Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

Upaya Menurunkan Angka Kejadian Anemia pada Ibu Hamil dengan


Program “ANEMIA BUMIL (Aksi Menekan Anemia pada Ibu Hamil)” di
Kecamatan Turen Dalam Waktu Satu Tahun

Oleh:
Gilang Airlangga 105070100111034
Theresia Rasta K. 105070100111031
Mirzia Dwi Rahma 105070100111103
Zanella Yolanda Lie 105070100111106
Anak Agung Derisna C.S. 105070107111022

Pembimbing :
Dr. dr. Tita Hariyanti, M.Kes

Kepala Puskesmas :
dr. Didik Sulistyanto

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell
mass) dan/atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (Bakta
IM,2007). Salah bentuk anemia yang sering dijumpai adalah anemia defisiensi
besi, termasuk kaitannya dengan kehamilan. Anemia dengan defisiensi besi
pada kehamilan adalah masalah yang sering dihadapi oleh ibu hamil di seluruh
dunia. Menurut data dari WHO, anemia pada ibu hamil yakni anemia defisiensi
besi dialami oleh 52% ibu hamil di seluruh dunia (WHO,2007). Masalah tersebut
juga dialami oleh ibu hamil di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal
tersebut dibuktikan dengan angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sejumlah
37.1%. Data ini menunjukkan bahwa kesehatan ibu hamil masih perlu
ditingkatkan lagi. Dilihat dari data persebarannya, daerah pedesaan memiliki
prevalensi anemia pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
perkotaan yakni sejumlah 37.8% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Turen yakni
data ibu hamil yang memeriksakan darah lengkap (kadar hemoglobin) periode
Maret-Oktober 2015 diperoleh bahwa 72 orang dari 201 orang ibu hamil
dinyatakan anemia yakni kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL sebagai
indikator. Hal tersebut menunjukkan tingginya angka prevalensi anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Turen. Data prevalensi tersebut menunjukkan
diperlukannya intervensi untuk menurunkan angka anemia pada ibu hamil selain
adanya program pemberian tablet tambah darah dari pemerintah sejak bulan
November 2014.
Dilihat dari persebaran data anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Turen, anemia pada ibu hamil di Desa Talok menduduki angka
tertinggi dibandingkan dengan desa/kelurahan lain pada Kecamatan Turen. Data
itu menunjukkan bahwa Desa Talok membutuhkan intervensi yang segera
dibandingkan desa lain dalam rangka menurunkan angka kejadian anemia pada
ibu hamil. Selain itu, penting juga untuk intervensi di desa/kelurahan lainnya di
wilayah Kecamatan Turen karena ada kaitannya dengan angka kematian ibu.

1
Anemia pada ibu hamil sendiri didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
dibawah angka 11.0 gr/dL. Anemia pada ibu hamil juga merupakan masalah
yang paling sering menyebabkan mortalitas dan mordibitas perinatal. Penyebab
dari anemia pada ibu hamil yang paling sering dialami adalah defisiensi besi
(WHO,2007). Hal ini sudah dicegah dengan program pemerintah yaitu pemberian
tablet tambah darah pada wanita usia subur dan ibu hamil (Permenkes, 2014).
Program pemerintah berupa standar tablet tambah darah pada wanita usia
subur dan ibu hamil mewajibkan konsumsi tablet tambah darah untuk
mengurangi mordibitas dan mortalitas perinatal. Pada wanita usia subur, tablet
tambah darah memiliki manfaat pengganti zat besi yang hilang saat menstruasi.
(Permenkes 2014).
Puskesmas Turen sendiri sudah menjalankan program pemerintah tersebut
yakni pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil guna mencegah anemia
dan menurunkan angka kematian ibu yang ditimbulkan dari anemia. Tetapi dalam
pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kendala khususnya dari ibu hamil itu
sendiri, kader maupun petugas kesehatan. Oleh karena itu, kelompok kami
mengambil permasalahan tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di
Kecamatan Turen sebagai diagnosa komunitas dan intervensi berupa “Anemia
Bumil” (Aksi Menekan Anemia pada Ibu Hamil).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil di Desa Talok, Desa
Kemulan dan Desa Sanankerto sebesar 20% dalam kurun waktu 1 tahun setelah
program pendampingan dilakukan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan kader Desa Talok, Desa Kemulan dan
Desa Sanankerto mengenai tablet tambah darah dan anemia defisiensi
besi setelah program dilaksanakan.
2. Meningkatkan pemerataan kualitas kader dari Kecamatan Turen.

2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi Dokter Muda
1. Menjadi sarana penerapan dan pengamalan ilmu kesehatan
masyarakat serta kedokteran pencegahan pada lingkup masyarakat.
2. Berperan aktif dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

1.3.2 Manfaat bagi Puskesmas


Meningkatkan usaha kesehatan masyarakat puskesmas dalam bidang
kesehatan ibu hamil terutama dalam hal penurunan angka anemia pada ibu
hamil.

1.3.3 Manfaat bagi Masyarakat


Mengajarkan pada masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam upaya
penurunan angka anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Turen.

3
BAB 2
GAMBARAN WILAYAH

2.1 Profil Kecamatan Turen


2.1.1 Geografis
Kecamatan Turen adalah salah satu dari 33 kecamatan di Kabupaten
Malang, terletak ± 16 km arah timur dari ibu kota Kabupaten Malang (Kota
Kepanjen) dan ± 26 km arah selatan dari Kota Malang, yang merupakan pusat
pengembangan kawasan Malang timur sampai selatan. Kecamatan Turen
mempunyai luas wilayah ± 10.914 Ha. Batas wilayah Turen adalah sebagai
berikut:
Utara : Kecamatan Wajak dan Bululawang
Timur : Kecamatan Wajak dan Dampit
Selatan: Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Barat : Kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran

2.1.2 Demografis
Secara administratif kecamatan ini dibagi menjadi 2 kelurahan dan 15
desa yaitu Kelurahan Turen dan Sedayu serta Desa Pagedangan, Sananrejo,
Sanankerto, Undaan, Gedog Wetan, Gedog Kulon, Tawangrejeni, Jeru, Talok,
Kedok, Tanggung, Kemulan, Sawahan, Talangsuko, dan Tumpak Renteng.
Jumlah penduduk Kecamatan Turen sebanyak 116.377 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 58.574 jiwa dan perempuan 57.803 jiwa.

4
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk per desa Tahun 2015
Nama Desa Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Total
Sanankerto 2107 2234 4341
Sananrejo 3761 3663 7424
Kedok 2968 3237 6205
Tumpak Renteng 2664 2617 5281
Talang Suko 3766 3719 7485
Jeru 3274 3220 6494
Tanggung 3439 3318 6757
Turen 6346 6316 12662
Pagedangan 4517 3984 8501
Talok 4578 4510 9088
Sedayu 2816 2808 5624
Undaan 2017 2039 4056
Gedog Kulon 1477 1517 2994
Gedog Wetan 4265 4241 8506
Tawang Rejeni 3377 3348 6725
Sawahan 4396 4381 8777
Kemulan 2806 2651 5457
JUMLAH 56574 57803 116377
(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)

2.1.3 Sarana Kesehatan


Kecamatan Turen mempunyai beberapa sarana kesehatan yang tersebar
di 17 kelurahan dan desa. Di antaranya adalah Puskesmas Turen sendiri yang
berperan sebagai Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan lain-
lain. Berikut ini adalah data sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Turen;
Puskesmas Induk : 1 Puskesmas
Puskesmas Pembantu : 4 Pustu
Polindes : 15
Ponkesdes : 17
Posyandu Lansia : 35 pos
Posyandu Balita : 148 pos
 Posyandu Pratama : 140
 Posyandi Madya :0

5
 Posyandu Purnama :0
 Posyandu Mandiri :8

Rumah Sakit Swasta :1


Rumah Bersalin :1
BP Swasta :3
Apotek :6
Toko Obat :2

Gambar 2.1 Peta Penyebaran Tenaga dan Sarana Kesehatan di Kecamatan Turen
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen, 2015)

6
2.2 Profil Desa Terpilih
2.2.1 Profil Desa Sanankerto, Kecamatan Turen
Desa Sanankerto merupakan salah satu dari tiga desa yang kami
intervensi. Secara geografis, wilayah Desa Sanankerto dibatasi oleh:
 Sebelah Utara : Desa Bringin
 Sebelah Timur : Desa SumberPutih
 Sebelah Selatan : Desa Jambangan
 Sebelah Barat : Desa Sananrejo

Menurut Daftar Isian Potensi Kelurahan Turen tahun 2015, tercatat rincian
data penduduk di Desa Sanankerto adalah:
Penduduk Laki-laki : 2.094 jiwa
Penduduk Perempuan : 2.189 jiwa
Total Penduduk : 4.283 jiwa
Jumlah Ibu Hamil : 76 jiwa
Jumlah WUS

2.2.2 Profil Desa Talok, Kecamatan Turen


Desa Talok merupakan desa kedua yang kami intervensi. Secata
geografis, wilayah Desa Talok dibatasi oleh:
 Sebelah Utara : Kelurahan Turen
 Sebelah Timur : Kecamatan Dampit
 Sebelah Selatan : Desa Gedogwetan
 Sebelah Barat : Kelurahan Sedayu

Menurut Laporan Tahunan Puskesmas Turen tahun 2015, tercatat:


Penduduk Laki-laki : 4.549 jiwa
Penduduk Perempuan : 4.474 jiwa
Total Penduduk : 9.023 jiwa
Jumlah Ibu Hamil : 161 jiwa
Jumlah WUS : 735 jiwa

Desa Talok terdiri dari 11 Rukun Warga (RW) dimana masing-masing RW


terdiri dari 3-5 Rukun Tetangga (RT). Daerah Desa Talok dikenal merupakan

7
daerah yang terkenal akan industri rumahan. Oleh karena itu, sebagaian besar
warga bekerja sebagai pegawai di industri rumah atau pedagang toko-toko di
sepanjang jalan utama.
Desa Talok mempunyai beberapa sarana kesehatan antara lain adalah
Polindes, beberapa Bidan Praktik Swasta, praktik perseorangan oleh dokter
umum dan perawat. Akses sarana kesehatan di daerah Desa Talok mudah
dicapai karena terdapat jalan raya yang besar karena menghubungkan antara
Kecamatan Turen dan Kecamatan Dampit. Kegiatan di Posyandu balita dan ibu
hamil adalah penimbangan balita, pendampingan ibu hamil dan pertemuan kader
setiap satu bulan sekali.

2.2.3 Profil Desa Kemulan, Kecamatan Turen


Desa Kemulan merupakan desa ketiga yang kami intervensi. Secara
geografis, wilayah Desa Kemulan dibatasi oleh:
 Sebelah Utara : Desa Sawahan
 Sebelah Timur : Desa Tawang Rejeni
 Sebelah Selatan : Kecamatan Sumbermanjing Wetan
 Sebelah Barat : Kecamatan Gondanglegi

Menurut Laporan Tahunan Puskesmas Turen tahun 2015, tercatat rincian


penduduk Desa Kemulan
Penduduk Laki-laki : 2.793 jiwa
Penduduk Perempuan : 2.642 jiwa
Total Penduduk : 5.435 jiwa
Jumlah Ibu Hamil : 98 jiwa
Jumlah WUS :

Desa Kemulan terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dengan masing-masing


RW terdiri dari 5 – 6 Rukun Tetangga (RT). Daerah Desa Kemulan didominasi
oleh ladang dan kebun. Pekerjaan mayoritas dari warga di Desa Kemulan adalah
sebagai tani, mengurus ladang atau kebun, dan ibu rumah tangga (IRT).
Sarana Kesehatan di Desa Kemulan antara lain Puskesmas Pembantu
(Pustu), Bidan Praktik Swasta (BPS), dan Polindes. Kegiatan di Polindes Desa
Kemulan adalah pelayanan ibu hamil dan balita dalam satu bulan sekali, dan

8
pertemuan kader untuk membahas adanya masalah dari Program
“Pendampingan Ibu Hamil” di Desa Kemulan.

9
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Metode Pengambilan Data Sekunder


Data sekunder berupa gambaran wilayah dan profil Kecamatan Turen
diperoleh dari Puskesmas Turen. Data kesehatan diperoleh dari laporan tahunan
Puskesmas Turen tahun 2015.

3.1.2 Metode Pengambilan Data Primer


Data primer didapatkan dari wawancara dengan Kepala Puskesmas
Turen, masing masing pemegang program di Puskesmas Turen, bidan Desa
Talok, bidan Desa Sanankerto, bidan Desa Kemulan, dan penyebaran kuesioner
kepada masyarakat di Desa Turen.

3.2 Metode Analisis Data


Analisis data primer dan data sekunder akan diolah menggunakan metode
statistik deskriptif.

10
BAB 4
ANALISIS DATA DAN RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

4.1 Data Kesehatan di Kecamatan Turen


Puskesmas Induk : 1 Puskesmas
Puskesmas Pembantu : 4 Pustu
Polindes : 15
Ponkesdes : 17
Posyandu Lansia : 35 pos
Posyandu Balita : 148 pos, dengan rincian:
 Posyandu Pratama : 140
 Posyandu Madya :0
 Posyandu Purnama :0
 Posyandu Mandiri :8
Pelayanan kesehatan swasta/peran serta masyarakat
 RS Swasta :1
 Rumah Bersalin :1
 BP Swasta :3
 Kader kesehatan : 721 orang
Pelayanan Kesehatan Rujukan:
 RSU Bala Keselamatan Bokor Turen
 RSUD Kanjuruhan
 RS Wava Husada
 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Kecamatan Turen memiliki luas wilayah 10.914 Ha dan memiliki 2


kelurahan dan 15 desa dan memiliki 168 RW dan 706 RT. Pada tahun 2015
jumlah penduduk Kecamatan Turen sebanyak 114.377 jiwa.

11
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Per Desa Tahun 2015

Jumlah Penduduk
Nama Desa
Laki-Laki Perempuan Total
Sanankerto 2107 2234 4341
Sananrejo 3761 3663 7424
Kedok 2968 3237 6205
Tumpak Renteng 2664 2617 5281
Talang Suko 3766 3719 7485
Jeru 3274 3220 6494
Tanggung 3439 3318 6757
Turen 6346 6316 12662
Pagedangan 4517 3984 8501
Talok 4578 4510 9088
Sedayu 2816 2808 5624
Undaan 2017 2039 4056
Gedog Kulon 1477 1517 2994
Gedog Wetan 4265 4241 8506
Tawang Rejeni 3377 3348 6725
Sawahan 4396 4381 8777
Kemulan 2806 2651 5457
JUMLAH 56574 57803 114377
(Sumber : Profil Kecamatan Turen, 2015)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa warga yang berjenis


kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dengan perbandingan 50,5%
untuk perempuan dan 49,5% untuk laki-laki. Jumlah penduduk tertinggi berada di
Kelurahan Turen yaitu sebesar 12.662 jiwa atau sekitar 11% dari total
keseluruhan warga Turen sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Desa
Gedog Kulon sebesar 2.994 jiwa atau sekitar 2,6%.

12
Tabel 4.2 Data Sebaran Usia Penduduk Kecamatan Turen Tahun 2015
Jumlah Penduduk
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Total
0–1 929 872 1801
1–4 3750 3711 7461
5–6 1951 1925 3875
7 – 12 5354 5285 10639
15 – 44 31214 30803 62017
45 – 59 8985 8867 17852
60 – 70 36104 35825 71929
> 70 2525 2491 5016
JUMLAH 90812 90479 181291
(Sumber: Profil Kecamatan Turen, 2015)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah warga paling


banyak berusia lanjut 60-70 tahun yaitu sebesar 71.929 atau sekitar 39,7%, lalu
usia produktif 15-44 tahun yaitu sebesar 62.017 atau sekitar 34,2%. Pada
kelompok usia produktif 15-44 tahun, jenis kelamin yang paling banyak adalah
laki-laki yaitu sebesar 31.214 jiwa sedangkan jumlah penduduk jenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 30803.

13
Tabel 4.3 Data Ibu hamil di Kecamatan Turen Bulan Januari-Oktober 2015
Jumlah Penduduk
Nama Desa
Perempuan Ibu Hamil Persentase Ibu Hamil
Sanankerto 2234 56 2.5
Sananrejo 3663 60 1.6
Kedok 3237 108 3.3
Tumpak Renteng 2617 54 2.1
Talang Suko 3719 110 2.9
Jeru 3220 92 2.8
Tanggung 3318 82 2.4
Turen 6316 185 2.9
Pagedangan 3984 123 3.1
Talok 4510 145 3.2
Sedayu 2808 71 2.5
Undaan 2039 17 0.8
Gedog Kulon 1517 46 3.0
Gedog Wetan 4241 122 2.9
Tawang Rejeni 3348 86 2.6
Sawahan 4381 136 3.1
Kemulan 2651 76 2.9
JUMLAH 57803 1568
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2015)

Berdasarkan data data diatas, Desa Kedok memiliki jumlah Ibu Hamil
paling banyak yaitu sebesar 108 orang dengan persentase 3,3%, sedangkan
yang paling sedikit terdapat di Desa Undaan yaitu sebanyak 17 orang dengan
persentase 0,8%.

14
Tabel 4.4 Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Pelayanan Fe1, Fe3
No Desa Jumlah Ibu Fe1 Fe3
Hamil Jumlah % Jumlah %
1 Sanankerto 76 74 93,37 76 100
2 Sananrejo 132 92 69,70 97 73,48
3 Kedok 110 117 106,36 106 96,36
4 TP Renteng 93 71 76,34 65 69,89
5 Talangsuko 132 127 96,21 122 92,42

6 Jeru 117 121 103,42 121 103,42

7 Tanggung 120 99 82,50 97 80,83


8 Turen 222 226 101,80 218 98,20
9 Pegadengan 150 151 100,67 151 100,67

10 Talok 161 166 103,11 166 103,11


11 Sedayu 100 98 98,00 91 91
12 Undaan 73 29 39,73 49 67,12

13 GD Kulon 54 52 96,30 52 96,30

14 GD Wetan 150 159 106 146 97,33


15 TW Rejeni 120 109 90,83 79 65,83
17 Sawahan 155 162 104,52 166 107,1

18 Kemulan 98 72 73,47 71 72,45

(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2015)

Berdasarkan data diatas rata-rata ibu hamil sudah mendapatkan tablet


tambah darah, tatapi ada beberapa ibu hamil yang tidak melakukan periksa
kehamilan di Puskesmas Turen sehingga tidak terdata mendapatkan tablet
tambah darah. Di Desa Talok dan Desa Sanankerto seluruh ibu hamil sudah
mendapatkan tablet tambah darah, namun Desa Kemulan belum semua ibu
hamil mendapatkan tablet tambah darah.

15
Tabel 4.5 Data ibu hamil dan Risiko Tinggi(Risti) di Kecamatan Turen tahun 2014
Jumlah Penduduk
Perempuan Ibu Hamil Ibu Risti Persentase Persenta
Nama Desa
Ibu Hamil se Ibu
Risti
Sanankerto 2234 77 3 3,4 3,9
Sananrejo 3663 132 3 3,6 2,3
Kedok 3237 110 4 3,4 3,6
Tumpak Renteng 2617 94 3 3,6 3,2
Talang Suko 3719 133 4 3,6 3
Jeru 3220 116 3 3,6 2,6
Tanggung 3318 120 4 3,6 3,3
Turen 6316 225 2 3,6 0,9
Pagedangan 3984 151 1 3,8 0,7
Talok 4510 162 4 3,6 2,5
Sedayu 2808 100 4 3,6 4
Undaan 2039 72 0 3,5 0
Gedog Kulon 1517 53 1 3,5 1,9
Gedog Wetan 4241 151 4 3,6 2,6
Tawang Rejeni 3348 120 1 3,6 0,8
Sawahan 4381 156 6 3,6 3,8
Kemulan 2651 97 1 3,7 1
JUMLAH 57803 2069 48
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2015)

Berdasarkan tabel di atas, jumlah ibu hamil di Kecamatan Turen pada


2015 sebesar 2.072 jiwa atau sebesar 3,6%. Rata-rata persentase ibu hamil di
masing-masing desa tidak jauh berbeda, sekitar 3,4 sampai 3,8%. Jumlah ibu
hamil risti tertinggi sebanyak 4 jiwa terdapat di Desa Kedok, Talang Suko,
Tanggung, Talok, Sedayu, dan Gedog Wetan dan terendah berada di Undaan
yaitu sebanyak 0 jiwa. Namun secara persentase ibu risti tertinggi terdapat di
Desa Sanankerto dan terendah di Undaan.

16
Tabel 4.6 Data Ibu Hamil yang Memeriksakan Diri dan Ibu Hamil dengan Anemia di
Puskesmas Turen pada bulan Maret sampai Oktober 2015
Ibu Hamil yang
Ibu Hamil Persentase Ibu
datang periksa
Nama Desa Ibu Hamil dengan Hamil dengan
di Puskesmas
Anemia Anemia (%)
Turen
Sanankerto 77 5 2 40
Sananrejo 132 15 5 33
Kedok 110 13 2 15
Tumpak
94 15 7 46
Renteng
Talang Suko 133 5 2 40
Jeru 116 14 2 14
Tanggung 120 10 3 30
Turen 225 28 10 36
Pagedangan 151 23 6 26
Talok 162 20 12 60
Sedayu 100 8 3 38
Undaan 72 6 2 33
Gedog Kulon 53 1 1 100
Gedog Wetan 151 10 4 40
Tawang Rejeni 120 9 4 44
Sawahan 156 6 1 16
Kemulan 97 2 1 50
Jumlah 2069 201 72 36
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2015)

Berdasarkan data dari tabel di atas didapatkan bahwa ibu hamil yang
menderita anemia di Desa Sanankerto adalah 40%, sedangkan yang menderita
anemia di Desa Talok mencapai 60%, dan di Desa Kemulan mencapai 50% ibu
hamil yang menderita anemia dari keseluruhan ibu hamil yang memeriksakan diri
ke Puskesmas Turen yang berasal dari desa tersebut. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa dari 2069 keseluruhan ibu hamil yang berada di Kecamatan
Turen terdapat 201 ibu hamil yang memeriksakan diri di Puskesmas Turen dan
72 dari 201 ibu hamil yang memeriksakan diri di Puskesmas Turen atau sebesar
36% ibu hamil yang memeriksaan diri di Puskesmas Turen menderita anemia.
Sebagian ibu hamil yang berada di Kecamatan Turen memang tidak
memeriksakan diri di Puskesmas Turen, sehingga tidak dapat diketahui kadar
haemoglobinnya.

17
Tabel 4.7 Hasil Pencapaian Masalah Kesehatan di Kecamatan Turen Tahun 2014
No Indikator Target (%) Pencapaian (%)
1 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 94 92,8
2 Cakupan komplikasi kebidanan yang 90 87,9
ditangani
3 Cakupan pertolongan persalinan oleh 95 103,2
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
4 Cakupan pelayanan nifas 95 103,2
5 Cakupan neonatus dengan komplikasi 89 96
yang ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 90 103,7
7 Cakupan desa/ kelurahan Universal Child 88 82,4
Immunization
8 Cakupan pelayanan anak balita 90 52,8
9 Cakupan pemberian makanan 80 164,7
pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan keluarga miskin
10 Cakupan balita gizi buruk mendapat 100 100
perawatan
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa 100 90,7
SD dan setingkat
12 Cakupan peserta KB aktif 78 63,1
13 Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit:
a. AFP rate per 100.000 penduduk < 15 >2 100
tahun
b. Penemuan penderita pneumonia 80 6
balita
c. Penemuan pasien baru BTA positif 90 41,5
d. Penemuan DBD yang ditangani 100 100
e. Penemuan penyakit diare 90 53
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar bagi 90 47,3
masyarakat miskin
15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan 80 42,4
pasien masyarakat miskin
18 Cakupan desa siaga aktif 70 41,2
19 Jumlah kematian ibu 2 kasus
20 Jumlah kematian bayi 12 kasus
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2015)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat ada beberapa indikator yang


masih berada di bawah target pencapaian, antara lain tentang cakupan
kunjungan ibu hamil K4, cakupan penanganan komplikasi kebidanan, kematian
ibu sebanyak 2 orang, dan kematian bayi 12 orang. Rendahnya kunjungan ibu
hamil secara paripurna disebabkan karena beberapa ibu hamil sudah pindah ke
desa/tempat lain atau melakukan kontrol di sarana kesehatan lain selain ke bidan
desa atau puskesmas.

18
4.2 Data Primer
4.2.1 Wawancara dengan Kepala Puskesmas Turen
Wawancara dilakukan dengan Dokter Didik sebagai Kepala Puskesmas
Turen. Beliau mengatakan, “Program utama Puskesmas Turen ada 3, antara lain
menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita, dan
menurunkan angka gizi buruk pada bayi dan balita. Memang pada saat ini kematian
ibu di Kecamatan Turen masih ada, tetapi pada saat ini saya ingin berfokus untuk
menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil, karena yang saya lihat ibu hamil
masih sulit untuk meminum tablet tambah darah karena efek samping seperti mual.”
Menurut beliau, angka kejadian anemia pada ibu hamil di Kecamatan
Turen pada tahun 2015 mencapai 72 kasus, walaupun pada bulan November
2014 telah diresmikan program pemberian tablet tambah darah untuk wanita
hamil. Menurut beliau, hal tersebut disebabkan oleh ibu hamil yang tidak rutin
mengonsumsi tablet tambah darah karena efek samping dari tablet tambah darah
yaitu mual-mual.
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa angka kematian ibu di
Kecamatan Turen masih ada, walaupun Puskesmas Turen menargetkan tidak
ada kasus kematian ibu. Beliau mengatakan kematian pada ibu hamil dapat
berhubungan juga dengan anemia. Selain itu anemia juga dapat menyebabkan
berat bayi lahir rendah dan juga bayi prematur.
Saat ini telah diadakan juga program Pendampingan Kader sejak sekitar
tiga bulan yang lalu dengan harapan setiap kader bertanggung jawab atas ibu
hamil di RTnya, mulai dari menemukan, menentukan kehamilan berisiko, sampai
mendampingi ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal ke bidan desa. Hal
ini dilakukan agar kader dapat mengetahui kondisi ibu hamil tersebut dan ikut
mendapatkan informasi dan ilmu dari bidan desa ke kader sehingga apabila ada
kejadian yang tidak diharapkan dari ibu hamil yang didampinginya, kader dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan dan dapat memberikan edukasi pada ibu
hamil.

4.2.2 Wawancara dengan Pemegang Program Pendampingan Kader


Wawancara dilakukan pada Ibu Bidan Ruminawati selaku pemegang
program Pendampingan Kader. Menurut beliau, progam pendampingan ini
merupakan hal baru bagi para kader kesehatan dan baru berjalan tiga bulan ini.

19
Salah satu masalah yang ditemukan belakangan ini adalah anemia pada ibu
hamil. Masalah anemia pada ibu hamil ini merupakan masalah di hampir semua
desa di Kecamatan Turen. Hal ini dikarenakan banyak faktor, misalnya seperti
Ibu hamil yang sering lupa untuk rutin minum obat tablet penambah darah, selain
itu dikarenakan efek sampingnya adalah mual, mereka menjadi malas untuk
meminumnya. Obat penambah darah ini diberikani kepada semua ibu hamil yang
datang periksa baik di Puskesmas Turen maupun di bidan dan pada trimester
ketiga disarankan agar tiap ibu hamil untuk mengecek kadar hemoglobin di
Puskesmas Turen. Meskipun obat tablet penambah darah ini sudah diberikan,
hampir sebagian besar Ibu Hamil yang periksa darah di Puskesmas Turen
mengalami anemia. Beliau berkata, “Ya itu mbak, obat tambah darah nya selalu
diberikan, tapi ya tetap aja tiap di cek darahnya, Hb nya banyak yang dibawah 11. Gak
tau diminum apa gak obat nya. Kadang ada yang 10, bahkan ada yang dibawah 8,
akhirnya harus dirujuk. Susah untuk memantau apakah ibu hamil nya minum obat nya
rutin atau tidak, sebenarnya untuk mengurangi masalah lupa minum obat seperti ini
mbak, butuh bantuan dari suami-suaminya untuk mengingatkan ibu hamil untuk minum
obat. Kalau gak ada yang mengingatkan ya akan terus lupa. Pendampingan kader juga
diperlukan agar Ibu hamil rutin minum obat tambah darah.”
Selain itu karena jarak yang cukup jauh dari beberapa desa ke Puskesmas
Turen membuat beberapa ibu hamil tidak melakukan cek darah di Puskesmas
Turen, seperti di Desa Kemulan dan Desa Sanankerto sehingga data ibu hamil
yang mengalami anemia lebih rendah dibandingkan di Desa Talok dan Turen
yang jaraknya cukup dekat dari Puskesmas Turen.

4.2.3 Wawancara dengan Bidan Desa (Sanankerto, Talok, dan Kemulan)


Wawancara dilakukan pada bidan desa di tiga desa tempat di mana akan
dilakukan intervensi, yaitu Desa Sanankerto, Desa Talok, Desa Kemulan.
Menurut para bidan desa yang bekerja di Polindes masing-masing desa,
masalah yang biasa dihadapi beraneka ragam, mulai dari tidak rutinnya ibu dan
anaknya tidak memeriksakan bayinya di posyandu ataupun kontrol kehamilan
yang tidak rutin, tetapi semenjak adanya program pendampingan ibu hamil oleh
kader di Kecamatan Turen yang baru berjalan 2 bulan terakhir ini, ibu bidan
merasa terbantu dengan program ini dan berharap program ini terus berjalan.
Program pendampingan ibu hamil oleh kader sendiri adalah program baru yang

20
dibuat oleh Puskesmas Turen yang berguna untuk mendampingi ibu-ibu hamil di
desa untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang baik dan tindakan
pencegahan yang cepat jika terjadi sesuatu pada kehamilan si ibu, bidan di desa
juga secara rutin setiap satu bulan sekali mengumpulkan para kader di desa
masing-masing untuk membicarakan masalah-masalah apa yang ada di
masyarakat ibu hamil sekitar.
Selain masalah di atas, para bidan di 3 desa ini juga mengeluhkan
adanya ketidakpatuhan ibu-ibu hamil di desa untuk mengonsumsi tablet tambah
darah selama masa kehamilannya. Berbagai alasan yang diungkapkan bidan
adalah efek sampingnya yang mual sehingga membuat ibu hamil sering
meninggalkan, selain itu kurangnya perhatian dari suami terhadap pentingnya
mengonsumsi tablet tambah darah untuk si ibu. Karena menurut para bidan,
peran suami seharusnya juga turut serta dalam mengingatkan istrinya untuk
mengonsumsi tablet tambah darah.

4.2.4 Wawancara dengan Kader Kesehatan Desa


Dari wawancara yang dilakukan kepada kader kesehatan di Desa Talok,
Desa Sanankerto, dan Desa Kemulan didapatkan bahwa kendala utama mereka
adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya tablet tambah darah ini di
kalangan kader. Mereka tidak mengetahui mengenai bahaya anemia pada ibu
hamil dan akibat dari kekurangan zat besi pada ibu hamil, sehingga
menyebabkan kurangnya sosialisasi tentang tablet tambah darah di kalangan ibu
hamil. Hal ini juga dipengaruhi karena sosialisasi dari puskesmas Turen sendiri
mengenai tablet tambah darah dan anemia juga masih kurang.
Selain itu, juga didapatkan kesulitan memantau ibu hamil untuk rutin atau
tidak dalam minum tablet tambah darah, karena tidak setiap hari kader memiliki
waktu untuk mengunjungi ibu hamil kerumahnya masing-masing. Salah seorang
kader mengatakan, “Kita kan gak bisa maksa mbak kalau ibu nya gak mau minum
karena mual atau pusing. Kecuali kalau sering lupaan bisa kita ingatkan, atau kalau
ibunya malas kita minta dukungan dari pihak keluarga untuk membantu mengingatkan.
Kita tau kalau ibu hamil memang dkasih obat tambah darah, tapi gak tau pentingnya apa,
masih kurang penjelasan yang dikasih ke kami.”

21
Kendala lain yaitu beberapa ibu hamil yang jarak desa nya jauh dari
puskesmas enggan melakukan pemeriksaan darah di Puskesmas Turen,
sehingga tidak terdeteksi sejak dini mengalami anemia atau tidak.

4.2.5 Wawancara dengan Ibu Hamil di Kecamatan Turen


Wawancara dilakukan pada ibu hamil di kelurahan Turen tentang
pengetahuan mereka mengenai anemia dan tablet tambah darah yang meliputi
cara pemakaian, efek samping, manfaat serta sikap mereka terhadap program
pemberian tablet tambah darah.
Sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang tentang
anemia baik gejala maupun dampak dari anemia terhadap ibu hamil dan juga
janinnya. Beberapa ibu hamil juga tidak mengerti tentang cara pemakaian tablet
tambah darah sehingga, banyak ibu hamil yang tidak rutin mengonsumsi tablet
tambah darah karena lupa, merasa mual, malas meminum karena rasa yang
tidak enak pada tablet tambah darah.”Saya pernah minum tablet tambah darah
selama beberapa bulan, tapi tidak rutin karena lupa, kadang juga malas”, kata salah
seorang ibu hamil yang datang ke posyandu.

4.2.6 Kuisioner

PENGETAHUAN NILAI
1. Berapa lama seharusnya ibu hamil meminum tablet tambah darah / zat besi? 15

2. Sebutkan 3 tanda awal kekurangan zat besi pada ibu hamil 15

3. Sebutkan akibat yang timbul karena kekurangan zat besi pada ibu hamil 15

4. Sebutkan efek samping tablet tambah darah / zat besi yang diminum oleh 15
ibu hamil

5. Bagaimana cara meminum tablet tambah darah / zat besi yang tepat pada 15
ibu hamil?

SIKAP DAN PERILAKU


6. Apakah ibu perah meminum tablet tambah darah selama masa kehamilan? 10

7. Apakah ibu rutin meminum tablet tambah darah selama kehamilan? 15


Ya/Tidak
Jika tidak, mengapa ibu tidak rutin meminum tablet tambah darah?

TOTAL 100

22
BAB 5
RUMUSAN DIAGNOSA KOMUNITAS

Identifikasi Masalah

Analisis Data Primer dan Sekunder

Penentuan Prioritas Masalah


(Metode MSF)

Identifikasi Penyebab Masalah


(Diagram Fish Bone)

Penentuan Prioritas Penyebab


Masalah (Metode PEARL)

Pemecahan Masalah

Rencana Kegiatan

Gambar 5.1 Bagan metode Pengumpulan dan Analisa Data

5.1 Identifikasi Permasalahan Kesehatan Utama


Dari kombinasi data sekunder dan data primer yang telah dikumpulkan,
didapatkan beberapa masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Turen.
Untuk mengidentifikasi prioritas permasalahan yang akan dipilih maka diperlukan
metode identifikasi masalah menggunakan kriteria M (Magnitude), S
(Seriousness), dan F (Feasibility). Pada setiap kriteria diberikan nilai 1 hingga 5.
Penilaian dilakukan oleh 3 orang dokter muda, 3 orang staf puskesmas dan 2
orang kader kesehatan.
Berikut ini adalah permasalahan kesehatan di Kecamatan Turen
berdasarkan data primer dan sekunder:
1. Angka kesakitan diare di Puskesmas Turen tahun 2014 sejumlah 2.589
kasus

23
2. Kasus anemia pada ibu hamil di Puskesmas Turen sejumlah 72 kasus
dari total 201 ibu hamil yang periksa ke Puskesmas Turen pada bulan
Maret – Oktober 2015.
3. Angka kesakitan TB paru di Puskesmas Turen pada tahun 2014
sejumlah 546 kasus

24
Tabel 5.1 Skoring Permasalahan Kesehatan di Kecamatan Turen
Magnitude-Seriousness-Feasibility
No. Permasalahan DM1 DM2 DM3 SP1 SP2 TM1 TM2 ∑
M S F M S F M S F M S F M S F M S F M S F
Angka kesakitan
diare di Puskesmas
1 Turen tahun 2014 5 2 3 5 3 3 4 3 2 3 4 4 4 2 5 4 2 4 4 1 3 70
sejumlah 2.589
kasus
Kasus anemia
pada ibu hamil di
Puskesmas Turen
sejumlah 72 kasus
dari total 201 ibu
2 4 4 3 3 5 4 5 4 3 5 4 4 4 2 5 4 4 2 4 3 2 78
hamil yang periksa
ke Puskesmas
Turen pada Bulan
Maret – Oktober
2015
Angka kesakitan
TB paru di
Puskesmas Turen
3 3 4 2 4 4 3 3 4 1 3 5 4 3 4 5 3 5 2 3 3 2 70
pada tahun 2014
sejumlah 546
kasus

25
Keterangan:
DM 1 : Perwakilan Dokter Muda 1 (Zanella)
DM 2 : Perwakilan Dokter Muda 2 (Theresia)
DM 3 : Perwakilan Dokter Muda 3 (Derisna)
SP 1 : Staf Puskesmas 1 (drg. Yani)
SP 2 : Staf Puskesmas 2 (Bidan Umbar)
KK 1 : Kader Kesehatan 1 (Bu Anis)
KK 2 : Kader Kesehatan 2 (Bu Tutik)

26
Gambar 5.2 Diagram Ishikawa (Fishbone)

27
5.2 Analisis Faktor Risiko

Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (Fishbone) dibuat untuk


menganalisis faktor risiko atau akar permasalahan kesehatan komunitas yang
merupakan masalah prioritas. Diagram Ishikawa adalah diagram yang
menjelaskan bagaimana suatu permasalahan terjadi. Diagram Ishikawa terdiri
dari bagian kepala ikan dan bagian tulang ikan. Di bagian kepala ikan berupa
masalah utama atau topik yang akan dicari tahu penyebabnya, yaitu “Kasus
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Turen sejumlah 72 kasus dari total 201 ibu
hamil yang periksa ke Puskesmas Turen pada bulan Maret – Oktober 2015”.
Bagian tulang ikan dibagi menjadi kategori-kategori yang bisa
berpengaruh terhadap masalah utama. Kategori-kategori yang dimasukkan ke
dalam bagian tulang ikan adalah manusia, lingkungan, kebijakan, sarana
kesehatan, dan dana. Masing-masing kategori kemudian dikembangkan ke tahap
yang lebih detail. Hasil dari diagram ini dapat digunakan untuk menemukan
solusi dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi akar masalah dan
permasalahan kesehatan tersebut.

5.3 Identifikasi Akar Permasalahan Utama


Dari diagram Ishikawa didapatkan beberapa penyebab permasalahan
utama. Permasalahan kesehatan ini ditelusuri akar penyebabnya dengan metode
wawancara dengan kepala Puskesmas Turen, pemegang program
Pendampingan Kader di Puskesmas Turen, bidan, kader kesehatan, serta ibu
hamil di Kelurahan Turen. Dari sekian banyak akar permasalahan ini, dilakukan
skoring dengan metode nominal group technic dengan skala 1-5 untuk
menentukan prioritasnya.

Tabel 5.2 Skoring Akar Permasalahan Komunitas


No. Akar Permasalahan DM DM DM3 DM4 DM5 Total Rangking
1 2
Manusia
1. Kurangnya 4 4 5 5 4 22 1
pengetahuan ibu
hamil terhadap
manfaat tablet
tambah darah

28
2. Kurangnya 4 4 4 4 4 20 2
pemberdayaan kader
yang efekif tentang
tablet tambah darah

3. Ibu hamil lupa 3 4 4 3 2 16 8


mengkonsumsi tablet
tambah darah
4 Pada trimester-3 ibu 4 4 3 3 4 18 6
hamil tidak
memeriksakan Hb
Sarana Kesehatan
1. Kurangnya kegiatan 3 3 4 4 4 18 7
promotif tentang
pencegahan anemia
2. Jarak yang jauh 2 2 3 3 2 12 10
antara rumah ibu
hamil ke Puskesmas
Turen
3. Pembagian Tablet 3 3 2 2 2 12 11
tambah darah yang
kurang merata
Lingkungan
1. Kurangnya dukungan 5 4 4 4 3 20 3
keluarga terhadap
keteraturan ibu
meminum tablet
tambah darah
Dana
1. Kemasan tablet 3 3 2 3 2 13 9
tambah darah yang
terlalu sederhana dan
tidak komunikatif
2. Kurangnya dana 1 2 2 2 2 9 12
pemerintah untuk
program
pemberdayaan kader
Kebijakan
1. Kurangnya sosialisasi 4 4 4 4 3 19 4
terhadap kewajiban
minum tablet tambah
darah
2. Kurangnya sosialisasi 4 4 4 4 3 19 5
yang menyeluruh
terhadap kewajiban
memeriksakan Hb
pada trimester ke 3

Keterangan:
DM 1 : Zanella
DM 2 : Derisna

29
DM 3 : Theresia
DM 4 : Mirzia
DM 5 : Gilang

Dari skoring tersebut, akar permasalahan utama adalah :


1. Kurangnya pengetahuan ibu hamil terhadap manfaat tablet tambah
darah.
2. Kurangnya pemberdayaan kader yang efekif tentang tablet tambah
darah.
3. Kurangnya dukungan keluarga terhadap keteraturan ibu meminum
tablet tambah darah.
4. Kurangnya sosialisasi terhadap kewajiban minum tablet tambah
darah.
5. Kurangnya sosialisasi yang menyeluruh terhadap kewajiban
memeriksakan Hb pada trimester ke 3.
6. Pada trimester-3 ibu hamil tidak memeriksakan Hb.
7. Kurangnya kegiatan promotif tentang pencegahan anemia.
8. Ibu hamil lupa mengkonsumsi tablet tambah darah.
9. Kemasan tablet tambah darah yang terlalu sederhana dan tidak
komunikatif.
10. Jarak yang jauh antara rumah ibu hamil ke Puskesmas Turen.
11. Pembagian Tablet tambah darah yang kurang merata.
12. Kurangnya dana pemerintah untuk program pemberdayaan kader

5.4 Identifikasi Solusi


Penentuan solusi masalah menggunakan analisis PEARL (Propriety,
Economic feasibility, Acceptability, Resources, Legality) untuk menentukan
prioritasnya, sebagaimana dijabarkan dalam tabel 5.3 berikut.

30
Tabel 5.3 Skoring Solusi Permasalahan Komunitas

No. Akar Masalah Solusi P E A R L Total

1. Kurangnya pengetahuan ibu hamil Penyuluhan 4 5 5 4 5 23


terhadap manfaat tablet tambah darah
Advokasi 3 5 4 4 5 21

2 Kurangnya pemberdayaan kader yang Penyuluhan 4 5 4 5 5 23


efekif tentang tablet tambah darah. Diskusi 5 5 4 4 5 23
kasus
Advokasi 3 5 4 4 5 21

31
BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA

6.1 Anemia pada Ibu Hamil


Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu anemia
defisiensi, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik (Silalahi, 2007).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) prevalensi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995, turun menjadi 40,1%
pada tahun 2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5% (Riskesdas, 2007).
Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi
walaupun terjadi penurunan pada tahun 2007. Keadaan ini mengindikasikan
bahwa anemia defisiensi besi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes,
2010). Defisiensi zat besi menggambarkan berkurangnya cadangan zat besi
sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi. Jumlah zat besi yang disimpan
diukur dengan konsentrasi serum ferritin yang berkurang tetapi jumlah transpor
dan fungsi zat besi tidak terpengaruh (Pavord et al, 2011).
Berdasarkan data dari WHO anemia pada ibu hamil ditandai dengan
kadar Hb < 11 g/dL. Berdasarkan data tersebut, 41,8 % wanita hamil di seluruh
dunia menderita anemia dimana Asia Tenggara menduduki peringkat kedua
setelah Afrika dengan prevalensi ibu hamil yang menderita anemia terbanyak
sebesar 48,2% (WHO, 2005).

6.2 Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi
yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini
menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Tahap pertama
yang disebut dengan iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan
fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
absrorbsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain
untuk mengetahui adanya kekurangan besi masih normal (Raspati., et al, 2012).
Pada tingkat selanjutnya ini yang dikenal dengan istilah iron deficient
eritopoetin atau iron limited eritopoetin didapatkan suplai besi yang tidak cukup
untuk menunjang eritropoesis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh

32
nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron
binding capacity (TIBC) meningkat dan free eritrosit porphyrin ( FEP) meningkat.
Kemudian selanjutnya yang disebut dengan iron deficiency anemia
keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup
sehingga menyebabkan penurunan kadar Haemoglobin (Hb). Pada gambaran
darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap ini
telah terjadi perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih
lanjut.

6.3 Etiologi Anemia Defisiensi Besi


Terjadinya anemia defisiensi besi sangat ditentukan oleh kemampuan
absorpsi besi, diet yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan
jumlah yang hilang (Lubis, 2012). Kekurangan besi dapat disebabkan:
- Kebutuhan yang meningkat karena fisiologis
- Kurangnya besi yang diserap
- Perdarahan
- Transfusi feto-maternal
- Hemoglobinuria
- Iatrogenic blood loss
- Idiophatic pulmonary hemosiderosis
- Latihan yang berlebihan

6.4 Efek Klinis Anemia Defisiensi Besi


6.4.1 Morbiditas dan Mortalitas Maternal
Defisiensi zat besi mungkin berkontribusi terhadap morbiditas maternal
melalui efek pada fungsi imun dengan meningkatkan risiko keparahan infeksi
(Eliz et al, 2005), lemas dalam bekerja (Haas et al, 2001) dan gangguan dari
kognisi dan emosi postpartum (Beard et al, 2005). Terdapat sedikit informasi
yang berkaitan dengan Hb dimana risiko mortalitas akan meningkat jika Hb 8.9
g/dL (Brabin et al, 2001).

6.4.2 Efek pada Kehamilan


Terdapat beberapa bukti tentang adanya hubungan antara anemia
defisiensi besi pada kehamilan dan kelahiran prematur. Selain itu, anemia
defisiensi besi dapat juga menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah,

33
kerusakan plasenta, serta peningkatan perdarahan saat melahirkan (Pavord.,et
al, 2011). Selain itu anemia memberikan efek yang serius pada ibu hamil antara
lain ibu hamil akan merasakan takikardia, palpitasi, sulit bernafas, peningkatan
curah jantung yang bersifat dekompensata dan gagal jantung yang sangat fatal.
Anemia juga terbukti memberikan kontribusi terhadap bayi premature,
preeclampsia dan sepsis pada kehamilan.(Sharma, 2010)

6.5 Diagnosis Anemia Defisiensi Besi


6.5.1 Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis dari anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil
biasanya nonspesifik, kecuali jika anemia berat. Gejala utama dari anemia
defisiensi zat besi adalah lelah dan letih. Pasien mungkin akan mengeluh pucat,
lemas, sakit kepala, gemetar, kepala berputar, sesak dan iritabilitas. Pica juga
dapat terjadi tetapi jarang. Anemia defisiensi besi juga dapat mengganggu
regulasi temperatur dan menyebabkan ibu hamil merasa kedinginan.
Penyimpanan zat besi dapat berkurang sebelum penurunan Hb dan karena zat
besi adalah elemen penting dari sel, gejala dari defisiensi besi dapat terjadi tanpa
anemia, yang meliputi lemah, letih, iritabilitas, konsentrasi menurun, dan rambut
rontok (Pavord.,et al, 2011).

6.5.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada anemia defisiensi besi
antara lain pemeriksaan Haemoglobin (Hb), hapusan darah, serum Ferritin, dan
Total Iron Binding Capacity (TIBC) (PAPDI, 2014). Untuk pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan di Puskesmas Turen adalah pemeriksaan
kadar Haemoglobin (Hb).

6.6 Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil


Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi makanan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk
mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki
zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan

34
penyerapan zat besi, seperti vitamin C dengan dosis 25, 50, 100 dan 250 mg
(Wiknjosastro, 2005;Masrizal, 2007).
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus segera
dimulai untuk mencegah kelanjutan keadaan ini. Penanganan anemia defisiensi
besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral) atau dapat secara
suntikan (parenteral). Terapi oral dapat dilakukan dengan pemberian preparat
besi fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60
mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Untuk mengatasi
efek samping pengobatan besi secara oral berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu
hati, dan konstipasi, maka preparat besi dapat diberikan segera setelah makan.
Untuk pemberian preparat parenteral dapat dengan ferum dextran sebanyak
1000 mg (20 ml) intravena atau 2 ml secara intramuskular yang dapat
meningkatkan hemoglobin sebanyak 2 gr% (Sasparyana, 2010; Wiknjosastro
2005).
Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan
Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari segera setelah rasa mual
hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 sebanyak 200 mg
setara dengan zat besi 60 mg dan asam folat 0,25 mg, minimal masing-masing
90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena
akan mengganggu penyerapannya (Depkes RI, 2009).

6.7. Teori Health Belief Model (HBM)

Teori Health Belief Model (HBM) adalah teori yang paling umum
digunakan untuk edukasi kesehatan dan promosi kesehatan. Konsep yang
mendasar dari HBM adalah perilaku sehat yang ditentukan oleh kepercayaan
individu tentang suatu penyakit dan strategi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan kejadian penyakitnya (Hayden, 2014).

6.7.1 Komponen Teori Health Belief Model (HBM)


Pada HBM terdapat 4 persepsi yang menjadi komponen utama dari
model tersebut yaitu persepsi keseriusan (perceived seriousness), persepsi
kerentanan (perceived susceptibility), persepsi keuntungan (perceived benefits),
dan persepsi rintangan (perceived barriers). Saat ini ada beberapa komponen
yang ditambahkan pada HBM sehingga komponen HBM diperluas menjadi sinyal

35
untuk bertindak (cues to action), faktor motivasi (motivating factors), dan efikasi
diri (self-efficacy) (Hayden, 2014).

6.7.1.1 Persepsi Keseriusan (Perceived Seriousness)


Komponen perceived seriousness mengatakan pada kepercayaan
individu tentang keseriusan atau keparahan dari suatu penyakit. Sementara
perceived seriousness seringkali tergantung pada informasi medis atau
pengetahuan, hal tersebut dapat juga datang dari kepercayaan seseorang
tentang kesulitan suatu penyakit akan muncul efek dari suatu penyakit pada
kehidupannya secara keseluruhan (Hayden, 2014).

6.7.1.2 Persepsi Kerentanan (Perceived Susceptibility)


Kerentanan personal adalah satu dari persepsi yang kuat untuk
mendorong sesorang agar mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar persepsi
tentang risiko, semakin besar juga kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk
mengurangi risiko (Hayden, 2014).

6.7.1.3 Persepsi Keuntungan (Perceived Benefits)


Komponen dari perceived benefits adaah opini seseorang tentang
kegunaan dari suatu perilaku baru untuk menurunkan risiko berkembangnya
suatu penyakit. Manusia akan cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika
mereka percaya bahwa perilaku baru dalam menurunkan kesempatan
berkembangnya suatu penyakit. Persepsi keuntungan memainkan peran penting
dalam adopsi perilaku pencegahan sekunder seperti skrining (Hayden, 2014).

6.7.1.4 Persepsi Rintangan (Perceived Barriers)


Karena perubahan bukanlah sesuatu yang mudah pada sebagian besar
orang, komponen terakhir dari HBM adalah persepsi rintangan (perceived
barriers) untuk berubah. Persepsi ini adalah evaluasi individu terhadap rintangan
pada caranya mengadopsi suatu perilaku baru. Secara keseluruhan, persepsi
rintangan adalah yang paling signifikan dalam menentukan perubahan perilaku
(Hayden, 2014).

36
6.7.1.5 Petunjuk untuk Bertindak (Cues to Action)
Sebagai tambahan dari 4 persepsi dan variabel yang memodifikasi, HBM
menunjukkan bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh petunjuk untuk bertindak.
Petunjuk untuk bertindak adalah kejadian, manusia, atau sesuatu yang membuat
orang mengubah perilakunya, seperti misalnya laporan media, nasihat, kartu
pengingat dari dokter (Hayden, 2014).

6.7.1.6 Efikasi Diri (Self-Efficacy)


Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Manusia secara keseluruhan bertindak untuk tidak mencoba sesuatu yang baru
jika mereka tidak berfikir mereka dapat melakukannya. Jika seseorang percaya
suatu perilaku baru itu bermanfaat (perceived benefits), tetapi tidak berfikir
bahwa dia mampu untuk melakukannya (perceived barrier), kesempatan-
kesempatan adalah yang tidak akan dicoba (Hayden, 2014).

6.8 Pendidikan Kolaboratif


Dalam penelitian tentang metode sosial dengan integrasi video konferens
dalam format telekolaboratif metode lama seperti metode non kolaboratif atau
guru tidak ikut serta berbaur dalam diskusi dengan siswanya kurang efektif dalam
proses pembelajaran. Setidaknya ada empat karakteristik umum kelas kolaboratif
yaitu pengetahuan bersama antara guru dan siswa, otoritas bersama antara guru
dan siswa, guru sebagai mediator, dan kelompok heterogen siswa (Tinzmann,
dkk., 1990).
Komunikasi dan kolaboratif yang efektif adalah penting untuk menjadi
seorang pembelajar yang sukses. Hal ini terutama melalui dialog dan memeriksa
perspektif yang berbeda bahwa siswa dapat menentukan pengetahuan,strategi,
ditentukan oleh dirinya sendiri dan empati (Tinzmann, dkk., 1990). Untuk
mencapai suatu pendidikan kolaboratif perlu keterlibatan siswa dalam tugas
mengumpulkan informasi-informasi guna menyusun pengetahuan, sehingga
dibutuhkan komunikasi dan kolaboratif yang efektif antara guru dengan siswa
(Good, dkk., 2004). Terdapat beberapa risiko dalam usaha pendidikan kolaboratif
yakni ego, sengketa teitorial (Good, dkk., 2004).
Untuk mengatasi hal tersebut metode pendidikan kolaboratif dikembangkan
secara bertahap guna menekan risiko tersebut. Metode pendidikan kolaboratif

37
menggunakan sumber data. Sumber data tersebut tugas reflektif, hasil survei,
dan catatan lapangan (Good, A.J., dkk., 2005). Sumber data tersebut kemudian
diolah, didiskusikan dan diimplementasikan ke dunia luar dengan menggunakan
hasil teknologi terbaru. Tujuan dari pendidikan kolaboratif sendiri untuk
memperkaya pengalaman pendidikan menggunakan teknologi kolaborasi,
dengan penekanan pada kerjasama dalam studi sosial area konten. Selain itu,
juga bisa untuk menemukan teknologi yang tepat melalui telekolaboratif.

6.8.1 Pembelajaran Kooperatif


Belajar adalah hubungan antara sekelompok siswa yang memerlukan lima
unsur yang saling berkaitan (Johson & Johnson,1994). Lima pilar tersebut
adalah saling ketergantungan positif, akuntabilitas individu, kemampuan
interpersonal, interaksi tatap muka yang promotif, dan mengolah rasa
keingintahuan. Kelima elemen tersebut membentuk “lima pilar” pembelajaran
kooeperatif dan digunakan sebagai dasar praktik di kelas (Johson & Johnson,
1994). Dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya seperti metode
instruksi, metode pembelajaran kooeperatif lebih memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Mamfaat yang didapat meliputi
mamfaat akademis dan mamfaat emosional (New Horizons, 2008).

38
BAB 7
PLAN OF ACTION

7.1 Health Problem dan Goal


Untuk merencanakan kegiatan intervensi di Desa Talok, Desa Kemulan
dan Desa Sanankerto maka ditentukan permasalahan utama sebagai berikut:
Health Problem Goal
Angka kejadian anemia di Puskesmas Menurunkan angka kejadian anemia
Turen sebanyak 72 orang dari 201 ibu sebesar 20% dari total ibu hamil yang
hamil yang datang ke Puskesmas memeriksakan diri ke Puskesmas Turen
Turen dalam kurun waktu Maret hingga dalam kurun waktu 1 tahun.
Oktober 2015.

7.2 Faktor Risiko dan Objektif


Faktor-faktor risiko yang menyebabkan munculnya masalah utama di
Desa Talok, Desa Kemulan dan Desa Sanankerto ditentukan dan ditunjukkan
pada tabel di bawah ini
Faktor Faktor Risiko Objektif
Manusia Kurangnya pengetahuan Memberikan pengetahuan dan
ibu hamil terhadap informasi mengenai anemia
manfaat tablet tambah defisiensi besi pada ibu hamil
darah. serta tablet tambah darah kepada
kader sehingga dapat diteruskan
kepada ibu hamil.

Kurangnya pemberdayaan Memberikan pelatihan


kader yang efekif tentang kepada kader untuk mendampingi
tablet tambah darah. ibu hamil dalam mengonsumsi
tablet tambah darah.

7.3 Contributing Risk Factor


Risk Faktor Contributing Risk Factor
Manusia Predisposing:
Kurangnya  Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dan kader
pengetahuan ibu hamil kesehatan sehingga daya tangkap terhadap kegiatan-
terhadap manfaat kegiatan penyuluhan mengenai anemia defisiensi besi
tablet tambah darah. pada kehamilan masih rendah
 Rendahnya kesadaran ibu hamil dan kader kesehatan
mengenai pentingnya konsumsi tablet tambah darah
selama kehamilan
Enabling:
 Lingkungan keluarga yang menganggap tablet tambah
darah tidak terlalu penting.
Reinforcing:
 Kurangnya media informasi kepada ibu hamil dan kader

39
Manusia Predisposing:
Kurangnya  Rendahnya pengetahuan kader tentang pentingnya
pemberdayaan kader tablet tambah darah.
yang efekif tentang Enabling:
tablet tambah darah.  Program pendampingan kader baru berjalan 2 bulan
 Sosialisasi kepada kader mengenai tablet tambah
darah yang tidak pernah dilakukan.
Reinforcing:
 Tidak adanya sosialisasi kepada ibu hamil sebelum
dilaksanakannya program pendampingan kader
 Tidak bisa menuntut kader terlalu keras dalam program
pendampingan kader karena pekerjaan kader adalah
pekerjaan sosial yang tidak dibayar

7.4 Kelompok Sasaran


Target Group
Primer Kader kesehatan dan ibu hamil di Desa Talok, Desa Kemulan dan Desa
Sanankerto
Sekunder Perangkat Desa Talok, Desa Kemulan dan Desa Sanankerto
Tersier Tenaga kesehatan dan Kepala Puskesmas Turen

7.5 Metode
Untuk mencapai tujuan yang kami harapkan, kami menyusun rangkaian
acara yang berjudul ANEMIA BUMIL (Aksi meNEkan aneMIA pada IBU haMIL)
yang terdiri dari:
1. “TAMBAH DARAH Turen”(Turunkan AneMia pada IBu Hamil paDA
daeRAH Turen )
Program pembinaan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan diskusi dengan
metode kolaboratif-kooperatif kepada kader di Desa Sanankerto, Desa Talok,
dan Desa Kemulan selama masing-masing 1 hari. Kader yang datang akan
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil kemudian diberi skenario tentang
pengetahuan mengenai tablet tambah darah dan anemia pada ibu hamil. Setiap
kelompok diminta untuk mendiskusikan mengenai fungsi tablet tambah darah,
cara meminumnya, dan dampak yang dapat terjadi pada ibu hamil yang anemia.
Hasil diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan seluruh peserta
kemudian akan diadakan pemberian materi oleh dokter muda FKUB untuk

40
mengklarifikasi hasil diskusi. Selain itu juga akan diberi penyuluhan mengenai
pentingnya tablet tambah darah pada ibu hamil. Di akhir acara, kader akan
diberikan buku pintar sebagai media belajar kader dan poster sebagai media
edukasi pada ibu hamil.
Tujuan : - Meningkatkan pengetahuan kader mengenai pentingnya
mengonsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil.
- Kader dapat memberikan edukasi secara mandiri kepada
ibu hamil saat pendampingan
Pelaksanaan: Balai Desa Desa Sanankerto, Desa Talok, dan Desa
Kemulan
Sasaran : Kader kesehatan Desa Sanankerto, Desa Talok, dan Desa
Kemulan
Metode : Diskusi
Indikator : a. Process
- Kehadiran kader 15-20 orang
- Peserta merasa puas terhadap metode, materi pelatihan,
dan pelaksaan program diukur menggunakan kuesioner
kepuasan (terlampir) dan antusias selama acara
b. Impact
- Peningkatan hasil post-test minimal sebesar 20% dari
pre-test
- 80% peserta dengan hasil post-test minimal 70
c. Outcome
Kader dapat meneruskan informasi kepada ibu hamil
melalui program KURANG DARAH.

2. “KURANG DARAH Turen”(Kader tURunkan Anemia paDA daeRAH


Turen)

Pada program ini kader diminta untuk memberikan edukasi pada ibu
hamil saat mendampingi mereka kunjungan ke posyandu. Materi yang diberikan
sama seperti pada program TAMBAH DARAH, antara lain mengenai apa
manfaat dari tablet tambah darah, tentang anemia, dan dampak anemia pada ibu
hamil baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Kader dapat menggunakan

41
media yang telah diberikan sebelumnya untuk melakukan penyuluhan atau
konseling pada ibu hamil yang mereka dampingi.

Tujuan : - Evaluasi program TAMBAH DARAH mengenai


pemahaman kader tentang pengetahuan tentang
pentingnya tablet tambah darah, cara meminum tablet
tambah darah yang baik, dan dapat menjelaskan dampak
anemia pada ibu hamil.
- Kader dapat memberikan edukasi secara mandiri kepada
ibu hamil saat pendampingan.
Pelaksanaan: Posyandu Desa Sanankerto, Desa Talok, dan Desa
Kemulan.
Sasaran : Kader kesehatan dan ibu hamil di Desa Sanankerto, Desa
Talok, dan Desa Kemulan
Metode : Penyuluhan/ konseling
Indikator : a. Process
- Pamflet yang telah diberikan digunakan sebagai media
edukasi oleh 100% kader
- Kader berani dan bersedia memberikan edukasi pada ibu
hamil di posyandu

b. Impact
80 % kader memiliki skor minimal 50 dalam memberikan
penyuluhan/ edukasi melalui form penilaian kemampuan
menyuluh (terlampir)
c. Outcome
- Peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan ibu hamil
terhadap tanda bahaya kehamilan dan nifas
- Angka kunjungan antenatal di posyandu meningkat.

42
BAB 8
EVALUASI HEALTH PROMOTION ACTION

8.1 Evaluasi Kegiatan “TAMBAH DARAH TUREN: Turunkan Anemia Ibu


Hamil pada Daerah Turen”
Tabel 8.1 Evaluasi Kegiatan TAMBAH DARAH TUREN

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan


PROCESS:
1. Kehadiran kader 15-20 Kehadiran kader di Desa Kemulan
orang sebesar 19 orang, di Desa
Sanankerto sebesar 20 orang dan
di Desa Talok sebesar 20 orang
2. Peserta merasa puas Peserta di Desa Kemulan,
terhadap metode, materi Sanankerto dan Talok merasa
pelatihan, dan pelaksaan puas terhadap metode, materi, dan
program diukur pelaksanaan program. Antusiasme
menggunakan kuesioner kader di Desa Kemulan dan
kepuasan (terlampir) dan Sanankerto juga baik namun di
antusias selama acara Desa Talok antusiasme kader
masih kurang
IMPACT:
1. 80% peserta dengan hasil Kader yang mendapatkan hasil
post-test minimal 70, atau post-test minimal 70 atau terdapat
2. Peningkatan hasil post-test peningkatan hasil post-test minimal
minimal 20% dari pre-test 20% dari pre-test di Desa Kemulan
sebesar 83%, sedangkan di Desa
Sanankerto sebesar 100%, dan di
Desa Talok sebesar 94%
OUTCOME:
Kader dapat meneruskan Kader di Desa Kemulan,
informasi kepada ibu hamil melalui Sanankerto, dan Talok bersedia
program KURANG DARAH. untuk memberikan pendampingan
anemia kepada ibu hamil.

8.1.1 Evaluasi Process


Dari 15-20 kader yang ditargetkan hadir dalam acara “TAMBAH DARAH
TUREN”, di Desa Kemulan terdapat 19 kader yang hadir, Desa Sanankerto
terdapat 20 kader yang hadir, dan di Desa Talok terdapat 20 kader yang hadir.
Acara berjalan sesuai dengan yang direncanakan, namun mundur sekitar
45 menit dikarenakan terdapat beberapa kader yang datang terlambat. Susunan
acara terdiri dari diskusi yang dibagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing
kelompok diarahkan oleh 1 dokter muda. Setelah diskusi masing-masing kader
perwakilan dari kelompok akan membacakan hasil diskusinya, sedangkan

43
kelompok lain menanggapi. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi
klarifikasi oleh dokter muda. Pada saat acara berlangsung, seluruh kader di Desa
Kemulan dan Sanankerto antusias mengikuti diskusi skenario yang telah
dipersiapkan. Tidak ada kelompok kader di kedua desa yang malas mengikuti
diskusi. Namun, dari hasil observasi, antusiasme kader di Desa Talok masih
kurang. Hal ini dilihat dari kurang aktifnya kader saat diskusi kelompok maupun
saat membacakan hasil diskusi. Namun saat penyampaian materi klarifikasi,
kader di setiap desa aktif merespon pertanyaan dan juga dapat memberikan
timbal balik jawaban terhadap materi yang diberikan. Selain itu, semua sarana
prasarana kegiatan yang dibutuhkan juga tersedia, termasuk kursi, meja, layar
proyektor, dan sound system.

8.1.2 Evaluasi Impact


Dari hasil observasi tampak bahwa para kader di ketiga desa menyimak
dengan baik informasi yang disampaikan oleh dokter muda pada saat
penyampaian materi klarifikasi. Terdapat beberapa kendala yang ditemui saat
pelaksanaan acara di Desa Talok yaitu terdapat satu orang kader yang terlambat
datang sehingga tidak mengikuti pre-test dan juga terdapat satu orang kader
yang pulang sebelum acara selesai dikarenakan ada kegiatan lain sehingga tidak
dapat mengikuti post-test. Namun hal ini tidak mengganggu jalannya acara.
Selain itu, saat tanya jawab kader aktif untuk bertanya. Beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh kader di ketiga desa antara lain:
1. Apakah ibu hamil harus minum tablet tambah darah?
2. Bagaimana cara agar ibu hamil mau minum tablet tambah darah karena
seringkali menyebabkan mual dan muntah?
3. Apa boleh tablet tambah darah diganti dengan sangobion?
Dari kuesioner kepuasaan yang diisi oleh kader di Desa Kemulan,
Sanankerto, dan Talok ada beberapa saran yang diberikan terkait metode,
materi, dan pelaksanaan kegiatan antara lain:
1. Metode pelatihan kolaboratif dan kooperatif ini mudah untuk dipahami oleh
kader
 “Karena metode seperti ini sangat mudah diterima oleh ibu-ibu kader yang
rata-rata sudah berumur”

44
 “Mungkin dengan berdiskusi dan tanya jawab seperti ini lebih baik daripada
kita serius dengan materi yang disampaikan dan akan lebih mengena
informasinya”
2. Kader ingin agar jumlah peserta yang ikut acara ini diperbanyak
 “Peserta ditambah sehingga argumen akan lebih banyak”
 “Saya ingin diadakannya lagi kalau bisa bumilnya juga ikut”
3. Materi pelatihan ditambah untuk memperluas pengetahuan kader
 “Materi diperbanyak dengan kasus / materi yang lain untuk menambah
pengetahuan”
 “Materi kalau bisa ditambah lagi biar lebih mengerti tentang anemia”
 “Lebih spesifik dengan dampak dan pencegahan serta penyuluhan yang
dapat diberikan kader pada bumil”
4. Materi yang disampaikan mudah diterima dan dimengerti oleh kader
 “Materinya pun mudah diterima dan disampaikan ke masyarakat”
 “Santai, mudah dipahami, dan penjelasannya juga”
 “Materinya sudah cukup jelas, mungkin dengan sering melaksanakan
diskusi sepertiiniakan menambah banyak ilmu bagi ibu kader posyandu”
5. Kader menginginkan acara seperti ini bisa dilaksanakan lagi ditempat-
tempat lain
 “Diadakan di tiap posyandu agar lebih dekat dengan para ibu hamil dan
para kader posyandu”
 “Mudah-mudahan ibu kader bisa mendampingi ibu hamil lebih tepat melalui
acara seperti ini”
 “Kami ingin agar pelatihan ini suatu saat diulangi lagi karna aku sangat suka
dengan sarananya”
6. Sarana dan prasarananya lebih ditingkatkan lagi
 “Alat tulis tidak disertai note book”
 “Pelaksanaannya dilakukan lebih nyaman dan lebih humoris”

8.1.3 Masalah yang Terjadi Selama Pelaksanaan


 Kader yang datang ke acara ada yang terlambat dikarenakan beberapa
kader masih mengurus dan mengantar anaknya ke sekolah,
 Mulainya acara mundur karena menunggu kader yang datang terlambat,
 Kader yang pulang sebelum acara selesai karena alas an pribadi, sehingga
kader tidak bisa mengikuti rangkaian acara seluruhnya,

45
 Terdapat 2 kader di Desa Kemulan yang kesulitan baca tulis, karena faktor
usia.

8.2 Evaluasi Kegiatan “KURANG DARAH TUREN: Kader Turunkan Anemia


pada Daerah Turen”
Tabel 8.2 Evaluasi Kegiatan KURANG DARAH TUREN

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

PROSES

1. Kader yang kita pilih bersedia Kader yang bersedia memberikan


mengikuti acara “KURANG penyuluhan di Desa Kemulan adalah 2
DARAH TUREN” kader, Desa Sanankerto 2 kader, dan
Desa Talok sebanyak 2 kader.

2. Lembar balik yang telah diberikan Semua kader di Desa Kemulan, Desa
digunakan sebagai media edukasi Sanankerto, dan Desa Talok
oleh 100% kader menggunakan media lembar balik saat
menjelaskan anemia kepada ibu hamil,
dan di akhir penyuluhan masing-
masing ibu hamil diberikan brosur
yang berisikan tentang materi anemia

3. Kader bersedia mengumpulkan Ibu hamil yang dapat dikumpulkan


dan memberikan edukasi pada ibu oleh kader untuk diberikan
hamil yang didampinginya. penyuluhan tentang anemia di Desa
Kemulan adalah sebanyak 6 orang
ibu hamil, di Desa Sanankerto 4
orang ibu hamil, dan di Desa Talok 5
orang ibu hamil.

IMPACT

1. Kader mampu menyampaikan 7 Semua kader di Desa Kemulan, Desa


dari 8 poin dari daftar tilik penilaian Sanankerto, dan Desa Talok dapat
penyampaian materi menyampaikan minimal 7 poin dari
daftar tilik penilaian penyampaian
materi.

2. Setiap kader perwakilan desa Satu buah media lembar balik dan
yang memiliki buku anemia dan brosur diberikan ke masing-masing
lembar balik dapat memberikan kader di Desa Kemulan, Desa
penyuluhan tentang anemia Sanankerto, dan Desa Talok sebagai
kepada ibu hamil di masing- sarana kader agar dapat menjelaskan
masing desa. Materi penyuluhan anemia kepada ibu hamil.
dapat tersampaikan secara efektif.

3. Peningkatan pengetahuan dan Terdapat 83,3% peningkatan hasil


kewaspadaan ibu hamil terhadap post-test sebesar 20% dari pre-test

46
anemia dinilai dari kenaikan nilai pada ibu hamil di Desa Kemulan,
post-test minimal 20% dari pre-test 100% di Desa Sanankerto, dan 80% di
atau nilai minimal 70 Desa Talok.

OUTCOME
1. Angka kunjungan ibu hamil untuk Belum dapat dievaluasi
pemeriksaan darah di Puskesmas
Turen meningkat

8.2.1 Evaluasi Process


Dari 2 kader yang dipilih di masing-masing desa. Kader di setiap
desa diharuskan mengajak minimal 1 ibu hamil yang didampingi untuk
diberikan penyuluhan atau edukasi tentang materi “Anemia pada Ibu
Hamil” dan tablet tambah darah. Saat acara ternyata masing-masing
kader dapat mengajak ibu hamil di daerahnya lebih dari satu orang.
Penyuluhan dilakukan di rumah ibu hamil. Sebelum dilakukan
penyuluhan, dilakukan pretest kepada ibu hamil untuk mengetahui
pengetahuan ibu hamil. Penyuluhan dilakukan langsung oleh kader
kepada ibu hamil dengan menggunakan media lembar balik yang sudah
disediakan. Ketika kader melakukan penyuluhan, juga dilakukan penilaian
melalui daftar tilik apakah kader dapat menyampaikan semua poin dari
materi.
Setelah penyuluhan diadakan sesi tanya jawab dari ibu hamil.
Pertanyaan yang dapat dijawab oleh kader akan langsung dijawab,
sedangkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh kader akan
dijelaskan oleh dokter muda. Ibu hamil sangat aktif untuk bertanya,
meskipun pertanyaan yang diajukan kadang tidak sesuai dengan materi
anemia, melainkan tentang kehamilannya. Post-test dilakukan di akhir
acara untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu hamil akan materi yang
telah diberikan. Seluruh acara dapat berjalan lancar 100%. Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan juga tersedia.
8.2.2 Evaluasi Impact
100% kader di seluruh desa dapat menyampaikan minimal 7 poin
penting dari 8 poin yang seharusnya disampaikan dengan bantuan
lembar balik yang sudah diberikan. Tetapi kemampuan kader untuk

47
berkomunikasi dengan ibu hamil bervariasi, sehingga beberapa poin tidak
dapat tersampaikan secara sempurna.
Dari evaluasi kepada ibu hamil, di Desa Kemulan terdapat 6 ibu
hamil yang mengikuti penyuluhan. 83,3% ibu hamil mengalami
peningkatan nilai post-test sebesar 20% atau nilai post-test lebih dari 70.
Desa Sanankerto terdapat 4 ibu hamil yang mengikuti penyuluhan.
100% ibu hamil mengalami peningkatan nilai post-test sebesar 20% atau
nilai post-test lebih dari 70.
Desa Talok terdapat 5 ibu hamil yang mengikuti penyuluhan. 80%
ibu hamil mengalami peningkatan nilai post-test sebesar 20% atau nilai
post-test lebih dari 70.

8.2.3 Masalah yang terjadi Selama Pelaksanaan


Masalah yang terjadi selama acara KURANG DARAH adalah;
 Kader kurang bisa memanfaatkan dengan baik lembar balik yang
sudah disediakan.
 Tidak adanya keluarga di rumah yang mendampingi ibu hamil
sehingga pesan untuk keluarga agar berperan dalam meminum tablet
tambah darah tidak tersampaikan.

48
BAB 9
PEMBAHASAN

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell


mass) dan/atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (Bakta
IM,2007). Salah bentuk anemia yang sering dijumpai adalah anemia defisiensi
besi, termasuk kaitannya dengan kehamilan. Anemia dengan defisiensi besi
pada kehamilan adalah masalah yang sering dihadapi oleh ibu hamil di seluruh
dunia. Menurut data dari WHO, anemia pada ibu hamil yakni anemia defisiensi
besi dialami oleh 52% ibu hamil di seluruh dunia (WHO,2007). Masalah tersebut
juga dialami oleh ibu hamil di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal
tersebut dibuktikan dengan angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sejumlah
37.1%. Data ini menunjukkan bahwa kesehatan ibu hamil masih perlu
ditingkatkan lagi. Dilihat dari data persebarannya, daerah pedesaan memiliki
prevalensi anemia pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
perkotaan yakni sejumlah 37.8% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Turen yakni
data ibu hamil yang memeriksakan darah lengkap (kadar hemoglobin) periode
Maret-Oktober 2015 diperoleh bahwa 72 orang dari 201 orang ibu hamil
dinyatakan anemia yakni kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL sebagai
indikator. Hal tersebut menunjukkan tingginya angka prevalensi anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Turen. Data prevalensi tersebut menunjukkan
diperlukannya intervensi untuk menurunkan angka anemia pada ibu hamil selain
adanya program pemberian tablet tambah darah dari pemerintah sejak bulan
November 2014. Pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kendala
khususnya dari ibu hamil itu sendiri, kader maupun petugas kesehatan. Oleh
karena itu, kelompok kami mengambil permasalahan tingginya prevalensi anemia
pada ibu hamil di Kecamatan Turen sebagai diagnosa komunitas dan intervensi
berupa “Anemia Bumil” (Aksi Menekan Anemia pada Ibu Hamil).
Program Anemia Bumil adalah program kesehatan yang memiliki tujuan
untuk menurunkan angka anemia pada ibu hamil sebanyak 20% dalam 1 tahun.
Program ini terdiri dari dua acara, antara lain :

49
1. TAMBAH DARAH Turen (Turunkan AneMia pada IBu Hamil paDA
daeRAH Turen)
Acara ini adalah acara pelatihan kader pendampingan ibu hamil dengan
metode kolaboratif dan kooperatif bertujuan untuk mengedukasi kader
dan meningkatkan kemampuan penyuluhan sehingga kader siap
mendampingi ibu hamil guna menurunkan angka anemia pada ibu hamil
2. KURANG DARAH Turen (Kader tURunkan Anemia paDA daeRAH
Turen)
Acara pendampingan ibu hamil oleh kader untuk mengedukasi ibu hamil
tentang anemia saat kehamilan dan sosialisasi tablet tambah darah
untuk pencegahan anemia ibu hamil.
TAMBAH DARAH Turen dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 16-18
November 2015. Jam pelaksanaan dipilih jam 08.00 pagi. Tidak ada kendala
dalam pelaksanaan koordinasi peminjaman balai desa antara dokter muda
dengan kepala desa, pengurus puskesmas, bidan desa, dan perangkat desa.
Acara ini mendapat sambutan dan antusiasme yang baik dari perangkat desa
Kemulan, Sanankerto dan Talok.
Pada hari Senin, dilaksanakan acara TAMBAH DARAH Turen di Balai desa
Kemulan. Acara dimulai pukul 08.45 pagi dihadiri oleh 19 orang kader. Kegiatan
ini sedikit terlambat dari target waktu yakni pukul 08.00. Hal ini dikarenakan pada
jam 08.00 jumlah kader yang datang belum setengah dari jumlah kader yang
diundang. Jumlah kader yang hadir mencapai target yaitu 19 orang. Acara
diawali dengan pendaftaran, pembagian konsumsi serta pin, pembukaan, doa,
dan pretest. Setelah pretest, selanjutnya kader dibagi dalam 4 kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 kader. Setelah itu masing-masing
kelompok didampingi oleh 1 dokter muda, memulai diskusi kolaboratif kooperatif
dengan 2 soal cerita. Soal cerita pertama menceritakan tentang seorang suami
yang melarang istrinya untuk periksa kehamilan di tenaga kesehatan. Cerita
kedua menceritakan banyaknya mitos orang tua yang menyatakan bahwa tablet
tambah darah tidak memiliki manfaat untuk kehamilan. Pada saat diskusi seluruh
kader mengikuti acara diskusi dengan serius. Setelah diskusi selesai dan ditutup
oleh masing-masing dokter muda, kader mengikuti klarifikasi oleh narasumber
dokter muda yang menjelaskan anemia ibu hamil secara keseluruhan. Ada 2
peserta yang bertanya, kemudian pertanyaan tersebut didiskusikan bersama

50
oleh seluruh kader. Acara selanjutnya dilanjutkan dengan posttest oleh kader
untuk menilai pemahaman kader. Dokter muda juga membagikan buku anemia
yang mengandung penjelasan dan materi anemia ibu hamil. Acara ditutup
dengan foto bersama dan pembagian sertifikat oleh dokter muda.
Hari berikutnya dilaksanakan acara TAMBAH DARAH Turen di Balai desa
Sanankerto. Acara dimulai pukul 08.30 pagi dihadiri oleh 19 orang kader.
Kegiatan ini sedikit terlambat dari target waktu yakni pukul 08.00. Hal ini
dikarenakan balai desa baru selesai dipersiapkan jam 08.15. Jumlah kader yang
hadir mencapai target yaitu 20 orang. Acara diawali dengan pendaftaran,
pembagian konsumsi serta pin, pembukaan, doa, dan pretest. Setelah pretest,
selanjutnya kader dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5 kader. Setelah itu masing-masing kelompok didampingi oleh 1
dokter muda, memulai diskusi kolaboratif kooperatif dengan 2 soal cerita. Soal
cerita ini sama dengan soal cerita di desa Kemulan. Pada saat diskusi seluruh
kader mengikuti acara diskusi dengan serius. Setelah diskusi selesai dan ditutup
oleh masing-masing dokter muda, kader mengikuti klarifikasi oleh narasumber
dokter muda yang menjelaskan anemia ibu hamil secara keseluruhan. Ada 1
peserta yang bertanya dan pertanyaan tersebut dijelaskan dengan baik oleh
dokter muda. Dokter muda juga membagikan buku anemia yang mengandung
penjelasan dan materi anemia ibu hamil. Acara selanjutnya dilanjutkan dengan
posttest oleh kader untuk menilai pemahaman kader. Acara ditutup dengan foto
bersama dan pembagian sertifikat oleh dokter muda.
Rabu, 18 November 2015 dilaksanakan acara TAMBAH DARAH Turen di
Balai desa Talok. Acara dimulai pukul 08.45 pagi dihadiri oleh 20 orang kader.
Kegiatan ini sedikit terlambat dari target waktu yakni pukul 08.00. Hal ini
dikarenakan pada jam 08.00 jumlah kader yang datang belum setengah dari
kader yang diundang. Selain itu ada 1 kader yang tidak dapat mengikuti acara
sampai selesai dikarenakan ada urusan lain. Acara diawali dengan pendaftaran,
pembagian konsumsi serta pin, pembukaan, doa, dan pretest. Setelah pretest,
selanjutnya kader dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5 kader. Setelah itu masing-masing kelompok didampingi oleh 1
dokter muda, memulai diskusi kolaboratif kooperatif dengan 2 soal cerita. Soal
cerita ini sama dengan soal cerita di kedua desa sebelumnya. Pada saat diskusi
seluruh kader mengikuti acara diskusi dengan serius. Setelah diskusi selesai dan

51
ditutup oleh masing-masing dokter muda, kader mengikuti klarifikasi oleh
narasumber dokter muda yang menjelaskan anemia ibu hamil secara
keseluruhan. Pada saat klarifikasi, kader aktif menjawab dan memperhatikan
penjelasan narasumber. Ada 1 kader yang bertanya dan pertanyaan dijawab
langsung oleh narasumber. Dokter muda juga membagikan buku anemia yang
mengandung penjelasan dan materi anemia ibu hamil. Acara selanjutnya
dilanjutkan dengan posttest oleh kader untuk menilai pemahaman kader. Acara
ditutup dengan foto bersama dan pembagian sertifikat oleh dokter muda.
Dibandingkan dengan kedua desa lainnya, antusiasme di desa Talok masih
kurang dalam mengikuti acara ini. Kurangnya antusiasme dapat dipengaruhi
banyak faktor. Faktor tersebut antara lain tingkat pendidikan yang tinggi yang
menyebabkan kurangnya kepercayaan kepada perangkat puskesmas,
pandangan di desa yang lebih mempercayai dokter spesialis kandungan di desa
tersebut, dan banyaknya penduduk pendatang di desa Talok. Kader di desa
Kemulan memiliki antusiasme yang paling baik. Hal ini dapat dilihat dari respons
para kader yang menghadiri acara. Setiap kader yang melakukan diskusi juga
berperan aktif dalam menjawab. Padahal di desa Kemulan memiliki 2 kader yang
memiliki kendala yaitu tidak dapat membaca dan menulis. Meskipun memiliki
keterbatasan tersebut, kedua ibu kader ini masih antusias menjawab dan
mengikuti diskusi dengan serius. Kader desa Sanankerto juga tampak antusias.
Hal ini dikarenakan hubungan bidan desa dan kader yang sangat baik sehingga
kader sangat mempercayai perkataan dari bidan desa setempat.
Pada akhir acara TAMBAH DARAH Turen juga telah diberitahukan pada
kader setiap desa jika akan ada acara lanjutan yaitu KURANG DARAH Turen.
Acara ini akan mengajak kader untuk menerangkan pada ibu hamil yang
didampingi tentang materi anemia seperti yang sudah dijelaskan ke kader saat
acara TAMBAH DARAH Turen. Kader setiap desa memiliki antusiasme yang
besar menyambut acara KURANG DARAH Turen.
KURANG DARAH Turen dilaksanakan tepat 1 minggu setelah acara
TAMBAH DARAH Turen selesai. Kader yang terpilih setiap desa berjumlah 2
orang yang akan mendatangi rumah ibu hamil untuk melakukan edukasi tentang
anemia ibu hamil dan tablet tambah darah. Kader yang dipilih langsung bersedia
untuk mengikuti acara ini.

52
Pada hari Senin, 23 November 2015, acara KURANG DARAH Turen di
desa Kemulan dilaksanakan dengan 2 kader yaitu Ibu Andini dan Ibu Lianah.
Kedua ibu kader ini bersedia mendatangi rumah ibu hamil yang didampinginya
dan melakukan edukasi ke ibu hamil tersebut dengan baik. Total ibu hamil yang
diedukasi sejumlah 6 orang. Ibu Andini memiliki kemampuan komunikasi yang
lebih baik dibandingkan dengan ibu Lianah. Hal ini tampak dari cara
penyampaian ibu Andini yang lebih luwes dan komunikatif terhadap ibu hamil
yang didampinginya. Ibu Andini juga lebih baik dalam menggunakan media
lembar balik dibandingkan ibu Lianah yang hanya membacakan lembar balik
tersebut. Acara KURANG DARAH Turen di desa Kemulan berjalan dengan
sangat efektif dikarenakan mendapat bantuan dari asisten bidan yaitu ibu Agis.
Ibu Agis membantu dokter muda mengumpulkan data kader serta juga
membantu mobilisasi dokter muda selama acara sehingga acara ini dapat
berjalan dengan sukses.
Hari Selasa, 24 November 2015, acara KURANG DARAH Turen di desa
Sanankerto dilaksanakan dengan 2 kader yaitu Ibu Suhartatik dan Ibu Nur
Kholis. Kedua ibu kader ini bersedia mendatangi rumah ibu hamil yang
didampinginya dan melakukan edukasi ke ibu hamil tersebut dengan baik. Total
ibu hamil yang diedukasi sejumlah 4 orang. Ibu Suhartatik lebih baik dalam
penyampaian materi dan tampak lebih memahami materi yang diberikan. Ibu
Suhartatik juga terlihat lebih percaya diri dibandingkan dengan ibu Nur Kholis.
Hubungan yang dekat antara kader ibu Suhartatik dengan ibu hamil yang
didampingi menjadi faktor yang penting sehingga ibu hamil terlihat
memperhatikan saat ibu Suhartatik menjelaskan materi.
Pada hari Rabu, 25 November 2015, acara KURANG DARAH Turen di
desa Talok dilaksanakan dengan 2 kader yaitu Ibu Nurul dan Ibu Srie Rahayu.
Kedua ibu kader ini bersedia mendatangi rumah ibu hamil yang didampinginya
dan melakukan edukasi ke ibu hamil tersebut dengan baik. Total ibu hamil yang
diedukasi sejumlah 5 orang. Pada desa ini, Ibu Srie Rahayu tampak lebih
menguasai materi dibandingkan dengan ibu Nurul. Ibu Srie Rahayu juga sudah
membuat rangkuman di kertas kecil sehingga ibu Srie Rahayu sudah benar-
benar memahami materi yang akan dibawakan. Ibu Srie Rahayu juga lebih
percaya diri dan komunikatif dalam membawakan materi sehingga ibu hamil yang
didampingi juga tampak sangat memahami materi yang telah disampaikan.

53
Pada acara KURANG DARAH Turen ini setiap kader desa yang dipilih
sangat antusias dalam melakukan penyuluhan. Namun ada perbedaan
kemampuan penyuluhan dari setiap kader yang membedakan hasil setiap
pemahaman ibu hamil yang didampingi. Banyak faktor yang mempengaruhi
kemampuan kader dalam melakukan penyuluhan ke ibu hamil. Hal ini antara lain
kesiapan kader dalam memahami materi yang akan diberikan, kemampuan
komunikasi kader dalam melakukan penyuluhan, hubungan kader dengan ibu
hamil yang didampingi serta niat kader untuk mendampingi ibu hamil selama
program pendampingan berlangsung.

54
BAB 10
PENUTUP

10.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan skala prioritas yang kami lakukan, masalah kesehatan
yang menjadi prioritas dalam diagnosa komunitas di Puskesmas Turen
adalah adanya kasus anemia pada ibu hamil sejumlah 72 kasus dari
total 201 ibu hamil yang periksa di Puskesmas Turen pada bulan Maret
– Oktober 2015.
2. Dari data primer kami dapatkan kurangnya pengetahuan ibu hamil
mengenai anemia dan pentingnya tablet tambah darah saat kehamilan.
Kesadaran ibu hamil dalam melakukan permeriksaan darah di
Puskesmas Turen rendah sehingga seringkali anemia tidak dapat
terdeteksi sejak dini. Selain itu kebanyakan ibu hamil juga tidak rutin
meminum tablet tambah darah dikarenakan males, lupa, ataupun
karena efek sampingnya yang tidak enak, sehingga ibu hamil beresiko
lebih besar menderita anemia.
3. Dari data primer kami dapatkan juga fakta yakni kurangnya
pengetahuan kader mengenai anemia dan pentingnya tablet tambah
darah, dikarenakan sosialisasi dari puskesmas yang dirasa masih
kurang.
4. Telah dilakukan intervensi berupa Program “ANEMIA BUMIL” yang
terdiri dari acara “TAMBAH DARAH TUREN” dan “KURANG DARAH
TUREN”. Acara “TAMBAH DARAH TUREN” mencakup pelatihan kader
dengan metode pelatihan kolaboratif dan kooperatif, dan pemberian
buku anemia, pin, sertifikat, konsumsi dan bolpoin untuk setiap kader di
Desa Kemulan, Sanankerto dan Talok. Pada acara “KURANG DARAH
TUREN”, masing-masing kader yang bersedia dari ketiga desa
memberikan edukasi kepada ibu hamil yang mereka dampingi. Kader
menggunakan media lembar balik saat penyuluhan dan diakhir
penyuluhan kader membagikan brosur tentang anemia kepada ibu
hamil.
5. Secara umum program “ANEMIA BUMIL” ini telah berhasil mencapai
indikator keberhasilan.

55
10.2 Saran
1. Perlu diadakan program penyegaran kader tentang materi yang
berkaitan dengan ibu hamil
2. Mempertahankan program pendampingan kader kepada ibu hamil dan
kader dapat bekerja sama dengan keluarga agar ibu hamil rutin minum
tablet tambah darah dan melakukan pemeriksaan darah di Puskesmas
Turen
3. Penyegaran tentang anemia dilanjutkan ke desa-desa lain di
Kecamatan Turen agar angka capaian penurunan anemia pada ibu
hamil di Kecamatan Turen dapat berhasil.

56

Anda mungkin juga menyukai