Disusun Oleh:
R. Caesar R. P. W.
G4A013001
G4A013015
Pembimbing;
Dr. Madya Ardi Wicaksana, M.Si
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DI DESA TUNJUNG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS
Disusun Oleh:
R. CAESAR R. P. W.
G4A013001
SELLY MARCHELLA P
G4A013015
Preseptor Fakultas
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya
kesehatan untuk jenjang tingkat pertama, sebagai unit pelaksana teknis
dinas
kesehatan
kabupaten/
kota
yang
bertanggung
jawab
pembangunan
kesehatan
yang
diselenggarakan
oleh
dan
keterjangkauan
pelayanan
kesehatan
yang
khasanah
ilmu
pengetahuan
di
bidang
kesehatan
lingkungan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan untuk tindakan preventif atau pencegahan terhadap
kejadian demam berdarah.
3. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman kepada
masyarakat tentang demam berdarah.
II.
ANALISIS SITUASI
I. GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten
Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada
ketinggian 25-75 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.650
mm/tahun dengan batas wilayah sebagai berikut :
-Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati
-Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon
-Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap
-Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo
Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 32 dusun, 56 RW dan 351 RT.
Desa terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km 2 dan desa tersempit adalah
Margasana dengan luas 1,83 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa
Gunungwetan adalah desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota
Jatilawang dan desa Tunjung merupakan desa terdekat dengan jarak 0,15
km.
Sebagian besar tanah pada Kecamatan Jatilawang dimanfaatkan sebagai
tanah sawah dengan rincian:
- Tanah sawah
: 1.637 Ha
- Tanah pekarangan
: 591.02 Ha
- Tanah kebun
: 1.565 Ha
- Kolam
: 9 Ha
- Hutan negara
: 433 Ha
- Perkebunan rakyat
: 227 Ha
B. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di kecamatan Jatilawang sesuai data pada tahun 2013
adalah 64.389 jiwa yang terdiri dari laki-laki 32.209 jiwa (50,02%) dan
perempuan 32.180 jiwa (49,89%) dengan jumlah kepala keluarga (KK)
sebanyak 18.215 KK dan sex ratio sebesar 0,995.
Untuk jumlah penduduk terbanyak yaitu desa Tinggarjaya yaitu sebesar
10.759 jiwa atau sebesar 16,71% dari keseluruhan jumlah penduduk
Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa Margasana merupakan desa
dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2.370 atau hanya sebesar
3,68%.
2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang
dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu
besar. Penduduk terbnayak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu
sebesar 5.778 jiwa atau sebesar 9,91% dan sebagian besar penduduk
berada pada usia produktif, hal ini merupakan aset sumber daya
manusia yang besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Kelompok
umur
04
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
Laki-laki
2.547
2.633
2.974
2.421
1.366
1.542
1.912
2.052
2.120
2.026
1.838
1.757
1.154
Perempuan
2.495
2.519
2.804
2.035
1.452
1.840
2.290
2.341
2.290
2.257
1.886
1.579
1.105
Jumlah
5.042
5.152
5.778
4.456
2.818
3.382
4.004
4.393
4.410
4.283
3.724
3.336
2.259
65 69
70 74
961
981
1.942
690
744
1.434
> 75
904
976
1.880
J U M L A H 28.897
29.396
58.293
Sumber : Jatilawang Dalam Angka Tahun 2013
3. Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2013
sebesar 1.210,40 jiwa/km2. Desa terpadat adalah Desa Tinggarjaya
(1.889,70 jiwa/km2) dan desa Karanglewas merupakan desa dengan
kepadatan penduduk terendah (461,55 jiwa/km2)
C. Sosial Ekonomi Dan Budaya
1. Agama
Sebagian besar masyarakat jatilawang adalah pemeluk agama
islam yaitu sebesar 57.837 orang (99,22%), sisanya adalah pemeluk
agama Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Jatilawang
Tahun 2013
Jumlah
No
Agama
Pemeluk
1
Islam
57.837
2
Katolik
171
3
Protestan
176
4
Budha
9
5
Hindu
0
Sumber : Kecamatan Jatilawang dalam Aangka Tahun 2013
Persentase
%
99,39
0,0029
0,030
0,000154
0
4. Petugas kesehatan
Jumlah tenaga puskesmas Jatilawang pada tahun 2013 berjumlah
56 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.4 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2013
Jenis
No. Tenaga
PNS
PTT
Honor
Daerah
Honor
Puskes
mas
Jml Ket.
1.
Dokter Umum
2 S1
2.
Dokter Gigi
1 S1
3.
Perawat Umum
11
2 SPK,
9 AKPER
4.
Perawat Gigi
DIII
5.
Bidan
10
14
24
DI,
16
DIII, 2 DIV
6.
Pelaksana Farmasi
DIII
7.
Pelaksana Gizi
DIII
8.
Pelaksana Kesling
SPPH
9.
Pelaksana Promkes
SKM
10 Pranata
SMA
11
1 S2, 2 SMA
12 TU
1 S1, 1 SMA
13 Bendahara
1 S1, 3 SMA
Laboratorium
Tenaga
14 lain
kesehatan
1 SD
-
Cleaning Service
JUMLAH
32
14
Sumber : Profil Puskesmas Jatilawang 2013
10
56
2 SMA
b.
c.
belum memenuhi target SPM dikarenakan sebagian besar para pekerja formal
lebih memilih untuk mencari pertolongan langsung ke Rumah Sakit dari pada
ke Puskesmas.
Persentase balita yang ditimbang sebesar 65,32% dan masih belum
memenuhi SPM 2010 80%. Presentase balita yang berat badannya (N/D)
sebesar 65,5% dan masih belum memenuhi SPM 2010 80%. Kedua hal
tersebut termasuk dalam program pemantauan tumbuh balita. Persentase ibu
hamil yang mendapat tablet Fe 63,34% dan masih belum memenuhi SPM
2010 90%. hal tersebut termasuk dalam program pelayanan gizi.
Presentase kecamatan bebas rawan gizi 54,5% dan hal ini masih jauh
dari target pemenuhan target SPM 2010 yaitu sebesar 80%. Hal tersebut
termasuk
dalam
penyelenggaraan
penyelidikan
epidemiologi
dan
III.
9
10
I.
TB
DB
Jumlah
21
18
6907
0,30%
0,26%
100%
Nilai
3
1
1
1
1
1
Typhoid
Asma
TB
DB
X
X
X
X
1
1
1
1
2. Kriteria B
Kriteria B digunakan untuk menentukan kegawatan masalah. Skor
yang digunakan adalah 1 untuk yang paling ringan sampai skor 5 untuk
masalah yang paling gawat. Dari diskusi kelompok, didapatkan nilai
kriteria B untuk masing-masing masalah kesehatan.
Tabel 3.4. Nilai Kriteria B metode Hanlon Kuantitatif
Masalah Kesehatan
Severity
Tingkat Biaya yang Nilai
Urgensi Dikeluarkan
ISPA
2
2
2
2
Myalgia
1
2
1
1,67
Cephalgia
2
1
1
1,33
Faringitis
1
2
1
1,33
Hipertensi
2
2
1
1,67
Diare
5
5
5
5
Typhoid
3
2
3
2,67
Asma
5
6
2
4,33
TB
2
2
3
2,33
DB
8
6
5
6,3
3. Kriteria C
Kriteria
digunakan
untuk
menilai
kemudahan
dalam
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Hasil
Perkalian
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5. Penetapan nilai
Setelah kriteria kriteria A, B, C dan D didapatkan kemudian nilai
tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A + B) C
Nilai Prioritas Total (NPT)
= (A + B) C x D
Tabel 3.7. Nilai Prioritas Dasar (NPD) dan Nilai Prioritas Total (NPT)
Masalah Kesehatan
A B
C NPD D NPT Prioritas
ISPA
3
2 3,8
30 1
30
4
Myalgia
1 1,67 6 18,69 1 18,69
5
Cephalgia
Faringitis
Hipertensi
Diare
Typhoid
Asma
TB
DB
1
1
1
1
1
1
1
1
1,33
1,33
1,67
5
2,67
4,33
2,33
6,3
7
6
6
8
10
5
7
10
13,98
13,98
13,35
48
18,35
37,31
16,65
73
1
1
1
1
1
1
1
1
13,98
13,98
13,35
48
18,35
37,31
16,65
73
8
9
10
2
6
3
7
1
b.
c.
d.
e.
Morfologi
sehingga
Aedes
aegypti
termasuk
Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval
memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan
polygonal, tidak memiliki alat pelampung dan diletakan satu
persatu pada benda yang terapung atau dinding bagian dalam
tempat penampungan air (TPA) yang berbatas langsung
dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang
dilepas, sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan
15% lainnya jatuh ke permukaan air (Dirjen P2M dan PL
Depkes RI, 2004).
iii.
Larva
Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang
tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana tersusun bilateral dan
simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami 4 kali pergantian kulit. Larva instar I, tubuhnya
sangat kecil, warna trasparan, panjang 1-2 mm, duri-duri pada
dada belum begitu jelas, dan coron pernapasan belum
menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9
mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah
berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur
anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian
kepala, dada dan perut (Gandahusada, 1998).
Dibagian kepala terdapat sepasang mata majemuk,
sepasang antena tanapa duri-duri dan alat-alat mulut tipe
pengunyah. Bagian dada tampak paling besar dan terdapat
bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut
ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan.
Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok,
dengan bagian kepala-dada lebih besar dari pada bagian perut,
sehingga tampak seperti tanda baca koma. Pulpa adalah
bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila
dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar
dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).
v.
Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga
bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala
terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu.
Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap dan
termasuk lebih menyukai manusia, sedangkan nyamuk jantan
bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus
kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan
tumbuhan. Nyamuk betina mempunyai antena tipe-pilose,
sedangkan nyamuk jantan tipe plumose (Dirjen P2M dan PL
Depkes RI, 2004)
Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas; porothorax,
mesothorax, dan metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang
kaki yang terdiri dari femur, tibia, dan tarsus. Pada ruas-ruas
kaki ada gelang-gelang putih, tapi bagian belakang tidak ada
gelang-gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang
sayap tanpa noda hitam. Bagian punggung ada gambaran
garis-garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan
dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti
berupa sepasang lengkung putih pada tepi dan sepasang garis
submedian di tengah (Santoso, 1997)
vi.
Siklus hidup
Telur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu
20-40C akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, temperatur, tempat, keadaan air,
dan kandungan makanan yang ada ditempat perindukan. Pada
kondisi optimal, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu
4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam
waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan telur,
larva, pupa sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 714 hari (Dirjen P2M dan PL Depkes RI, 2004).
vii.
pembuluh
darah
pecah
sehingga
terjadi
untuk
membunuh
nyamuk
dewasa.
Penyemprotan
kesadaran
dan
perilaku
(pengetahuan,
sikap
dan
yang
mempunyai
kesatuan
psikologis,
interaksi
dan
digunakan
adalah
leaflet
yang
merangkum
materi
Host
1. Status gizi
2. Status sosial
ekonomi
3. Pengetahuan
Demam Berdarah
Lingkungan
1. Kepadatan
penduduk
2. Tempat perindukan
Jentik Nyamuk
C. Hipotesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam berdarah antara lain
agen (jentik nyamuk), host (status gizi, status sosial ekonomi,
pengetahuan) dan lingkungan (kepadatan penduduk, tempat perindukan
jentik nyamuk).
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian adalah observasional dengan
pendekatan case control. Pada desain penelitian ini, penelitian dimulai
dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (yang
disebut kasus) dan kelompok tanpa efek (disebut sebagai kontrol),
kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan
mengapa kasus terkena efek sedangkan kontrol tidak (Sastroasmoro, 2002)
B. Ruang Lingkup Kerja
Ruang lingkup kerja dilakukan di Tunjung Wilayah Kerja
Puskesmas Jatilawang, Kabupaten Banyumas.
C. Populasi
dan
Sampel
(Perhitungan
Besar
Sampel,
Teknik
Variabel Terikat
Kejadian demam berdarah
2.
Variabel Bebas
Variabel yang diteliti meliputi agen (jentik nyamuk), host (status gizi,
status sosial ekonomi, pengetahuan) dan lingkungan (kepadatan
penduduk, tempat perindukan jentik nyamuk).
E. Definisi Operasional
1.
2.
Jentik nyamuk
Jentik nyamuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ada
tidaknya jentik nyamuk di rumah responden. Jawaban responden
dikategorikan menjadi dua yaitu ada dan tidak. Skala yang digunakan
adalah nominal.
3.
Status gizi
: 18,5-25 kg/m2
5.
Baik
Buruk
Pengetahuan
Kemampuan pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah untuk
menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang meliputi
definisi, penyebab penyakit, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, gejala
DBD, pencegahan dan peventif terhadap penyakit DBD, termasuk
pengetahuan tentang gerakan 3M (Hayani, 2006). Setiap soal apabila
jawaban benar diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0. Nilai total
maksimal adalah 18 dan nilai minimal adalah 0. Kemudian nilai akan
dikategorikan menjadi:
Baik
:9
Buruk
:<9
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang
mendiami suatu wilayah administratif atau politis tertentu, biasanya
dinyatakan dalam jiwa/Km2. Kepadatan penduduk diperoleh dengan
rumus :
Kepadatan penduduk = jumlah penduduk (jiwa) / luas wilayah (km2)
Jumlah kepadatan di wilayah Puskesmas Jatilawang sebesar 64.389
jiwa/km2. Kategori yang digunakan adalah:
Padat
Tidak padat
frekuensi
untuk
mengetahui
variasinya
serta
besar
proporsi
penyebarannya.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang
terdapat dalam hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah
Chi square sesuai dengan skala dari variabel penelitian.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi logistik. Tujuan analisis multivariat adalah untuk
mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat.
Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 di desa Tunjung
yang menjadi cakupan wilayah kerja Puskesmas Jatilawang. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita yang terkena demam
berdarah dan tidak pernah menderita sakit demam berdarah dengue,
masing-masing sebanyak 6 orang.
Gambaran umum responden dimaksudkan untuk mengetahui dengan
jelas karakteristik dan identitas dari responden penelitian. Jumlah sampel
telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebanyak 12 responden. Dari hasil
penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden berdasarkan
pendapatan yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan
Baik
Buruk
Total
Tabel
6.1.
Frekuensi
20 orang
22 orang
42 orang
menunjukkan
bahwa
Persentase
47.6%
52.4%
100%
sebagian
besar
responden
6.2.
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
6.3.
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
Persentase
16,7%
83,3%
100%
Persentase
31%
69%
100%
b.
Pengaruh
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
bahwa
ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
d.
e.
Pengaruh
Jentik
Nyamuk
Terhadap
Ada
Jentik nyamuk
Tidak ada
Total
X2= 2.785
Total
13
100%
29
100%
42
p= 0,095
nilai
p=
0,095
atau
probabilitas
di
atas
0,05.
Pengaruh
Tempat
Perindukan
Nyamuk
Ada
Tempat
perindukan
Tidak ada
Total
Fisher's Exact Test = 0,004
Demam Berdarah
Dengue
Ya
Tidak
21
14
60.0%
40%
0
0%
21
7
100%
21
Total
35
100%
7
100%
42
4. Analisis Multivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan serta kontribusi
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen apabila
diuji bersamaan. Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi logistik berganda. Pada analisis multivariat digunakan nilai
B untuk menentukan faktor risiko mana yang paling berpengaruh. Makin
tinggi nilai B pada faktor risiko, maka makin percaya bahwa faktor risiko
tersebut merupakan penyebab timbulnya penyakit. Hasil dari analisis
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.10.
Tabel 6.10. Analisis Regresi Logistik Berganda
Suspek TB
Sig.
.
.
.
.001
.
Exp (B)
6.17E
1.000
.
.
.