduk
- penyajian grafis direkomendasikan untuk memudahkan pemahaman
3. Diagnosis
Diagnosis kesimpulan yang dikumpulkan dari analisis data digunakan untuk
mendiagnosis komunitas. Idealnya harus mencakup tiga bagian :
- Status kesehatan masyarakat
- Faktor kesehatan masyarakat
- Kemungkinan pembangunan kota yang sehat
4. Diseminasi
Pembuatan laporan diagnosis komunitas bukanlah tujuan itu sendiri; upaya
untuk meningkatkan komunikasi sehingga tindakan terfokus perlu dilakukan.
Pembuat kebijakan, profesional kesehatan, dan masyarakat umum di masyarakat
termasuk di antara audiens yang dituju untuk diagnosis komunitas.
Secara singkat, alur untuk menentukan diagnosis komunitas adalah sebagai berikut:
- Analisis situasi dan identifikasi masalah
- Menentukan prioritas masalah
- Menentukan penyebab masalah
- Analisis dan penilaian masalah
- Menentukan solusi dan alternatif pemecahan masalah
- Menentukan prioritas solusi
- Melakukan intervensi dan evaluasi keberhasilan dari intervensi yang sudah
dilaksanakan
2) Mikroorganisme
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi,
terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler
jika seseorang tidak memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi hanya
dapat dibersihkan secara menyeluruh dengan cara mekanis, tidak cukup dengan
hanya berkumur ataupun menyikat gigi. Bakteri yang terdapat di dalam plak
berperan penting dalam proses terbentuknya kerusakan gigi. Bakteri Streptococcus
mutans merupakan penyebab utama terbentuknya karies karena mempunyai sifat
asidogenik dan asidurik (Putri, 2017).
3) Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang setiap hari
dikonsumsi dan menempel pada gigi. Konsumsi gula yang berlebihan akan
berpengaruh pada pertumbuhan plak dan jumlah bakteri Streptococcus mutans di
dalamnya. Sukrosa merupakan gula yang bersifat kariogenik dan paling banyak
dikonsumsi sehari-hari, maka sukrosa termasuk penyebab karies yang utama (Azis,
2018).
4) Waktu
Karies berkembang dalam jangka waktu beberapa bulan ataupun beberapa
tahun. Fungsi saliva yang berperan untuk mendepositkan kembali mineral selama
proses perkembangan karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas
perbaikan dan perusakan yang saling bergantian (Kidd, 2013)
Selain faktor langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan terjadinya karies,
terdapat pula faktor tidak langsung atau faktor predisposisi yang juga disebut
sebagai resiko luar (Tarigan, 2015). Beberapa faktor yaitu:
1) Ras (suku bangsa)
Pengaruh ras terhadap angka kejadian karies gigi sangat sulit untuk
dipastikan. Namun demikian, bentuk tulang rahang suatu ras bangsa mungkin dapat
berpengaruh terhadap persentase terjadinya karies yang semakin meningkat atau
menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan bentuk rahang yang sempit, gigi geligi
pada rahang akan tumbuh berjejal kemudian menyebabkan kesulitan untuk
membersihkan gigi-geligi secara keseluruhan yang akan berpengaruh pada
peningkatan persentase karies pada ras tersebut (Tarigan, 2015).
2) Usia
Seiring dengan bertambahnya usia akan menyebabkan prevalensi karies
meningkat. Gigi akan lebih lama berinteraksi dengan faktor resiko penyebab karies,
oleh karena itu mengetahui dan mengendalikan faktor resiko penyebab karies
sangat penting untuk memperlambat perkembangan lesi karies yang sudah ada dan
mencegah timbulnya lesi karies baru (Heymann, 2013).
3) Keturunan
Orang tua dengan angka karies yang rendah cenderung memiliki anak-anak
dengan angka karies yang rendah, sedangkan orang tua dengan angka karies yang
tinggi cenderung memiliki anak-anak dengan angka karies yang tinggi pula.
(Shafer, 2012).
2.2.3 Patogenesis
Karies gigi merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu saliva, plak,
diet, dan kebersihan rongga mulut, sehingga karies disebut penyakit multifaktorial.
Patogenesis karies berawal dari perlekatan agregasi bakteri di permukaan enamel.
Selanjutnya, bakteri akan melakukan metabolisme sisa makanan yang ada pada
permukaan gigi dan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat. Produksi asam
akan menyebabkan penurunan pH hingga kurang dari 5,5. Jika penurunan pH ini
terjadi terus-menerus, maka akan menyebabkan terjadinya demineralisasi pada
enamel gigi (Bilqis, 2018). Pada tahap awal demineralisasi, kavitas belum terbentuk
di permukaan enamel, namun mineral enamel sudah mulai larut sehingga secara
klinis terlihat perubahan warna menjadi lebih putih. Lesi awal karies dapat kembali
normal melalui proses remineralisasi. Kavitas pada permukaan gigi terjadi bila
demineralisasi sudah sedemikian luas sehingga permukaan enamel tidak mendapat
dukungan yang cukup dari jaringan dibawahnya. Bila proses demineralisasi tidak
diatasi, maka kerusakan akan berlanjut lebih dalam lagi sehingga dapat
mempengaruhi vitalitas gigi (Sibarani, 2014).
III. Pembahasan
Tahapan pertama yang dilakukan untuk menentukan diagnosis komunitas
adalah pengambilan data sekunder mengenai profil Puskesmas serta diagnosis
penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di Poli Gigi dan Mulut
Puskesmas Bululawang. Data profil Puskesmas didapatkan melalui ruang tata usaha
dan data yang dipajang di depan ruang rapat Puskesmas Bululawang pada hari
Senin, 3 Oktober 2022. Data yang diambil yaitu : Data geografis, data umum, data
sumber daya kesehatan, dan data program pelayanan Puskesmas Bululawang, serta
data dusun/dukuh dan jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bululawang.
Kemudian pada hari yang sama, saya mengambil data sekunder mengenai
diagnosis penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di Poli Gigi dan Mulut
Puskesmas Bululawang. Data ini saya dapatkan melalui drg. Rizky di poli gigi
Puskesmas Bululawang. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa diagnosis 5
penyakit yang paling banyak adalah :
1. Pulpitis pada gigi permanen
2. Gangguan erupsi gigi
3. Abses periapikal
4. Periodontitis kronis
5. Nekrosis pulpa
Setelah mendapatkan data tersebut, maka saya melakukan penetapan prioritas
masalah dengan menggunakan metode USG (Urgency, Serioussness, Growth).
Metode USG dilakukan pada 7 responden, yaitu dr. Titis Ari Respatilatsih selaku
Kepala Puskesmas Bululawang, drg. Halida Hisbiatun Ni’mah selaku penanggung
jawab UKM, drg. Rizky Dwi Rachmayanti selaku penanggung jawab UKP, dan 5
mahasiswa koas FKG UB. Kegiatan USG dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Oktober
2022. Hasil USG tersebut yaitu :
Pulpitis 110 1
Periodontitis Kronis 86 4
Nekrosis Pulpa 88 3
Berdasarkan hasil USG, maka ditetapkan masalah yang menjadi prioritas yaitu
pulpitis pada gigi permanen.
Selanjutnya, saya melakukan konsultasi bersama drg. Halida pada hari
Rabu, 5 Oktober 2022, mengenai hasil USG. Dokter Halida setuju dengan pendapat
dokter Riris, yaitu untuk mengangkat masalah pulpitis pada gigi permanen sebagai
masalah prioritas, dan menyarankan kami untuk segera mengumpulkan data primer
dengan melakukan screening. Mengenai sasaran screening, dokter Halida
menyarankan untuk mengambil sasaran anak SD kelas 5 dan 6. Alasan pemilihan
sasaran adalah pada usia anak kelas 5 dan 6 (sekitar 10-12 tahun), merupakan masa
akhir gigi campuran atau baru tumbuhnya beberapa gigi permanen. Sehingga
penting untuk mengetahui tingkat kariesnya, agar dapat dilakukan perencanaan
tindakan promotif dan preventif yang sesuai sebelum kondisi karies dapat
bertambah parah. Pada konsultasi ini, ditentukan sasaran adalah siswa kelas 5 dan
6 di SDN Krebetsenggrong 2, dan kegiatan screening akan dilaksanakan pada
tanggal 10 Oktober 2022.
Saya melakukan penyusunan lembar kuesioner dan lembar screening yang
berisi skor DMF-T, nama siswa, jenis kelamin, dan usia. Selanjutnya melakukan
penyusunan lembar kuesioner untuk siswa yang berisi 5 pertanyaan untuk menilai
pengetahuan siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta 5 pertanyaan untuk
mengetahui kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh siswa
tersebut. Penyusunan lembar tersebut selesai pada hari Rabu, 5 Oktober 2022.
Setelah menyusun lembar screening dan kuesioner, saya menunjukkan hasil
penyusunan tersebut konsultasi kepada dokter Halida pada hari Kamis, 6 Oktober
2022. Dalam konsultasi ini, dokter Halida memberi saran untuk mengubah format
penulisan form screening agar dapat lebih efektif serta menambahkan kolom
“Keterangan” pada form untuk menuliskan jika ada anak yang dapat dilakukan
rujukan perawatan ke Puskesmas. Berikut merupakan hasil penyusunan lembar
kuesioner dan screening :
Pada hari Minggu, 9 Oktober 2022, kami melakukan konsultasi lembar
screening dan kuesioner dengan drg. Dyah Nawang Palupi P., M.Kes secara online
melalui Whatsapp. Dalam konsultasi ini, drg. Dyah memberi saran untuk
menambahkan sasaran kuesioner kepada guru-guru di sekolah sasaran. Kuesioner
yang ditujukan kepada guru ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
guru mengenai kesehatan gigi dan mulut serta ketersediaan sarana prasarana atau
ABP mengenai kesehatan gigi dan mulut di sekolah. Maka selanjutnya, saya
melakukan penyusunan kuesioner untuk guru, dengan rincian 8 pertanyaan
mengenai pengetahuan dan 2 pertanyaan mengenai ketersediaan sarana prasarana
kesehatan gigi dan mulut di sekolah. Berikut merupakan hasil penyusunan lembar
kuesioner guru :
Ariyanti, Nova S., Adha, Maulana A., Sumarsono, Raden B., Sultoni. 2020.
Strategy To Determine The Priority Of Teachers' Quality Problem Using Usg
(Urgency, Seriousness, Growth) Matrix. International Research-Based
Education Journal. 2(2): 54-62.
Hutai, Meilani Y., Himawati, M., Widyasari, R. (2019). Indeks Karies Gigi Murid
Usia 12 Tahun Dengan Tingkat Pendapatan Orangtua Rendah Dan Tinggi.
Padjadjaran J Dent Res Student. 3(1): 1-6