Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

PENGETAHUAN TENTANG DBD PADA KELUARGA


BINAAN RT 011 / RW 003 DESA TALOK,
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

Devi Nurfadila Fani 1102012058


Monica Permatasari 1102012167
Rizky Alamsyah 1102012253

Pembimbing:
dr. Dian Mardhiyah, MKK,DipIDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASYARSI
5 MARET – 11 MEI2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

PENGETAHUAN TENTANG DBD PADA KELUARGA BINAAN RT 011 /


RW 003 DESA TALOK, KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian


Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI

Telah disetujui
Tanggal: Maret2018

Disusun oleh :
Devi Nurfadia Fani (1102012058)
Monica Permatasari (1102012167)
Rizky Alamsyah (1102012253)

Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI

Jakarta, Maret2018
Pembimbing

dr. Dian Mardhiyah, MKK, DipIDK


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuuh


Alhamdulillahirrabil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikah rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis
sehingga laporan diagnosis dan intervensi komunitas yang berjudul
“PENGETAHUAN TENTANG DBD PADA KELUARGA BINAAN RT 011 /
RW 003 DESA TALOK, KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN” dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan
bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Mayarakat,
semoga dapat memberikanmanfaat.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf
pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar terkait.
Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. dr. Dian Mardhiyah, MKK, DipIDK, selaku dosen pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI atas
bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan laporan diagnosis dan
intervensi komunitasini.
2. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI atas
bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunanmanuskrip.
3. dr. Yusnita, M.Kes, selaku kepala bagian sekaligus koordinator
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
UniversitasYARSI.
4. dr. Erlina Wijayanti,MPH, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI.
5. dr. Dini Widianti, M.K.K, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI.
6. dr. Hj. Sophianita G. T. Aminy, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI.
7. dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI.
8. dr. H. Sumedi Sudarsono, MPH, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UniversitasYARSI.
Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Tegal Angus Tangerang.
Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.

Jakarta, Maret2018

Penulis
BAB I
LATARBELAKANG

1.1 Gambaran Umum Kecamatan SecaraGeografis


1.1.1 Situasi KeadaanUmum
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tanggerang
terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang dengan jarak ± 27 Km2. Kecamatan
Kresek memiliki 9 desa binaan/wilayah kerja diantaranya Desa Kresek, Desa
Talok, Desa Renged, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa Koper, Desa Jengkol,
Desa Kemuning, Desa Ranca Ilat. Desa Talok sebagai daerah binaan yang dipilih
oleh Puskesmas Kresek. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

Gambar 1.1 Peta Kecamatan Kresek. (Google Maps)


Gambar 1.2 Peta Desa Talok.
(Google Maps)
1.1.2 BatasWilayah
Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian dengan
batas wilayah Kecamatan Kresek sebagaiberikut:
SebelahUtara : Kecamatan Gunung Kaler
SebelahBarat : Kabupaten Serang
SebelahTimur : Kecamatan Kronjo
SebelahSelatan : KecamatanSukamulya

1.1.3 Gambaran Umum Kecamatan SecaraDemografi


1.1.3.1 SituasiKependudukan
Menurut Profil Puskesmas Kresek tahun 2017, jumlah penduduk wilayah
Kecamatan Kresek 65.345 jiwa, yang terdiri dari:
Laki-Laki : 33.162 Jiwa
Perempuan : 32.183 Jiwa
JumlahRumahTangga : 12.375KK. Dengan rata-rata per KK 5.28jiwa,
dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.334,58
jiwa per km2.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kecamatan Kresek Tahun 2017. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK


LAKI-LAKI &
NO (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN
1 <1 703 674 1.377
2 1–4 2.141 2.546 4.687
3 5-9 2.933 2.638 5.571
4 10- 14 3.338 3.072 6.410
5 15- 19 3.538 3.346 6.884
6 20-24 3.442 3.251 6.693
7 25-29 3.315 3.063 6.378
8 30-34 2.630 2.707 5.337
9 35-39 2.525 2.559 5.084
10 40-44 2.301 2.180 4.481
11 45-49 1.935 1.843 3.778
12 50-54 1.550 1.427 2.977
13 55-59 1.184 1.074 2.259
14 60-64 769 725 1.494
15 65-69 433 477 901
16 70-74 255 338 593
17 75+ 169 261 430
Jumlah (Kecamatan) 33.162 32.183 65.345
Sumber: Estimasi Dinas Kesehatan Tahun 2017
Sepuluh Besar Penyakit

8000
7000 ISPA
6000 Hiertensi Esensial
5000
Dispepsia
4000
3000 Faringitis

2000 Obs Febris


1000 Dermatitis
0
Myalgia
Diare
Diabetes

Abses, furunkel, carbunkel

Grafik 1.1Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek Tahun 2017.


(Profil Puskesmas Kresek, 2017)

Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi teratas
dengan 7335 kasus, diikuti hipertensi essential sebanyak 2912 dan dyspepsia
2328, sedangkan yang ke 10 atau yang terendah yaitu penyakit abses sebanyak
897. (Profil Puskesmas Kresek,2017)

1.1.3.2 Indeks PembangunanManusia


Indeks Pembangunan Manusia merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap
pembangunan manusianya, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk, baik
aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan) dan aspek kesejahteraan
ekonomi (daya beli) yang turut serta dalam pembangunan wilayah. (Profil
Puskesmas Kresek, 2017)
Dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia, terkait erat dengan tiga
komponen yaitu angka harapan hidup, angka indeks pendidikan (lama sekolah),
dan kemampuan daya beli.(Profil Puskesmas Kresek, 2017)
1.1.3.3 KeadaanLingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status derajat
kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih meningkat, sebaliknya bila keadaan
lingkungan kurang sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan
masyarakat. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)
1. Rumahsehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah dan
sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air.
Berdasarkan data puskesmas tahun 2017 tentang rumah sehat, jumlah rumah yang
ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 8.072 rumah(65.23%),
jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan 3.286 (40.71%) sedangkan
jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 4.786 (59.29%) dari
jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS. (Profil Puskesmas Kresek,
2017)
2. Kepemilikan sarana sanitasidasar
Sanitasi Dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Kepemilikan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Kresek
meliputi:
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 10 indikator
a) Jambankeluarga
Dari jumlah penduduk sebanyak 65.345 jiwa yang ada di Kecamatan Kresek,
jumlah yang menggunakan jamban keluarga sebanyak 46.402 jiwa (71.01%)
terdiri dari 4.786 sarana leher angsa dan 12 sarana komunal.
b) Akses terhadap airbersih
Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak)
menurut kecamatan dan puskesmas dari jumlah penduduk 65.345 jiwa, yang
mendapat air bersih ada 57.792 jiwa (88.44%), yang terdiri dari sumu gali
terlindung 1.332 jiwa, sumus bor dengan pompa 32.478 jiwa dan pengguna
PDAM sebanyak 23.982jiwa.
c) Tempat- Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL),
ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai denganjumlah pengunjung
dan memiliki pencahayaan yangcukup.
d) Keadaan perilakumasyarakat
Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat,
bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya tindakan.
Komponen perilaku terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan, dari
mulai mengetahui lalu menerima atau menolak dan melakukan tindakan sebagai
perwujudan dari pikiran dan jiwa. (Profil Puskesmas Kresek,2017)
e) Rumah TanggaSehat
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau 1.890 rumah, dan jumlah rumah
tangga tersebut yang yang mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya
1.188 rumah tangga (62.9%) menunjukan bahwa persentase rumah tangga sehat
di Kecamatan Kresek masih kurang jika dibandingkan dengan standar pelayanan
minimal(65%).
f) ASI ekslusif
Air Susu Ibu diyakini dan terbukti merupakan makanan bayi yang paling tinggi
manfaatnya bagi bayi dari semua aspek. Total bayi 0-6 bulan yang ada di
Kecamatan Kresek berjumlah 774 bayi, dan yang mendapatkan ASI ekslusif
mencapai 584 bayi (75.5%), cakupan ini sudah melampaui target pencapaian
dibandingkan standar pelayanan minimal yaitu (75%).
g) Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat berbagai
upaya dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sangat populer. Posyandu
dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Pumama dan Mandiri. Di Kecamatan
Kresek jumlah Posyandu berjumlah 57 pos, terdiri dari Posyandu Pratama
berjumlah 0 posyandu, Madya 55 posyandu, Pumama 0 posyandu dan Mandiri 2
posyandu. Dari data tersebut, Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek masih di
dominasi oleh Strata Madya.
h) Poli PersalinanDesa
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang jauh dari jangkauan
pelayanan kesehatan. Terdapat 3 polindes yang terdapat di Desa Pasirampo, Desa
Jengkol dan Desa Renged. Namun kondisi bangunan polindes di Desa Renged
sudah tidak terawat.
i) Pelayanan Kesehatan MasyarakatMiskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang jauh
Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas Keiling yang menjangkau 9 desa
dilaksanakan setiap hari selasa dengan mobil puskesmas keliling.
j) Sarana Kesehatan
Sarana danPrasarana
Unit Pelayanan Teknis Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung
tambahan yang diuraikan sebagai berikut: (Profil Puskesmas Kresek, 2017)
Gedung Utama /Rawat Jalan:
1. Ruang Loket /Pendaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang PeriksaBPU
4. Ruang Periksa KesehatanAnak
5. Ruang Gigi
6. Kamar Obat /Apotik
7. Ruang Periksa KesehatanIbu
8. Ruang GudangFarmasi
9. Ruang AdministrasiBidan
10. Ruang TataUsaha
11. Ruang Pelayanan terbatan 24 jam(UGD)
12. Ruang KepalaPuskesmas
13. RuangBendahara
14. Mushalla untukPegawai
15. Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempattidur
16. Ruangan Persalinan(PONED)
17. Ruang KlinikGizi
18. RuangAula
19. RuangLaboratorium
20. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiridari:
21. Ruang Periksa TBParu
22. Ruang PosSatpam
23. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antaralain:
24. Mobil Puskesmas keliling 1unit
25. Mobil Ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat 1unit
26. Sepeda motor dinas 4unit

1.2 Profil PuskesmasKresek


Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan usaha kesehatan integritas yang
kegiatanya merupakan kegiatan lintas sektoral. Puskesmas Kresek berupaya
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara
maksimal, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan
kepuasan pelanggan dengan mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan
berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kesehatan baik kegiatan
dalam gedung dan di luar gedung. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

1.2.1 Visi danMisi


Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah menentapkan Visi,
yaitu: “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan lingkungan menuju
masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”, dengan melaksanakan misi:
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secaraparipurna
2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secaraterpadu
3) Meningkatkan upaya pencegahanpenyakit
4) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektorterkait

1.2.2 SistemPelaporan
Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data analisa,
korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang disajikan dapat
memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan situasi yang ada, sehingga
dapat dilakukan pengolahan data di tingkat Puskesmas. Penyajian data dilakukan
dalam bentuk tabel dan grafik, sedang dalam pembahasan menyajikan
perbandingan pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan
dicapai. Profil Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010
dengan sumber data yang diperoleh dari Kecamatan, Pendidikan, BPS Kecamatan,
Balai Pengobatan Swasta yang ada di Kecamatan Kresek dan dari kegiatan
internalpuskesmas.

1.2.3 Wilayah Kerja danKependudukan

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kresek.


(Profil Puskesmas Kresek, 2017)
1.2.4 Derajatkesehatan
1. JumlahKesakitan
A. PenyakitMenular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari:
a. Penyakit menular melaluibinatang
1) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada
kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk) disemua wilayah.

Tabel 1.2 Data kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2017.


(Profil Puskesmas Kresek, 2017)
JUMLAH KASUS MENINGGAL
NO DESA
L P L+P L P L+P
1 Jengkol 2 2 4 0 0 0
2 Kemuning 3 2 5 0 0 0
3 Koper 1 3 4 0 0 0
4 Kresek 7 9 16 0 0 0
5 Pasirampo 2 3 5 0 0 0
6 Patrasana 3 3 6 0 0 0
7 Rancailat 2 0 2 0 0 0
8 Renged 11 14 25 0 0 0
9 Talok 8 8 14 0 0 0
TOTAL 39 44 81 0 0 0

B. Penyakit menularlangsung
1) PenyakitDiare
2) Kusta
3) HIV/AIDS/ IMS
4) Pneumonia
5) TB Paru
2. Status Gizi
Balita Dengan Gizi Buruk
3. UpayaKesehatan
a. Pelayanan kesehatan Ibu danBayi
b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 danK4
c. Cakupan Persalinan Oleh TenagaKesehatan
4. Pencegahaninfeksi
a. Metode pertolongan persalinan sesuaistandar
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebihtinggi
c. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini(IMD)
d. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi barulahir
5. Cakupan Imunisasi Bayi
Pelayanan Imunisasi rutin
6. Pelayanan Pengobatan /Perawatan
a. Kunjungan Rawat JalanUmum
b. Cakupan Rawat JalanGigi
c. PenamKunjungan RawatInap
d. Pencabutan dan pencabutangigi
7. Pelayanan KesehatanJiwa
8. Pemantauan pertumbuhanbalita
a. Balita yang diTimbang
b. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
9. PelayananGizi
a. Cakupan balita mendapat kapsul vitaminA
b. Cakupan Ibu Hamil mendapat tabletFe
c. Balita Gizi Buruk yang mendapatPerawatan
10. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal EmergensiDasar
a. Akses ketersediaandarah
b. Ibu hamil resiko Tinggi /Komplikasi yangditangani
c. Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani
11. Pelayanan GawatDarurat
12. Kejadian Luar Biasa(KLB)
1.3 KeluargaBinaan
Keluarga binaan berada di Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari empat kepala
keluarga, yaitu:
1. Tn.Wahyudin
2. Tn.Fahruroji
3. Tn.Wasehudin

1. Keluarga Tn.Wahyudin
Keluarga Tn. Wahyudin bertempat tinggal di Desa Talok RT 011/RW 03,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Wahyudin
berusia 30 tahun dan bekerja sebagai tukang jahit sepatu dengan rata-rata
penghasilan per bulan Rp 800.000. Tn Wahyudin mempunyai kandang ternak di
samping rumahnya. Istri Tn.Wahyudin adalah seorang ibu rumah tangga yang
selalu masak menggunakan air tanah. Tn.Wahyudin dan Ny. Minah memiliki 2
orang anak, yaitu Fatur dan Fatih. Fatur saat ini sedang duduk di sekolah dasar.
Fatih adiknya belum bersekolah. Penghasilan Tn Wahyudin tidak cukup untuk
memenuhikebutuhansehari-hari.

Tabel 1.3 Data Anggota Keluarga Tn. Wahyudin

Nama Status JK Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga

Tn Suami L 30 thn Tamat SD Wiraswasta Rp. 800.000/bulan


Wahyudin

Ny Minah Isti P 28 thn Tidak Sekolah Ibu rumah Tidak Berpenghasilan


Tangga

Fatur Anak L 8 thn Sekolah Dasar Siswa


pertama

Fatih Anak kedua P 5 thn - - -

JK: Jenis Kelamin; L: Laki-laki; P: Perempuan


a. Bangunan TempatTinggal
Rumah keluarga Tn. Wahyudin milik sendiri, dengan ukuran bangunan 6m x
10m dan luas bangunan 60 m2. Di dalam rumah terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga. Bangunan rumah tidak bertingkat
dan lantai rumah keramik. Atap terbuat dari genteng dengan langit- langit terbuat
dari triplek. Terdapat 2 jendela di depan rumah yang jarang dibuka dan 1 jendela
di dapur. Ventilasi terdapat di depan rumah sebanyak 2 buah, permanen terbuka.
Pada satu kamar tidur terdapat 1 jendela dan 1ventilasi.
Pada kedua kamar yang lain tidak terdapat jendela, tetapi terdapat ventilasi. Luas
masing-masing kamar tidur kurang lebih 3x3 m, pencahayaan pada kamar yang
pertama cukup karena terdapat jendela. Pada kamar kedua yang lain pencahayaan
tidak mencukupi karena tidak terdapat jendela. Terdapat 1 buah lampu dengan
daya 10 watt di tiap ruangan. Di bagian depan rumah terdapat teras berukuran 2x1
m, dan ruang tamu dengan luas 3x2 meter. Di bagian belakang rumah terdapat
dapur berukuran kurang lebih 4x3 m dan kamar mandi di dalam rumah ukuran
2x1 m. yang berbatasan langsung dengan kandang ayam. Air untuk MCK didapat
dari pompa air tanah yang ditampung di bak dan berwarna jernih terdapat jentik
jentik nyamuk pada bak mandi. Pembuangan limbah cair rumah tangga langsung
ke selokan dibelakang rumah. Keluarga Tn. Wahyudin tidak memiliki tempat
pembuangan sampah. Sampah dibuang di tempat pembuangan apabila sudah
menumpuktinggi.
b. LingkunganPemukiman
Bagian belakang rumah Tn. Wahyudin berbatasan langsung dengan rumah
penduduk lain dan terdapat kandang hewan ternak ayam milik tetangga. Bagian
kiri dan kanan rumah berbatasan dengan rumah penduduk. Di depan rumah
terdapat dinding rumah tetangga yang dibatasi oleh pagar rumah. Fatur dan Fatih
anak Tn. Wahyudin sering bermain di lingkungan sekitar pinggir selokan dan
dekat tempat pembuangan sampah.
c. PolaMakan
Keluarga Tn. Wahyudin rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu pagi, dan sore hari,
dan disertai makanan selingan pada siang hari. Makanan seringkali diolah sendiri
oleh Ny Minah Menu sehari-hari antara lain nasi, telur gorengsayur, tempe, tahu,
dan ikan. Keluarga Tn Wahyudin jarang makan daging, ikan, dan jarang
mengonsumsi buah-buahan namun rutin mengonsumsi sayur. Air minum didapat
dari air galon isi ulang. Fatur dan Fatih anak Tn. Wahyudin menyukai jajan di
sembarang tempat di dekat pemukiman mereka.
d. Riwayat Obstetri dan Pola AsuhAnak
Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan tidak ada balita dalam keluarga
Tn. Wahyudin. Semua anak Tn. Wahyudin lahir dengan pertolongan bidan. Ny.
Minah menggunakan KB pil, karena menurut Ny. Minah penggunaan KB
tersebut yang paling nyaman. Ny. Minah memberikan air tajin saat anak- anaknya
bayi karena asi sulit keluar saatmenyusui.
e. KebiasaanBerobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke Puskesmas
yang berjarak > 10 km dari rumah. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn.
Wahyudin menggunakan angkutan umum dan kendaraan bermotor. Keluarga Tn.
Wahyudin jarang minum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu, dan
juga tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar. Seluruh anggota Tn.
Wahyudin istinya Ny. Minah serta kedua anaknya Fatur dan Fatihterdaftar BPJS.
f. RiwayatPenyakit
Tidak terdapat riwayat penyakit hipertensi dikeluarga Tn Wahyudin .Ny. Minah
tidak riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke, jantung tidak ada di
keluarga. Penyakit terakhir yang di derita di keluarga ini adalah demam berdarah
yang di derita oleh anaknya pertamanya. Fatur menderita demam berdarah 2
minggu yang lalu setelah anak dari tetangga Tn. Wahyudin ada yang menderita 1
minggu yang lalu. Pada keluarga Tn. Wahyudin anak pertamanya sudah 2 kali
menderita demam berdarah sebelumnya mengenai anak pertama Tn. Wahyudin
pada usia 6 tahun dan yang kedua kalinya pada usia 8 tahun ini.
g. Perilaku dan AktivitasSehari-hari
Keluarga Tn. Wahyudin mengaku jarang berolahraga. Keluarga Tn. Wahyudin
terbiasa mandi 2 kali sehari, dan sikat gigi 2 kali sehari. Keluarga Tn. Wahyudin
sering membasuh tangan dengan air dari tempat penampungan air setiap sebelum
makan. Keluaga Tn. Wahyudin sehari hari mandi menggunakan air tanah yang di
tampung tanpa ada penutupnya. Tn. Wahyudin jarang sekali menguras bak
mandinya. Tn. Wahyudin mempunyai beberapa pot bunga di depan pekarangan
nya untuk menghias depan rumahnya.
Istri Tn. Wahyudin yaitu Ny.Minah seorang ibu rumah tangga yang sehari- hari
menggunakan air tanah sebagai sarana memasak satiap harinya. Sumber air tanah
pada keluarga Tn. Wahyudin berasal di dekat kandang tenak Tn. Wahyudin.
Beberapa sayur mayur yang sehari hari di konsumsi di dapatkan dari hasil kebun
sendiri atau tetangganya. Sampah rumah tangga di tumpuk sebelum di buang di
tempat penampungan sampah. Sampah di taruh di luar rumah di taruh di ember
bekas yang tidak meggunakan penutup.
Anak pertama Tn Wahyudin yaitu Fatur sekarang bersekolah di sekolah dasar dan
sedang duduk di kelas 2 SD. Fatur suka bermain dengan teman teman nya dekat
pekarangan rumahnya. Anak pertamanya fatur dan anak kedua Tn. Wahyudin
fatih tidur bersama dalam satu kamar yang tidak di sertai kelambu. Di dalam
kamar mereka ada 1 jendela yang berhadapan langsung dengan pot bunga milik
Tn. Wahyudin yang jarang diganti alas saat menyirambunga.
Tabel 1.4 Faktor Internal Keluarga Tn. Wahyudin
No. FaktorInternal Permasalahan
1. Polamakan Keluarga Tn. Wahyudin umumnya makan 2kali
sehari, menu makanan antara lain nasi, sayur, tahu,
tempe, telur, ayam. Keluarga jarang makan
daging, ikan danbuah-buahan.
2. Riwayat Obstetri dan PolaAsuh Tn Wahyudin memberikan air tajin saat anak-
Anak anaknya bayi karena asi belum banyak keluar saat
melahirkan. Informasi tersebut didapatkan turun
temurun.

3. KebersihanDiri Keluarga Tn Wahyudin membasuh tangandengan


air dari tempat penampungan air tetapi tidak
menggunakan sabun.
Keluarga Tn Wahyudin jarang mengganti atau
membersihkan pot bunga serta jarang menguras bak
mandi di rumahnya
Keluarga Tn Wahyudin mempunyai kebiasaan
membuang sampah di tumpuk tanpa dengan
penutup bak sampah
4. Merokok Tn Wahyudin tidak mempunyai kebiasaan
merokok
Tabel 1.5 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Wahyudin

No. FaktorEksternal Permasalahan


1. Luasbangunan Luas bangunan 80m2

2. Ruangandalamrumah Ruang tamu berukuran 3x2 meter, 2 kamar tidur dengan ukuran
masing-masing 3x3m, kamar mandi dalam rumah ukuran 2x1 m,
dan dapur ukuran 4x3 m
3. Jamban Keluarga Tn wahyudin memiliki jamban di dalam rumah,limbah
cair langsung mengalir ke selokan. Jamban berdekatan
dengan kandang ayam milik tetangga.
4. Jendeladan Ventilasi Terdapat 2 jendela di depan rumah yang jarang dibuka dan 1
jendela di dapur. Ventilasi terdapat di depan rumah sebanyak 2
buah, permanen terbuka. Pada satu kamar tidur terdapat 1 jendela
dan 1 ventilasi. Pada kedua kamar yang lain tidak
terdapat jendela, tetapi terdapat ventilasi.
5. MCK MCK dilakukan di dalamrumah
6. Pencahayaan Setiap ruangan memiliki 1 lampu daya 10 watt. Sinarmatahari
tidak masuk ke semua ruangan.

7. Saluranpembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke selokan


limbahcair
8. Tempatpembuangan Keluarga Tn Wahyudin tidak memiliki tempat pembuangan
sampah sampah. Sampah di taruh di ember bekas tanpa penutup dibuang di
tempat pembuangan apabila sudah menumpuk tinggi.

9. Lingkungan Sebelah kanan rumah Tn Wahyudin berbatasan dengan jalan


sekitarrumah setapak dengan rumah penduduk lain. Bagian belakang rumah Tn
Wahyudin berbatasan dengan kandang hewan ternak, sementara
bagian depan terdapat dinding rumah tetangga yang dibatasi oleh
pagar rumah.
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Wahyudin
2. Keluarga Tn. Fahruroji
Keluarga Tn. Fahruroji terdiri atas Tn. Fahruroji sebagai kepala keluarga, istrinya
bernama Ny. Fateha, dan memiliki 2 orang anak. Saat ini Tn. Fahruroji tinggal 1
rumah bersama Istri dan anak-anaknya.

Tabel 1.6 Data Anggota Keluarga Tn. Fahruroji

Nama Status J Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga K
Tn. Fahruroji Suami L 41 thn Tamat SMP Montir Rp.
900.000/bulan
Ny. Fateha Istri P 31 thn Tamat SMP Ibu Rumah -
Tangga
Fadlan Anak L 8 thn Kelas 3 SD Pelajar -
pertama
Fajrul Anak L 2 thn - - -
kedua

Keluarga Tn. Fahruroji bertempat tinggal di Desa Pageh RT 11/RW 03,


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Mardani berusia
41 tahun dan bekerja montir. Penghasilan Tn. Mardani berkisar Rp 900.000 per
bulan. Pendapatan Tn. Fahruroji digunakan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.
Ny. Fateha berusia 31 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasangan suami
istri ini memiliki 2 orang anak. Pendidikan Tn. Fahruroji menamatkan SMP dan
Ny. Fateha menamatkan SMP.
a. Bangunan TempatTinggal
Keluarga Tn. Fahruroji tinggal di dengan luas bangunan 9x10 m2. Lantai rumah
Tn. Fahruroji sudah mengunakan ubin seluruhnya dan beratapkan kayu-kayu yang
tersusun dan kemudian ditutupi oleh genteng, dengan plafontriplek, memiliki 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1 dapur dan 1 jamban dan 1 tempat
mandi. Terdapat 2 buah jendela di bagian depan rumah yang dapat dibuka, serta 1
buah jendela di setiap kamar. Terdapat ventilasi udara di bagian depan rumah,
namun hanya terdapat pintu pada ruang tengah dan kamar tidur, terdapat ventilasi
di dapur terbuka permanen. Luas masing- masing kamar tidur kurang lebih 3x2,5
m, pencahayaannya kurang. Di bagian depan rumah terdapat teras berukuran 2x2
m, dan ruang tamu dengan luas 4x3 meter, ruang keluarga 5x4 meter. Di bagian
belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang lebih 2x3 m dan kamar mandi di
dalam rumah ukuran 1x1,5 m. Air untuk MCK didapat dari pompa air tanah, air
ditampung di bak namun tidak ditutup, sifat airnya tidak jernih, berwarna kuning,
tidak berbau serta agak terasa payau. Terdapat 1 buah lampu di setiap kamar tidur,
ruang tamudandapur. Pembuangan limbah cair rumah tangga langsung ke selokan
dibelakang rumah. Keluarga Tn. Fahruroji tidak memiliki tempat pembuangan
sampah. Sampah dibuang di sawah belakang rumah apabila sudah menumpuk
tinggi.
b. Lingkungan
Rumah Tn. Fahruroji pada bagian depan rumah terdapat rumah penduduk dengan
berbatasan dengan jalan setapak, bagian samping kanan terdapat rumah tetangga
dan di bagian belakang rumah terdapat sawah yang sebagian warga desa
membuang sampah rumah tangga mereka di sawah tersebut.
c. PolaMakan
Keluarga Tn. Fahruroji biasa makan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi, siang dan
sore. Keluarga ini sering memasak sendiri untuk makan sehari-hari. Menu
makannya adalah nasi dan lauk. Menu lauknya cukup beragam, yaitu ikan, ikan
asin, tempe, tahu, sayur- sayuran dan terkadang terdapat ayam. Keluarga ini juga
sering mengonsumsi buah. Buah yang sering dikonsumsi adalah pisang.
d. Riwayat Obstetrik dan Pola AsuhAnak
Ny. Fateha hamil sebanyak 2 kali.. Anak pertama berusia 8 tahun, dan anak kedua
berusia 2 tahun.. Ny. Fateha kontrol setiap kehamilan di bidan. Semua anak di
keluarga Tn. Fahruroji ditolong persalinannya oleh bidan dan anak pertama
mendapatkan asi ekslusif sampai berusia 2 tahun. Anak-anak di keluarga Tn.
Fahruroji mendapatkan imunisasi lengkap sesuai usia dari Posyandu. Ny. Fateha
menggunakan alat kontrasepsi berupa KBsuntik.
e. KebiasaanBerobat
Keluarga Tn. Fahruroji berobat ke puskesmas jika sakit, semua keluarga Tn.
Fahruroji memiliki jaminan BPJS.
f. RiwayatPenyakit
Keluarga Tn. Fahruroji tidak memiliki riwayat penyakit keluarga turunan, Ny.
Fateha memiliki riwayat penyakit DBD 1 bulan yang lalu, dan anak pertama Tn.
Fahruroji menderita DBD 2 minggu yang lalu.
g. Perilaku dan AktivitasSehari-hari
Tn. Fahruroji tidak memiliki kebiasaan merokok.Keluarga Tn. Fahruroji tidak
memiliki kebiasaanberolahraga rutin. Keluarga Tn. Fahruroji memiliki kebiasaan
jarang mencuci tangan setelah BAB dan memasak,dan hanya mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan dengan tanpa menggunakan sabun.Keluarga Tn.
Fahruroji memiliki kebiasaan mandi 2 kali dalam sehari dan sikat gigi 1 kali
dalam sehari.Kebersihan rumah biasanya disapu dan dibersihkan oleh Ny. Fateha
2 hari sekali. Ny. Fateha menguras bak mandi dan membersihkan kamar mandi 1
bulan sekali. Tn. Fahruroji membuang sampah rumah tangga setelah di tumpuk
dan kemudian di buang ke sawah belakangruma
Tabel 1.7 Faktor Internal Keluarga Tn. Fahruroji
Polamakan Pola makan Keluarga Tn. Fahruroji jarang mengkonsumsi
buah dansayur
KebersihanDiri Keluarga Tn. Fahruroji memiliki kebiasaan jarang
mencuci tangan setelah BAB dan memasak,dan hanya
mencuci tangan sebelum dan sesudah makantanpa
menggunakansabun.
RiwayatPenyakit Ny. Fatdeha pernah menderita penyakit DBD 1bulan
yang laludan anak pertama Tn. Fahruroji menderita DBD
2 minggu yang lalu.
Tabel 1.8 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Fahruroji

No. Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas bangunan Luas rumah 9x10 m2

2. Ruangan dalam rumah Ruang tamu berukuran 3x3 m, ruang tengah berukuran 4x3 m,
kamar tidur kurang lebih 3x2,5 m, dan kamar mandi 1x1,5 m, dan
dapur 2x3 m.
3. Jamban Keluarga Tn. Fahruroji memiliki jamban yang sangat
berdekatan dengan dapur dan tidak ditutupi atap

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara di bagian depan rumah, di ruangtengah


dan di kamar tidur, terdapat ventilasi di
dapur terbuka permanen.

5. MCK MCK dilakukan di dalamrumah


6. Pencahayaan Terdapat 1 lampu masing-masing di kamar tidur, ruang tamu,dan
dapurpencahayaan kurang.

7. Saluranpembuangan Saluran pembuangan limbah ke selokan.


limbah

8. Tempatpembuangan Tidak ada tempat sampah sendiri di dalam rumah. Sampah


sampah dibuang di sawah belakang rumah apabila sudah menumpuk
tinggi.

9. Lingkungan Rumah Tn. Fahruroji pada bagian depan rumah terdapat rumah
sekitarrumah penduduk dengan berbatasan dengan jalan setapak, bagian
samping kanan terdapat rumah tetangga dan di bagian belakang
rumah terdapat sawah yang sebagian warga desa membuang
sampah rumah tangga mereka di sawah tersebut.
Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Fahruroji
3. Keluarga Tn. Wasehudin
Keluarga Tn. Wasehudin terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Wasehudin
sebagai kepala keluarga. Tn. Wasehudin menikah dengan Ny. Rokayah dan
mempunyai 2 anak, 1 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak
pertamanya bernama Riska Wahyuningsih, anak keduanya bernama Muhamad
Ripaudin.

Tabel 1.9 Data Anggota Keluarga Tn. Wasehudin

Nama Status JK Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga

Tn. Wasehudin Suami L 46 thn Tamat SLTP Buruh harian lepas Rp. 800.000
Ny. Rokayah Istri P 38 thn Tamat SLTP Karyawan swasta Rp. 500.000
Riska Anak P 15 thn Tamat SD Pelajar -
Wahyuningsih pertama

Muhamad Anak kedua L 6 thn Belum Sekolah Tidak bekerja -


Ripaudin

Keluarga Tn. Wasehudin bertempat tinggal di Desa Pageh RT 11/RW 03,


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Wasehudin
berusia 46 tahun dan bekerja sebagai buruh harian lepas. Penghasilan Tn.
Wasehudin berkisar Rp 800.000 per bulan. Pendapatan Tn. Wasehudin digunakan
untuk kebutuhan keluarga sehari-hari dan belum cukup untuk menabung biaya
pendidikan anak. Pendapatan Ny. Rokayah yang bekerja sebagai penjahit
konveksi dengan peghasilan berkisar Rp. 500.000 per bulan untuk membantu
kebutuhan sehari-hari. Tn. Wasehudin menikah dengan Ny. Rokayah dan
mempunyai 2 anak, 1 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.
Pendidikan Tn. Wasehudin dan Ny. Rokayah masing-masing
menamatkanSLTP/Sederajat.
a. Bangunan TempatTinggal
Keluarga Tn. Wasehudin tinggal di Rumah milik sendiri, dengan ukuranbangunan
9 m x 5 m dan luas bangunan 45 m2. Di dalam rumah terdapat 1 kamar tidur,1
dapur, 1 ruang makan dan 1 ruang tamu beserta ruang keluarga,Bangunan rumah
tidak bertingkat, lantai rumah dilapisi dengan semen. Atap terbuat dari genteng
dengan langit- langit rumah terbuat dari triplek. Terdapat 2 jendela didepan rumah
dan samping kamar yang sering dibuka Ventilasi terdapat di depan rumah
sebanyak 3 buah, permanen terbuka. Luas kamar tidur kurang lebih 2x1 m,
pencahayaannya kurang karena jendela tidak bisa dibuka. Di bagian depan rumah
terdapat ruang tamu berukuran 3x2 m, dapur dengan luas 3x2 meter. Pembuangan
limbah cair rumah tangga langsung ke selokan. Tiap ruangan kurang mendapat
sinar matahari. Terdapat 1 buah lampu dengan daya 10 watt di tiapruangan.
b. LingkunganPemukiman
Rumah Tn. Wasehudin terletak di pemukiman yang cukup padat penduduk.
Dibagian depan rumah berbatasan dengan jalan setapak, bagian belakang
berbatasan dengan rumah penduduk, bagian kanan berbatasan dengan rumah
warga, dan bagian kiri berbatasan dengan jalansetapak.
c. PolaMakan
Keluarga Tn. Wasehudin biasa makan tiga kali sehari. Menu makannya adalah
nasi dan lauk. Lauknya biasanya adalah telur atau tahu tempe,bakwan dan juga
sayuran. Keluarga ini sering mengkonsumsi buah, biasanya setiap hari. Buah yang
sering dikonsumsiadalahpisang.
d. Riwayat Obstetri dan Pola AsuhAnak
Ny. Rokayah hamil sebanyak dua kali. Anak pertama berumur 15 tahun, anak
kedua berumur 6 tahun, semua anaknya ditolong persalinan oleh bidan di
Fasyankes. Anak dari keluarga Ny. Rokayah menyusui ASI ekslusif danberhenti
menyusui saat usia 2 tahun. Ny. Rokayah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
e. KebiasaanBerobat
Keluarga Ny. Rokayah biasa berobat di Puskesmas. Keluarga memiliki jaminan
BPJS.
f. RiwayatPenyakit
Keluarga Ny. Rokayah ada yang menderita penyakit DBD yaitu anak pertama.
Anaknya sempat dirawat di RSU Tobat.
g. Perilaku dan AktivitasSehari-Hari
Tn. Wasehudin memiliki kebiasaan merokok dan rata rata sehari dapat merokok
4-5 batang. Keluarga Tn. Wasehudin tidak memiliki kebiasaan berolahraga rutin.
Keluarga Tn. Wasehudin jarang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah makan, juga setelah BAB. Kebersihan rumah
biasanya rajin disapu dan dibersihkan oleh Ny. Rokayah setiap hari. Keluarga Tn.
Wasehudin memiliki kebiasaan mandi 2 kali dalam sehari dan sikat gigi 2 kali
dalamsehari.
Anak pertama Tn. Wasehudin yaitu Riska Wahyuningsih setiap pagi sekolah dan
pulang sekolah pada siang hari. Anak yang kedua hanya di rumah saja karena
belum sekolah. Kedua anak Tn. Wasehudin suka main pada siang hari di dekat
lingkungan sawah. Kedua anak Tn. Wasehudin kurang memperhatikan kebersihan
tangan bila hendak makan maupun setelah makan.

Tabel 1.10 Faktor Internal Keluarga Tn. Wasehudin

No Faktor Internal Permasalahan


1. Kebiasaan Merokok Tn. Wasehudin mempunyai kebiasaan merokok
2. Pola Makan Ny. Rokayah memasak sendiri untuk makan sehari-hari di
keluarga Tn. Wasehudin Menunya adalah nasi dengan lauk
tempe, bakwan, telur dan sayuran dan air the
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Wasehudin jarang memiliki kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, juga
setelah BAB.
Tabel 1.11 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Wasehudin

No. FaktorEksternal Permasalahan


1. Luasbangunan Luas bangunan 45m2

2. Ruangandalamrumah Ruang tamu berukuran 3x2 meter, 2 kamar tidurdengan


ukuran 2x1m, kamar mandi ukuran 1x2 m dan dapur
ukuran 3x2 m.
3. Jamban Keluarga Tn. Wasehudinmemiliki jamban dankamar
mandi di dalam rumah, limbah cair langsung mengalir ke
selokan.
4. Jendeladan Ventilasi Terdapat 2 jendela yang jarang dibuka dan 3 buahventilasi
di ruang tamu, dan 1 jendela serta ventilasi di kamar.
5. MCK MCK dilakukan di dalamrumah
6. Pencahayaan Setiap ruangan memiliki 1 lampu daya 10 watt.Sinar
matahari tidak masuk ke tiap ruangan.
7. Sumberair Air didapatkan dari pompa air tanah di kamarmandi

8. Saluran pembuanganlimbah Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke selokan.


Cair
9. Tempat pembuangan sampah Keluarga Tn. Wasehudin tidak memiliki tempatpembuangan
sampah. Sampah dibuang di tempat pembuangan umum
apabila sudah menumpuk tinggi.
10. Lingkungansekitarrumah Dibagian depan rumah berbatasan dengan jalansetapak,
bagian belakang berbatasan dengan rumah penduduk, bagian
kanan berbatasan dengan rumah warga, dan bagian
kiri berbatasan dengan jalan setapak.
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Wasehudin
1.4 Penentuan AreaMasalah
1.4.1 Usulan Area Masalah KeluargaBinaan
Dari beberapa rumusan masalah keluarga binaan yang di dapat 5 masalah terbesar
yang menjadi usulan untuk diangkat antara lain:
a. Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue(DBD)
b. Pengetahuan dan prilaku tentang 3MPlus
c. Pengetahuan tentang rumahsehat
d. Pengetahuan tentang airbesih

1.4.2 Metode Pemilihan AreaMasalah


Pemilihan area masalah yang akan kami gunakan ialah metode Delphi. Metode
Dephi merupakan suatu teknik membuat keputusanyang dibuat oleh suatu
kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan Metode
Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
(Harold, et all, 1975).

Gambar 1.7 Proses Metode Delphi


Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga
binaan, maka Dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan
area masalah yaitu “PENGETAHUAN TENTANG DBD PADA KELUARGA
BINAANRT 011 / RW 003 DESA TALOK, KECAMATAN KRESEK,
KABUPATEN TANGERANG,PROVINSI BANTEN” Metode Delphi dalam
penelitian ini digunakan sebagai penentu area masalah

1.4.3 Penentuan Area Masalah KeluargaBinaan


Data hasil voting presurvey di kumpulkan dan didiskusikan di tentukan topik yang
diangkat dari prilaku pengelolaan sampah rumah tangga, pengetahuan tentang
demam berdarah dengue, pengetahuan dan prilaku tentang 3m plus, pengetahuan
tentang rumah sehat, pengetahuan tentang air bersih. Cara penentuan prioritas
area masalah pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Delpi. Dari
presurvey di temukan bahwa yang bermasalah adalah pengetahuan tentang
demam berdarah sehingga judul yang kami angkat adalah masalah
“PENGETAHUAN TENTANG DBD KELUARGA BINAAN RT 011 / RW
003DESA TALOK, KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN”

1.4.4 Alasan Pemilihan AreaMasalah


Berdasarkan hasil pre-survey yang dilakukan pada keluarga binaan di desa talok
terdapat masalah pengetahuan tentang demam berdarahdengue
seluruh keluarga binaan sebanyak 8 orang responden memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai pengetahuan tentang demam berdarah dengue.
Dari data angka kejadian 10 penyakit terbanyak di puskesmas kresek di dapatkan
DBD merupakan suatu wabah terbanyak yang salah satunya dapat diakibatkan
dari pengetahuan tentang deman berdarah dengue serta kebiasaan terhadap 3M
yang kurang.
Sepanjang tahun 2017 puskesmas Kresek mencatat sebanyak 81 kasus DBD
dengan jumlah kematian sebanyak 0 kasus di Kresek, provinsi Banten, sementara
di desa Talok tercatat 16 kasus dan 0 yang mengalami meninggal. Data tersebut
terdiri dari laki laki dari 4 laki laki dan 2 perempuan yang mendeita penyakit
DBD.
Penjabaran Area Masalah Berdasarkan tiga keluarga binaan
1. Kebiasaan merokok dilingkungansekitar keluarga
2. Kebiasaan mencuci tangantanpasabun
3. Jamban yang berdekatan dengankandangayam
4. Kurangnya pengetahuan airbersih
5. Kurangnya pengetahuan rumahsehat
6. Kurangnya pengetahuan mengenaiDBD

Seluruh keluarga binaan sebanyak 11 orang responden memiliki pengetahuan


yang kurang mengenai pengetahuan tentang demam berdarahdengue. Serta dalam
11 responden 5 orang diantaranya terkena penyakit DBD 2 pekan lalu.

Dari data angka kejadian 10 penyakit terbanyak di puskesmas kresek di dapatkan


DBD merupakan suatu wabah terbanyak yang salah satunya dapat diakibatkan
dari pengetahuan tentang deman berdarah dengue. Kurangnya pengetahuan
tentang DBD di karenakan kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat melalui
kader desa atau bidan desa setempat. Serta rasa ketidak ingin tahuan dari diri
sendiri oleh masyarakat terhadap pengetahuan DBD

Sepanjang tahun 2017 puskesmas Kresek mencatat sebanyak 81 kasus DBD


dengan jumlah kematian sebanyak 0 kasus di Kresek, provinsi Banten, sementara
di desa Talok tercatat 16 kasus dan 0 ya ng mengalami meninggal. Data tersebut
terdiri dari laki laki dari 8 laki laki dan 8 perempuan yang mendeita penyakit
DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 DefinisiPengetahuan
Pengetahuanadalahhasildari“tahu”daniniterjadisetelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakini indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung telinga, dan
sebagainya)(Notoatmodjo,2005,)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif
dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap
objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalamansendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melaluipengenalan
sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun
informal.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses
yang berurutan), yaitu :
a. Awareness(kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasatertarik)
Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai
timbul.
c. Evaluation(menimbang-menimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial
Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disiniadalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku itulanggeng.
2.1.2 SumberPengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah
berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-
norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya
bolehjadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik
untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan
percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung
bersifat tetap(mapan) tetapi subjektif (Suhartono,2008).
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang
lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas
kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama,
orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau
salah, baikatau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan
dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka
sebagai orangorang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas
dan benar. Bolehjadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi
persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih
dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran
dan pengalaman yang telahteruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah
kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia danmasyarakat
itusendiri (Suhartono,2008).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi
adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata,
telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa
pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2008).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran
memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca
indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat
metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis
menurutsisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran
Mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang
seragam danyang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal
pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung
memberikan pengetahuan yanglebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat
tetap, tidak berubah-ubah (Suhartono, 2008).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam.Jadi,
sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera
maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan
untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada
di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini
kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun
akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal
belaka (Suhartono,2008).

2.1.3 TingkatPengetahuan
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,
yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat iniadalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuanyangpaling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahutentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).
2. Memahami(comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dap4a9t
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagai
nyaterhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003).
3. Aplikasi(application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaanhukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).
4. Analisis(analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu samalain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja,seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
5. Sintesis(synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapatmeringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo,2003).
6. Evaluasi(evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (Notoatmodjo,2003).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhipengetahuan


Menurut Notoatmojo (2010), terdapat 8 hal yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa
sebuah visi pendidikan yaitu untuk mencerdaskan manusia.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah
dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
4) Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek
fisik psikologis, dan kejiwaan dalam aspek psikologis taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
5) Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara berfikir dan
perilaku kita
6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
7) Paparaninformasi
RUU teknologi informasi mengartikan informasi sebagai suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan menyimpan, manipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan maksud
dan tujuan tertentu yang bisa didapatkan melalui media elektronik maupun
cetak.
8) Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai masyarakat
luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet.
2.1.5 PengukuranPengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angketyang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atauresponden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kitasesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Adapun beberapa tingkatan kedalaman pengetahuan, yaitu :
a. Pengetahuan baik, apabila responden berpengetahuan76%-100%
b. Pengetahuan cukup, apabila responden berpengetahuan60%-75%
c. Pengetahuan kurang, apabila responden berpengetahuan < 60%
(Notoadmojo,2007)
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut rumah.Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status
lambang sosial. (Depkes RI, 2002).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan
kesehatan masyarakat.Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan
fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu
penting dari kesehatan masyarakat.Perumahan yang layak untuk tempat tinggal
harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat.Perumahan
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial (Depkes RI, 2002).
Menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 menjelaskan bahwa rumah
adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO
(2004), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,
dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan
sosialnya baik untuk kesehatan keluarga danindividu.
Menurut Dinas Perumahan dan Pemukiman RI (2008), rumah adalah rumah
sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan
yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau
gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat
kesehatan yangoptimal.
Menurut WHO (2004), rumah sehat dapat diartikan rumah berlindung, bernaung,
dan tempat untuk beristirahat, sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani,sosial.
Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara lain (Chandra,
2007):
1. Dapat memenuhi kebutuhanfisiologis
2. Dapat memenuhi kebutuhanpsikologis
3. Dapat menghindarkan terjadinyakecelakaan
4. Dapat menghindarkan terjadinya penularanpenyakit

2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat (Notoadmojo, 2010).
Faktor pendidikan masyarakat sangat berpengaruh dalam hal pembuangan tinja
masyarakat. Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan akan memiliki kesadaran
yang tinggi akan pentingnya rumah sehat dan manfaatnya. Pendidikan kesehatan
adalah mengubah perilaku dari yang merugikan atau tidak sesuai dengan norma.

2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan


Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan menurut Hasbullah (2003) adalah
sebagai berikut:
1) Ideologi
Semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak
untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
2) SosialEkonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3) SosialBudaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan
formal bagi anak-anaknya.
4) PerkembanganIPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5) Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih bernilai.
2.3 Demam Berdarah Dengue(DBD)
2.3.1. DefinisiDBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan
panas (demam) dan disertai dengan perdarahan. Demam berdarah dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan di
sekitar rumah yang disebabkan oleh virus dengue (Kementerian Kesehatan RI)

2.3.2. EpidemiologiDBD
Demam berdarah dengue yang mewabah di Asia Tenggara, mula-mula muncul di
Filipina pada tahun 1953. Di negara itu, demam berdarah yang disertai perdarahan
dan renjatan menyerang anak-anak. Pada tahun 1958 penyakit demam berdarah
dengue muncul di Bangkok (Thailand), dan Hanoi (Vietnam Utara).
Selanjutnya, Malaysia pun terjangkit penyakit ini pada tahun 1962 dan 1964
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit
tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh
propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak
pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat
dari tahun ke tahun baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan
secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada
Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari
hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan
tatalaksana DBD secara konvensional sudahberubah.
A. Faktor Yang Berperan Dalam KejadianDBD
Kesehatan manusia sangat tergantung pada interaksi antara manusia dan
aktivitasnya dengan lingkungan fisik, kimia, serta biologi. Infeksi DBD dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya di masyarakat merupakan interaksi dinamis
antara faktor host (manusia), agent (virus) dan environment (lingkungan).
Selanjutnya menurut Gordon (1994) dalam epidemiologi, kejadian atau penularan
penyakit menular ditentukan oleh faktorfaktor yang disebut host, agent, dan
environment. Demikian pula epidemiologi Demam Berdarah, ada hubungan yang
saling berkaitan antara host (manusia), agent (virus), dan environment
(lingkungan fisik, kimiawi, biologik, sosial), lingkungan yang memberi kontribusi
terhadap perkembangbiakan vektor (Aedes). Dengan demikian, ketiga faktor
tersebut di atas mempengaruhi persebaran kasus DBD dalam suatu wilayah
tertentu.
Agent, host dan environment saling berinteraksi dan memungkinkan terjadinya
infeksi DBD. Namun, sebagian dari agent (hanya virus dengue) yang menjadi
penyebab utama kejadian penyakit DBD. Begitu pula host, tidak semuanya dapat
terinfeksi dengan virus dengue karena masing-masing punya imunitas yang
berbeda. Selanjutnya, environment yang merupakan kondisi lingkungan
berkontribusi terhadap pengadaan wadah vektor Aedes berkembang biak. Namun,
tidak semua wadah disenangi vektor tersebut seperti wadah yang berisi air keruh
dan kotor.
B. Faktor Yang Berperan Terhadap EndemisitasDBD
Penyebaran DBD di Indonesia dipengaruhi oleh multifaktor, di antaranya adalah
perilaku masyarakat, lingkungan, dan faktor demografi. Untuk itu, pada bab ini
akan dibahas secara singkat tentang faktor perilaku, lingkungan serta demografi
yang berperan terhadap endemisitas DBD. Perilaku Masyarakat Perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi
(predisposing), faktor pendukung (enabling), dan faktor penguat (reinforcing).
Faktor predisposisi seperti, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan. Faktor
pendukung seperti, ketersediaan sumber daya kesehatan, fasilitas kesehatan yang
memadai serta keterjangkauan fasilitas kesehatan. Sedangkan faktor penguatnya
adalah dukungan masyarakat, pemerintah serta sikap kepedulian petugas
kesehatan. Kebiasaan Masyarakat Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kejadian DBD erat kaitannya dengan faktor kebiasaan yang ada pada masyarakat.
Kebiasaan tersebut seperti menggantung pakaian dan kebiasaan tidur siang. Hal-
hal ini tersebut dapat mengakibatkan tingginya kepadatan vektor dan kejadian
DBD dimasyarakat.
Faktor Demografi
Beberapa faktor demografi yang terkait dalam penularan DBD pada manusia
yaitu:
a. Kepadatan penduduk Pemukiman yang padat penduduk lebih rentan terjadi
penularan DBD utamanya pada daerah perkotaan (urban) karena jarak terbang
nyamuk Aedes diperkirakan 50-100 meter. Pada daerah yang berpenduduk padat
disertai distribusi nyamuk yang tinggi, potensi transmisi virus meningkatdan
bertendensi ke arah terbentuknya suatu daerah endemis. Pada umumnya wadah
menyimpan air sebagai tempat berkembang biaknya Aedesaegypti.
b. Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk memudahkan penularan (transmisi)
dari satu tempat ke tempat lainnya. Urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali
mengakibatkan terjadinya peningkatan kontak dengan vektor. Begitu pula dengan
peningkatan dan makin lancarnya hubungan lintas udara dan transportasi, kota-
kota kecil atau daerah semiurban menjadi mudah terinfeksi penyakitDBD.

2.3.3. Vektor Nyamuk Aedesaegypti


Di indonesia, vektor Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) belum diselidiki
secaraluas, tetapi Ae. Aegypti sebagai nyamuk stegomyia (Aedes) utama di
daerahperkotaan diperkirakan sebagai vektor terpenting. Di Bantul, suatu
daerahpedesaan berpenduduk padat di Jawa Tengah, Ae. albopictus diduga
merupakan vektor utama wabah DHF
Kedua jenis nyamuk ini mempunyai daerah distribusi geografis sendirisendiri
yang terbatas. Meskipun merupakan vektor yang sangat baik untuk virus dengue,
biasanya Aedes albopictus merupakan vektor epidemi yang kurang efisien
dibanding Aedesaegypti

2.3.3.1. Morfologi Nyamuk Aedesaegypti


Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai
gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Telur
Ae.aegyptimempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran
kain kasa. Larva Ae.aegyptimempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral Sayapberukuran 2,5-3,0 mm bersisik hitam, gigitannya terasa gatal
dan agak panas, dalam keadaan istirahat pantatnya mendatar (tidak menungging
seperti nyamuk Anopheles), pada saat menggigit tidak mengeluarkan bunyi
berdenging, hinggap di tempat yang agak gelap.
Menurut Cecep Deni S (2011) secara taksonomi, maka Aedes dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda (berkaki buku)
Kelas : Hexapoda (berkaki enam)
Ordo : Diptera (bersayap dua)
Subordo : Nematocera (antena filiform, segmen banyak)
Famili : Culicidae (keluarga nyamuk)
Subfamili : Culicinae (termasuk tribus Anophelini dan Toxorynchitini)
Tribus : Culicini (termasuk generaculex dan Mansonia)
Genus : Aedes (Stegomya)
Spesies : Ae. aegypti dan Ae. albopictus.

2.3.3.2. Siklus Hidup Nyamuk Aedesaegypti


Nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan demam berdarah dengue adalah yang
berjenis kelamin betina. Nyamuk betina membutuhkan “protein” yang terdapat
dalam darah manusia untuk mematangkan telurnya atau untuk dibuahi oleh
sperma nyamuk jantannya. Sementara itu, nyamuk jantan akan segera mati setelah
melakukan perkawinan. Rata-rata usia nyamuk jantan 6-7 hari, sedangkan usia
nyamuk betina rata-rata 10 hari, bahkan dapat mencapai 3 bulan, bergantung pada
suhu dan kelembaban udara dihabitatnya
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri atas telur, larva, pupa, dan nyamuk
dewasa. Telur nyamuk Aedes aegypti biasa dijumpai di air jernih dan terlindung
dari cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu atau hitam denganukuran
± 0,80 mm yang diletakkan satu per satu seperti sarang lebah. Telur itu biasanya
berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari dinding tempat
perindukan.Tempatairyangtertutuplebihdisukaiolehnyamukbetinauntuk
bertelur daripada tempat airyang terbuka.
Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2°C
sampai 42°C. Jika kelembaban lingkungan terlampau rendah, telur dapat menetas
dalam waktu 2 – 4 hari menjadi jentik-jentik. Jika berada di tempat yang kering,
telur dapat terus bertahan hingga 6 bulan. Embrio dalam telur tersebut berada
dalam keadaan tidur dan tidak akan menetas menjadi jentik-jentik. Jika telur
tersebut terendam air, akan menetas menjadi jentik (larva).
Larva yang berada di dalam air dapat berusia antara 4 – 10 hari bergantung pada
temperatur dan persediaan jasad renik sebagai makanannya. Perkembangan larva
terdiri atas empat tahapan yang disebut instar. Perkembangan instar ke-1 hingga
instar ke-4 membutuhkan waktu sekitar 6 hari. Larva mempertahankan hidupnya
dan berkembang hingga menjadi pupa.
Pada tahap pupa ini tidak dibutuhkan makanan jasad renik atau mikroorganisma
lagi. Kulit pupa akan menghitam sejalan dengan perkembangan nyamuk baru di
dalamnya. Setelah 10 – 14 hari, kulit pupa akan membelah dan
perlahan-lahan akan muncul nyamuk generasi baru

2.3.3.3. Ciri-ciri Nyamuk Aedesaegypti


1. Telur
a. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
100tir.
b. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran sangat kecil
kira-kira 0,8mm.
c. Telur ini menempel di tempat yang kering (tanpa air) dan dapatbertahan
sampai 6bulan.
d. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah
terendamair.
2. Jentik
a. Jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar yang
panjangnya 0,5 – 1cm.
b. Jentik selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari
bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambiludara),
kemudian turun kembali ke bawahdan seterusnya.
c. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampunganair.
d. Setelah 6-8 hari jentik tersebut akan berkembang menjadikepompong.

Gambar 2.1. Jentik Nyamuk Aedes aegypti(Sumber: Kemenkes RI, 2012)

3. Kepompong
a. Berbentuk sepertikoma
b. Gerakannyalamban
c. Sering berada di permukaanair
d. Setelah 1-2 hari berkembang menjadinyamuk
4. NyamukDewasa
a. Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh
tubuhnya.
b. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, dan di tempat-tempat umum (TTU)
seperti sekolah, perkantoran, tempat ibadah, pasardll.
c. Mampu terbang sampai kurang lebih 100meter.
d. Hanya nyamuk betina yang aktif menggigit (menghisap) darahmanusia.
e. Waktu menghisap darah pada pagi hari dan sore hari. Protein darahyang
dihisap tersebut diperlukan untuk pematangan telur yangdikandungnya.
f. Setelah menghisap darah nyamuk ini akan mencari tempat untuk hinggap
(istirahat).
g. Nyamukjantanhanyamenghisapsaribunga/tumbuhanyangmengandung
gula.
h. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi ada yang dapat
bertahan hingga 2-3bulan.

Gambar 2.2. Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012)

Nyamuk Aedes aegypti menyenangi hinggap pada benda-benda yang tergantung


seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat
berkembangbiaknya, dan dalam ruangan yang agak gelap serta lembab. Setelah
masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
mandi/WC, tempayan, drum, kaleng bekas, ban bekas, dan lain-lain. Telur
biasanya diletakkan sedikit di atas permukaan air, dan selanjutnya nyamuk akan
mencari mangsanya (menghisap darah) lagi dan seterusnya

2.3.3.4. Perilaku Nyamuk Aedesaegypti


1. Perilaku MenghisapDarah
Nyamuk Aedes betina mengisap darah manusia pada waktu siang hari, dengan
puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00-17.00. Nyamuk
betina menghisap darah yang dipergunakan untuk pematangan telur. Untuk
mengenyangkan perutnya, nyamuk Aedes dapat menghisap darah beberapa kali
dari 1 orang atau lebih, sehingga potensi untuk menularkan penyakit demam
berdarah semakin banyak. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak menghisap darah
manusia didalam rumah
2. PerilakuIstirahat
Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan
telur, setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian
menghisap darah kembali. Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di
tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan,
termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi, dan dapur.
Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang digantungkan seperti baju,
tirai, dan dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar rumah.

2.3.3.5. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedesaegypti


Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari atau barang-barang lain yang memungkinkan air tergenang
dan tidak beralaskan tanah, misalnya:
1. Bak mandi/WC, tempayan,drum
2. Tempat minumburung
3. Vas bunga
4. Kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, sampah plastik, dan lain-
lain yang dibuang sembarangtempat
5. Ember, dispenser, kulkas, ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu,
ataupun pelepahdaun.

2.3.4 Tempat Perkembangbiakan atau TempatPerindukan


1. Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung airguna
keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC
danember.
2. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat-tempat yang
biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan
sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban
bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga danperangkapsemut.
3. Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal
pohon pisang dan potonganbambu.
Tempat perindukan utama Ae.aegyptiadalah tempat-tempat berisi air bersih
yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi
jarak 500 meter dari rumah.
manusia; seperti tempayan/ gentong tempat penampungan air minum, bak
mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat dihalaman
rumah atau kebun yang berisi air hujan, juga berupa tempat perindukan
alamiah; seperti kelopak daun tanaman (keladi, pisang), tempurung kelapa,
tonggak bambu gan lubang pohon yang berisi air hujan. Ditempat
perindukan Ae.aegyptiseringkali ditemukan larva Ae.albopictus yang hidup
bersama.

Gambar 2.3 Tempat penampungan air yang ada di sekitar


rumah (atas) dan di sekitar kebun (bawah)

1. Penyebab
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis,
dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis
virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan
maupun fatal.
2. Ciri-ciri
Demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak, sakit kepala
hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya napsu makan, mual-
mualdanruam.Gejalapadaanak-anakdapatberupademamringanyangdisertai
ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang
bisa mencapai suhu 40-41◦C selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan
gelaja lainnya yang menyertai demam berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul
kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga
pendarahan dalam tubuh. Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada
kegagalan saluran pernapasan, shock dankematian.
Setelah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus, tubuh akan memiliki
kekebalan terhadap virus itu, tapi tidak menjamin kekebalan terhadap tiga jenis
virus lainnya.
3. Tanda dangejala
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam ruam
demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul
dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul
dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek
ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan
pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera
konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal
karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas/inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat
mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini:
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. Dengue klasik,
penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang,
diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya
sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (mimisan),
mulut, dubur, dsb. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah
dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian
4. Penularan
Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes
yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari
orang ke orang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak
ditemukan di Hong Kong, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies
lain yaitu Aedes albopictus.
5. MasaInkubasi
Jangka masa inkubasi adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari.
6. Penanganan
Tidak ada perawatan khusus untuk demam berdarah. Obat-obatan diberikan untuk
meringankan demam dan rasa sakit. Penderita sebaiknya segera dirawat, dan
terutama dijaga jumlah cairan tubuhnya. Dengan perawatan yang tepat dan segera,
tingkat kematian tidak mencapai 1%.
7. Pencegahan
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No
581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit DBD, adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap
pengendalianDBD.
2) Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit
DBD.
3) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian
DBD.
4) Memantapkan kerjasama lintas sektor/ lintasprogram.
5) Pembangunan berwawasanlingkungan.

Strategi Pengendalian DBD


Pemberdayaan masyarakat
1) Meningkatkan peran aktif masyarakat kuncikeberhasilan
2) Mendorong peran aktif masyarakat, perlu KIE, pemasaran sosial,
advokasi dan berbagai upaya penyuluhan (intensif & berkesinambungan)
melalui berbagai media (massa /berkelompok/individual)memperhatikan
aspek sosial budaya yanglokal spesifik.
Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD
1) Tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatansaja
2) Peran sektor terkait sangatmenentukan.

3) Perlu identifikasistake-holders
4) Jejaringkemitraan

Wadah Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan


administrasi
1. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program
SDM yang terampil unsurpenting.
2. Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan pengendalian
DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM bidang kesehatan.
3. Pembangunan Berwawasan KesehatanLingkungan
Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat mengurangi risiko
penularan DBD kepada manusia, sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan akibat infeksi Dengue/DBD.

Sasaran
1) Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSNyaitu:
a. tatanan rumahtangga,
b. institusipendidikan,
c. tempatkerja,
d. tempat-tempatumum,
e. tempat penjualmakanan,
f. fasilitas olah ragadan
g. fasilitaskesehatan

Yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu mengatasi masalah


termasuk melindungi diri dari penularan DBD di dalam wadah organisasi
kemasyarakatan yang ada dan mengakar di masyarakat.
2) Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
penanggulangan penyakitDBD.
3) Penanggungjawab program Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan mampu membuat dan menetapkan
kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalianDBD.
4) SDM bidang kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan danDesa/Kelurahan
5) Kepala wilayah/pemerintah daerah, pimpinan sektor terkait termasuk
dunia usaha, LSM danmasyarakat.
Saat ini, tidak tersedia vaksin untuk demam berdarah. Karena itu, pencegahan
terbaik adalah dengan menghilangkan genangan air yang dapat menjadi sarang
nyamuk, dan menghindari gigitan nyamuk.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamukt ersebut antara lain dengan
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk :
a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat- minum burung seminggu
sekali.
c. Menutup dengan rapat tempat penampunganair.
d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas di sekitar rumah- dan lain
sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang)
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
b. Memberikan bubuk abate (temephos) padatempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam,danlain-lain

l. Melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos di


tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
2. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
insektisida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida
ini dapat menelan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan.
Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos,
piriproksifen, metopren, dan Bacillusthuringensis.
a. Temephos
Temephos 1% berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat
kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai dengan yang
dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika
dimasukkan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan larut secara
merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat
penampungan air tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk
100liter air. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres
(yang diratakan atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
penggunaannyasetiap 2bulan.
b. Altosid
Bahan aktif altosid adalah metopren 1,3%. Altosid 1,3 G berbentuk butiran seperti
gula pasir berwarna hitam arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi
manusia dan tidak menimbulkan keracunan.
Altosid tersebut tidak menimbulkan bau dan merubah warna air dan dapat
bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat/ membunuh jentik,
sehingga tidakmenjadi nyamuk. Dosis penggunaanadalah 2,5 gram untuk
100liter air. Penggunaan altosid 1,3 G diulangi setiap3bulan.
c. Piriproksifen0,5%
Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna coklat kekuningan. Dalam takaran
yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan, serta tidak
menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi piriproksifen tidak menjadi bau, tidak
berubah warna, dan tidak korosif terhadap tempat penampungan air yang terbuat
dari besi, seng, dan lain-lain. Piriproksifen larut dalam air kemudian akan
menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan.
Zat kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik, sehingga tidak menjadi
nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen adalah 0,25 gram untuk 100 liter air.
Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa menggunakan sendok
kecilukuran kurang lebih 0,5gram.
3. Fogging(Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakaninsektisida
(racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan
pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak mati
dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk
yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya

2.3.5 PemantauanJentik
Langkah Umum untuk Mencegah Penyakit yang Disebarkan oleh Nyamuk
1. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat
penangkalnyamuk
2. Gunakan kawat nyamuk ataukelambu
3. Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat
yang dilalui nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari gigitannyamuk.
4. Cegah munculnya genanganair
5. Buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yangtertutup.
6. Ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu seali, dan jangan biarkan
ada air menggenang di pottanaman.
7. Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki peampunganair.
8. Jaga saluran air supaya tidaktersumbat.
9. Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah tibulnyagenangan air.
Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di dalam
maupun di lingkunganrumah.
2. Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan tempat-tempat
penampungan airlainnya.
3. Jika tidak tampak, ditunggu sampai ± 0,5-1 menit, jika ada jentik pasti akan
muncul ke permukaan air untukbernafas.
4. Jika tidak tampak karena wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap, maka
menggunakansenter.
5. Memeriksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kalengbekas,
botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser, dan lain-lain.
6. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak
lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, atau pohonlainnya.
7. Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada “Formulir
Hasil Pemantauan Jentik Mingguan” di rumah/tempattinggal.

Tempat perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah, misalnya tatakan pot bunga,


tatakan dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas bunga, tempat minum
burung, dan lain-lain. Tempat perkembangbiakan nyamuk di luar rumah, misalnya
tempayan, drum, talang air, tempat penampungan air hujan/air.
Kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, pelepah tales, pelepah pisang, potongan
bambu, plastik, dan lain-lain. Jentik yang ditemukan di tempat-tempat
penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak mandi/WC, tempayan,
sampah/barang bekas dan lain-lain) dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah
jentik nyamuk Aedes aegypti penular demam berdarah. Sebaliknya jentik yang
banyak terdapat di saluran air/selokan/comberan bukan jentik nyamuk Aedes

2.3.6. Komplikasi DBD


Terjadi pendarahan yang keluar melalui hidung (mimisan), muntah yang disertai
darah, atau bahkan air seni atau tinja yang berdarah. 71
Selain itu, komplikasi lainnya yang masih berhubungan dengan penyakit DBD
adalah menurunnya tekanan darah secara drastis dan mendadak yang disebut
sebagai dengue shock syndrome. Berikut ini beberapa gejalanya yang biasanya
juga akan muncul:
a) Denyut nadi menjadi lebih cepat danlemah
b) Mulut yang terasakering
c) Nafas yangterengah-engah
d) Kulit yang terasa dingin danlembab
e) Menurunnya frekuensi dari buang airkecil

2.4. Pengertian dan Ruang Lingkup 3M Plus

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu


keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
meliputi : penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian
pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene
makanan termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian
radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman,
aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan daerah
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan –
tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi / wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
menjamin lingkungan. (Chandra, 2007)

2.4. 1. 3M Plus
Pencegahan Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Menurut Soedarto (2009), pencegahan terhadap penularan DBD dapat dilakukan
denganpemberantasan larva dan nyamuk Aedes aegypti dewasa.
Pelaksanaan 3MPlus
Menurut Depkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang
dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengu7e2
(PSN DBD) dapat dilakukan dengan cara melalui pemberantasan jentik yang
dikenal dengan kegiatan 3M plus,yaitu:
1. Menguras tempat penampungan air(TPA)
Menguras tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi, bak WC, dan lain-
lain perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan
menyikat dan menggunakan sabun dalam pengurasannya agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak di tempat tersebut. Sebagaimana juga yang dijelaskan oleh
Sutaryo (2005) pada saat pengurasan atau pembersihan tempat penampungan air
dianjurkan menggosok atau menyikat dindingdindingnya.
Dalam penelitian Dewi, dkk (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara
menguras Tempat Penampungan Air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes
aegypti. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras TPA dengan keberadaan
larva Aedes aegypti. Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh Syarief
(2008) di Wilayah Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dalam rumah
dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Tempat penampungan air terdiri dari tempat penampungan air dalam rumah dan
tempat penampungan air luar rumah. Tempat penampungan air dalam rumah yaitu
ember, gentong, tempayan, dan bak mandi. Sedangkan tempat penampungan air
luar rumah yaitu vas bunga, kolam ikan, dan lain-lain (Bustan, 2007). Tempat
penampungan air yang sering ditemukan larva Aedes aegypti adalah bak mandi
(Fatimah, 2006).
Keberadaan tempat penampungan air di dalam maupun luar rumah sangat
berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan tempat
penampungan air tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi
nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD (Fatimah, 2006).
Penelitian Novita (2011) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat penampungan air. Silvia (2007),
menyebutkan bahwa keberadaan jentik dalam penampungan air, menguras tempat
penampungan air lebih dari satu minggu sekali berpengaruh terhadap kejadian
DBD.
2. Menutup tempat penampunganair(TPA)
Menutup rapat tempat penampungan air dalam pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah dengue (PSN DBD) yaitu seperti menutup rapat ember,
tempayan, baskom, bak mandi, dan lain-lain (Depkes, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Benvie (2005) di wilayah Puskesmas
Maricayya Selatan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menutup rapat
tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Sementara
dalam penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010) di Kota Semarang yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara menutup tempat penampungan air
dengan keberadaan larva Aedesaegypti.
3. Mengubur barang-barangbekas
Mengubur barang-barang bekas merupakan praktik pemberantasan nyamuk DBD
yang dilakukan dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi
menampung air dan terdapat larva Aedes aegypti seperti kaleng bekas, botol
bekas, ban bekas, dan lain-lain(Depkes,2005).
Menurut Soeroso (2000) kaleng bekas, ban bekas, botol bekas dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap bertambahnya larva Aedes aegypti yang
otomatis membuka peluang terhadap kejadian DBD.
Ban, botol, plastik, dan barang-barang lain yang dapat menampung air merupakan
sarana yang memungkinkan untuk tempat perkembang biakan nyamuk. Karena
semakin banyak tempat bagi nyamuk yang dapat menampung air, semakin banyak
tempat bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak, sehingga makin
meningkat pula risiko kejadian DBD (Widodo, 2012).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wati (2009) menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan praktik mengubur barang-barang bekas di desa
endemis dan desa non endemis penyakit DBD. Namun, dalam penelitian yang
dilakukan oleh Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota
Makassar yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur barang-
barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Demikian juga dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti, dkk (2005) diSurabaya.
4. Mengganti air vas bunga, dan tempat minumburung
Dalam mengganti air vas bunga, dan tempat minum burung seminggu sekali, hal
yang perlu dilakukan tidak hanya mengganti air tersebut akan tetapi harus
mencucinya dengan menyikat tempat-tempat tersebut agar jentik Aedes aegypti
tidak dapat hidup ataupun berkembang biak didinding-dindingnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fathi, Keman, dan Wahyuni (2005) menunjukan
bahwa keberadaan kontainer atau tempat penampungan air, baik yang berada di
dalam maupun di luar rumah, merupakan faktor yang berperan penting dalam
penularan ataupun terjadinya KLB DBD.
Saniambara et al. (2003) menyatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat
berkembang biak di tempat penampungan air bersih dan yang tidak beralaskan
tanah, seperti: bak mandi/wc, drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan
pot tanaman hias. Kadang-kadang ditemukan juga di pelepah daun, lubang
pagar/bambu dan lubang tiang bendera.
5. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak agar nyamuk
Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut (Depkes,2005).
Tempat penampungan air positif larva yang juga penting diperhatikan adalah
talang air. Hal ini dikarenakan letak talang air yang tinggi dan terletak di atas
sehingga sulit dijangkau untuk dibersihkan. Akibatnya talang air menjadi salah
satu tempat yang digemari nyamuk untuk meletakkan larva nyamuk (Ramadhani,
dkk., 2009).
6. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah.
Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah sehingga
nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak (Depkes,2005).
Lingkungan yang masih terdapat benda-benda yang dapat menjadi tempat
bersarang nyamuk seperti adanya lubang pada potongan bambu, pohon, dan bekas
tempurung kelapa yang berserakan mengakibatkan bertambahnya tempat
perindukan nyamuk dan jumlah nyamuk akan bertambah meningkat (Duma, dkk,
2007).
7. Menabur bubuklarvasida
Dalam menaburkan bubuk larvasida dapat dilakukan di tempat-tempat
penampungan air yang sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air.
Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang 1 sendok makan rata)
untuk tiap 100 liter air. Abatisasi dengan themephos ini mempunyai efek residu 3
bulan dan aman digunakan meskipun diberikan pada tempat-tempat penampungan
air baik untuk mencuci atau air minum sehari-hari (Depkes, 2005).
WHO (2000) telah menyatakan bahwa pemberantasan larva nyamuk Aedes
aegypti dengan penaburan butiran temephos dengan dosis 1 ppm dengan efek
residu selama 3 bulan cukup efektif menurunkan kepadatan populasinyamuk
Aedes aegyptiatau meningkatkan angka bebas jentik, sehingga menurunkan risiko
terjadinya KLB penyakitDBD.
Hasil penelitian Yunita K.R dan Soedjajadi K (2007), menyebutkan bahwa risiko
keberadaan jentik Aedes aegypti pada rumah yang tidak diberi abate pada tempat
penampungan airnya adalah sebesar 9,143 kali dibandingkan dengan rumah yang
diberi abate pada tempat penampungan airnya terhadap kejadian DBD.
8. Memelihara ikan pemakanjentik
Pengendalian jentik Aedes aegypti adalah dengan memelihara ikan gabus, ikan
guppy, ikan kepala timah, ikan mujair, ikan nila (Depkes, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2005) menyatakan tidak terdapat
hubungan antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan larva Aedes
aegypti. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara memelihara ikan pemakan
jentik dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Sebagaimana juga dalam penelitian yang dilakukan Mahardika (2009)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara memelihara ikan
pemakan jentik dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja
Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal tahun 2009. Nilai
Odd Ratio (OR) = 1,179 (95%CI =0,383-3,630),menunjukkan bahwa responden
yang tidak memelihara ikan pemakan jentik mempunyai risiko 1,179 kali lebih
besar menderita DBD daripada responden yang memelihara ikan pemakan jentik
tetapi karena 95%CI mencakup angka 1 maka variabel tidak memelihara ikan
pemakan jentik belum tentu merupakan faktor risiko timbulnya penyakit DBD.
9. Memasangkawatkasa
Memasang kawat kasa merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya
penularan penyakit DBD (Depkes, 2005).
Hasil penelitian Azwar (2009) menemukan bahwa pada responden yang menderita
DBD yang memakai kawat kasa adalah 18 responden (28,6%), sedangkan yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 38 responden (46,9%), sehingga hal ini berarti
ada hubungan antara pemakaian kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian DBD.
Sementara menurut Widodo (2012) dalam penelitiannya menyebutkan jika
penggunaaan kawat kassa nyamuk juga akan berpengaruh dengan kejadian DBD.
Demikian pula dengan penelitian (Tamza, R.B., et. al. 2013, dalam Maria, Ita.,
et.al. 2013) di Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung
menyimpulkan bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi mempunyai
hubungan dengan kejadian DBD.
10. Menghindari kebiasaan menggantungpakaian
Menurut Harianto dkk (1989) mengatakan bahwa kebiasaan menggantung pakaian
adalah dapat menjadi tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
istirahat selama menunggu waktu bertelur dan tempat tersebut gelap, lembab dan
sedikit angin. Nyamuk Aedes aegypti hinggap di baju-baju yang bergantungan dan
benda-benda lain di rumah.
Penelitian Cendrawirda (2003) menyatakan bahwa ada hubungan kebiasaan
menggantung pakaian dalam rumah dengan kejadian DBD. Hasil penelitian ini
sesuai dengan laporan Perich et. al. (2000) dari hasil penelitiannya di Panama
seperti dikutip oleh Widjana (2003), bahwa ada 4 tipe permukaan yang disukai
sebagai tempat beristirahat nyamuk yakni permukaan semen, kayu, pakaian, dan
logam.
11. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
Pencahayaan dan ventilasi ruangan di rumah harus memadai sehingga nyamuk
Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak(Depkes,2005).
Menurut KepMenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
rumah tinggal diketahui bahwa syarat luas lubang ventilasi minimal berukuran
10% dari luas lantai rumah.
Secara teoritis banyaknya tumbuhan di sekitar rumah mempengaruhi pencahayaan
dalam rumah, merupakan tempatyang disenangi nyamuk untuk hinggap dan
beristirahat (Soegijanto, 2003).
12. Menggunakankelambu
Menggunakan kelambu saat tidur terutama pada pukul09.00 – 10.00 dan 16.00 –
17.00, sehingga dapat tercegah terkena penyakit DBD (Depkes,2005).
Hasil penelitian Mahardika (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara memakai kelambu dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di
wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal tahun
2009.menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai kelambu mempunyai
risiko 1,138 kali lebih besar menderita DBD dari pada responden yang memakai
kelambu saat tidur tetapi karena 95%CI mencakup angka 1 maka variabel tidak
memakai kelambu belum tentu merupakan faktor risiko timbulnya penyakit DBD.
13. Memakai obat yang dapat mencegah gigitannyamuk
Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,
semprot atau elektrik (Depkes, 2005).
WHO (2005) menyatakan bahwa penolak serangga merupakan sarana
perlindungan diri terhadap nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Benda
ini secara garisbesarnya dibagi menjadi dua kategori, penolak alami dan kimiawi.
Minyak esensial dan ekstrak tanaman merupakan bahan pokok penolak alami.
Penolak serangga kimiawi dapat memberikan perlindungan terhadap nyamuk
Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan spesies Anopheles selama beberapajam.
Teori Nadesul (2004) menyatakan bahwa cara lain untuk menghindari gigitan
nyamuk adalah dengan membalurikulit badan dengan obat anti nyamuk
(repellent).
Menurut Sitio (2008), dalam penelitiannya menyebutkan penggunaan obat anti
nyamuk di siang hari berpengaruh terhadap kejadian DBD. Dalam penelitian
Mahardika (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
memakai lotion anti nyamuk dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di
wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal tahun
2009. menunjukkan bahwa responden yang tidak memakai lotion anti nyamuk
mempunyai risiko 6,000 kali lebih besar menderita DBD dari pada responden
yang memakai lotion antinyamuk.

2.4.2 Penerapan 3MPlus


a. Penerapan rumah sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor
yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut
melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan danpemeliharaan
a. Penyediaan air sehat bagi setiappenduduk
b. Ketentuan tentang perlindungan air minum daripencemaran
c. Ketentuan tentang fasilitas pembuangan kotoran (Jamban)
d. Melindungi interior rumah terhadap sewagecontamination
e. Menghindarkan insanitary condition sekitarrumah
f. Ketentuan tentang “Space” dikamartidur
g. Menghindarkan adanya sarangan tikus dan kutu busuk dalamrumah
h. Terhindar darikecelakaan
i. Membuat kontruksi rumah yang kokoh untuk menghindarkanambruk.
j. Menghindarkan bahayakebakaran.
k. Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan jatuh dan kecelakaan
lainnya.
l. Perlindungan terhadap electricalshock.
m. Perlindungan terhadap bahaya keracunanoleh gas.
n. Menghindarkan bahaya-bahaya lalulintaskendaraan.
o. Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila:
p. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yangmengganggu.
q. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lainprivacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota dan penghunirumah.
r. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, penglolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas dari tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup
sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yangcukup.
s. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak
cenderungmembuat penghuninya jatuhtergelincir
2.5. Standar RumahSehat
Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat. Prinsip ini
dapat dibedakan atas dua bagian :
Berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem
sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik,
penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan
memberi perlindungan.
Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah
yang terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang
keluarga dan ruang tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku.
Aspek perilaku penghuni adalah pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan
jendela ruang keluarga, pembersihan rumah dan halaman.
1. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus
rata dan mudah dibersihkan, yang terdiri dari:
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin,
dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya.
Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-
kurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas
lantaibangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidakberlumut.
Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi
susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas lubang harus
dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang
terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter. (Sastra,
2005)
3.Langit-langit
Dibawah kerangka atap/kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut
langit-langit yang tujuannya antara lain:
Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.
Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap.
Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :
a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari
atap.
b. Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga
dengan konstruksi bebastikus.
c. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 m dari permukaanlantai
d. Langit-langit miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40
m, dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75m.
e. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang kurangnya
sampai 2,40 m. (Chandra,2007)
4.Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti dan
dapat dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidak
disyaratkan adanya perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan
atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam bangunan serta penghuninya
terhadap panas dan hujan, oleh karena itu harus dipilih penutup atap yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudahbergeser
b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama
5.PembagianRuangan
Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah sehat harus
mempunyai cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang duduk/ruang makan,
kamar tidur, kamar mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi
dan tempat beristirahat, dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan
merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian ruangan
yang baik adalah sebagai berikut: (Sastra, 2005)
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami
istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama
anak-anak yang sudah dewasa.
6. Kamar mandi dan jambankeluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya yang
berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi
dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan
jamban tersebut, sehingga tidak mengotori ruanganlain.
Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.
7.Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup
atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah (Depkes RI, 2002) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangankediaman.
b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasanmanusia.
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulutmanusia.
d. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan
manusia.
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan
air dan kulit pernafasanmanusia..
8. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan
manusia.Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan
cahaya alam. (Sastra, 2005)
a) Pencahayaanalam
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka.Sinar sebaiknya
tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
Kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar
keluarga dan kamar tidur mnurut WHO 60-120 Lux.
b) Pencahayaanbuatan
Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan
dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan
suasana rumah yang lebih menyenangkan.Lampu Flouresen (neon) sebagai
sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena pada penerangan
yang relatif rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan
dengan penggunaan lampu pijar.Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya
dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampuneon.
Memenuhi kebutuhan fisiologis
9.Penyediaan Air
Tersedia sraa penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
L/orang/hari.Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum. (Chandra, 2007)
10. Jamban
Ketersediaan jamban di suatu rumah merupakan wajib dalam hal rumah
sehat.Kebersihan dan kerapihan jamban harus diperhatikan.Jamban harus
dibersihkan secara berkala serta diperhatikan untuk pembuangan limbah di septic
tank. (Chandra, 2007)
11. PembuanganLimbah
Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar idak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah. (Chandra 2007)
2.6. Kebersihan Lingkungan DalamIslam
Islam adalah agama yang sempurna.Tidak ada satu hal dalam kehidupan kita
melainkan Islam telah memberikan arahan dan petunjuknya.Semua kandungan
ajaran dalam Islam bertujuan untuk menjadikan umatnya hidup bahagia dan
sejahtera di dunia dan akhirat.Salah satu aspek kehidupan yang menjadi perhatian
Islam adalah thaharah, kesucian dan kebersihan. (Adlany, 2011)
Sehingga dengan hidup sehat dan bersih kita akan terhindar dari berbagai
penyakit, dengan demikian kita akan dapat bekerja dan beribadah dengan lancar
dalam rangka menunaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah yang bertaqwa
kepada-Nya. Sangat mudah bagi kita mendapatkan petunjuk Allah SWT dan
Rasul SAW tentang prinsip-prinsip hidup sehat dan bersih ini. Di antaranya
firman Allah SWT yang artinya :“Jika kamu berjunub maka bersucilah.” (QS:
Al-Maidah:6)
Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

Artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-


orang yang menyucikan diri.” (QS: Al-Baqarah: 222)
Kesucian dan kebersihan merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat yang
diberikan Allah kepada hambaNya, karena bersih merupakan modal awal dari
hidup sehat, kesehatan merupakan nikmat yang tidak ternilai harganya.
Di samping masalah kebersihan diri, Islam juga sangat memperhatikan kebersihan
lingkungan yang ada di sekitar kita, karena sebagai agama yang menjadi rahmat
bagi sekalian alam, Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau
mengotori lingkungan sekitarnya. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada di sekitarnya, oleh sebab itu
menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kebersihan
lingkunganini;
1. Menjaga kesehatan sumber air. Hendaklah kita selalu menjaga kebersihan
sumber air, seperti sumur, kolam, sungai, dan lain-lain, karena air itu akan kita
gunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan sebagainya. Air yang
tercemar akan menyebabkan lahirnya berbagai penyakit seperti diare, malaria, dan
lain-lain. Dalam hal ini Islam telah dengan tegas melarang umatnya supaya tidak
mengotori sumber air itu.
2. Mencuci/bersuci dengan air yang suci. Dalam masalah bersuci dari hadas dan
najis, Islam sangat menekankan penting air yang suci untuk membersihkan
berbagai kotoran yang ada di tubuh dan pakaian kita, karena kalau air itu sendiri
tidak bersih bagaimana ia akan membersihkan benda yang kotor. Oleh sebab itu
Islam telah mengarahkan umatnya untuk selalu menggunakan air yang suci lagi
menyucikan dalam bersuci. Allah SWT berfirman:

Artinya :“Dan Kami turunkan dari langit itu air yang suci.” (QS. Al-Furqan : 48)
Allah SWT menerangkan bahwa air hujan itu suci supaya kita dapat
menggunakannya dalam menyucikan diri, juga ada hadits dari Rasulullah SAW
yang menerangkan tentang air lain yang juga bias digunakan untuk bersuci yaitu
air laut.
3. Menjaga kesucian tempat yang ramai dikunjungi orang. Menjaga kebersihan
tempat yang banyak dikunjungi orang sangat penting karena jika saja tempat itu
kotor dan menjadi sarang penyakit, maka akan sangat mudah menjangkiti banyak
orang dalam waktu yangbersamaan.
2.7. KerangkaTeori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Notoatmodjo, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
faktor-faktor, yaitu:

Sumber :Notoatmodjo,2010

Bagan 2.1. KerangkaTeori


2.8. KerangkaKonsep

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

2.9 DefinisiOperasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati


atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau
gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh
orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan
instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2011). Adapun definisi operasional dalam
penelitian ini sebagai ber
Tabel 2.1. Definisi Operasional
No Variabel Defin Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
isi

1 Pengetahuan Pengetahuan responden Kuesioner Wawancara 1. Baik,jika Ordinal


tentang tentang DBD adalah hasil11
DBD mengenai: 2. Buruk,jika
Gejala DBD yaitu: hasil<7
a) Ruam padatubuh
berwarnamerah
b) Demamtinggi
c) Sakit kepalaberat
d) Sakit pada sendidan
otot
e) Perdarahan dari
hidung(mimisan),
mulut,dubur,
Penularan DBD yaitu:
a) Gigitan nyamuk
betina Aedes yang
terinfeksi virus
dengue
Pencegahan DBD:
a) Mengurastempat
penampunganair
b) Menutup tempat
penampunganair
c) Menguburbarang-
barang bekas
d) Menaburbubuk
larvasida
e) Memeliharaikan
pemakanjentik
f) Mengganti airvas
unga, dantempat
minum burung
g) Menghindari
kebiasaan
menggantungpakaian
h) Menggunakan
kelambu
i) Memakai obatyang
dapat mencegah
gigitannyamuk
Komplikasi DBD:
a) Perdarahan
b) Syok
2 Pendidikan Proses jenjang pendidikan Kuisoner Wawancara Tinggi : Perguruan Nominal
formal terakhir yang di tinggi
tamatkan oleh responden dan Menengah : SMA
mendapatkan ijazah & SMP
Rendah:
SD & Tidak tamat
SD/Tidak Sekolah

3 Pengalaman Pengalaman responden Kuisoner Wawancara 1. Baik,jika Ordinal


mengikuti
PSN mengikuti PSN hasil 3
(Pemberantasan Sarang 2. Buruk,
Nyamuk) jika< 3

4 Kebiasaan Kebiasaan yang dilakukan Kuisoner Wawancara 1. Baik, jikahasil Ordinal


tentang DBD
sejak lama mengenai 3
pengetahuan tentang DBD 2. Buruk,jika
dalam kehidupan sehari –hari hasil <3
dari suatu kelompok
masyarakat.
Seperti3M:
a) Menguras tempat
penampungan air
b) Menutup tempat
penampunganair
c) Menguburbarang-
barang bekas

5 Informasi Responden pernah Kuisoner Wawancara 1. Baik,jika Ordinal


penyuluhan
DBD mendapatkan informasi jawaban
berupa penyuluhan tentang 1
DBD yang disampaikan oleh 2. Buruk,jika
jawaban 0
petugas puskesmas

6 Media Responden pernah Kuisoner Wawancara 1. Baik,jika Ordinal


mendapatkan informasi jawaban
mengenai DBD melalui: 1
a. Media cetak(Koran, 2. Buruk,jika
Majalah, Pamflet, & jawaban 0
Poster)
b. Mediaelektronik
(TV, Radio, &
Internet)
BAB III
METODE
PENELITIAN

3.1 DesainPenelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis univariat. Metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang
berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi sebagaimana
mestinya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini akan
mendeskripsikan masalah yang terjadi pada 3 keluarga binaan di RT 011 /
RW 003 , Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.

3.2 Populasi PengumpulanData


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga binaan di
Desa Talok RT 011 / RW 003, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, ProvinsiBanten.

3.3 SampelPengumpulanData
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga binaan di Desa Talok
RT 011 / RW 003, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, yaitu keluarga Tn. Wahyudin Tn. Fahroji, Tn. Wasehudin.

3.4 Penentuan Instrumen PengumpulanData


Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik
wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga binaan
mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data
dan kami angkat sebagai area masalah bersama.
Selanjutnya kami lakukan survey dengan teknik wawancara,
dengankuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu,
dilakukan juga observasi langsung ke rumah dan lingkungan keluarga
binaan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah
tiga keluarga binaan di Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.

3.5 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan Desa Talok RT 011 / RW 003, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan
berdasarkan pedoman - pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan
secara menyeluruh sebelumnya. Sehingga interviewer hanya membacakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan di
dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup
variabel - variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari
wawancara terpimpin ini antara lain:
a. Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan
cermat/teliti.
b. Hasilnya dapat disajikan kualitatifmaupunkuantitatif.
c. Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena
adanya pertanyaan -pertanyaanyanguniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan
wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang
sudah tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannya dengan responden kurang fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteriainklusi
Kriteria inklusia dalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
1. Bersedia untuk menjadiinforman
2. Merupakan anggota keluargabinaan
3. Usia di atas 10tahun
4. Sehat jasmani danrohani

b. KriteriaEkslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu:
1. Tidak mengisi kuesioner secaralengkap
2. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit
ditemui
3. Subjek tidak dapat ditemui saat proseswawancara
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No Tanggal Kegiatan
1. Selasa,13Maret Datang ke Puskesmas Kecamatan Kresek
2018 dan observasi perilaku warga sekitar
2. Rabu, 14 Maret  Perkenalan dengan keluarga binaan,
2018 melakukan pre-survei pertama dan
wawancarapre-survei
 Konsultasi dengan Dr. Dian
mengenai penentuan area masalah
dan menyusun tinjauanpustaka.
Tabel 3.1 Pengumpulan Data

3. Kamis, 15Maret 2018 Menghimpun data sekunder dari statistikpuskesmas


dan melakukan pre-survei kedua
4. Jumat, 16Maret2018 Menyusun kerangka teori, kerangka konsep,definisi
operasional, dan pertanyaan survei.
5. Sabtu, 17Maret2018 Konsultasi dengan Dr. Dian mengenaikerangka
teori, kerangka konsep, definisi operasional, dan
pertanyaan survei.
6. Senin, 19Maret2018 Survei ke keluargabinaan.

3.6 Pengolahan dan AnalisaData


Untuk pengolahan data mengenai “Pengetahuan Tentang DBD pada
Keluarga Binaan Desa Talok RT 011 RW 003 Kecamatan Kresek
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” digunakan cara manual dan bantuan
software pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk
menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan
analisaunivariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah:
a. Pengetahuan tentang Demam BerdarahDengue
b. Pengetahuan dan prilaku tentang 3Mplus
c. Pengetahuan tentang rumahsehat
d. Kebiasaan terhadap 3M pada keluargabinaan
BAB IV
HASIL

4.1 KarakteristikResponden
Hasil analisis ini ditampilkan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil dari
data karakteristik responden yang terdiri dari 4 orang dalam tiga keluarga binaan
di RT 011/RW 03, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, yakni: Keluarga Tn. Wahyudin, Tn. Fahruroji, dan Tn.
Wasehudin.

Usia
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Responden di RT 011/RW
03, Desa Talok, Maret 2018
No Usia Jumlah Anggota Keluarga

1 ≤ 16 tahun 5
2 17 – 25 tahun 0
3 26 – 35 tahun 6
4 36 - 45 tahun 0
5 46 – 55 tahun 2

Berdasarkan tabel 4.1 responden di keluarga binaan didapatkan jumlah responden


berusia ≤ 16 tahun (5 orang), 17 – 25 tahun (0 orang), 26 – 35 tahun (6 orang), 36
- 45 tahun (0 orang), dan 46-55 tahun (2 orang).
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di
Keluarga Binaan di RT 03/RW01, Desa Talok, Maret 2018

Tingkat Pendidikan

8% 25%
Belum Sekolah
33%
SD

SMP
34%
Tidak Sekolah

Berdasarkandaridiagram4.1terlihattingkatpendidikanterbanyak
respondendikeluargabinaanadalahSekolahDasar(34%).

Pekerjaan

16%
Wiraswasta
33%
Montir

17% Karyawan Swasta

Buruh

Tidak Bekerja
17% 17%

Diagram4.2DistribusiFrekuensiPekerjaanRespondendiKeluarga
Binaan,diRT03/RW01,DesaTalok,Maret2018

Dari diagram 4.2 terlihat bahwa dari keempat kelurga binaan status pnaan status
pekerjaan terbanyak adalah pengangguran (33%).
4.2 Variabel
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel – variabel
dalam kuesioner yang dijawab 3mresponden pada bulan Maret 2018.

Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang DBD pada


keluarga binaan RT 011/RW 03, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Maret 2018
Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)
DBD

Buruk 8 100 %
Baik 0 0%
Total 8 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan


tentang DBD keluarga binaan yang baik 0 (%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden mengenai Tingkat Pendidikan pada


Keluarga Binaan di RT 011/RW03, Desa Talok, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Maret 2018.
Tingkat Jumlah Responden Persentase (%)
Pendidikan
Responden
Rendah 8 100 %
Tinggi 0 0%

Total 8 100 %

Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan Tingkat Pendidikan terbesar responden masuk


kedalam tingkat pendidikan katagori rendah 100 (%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden mengenai kebiasaan terhadap
Perilaku 3M pada Keluarga Binaan Di RT 011/RW 03, Desa Talok,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Maret 2018.

Kebiasaan Jumlah Responden Persentase (%)


Responden

Buruk 8 100 %
Baik 0 0%
Total 8 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden memiliki kebiasaan yang


buruk tentang perilaku 3M 100 (%).
4.3 Rencana Intervensi PemecahanMasalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk


menentukan rencana intervensi pemecahan masalah digunakan
diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar akar
penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana
intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab
masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat
sebagaiberikut:
Gambar 4.1 Skema Fishbone
Tabel 4.5. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi pada Keluarga Binaan di RT. 011/RW. 03,
Desa Talok, Kecamatan Kresesk, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2018.

No. AkarPenyebab Masalah AlternatifPemecahanMasalah RencanaIntervensi Waktu


Pelaksanaan
1. Memilih untuk kebutuhan seharihari Memberikan informasi mengenai Memberikan penyuluhan tentang Jangka pendek
dibanding pendidikan pentingnya untuk melanjutkan pendidikan pentingnya wajib sekolah 12 tahun

2. Tidak ingin tahu tentangpengalaman Memberikan arahan untuk membantu Memberikan penyuluhan berupa tata Jangka pendek
melakukan PSN responden agar mengerti cara melakukan cara melakukan kegiatan PSN
PSN

3. Tidak tahu tentang bagaimana Memberikan informasi tentang 3M Plus Memberikan penyuluhan tentang Jangkapendek
melakukan kebiasaan 3MPlus bagaimana melakukan kebiasaan 3M
Plus dalam keseharian
Memberikan Informasi dan arahan
4. Tidak ada penyuluhan tentangDBD bagaimana pentingnya penyuluhan tentang Memberikan penyuluhan tentang DBD
dan 3M Plus kesehatan dan pencegahannya dan 3M Plus JangkaPendek

Memberikan penyuluhan tentang DBD


5. Tidak adanya biaya dalam mencari Memberikan Informasi melalui media cetak dan 3M Plus melalui media cetak berupa Jangkapendek
informasi melalui mediaelektronik maupun elektronik poster dan media elektronik
menggunakan presentasi
4.4 Intervensi yangDilakukan

Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya pengetahuan


tentang DBD dan pencegahan dengan perilaku 3M Plus :
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnyapendidikan.
2. Memberikan penyuluhan berupa tata cara melakukan kegiatanPSN
3. Memberikan penyuluhan tentang bagaimana melakukan kebiasaan 3MPlus
dalam keseharian
4. Memberikan penyuluhan tentang DBD dan 3M Plus
5. Memberikan penyuluhan tentang DBD dan 3M Plus melalui media cetak
berupa poster dan media elektronik menggunakanpresentasi

Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu cara


yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi masyarakat tentang
pentingnya pengetahuan tentang DBD dan cara pencegahannya. Pemberian poster
mengenai ajakan pentingnya pengetahuan tentang DBD dan cara pencegahannya
dengan perilaku 3M Plus serta memberi tahu dampak dari tidak melakukan
perilaku tersebut kepada seluruh keluarga binaan yang berfungsi sebagai alat
bantu untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi serta
pemberian bantuan alat berupa poster yang ditempel untuk setiap keluarga binaan.
Selain itu juga terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan keterbatasan
kemampuan dari peneliti untuk melakukanintervensi.
4.5 Evaluasi HasilKegiatan
Aspek yang dinilai hanyalah aspek pengetahuan dikarenakan
aspek perilaku tidak dapat dinilai secaralangsung.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden mengenai


Pengetahuan tentang DBD pada Keluarga Binaan di RT
011/RW 03, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Maret 2018.
Pre-Penyuluhan

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)


Responden

Buruk 8 100%
Cukup 0 0%
Baik 0 0%

Total 8 100%

Berdasarkan tabel 4.8 Didapatkan responden terbesar yaitu yang


memiliki pengetahuan buruk tentang pengetahuan DBD (100%).
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden mengenai
Pengetahuan tentang DBD pada Keluarga Binaan di RT
011/RW 03, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Maret 2018.
Post-Penyuluhan

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)


Responden

Buruk 0 0%
Cukup 0 8%
Baik 8 100 %

Total 0 100%

Berdasarkan tabel 4.9 Didapatkan responden terbesar yaitu yang


memiliki pengetahuan yang baik setelah dilakukan penyuluhan
mengenai DBD dan perilaku 3M Plus yaitu sebesar 100%, memiliki
pengetahuan yang cukup sebesar 0%, dan yang masih memiliki
pengetahuan yang buruk adalah sebesar 0% .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.1.1 AreaMasalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan
yang bertempat tinggal di RT 011 / RW 003, Desa Talok, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Desember 2017 maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Pengetahuan tentang DBD Pada Keluarga RT 011 RW 003 Desa Talok
Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, Maret 2018”.

5.1.2 Akar PenyebabMasalah


1. Memilih untuk kebutuhan sehari hari dibandingpendidikan
2. Tidak ingin tahu tentang pengalaman melakukanPSN
3. Tidak tahu tentang bagaimana melakukan kebiasaan 3MPLUS
4. Tidak ada penyuluhan tentang DBD dan 3MPLUS
5. Tidak adanya biaya dalam mencari informasi melalui mediaelektronik

5.1.3 Alternatif PemecahanMasalah


1. Memberikan informasi mengenai pentingnya untuk melanjutkanPendidikan
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengetahuan DBD agar merubah
kebiasaan
3. Memberikan informasi mengenai pentingnya mengetahua pencegahan
terhadap pengetahuan DBD dan carapemberantasannya
4. Memberikan Informasi dan arahan bagaimana pentingnya penyuluhan
tentang kesehatan danpencegahannya
5. Memberikan Informasi melalui media cetak maupunelektronik
5.2 Saran

1. Bagi Masyarakat DesaTalok

1. Memberikan saran kepada tokoh masyarakat untuk mengadakan


penyuluhan mengenai cuci tangan yang baik danbenar
2. Menyarankan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan, khususnya
mencegah penularan penyakit yang dapat menular melaluitangan
3. Diharapkan masyarakat Desa Talok mengubah pandangan mengenai
pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan airmengalir
4. Diharapkan penyuluhan yang sudah disampaikan oleh petugas pelayanan
kesehatan dapat diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupansehari-hari.

2. Bagi Puskesmas Kresek

1. Menyarankan pihak pelayanan kesehatan agar dapat memberikan informasi


dan penyuluhan lebih lanjut mengenai dampak yang ditimbulkan jika tidak
mencuci tangan dengan baik danbenar
2. Seluruh pihak pelayanan kesehatan puskesmas Kresek maupun kader
diharapkan dapat bekerjasama membina warga dalam hal terwujudnya cuci
tangan dengan baik dan benar demi meningkatkan kesehatan dan mencegah
terjadinya penularan penyakit pada warga DesaTalok.
3. Menyarankan kepada kader desa untuk lebih memperhatikan kondisi
kesehatan dan kebersihan warga Desa Talok, serta menghimbau warganya
untuk ikut serta dalam penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas
pelayanankesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA

Green LW. 2000. Health Promotion Planning on Educational and


Environment Approach.

Kantor Statistik Puskesmas Kresek. 2016. Data Surveillance


Puskesmas Kresek.Tangerang

M. Dewi, A. Wawan. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan


Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Mahfoedz, Ircham. (2005). Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam


Masyarakat.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Sukidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007. Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku,


Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pengetahuan tentang demam
berdarah dengue. From http://www.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Panduan


Pencegahan Tentang Tatacara 3M. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Malik bin Anas, Al Muwaththa’ Imam Malik. terj. Muhammad Iqbal


Qadir.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal wa bi Hamisyihi


Muntakhab Kanzul Ummal fi al-Aqwal wa al-Af'al. Beirut :
Dar al-Fikr, t.th.

At-Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Bin Surah. Sunan At-Tirmidzi,


Cet.II. Riyadh: Maktabah Al-Ma’aarif Lin-Nasyr Wattauzii’,
1249H/2008M.

Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih


al- Bukhari. (Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1992).

Al-Akh Abu Muhammad Herman. kitab Ensiklopedi Adab Islam


MenurutAl-Qur‟andanAs-Sunnah,hlm.9-12,olehSyaikh
„Abdul „Aziz bin Fathias-Sayyid Nada. Terbitan Pustaka Imam
Asy-Syafi’i cetakan pertama/Agustus 2007.
Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN 3M PLUS PADA


KELUARGA BINAAN RT 011 / RW 003 DESA TALOK, KECAMATAN
KRESEK, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

PRE – SURVEY

I. KarakteristikResponden

1. Nama :
2. JenisKelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
5. Penghasilan :

PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah menurut anda penularan DBD melalui gigitan nyamuk?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut anda yang termasuk gejala DBD adalah ?
(boleh lebih dari satujawaban)
a. Demammendadak
b. Sakitkepala
c. Nyeri sendi / tulang /otot
d. Nyeri uluhati
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi /
hidung, batuk darah, berak darah, danlain-lain.
f. Tidaktahu
4. Apakah menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam
berdarah?
a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demamberdarah
b. Melalui debu /angin
c. Melalui batuk /dahak
d. Bersentuhan dengan penderita demamberdarah
e. Melalui barang yang dipakai oleh penderita demamberdarah
f. Tidaktahu
5. Apakah menurut anda tempat-tempat apa saja yang berpotensi /
dapat menjadi jentik nyamuk demam berdarah ? (boleh lebih dari
satujawaban)
a. Tempat penampungan air (tempayan) yang tidaktertutup
b. Bakmandi
c. Tempat minumburung
d. Kaleng bekas yang terisiair
e. Ban bekas yang terisiair
f. Tidaktahu
6. Apakah menurut anda cara mencegah tempat perindukan nyamuk
dengan?
(boleh lebih dari satu jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggusekali
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat
berkembang biaknyamuk
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung
air (kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan
lain-lain)
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh :
abate) pada tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4 bulan
sekali
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentiknyamuk
7. Menurut anda waktu penyemprotan nyamuk pada pukul 10 siang dan 4
sore sudah tepat?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan dengan mengubur dan
membakar barang bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnyanyamuk?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah tempat penampungan air di rumah anda tertutup?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda mengunakan bubuk abate di tempat penampungan air anda?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah menurut anda penyakit demam berdarah dapat menyebabkan
perdarahan?
a. Ya
b. Tidak

PENGALAMAN
12. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan pemberantasan sarang nyamukdi
lingkungan tempat tinggal anda?
a. Ya
b. Tidak
KEBIASAAN
13. Apakah keluarga anda menguras dan membersihkan bakmandi
/ tempat penampungan air sebanyak 1 minggu 1 kali ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah keluarga anda membersihkan/ menguras pot bunga di
rumah sebanyak 1 minggu 1kali?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah keluarga anda membersihkan tempat genangan air di sekitar
lingkungananda?
a. Ya
b. Tidak
INFORMASI
16. Darimanakah anda mengetahui sumber informasi tentang DBD ? (boleh
lebih dari satujawaban)
a. Petugas kesehatan (bidan, perawat,dokter)
b. Media cetak (koran,majalah)
c. Media elektronik (televisi,radio)
d. Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan,pengajian)
17. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk memberantas
demamberdarah?
a. Ya
b. Tidak
Jika tahu, apakah program puskesmas tersebut? (boleh lebih dari satu)
a. 3M
b. Juru pengawasjentik
c. Foging(pengasapan)
d. Penyebaran bubukabate
e. Pelaporan dan pengawasan warga yang terkena demamberdarah
f. Tidaktahu
18. Dari manakah anda mengetahui tentangDBD?
a. Penyuluhan
b. Tv atauradio
c. Majalah atauKoran
d. Tidaktahu

MEDIA
19. Apakah anda mengetahui sumber media tentang 3M PLUS di peroleh dari
(boleh lebih dari satujawaban)
a. Petugaskesehatan
b. Bidandesa
c. Kaderdesa
d. Mediaelektronik
e. Poster
Lampiran II

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN 3M PLUS PADA


KELUARGA BINAAN RT 011 / RW 003 DESA TALOK, KECAMATAN
KRESEK, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

POST – SURVEY

II. KarakteristikResponden

1. Nama :
2. JenisKelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
5. Penghasilan :

PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah menurut anda penularan DBD melalui gigitan nyamuk?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut anda yang termasuk gejala DBD adalah ?
(boleh lebih dari satujawaban)
a. Demammendadak
b. Sakitkepala
c. Nyeri sendi / tulang /otot
d. Nyeri uluhati
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi /
hidung, batuk darah, berak darah, danlain-lain.
f. Tidaktahu
4. Apakah menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam
berdarah?
a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demamberdarah
b. Melalui debu /angin
c. Melalui batuk /dahak
d. Bersentuhan dengan penderita demamberdarah
e. Melalui barang yang dipakai oleh penderita demamberdarah
f. Tidaktahu
5. Apakah menurut anda tempat-tempat apa saja yang berpotensi /
dapat menjadi jentik nyamuk demam berdarah ? (boleh lebih dari
satujawaban)
a. Tempat penampungan air (tempayan) yang tidaktertutup
b. Bakmandi
c. Tempat minumburung
d. Kaleng bekas yang terisiair
e. Ban bekas yang terisiair
f. Tidaktahu
6. Apakah menurut anda cara mencegah tempat perindukan nyamuk
dengan?
(boleh lebih dari satu jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggusekali
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat
berkembang biaknyamuk
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung air
(kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan lain-
lain)
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh : abate)
pada tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4 bulansekali
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentiknyamuk
7. Menurut anda waktu penyemprotan nyamuk pada pukul 10 siang dan 4
sore sudah tepat?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan dengan mengubur dan
membakarbarangbekasyangdapatmenjaditempatbersarangnyanyamuk
?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah tempat penampungan air di rumah anda tertutup?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda mengunakan bubuk abate di tempat penampungan air anda?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah menurut anda penyakit demam berdarah dapat menyebabkan
perdarahan?
a. Ya
b. Tidak

PENGALAMAN
12. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan pemberantasan sarang nyamukdi
lingkungan tempat tinggal anda?
a. Ya
b. Tidak
KEBIASAAN
13. Apakah keluarga anda menguras dan membersihkan bakmandi
/ tempat penampungan air sebanyak 1 minggu 1 kali ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah keluarga anda membersihkan/ menguras pot bunga di
rumah sebanyak 1 minggu 1kali?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah keluarga anda membersihkan tempat genangan air di sekitar
lingkungananda?
a. Ya
b. Tidak
INFORMASI
16. Darimanakah anda mengetahui sumber informasi tentang DBD ? (boleh
lebih dari satujawaban)
a. Petugas kesehatan (bidan, perawat,dokter)
b. Media cetak (koran,majalah)
c. Media elektronik (televisi,radio)
d. Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan,pengajian)
17. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk memberantas
demamberdarah?
a. Ya
b. Tidak
Jika tahu, apakah program puskesmas tersebut? (boleh lebih dari satu)
a. 3M
b. Juru pengawasjentik
c. Foging(pengasapan)
d. Penyebaran bubukabate
e. Pelaporan dan pengawasan warga yang terkena demamberdarah
f. Tidaktahu
18. Dari manakah anda mengetahui tentangDBD?
a. Penyuluhan
b. Tv atauradio
c. Majalah atauKoran
d. Tidaktahu

MEDIA
19. Apakah anda mengetahui sumber media tentang 3M PLUS di peroleh dari
(boleh lebih dari satujawaban)
a. Petugaskesehatan
b. Bidandesa
c. Kaderdesa
d. Mediaelektronik
e. Poster
LAMPIRAN III

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN 3M PLUS PADA


KELUARGA BINAAN RT 011 / RW 003 DESA TALOK,
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN

SKORING

ASPEK PENGETAHUAN RESPONDEN


a. Baik, jika hasil11
b. Buruk, jika hasil<7

ASPEK PENDIDIKANRESPONDEN
a. Tinggi : Perguruantinggi
b. Menengah : SMA &SMP
c. Rendah:SD & Tidak tamat SD/TidakSekolah

ASPEK PENGALAMAN RESPONDEN


a. Baik, jika hasil3
b.Buruk, jika hasil<3

ASPEK KEBIASAAN RESPONDEN


a. Baik, jika hasil3
b. Buruk, jika hasil<3

ASPEK INFORMASI RESPONDEN


a. Baik,jika jawaban 1
b. Buruk,jika jawaban 0
ASPEK INFORMASI RESPONDEN

a. Baik,jika jawaban 1
b. Buruk,jika jawaban 0
LAMPIRAN IV

HASIL KUISIONER SURVEY


Pre-Penyuluhan

PENGETAHU TINGKAT INFORMASI KEBIASAAN


MEDIA
AN
NAMA PENDIDIKAN
BAIK BURUK RENDAH TINGGI BAIK BURUK BAIK BURUK BAIK BURUK

Tn. √ √ √ √ √
Wahyudin
√ √ √ √ √
Ny.
Minah
Fatur √ √ √ √ √
Tn. √ √ √ √ √
Fahruroji
Ny. √ √ √ √ √
Fateha
Fadlan √ √ √ √ √
Tn. √ √ √ √ √
Wasehudin
Ny. √ √ √ √ √
Rokayah
HASIL PRE SURVEYSEBELUM PENYULUHAN

 PENGETAHUAN

Baik :-
Buruk : 8/8 x 100% =100%

 TingkatPendidikan

Tinggi : 1/8 x 100% =12.5%


Rendah : 8/8 x 100% =100%

 KEBIASAAN

Baik :-
Buruk : 8/8 x 100% =100%

 INFORMASI

Baik :-
Buruk : 8/8 x 100% =100%

 MEDIA

Baik :-
Buruk : 8/8 x 100% = 100%
LAMPIRAN V

HASIL KUISIONER SURVEY


Post-Penyuluhan

PENGETAHU TINGKAT INFORMASI KEBIASAAN


MEDIA
AN
NAMA PENDIDIKAN
BAIK BURUK RENDAH TINGGI BAIK BURUK BAIK BURUK BAIK BURUK

Tn. √ √ √ √ √
Wahyudin
Ny. √ √ √ √ √
Minah
Fatur √ √ √ √ √
Tn. √ √ √ √ √
Fahruroji
Ny. √ √ √ √ √
Fateha
Fadlan √ √ √ √ √
Tn. √ √ √ √ √
Wasehudin
Ny. √ √ √ √ √
Rokayah
HASIL POST SURVEY SETELAH PENYULUHAN

 PENGETAHUAN

Baik : 8/8 x 100% =100%


Buruk :-

 TingkatPendidikan

Tinggi : 1/8 x 100% =12.5%


Rendah : 8/8 x 100% =100%

 KEBIASAAN

Baik : 8/8 x 100% =100%


Buruk :-

 INFORMASI

Baik : 8/8 x 100% =100%


Buruk :-

 MEDIA

Baik : 8/8 x 100% =100%


Buruk :-
LAMPIRAN VI

HASIL INTERVENSI

Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan tentang DBD pengetahuan


yang di maksud mencakup penyebaran, penularan tanda dan gejala serta
komplikasi yang melibatkan seluruh keluarga binaan dengan cara
mengumpulkan keluarga binaan dalam sebuah forum
2. Membuka pandangan tentang dampak kurangnya pengetahuan tentang 3M
plus dan penyakit yang dapat di timbulkan
3. Memberikan penyuluhan dengan poster dan media power point mengenai cara
– cara melakukan 3M

Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu cara


yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah pengetahuan masyarakat tentang
DBD. Pemakaian poster dalam penyuluhan dapat membantu terbentuknya pola piker
dengan melakukan 3M secara benar maka resiko terserang berbagai penyakit juga
berkurang

Penyuluhan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2018 mengenai cara
melakukan 3M plus secara benar . Menggunakan komunikasi secara massgroup
dengan jumlah peserta 11 orang dari 3 keluarga binaan di RT 011/RW003 Desa
Talok, Kecamatan Kresek, Tangerang,Banten

Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster tentang


pengetahuan DBD dan cara melakukan 3M plus dengan benar,kami juga membuka
sesi Tanya jawab. Peserta penyuluhan terlihat antusias dan memperhatikan selama
kegiatan penyuluhan berlangsung.

Menetapkan Kegiatan Operasional


1. Konsep Acara

Persiapan

1. Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan


2. Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3. Menghubungi pemilik rumah
4. Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh
anggota keluarga untuk berkumpul di tempat, pada waktu yang sudah
ditentukan

Pelaksanaan

1. Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB di tempat yang sudah di


tentukan
2. Peserta penyuluhan dipersilahkan untuk berkumpul pada waktu dan jam
yang telah ditentukan
3. Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan anggota
keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan
4. Peserta dibagikan kuisoner pretest dahulu sebelum dimulai penyuluhan
5. Acara penyuluhan dilaksanakan mengggunakan media informasi dalam
bentuk poster dan power point
6. Setelah penyuluhan peserta diberi kuisoner kembali untuk melihat apakah
ada kemajuan setelah di beripenyuluhan
7. Acara berakhir pada pukul 12.30 WIB
LAMPIRAN VII
ALAT
INTERVENSI
POSTER
LAMPIRAN VIII

DOKUMENTASI HASIL

KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai