Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS (CHA)

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT

PUSKESMAS WANGON II

Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas


Wangon II

Disusun Oleh :

Fiqrotul Umam G4A020064

Cindy Lorenza D G4A020098


Deuis Gustiani R G4A020133

Preseptor fakultas : dr. Yudhi Wibowo, M.PH

Preseptor lapangan : dr. Dhini Puspitosari

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021

I. Pendahuluan

A. Latar belakang
Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara, sekaligus
merupakan faktor risiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskuler. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat
baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia (Singh, 2017).
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (Black, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) , hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 1 di dunia dan diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Sumartini, 2019).
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa hipertensi menyerang
22% populasi dunia, dan mencapai 36% kejadiannya di Asia Tenggara. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 telah terjadi peningkatan kejadian
hipertensi. Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018 adalah
34,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh
angka prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia
18 tahun ke atas (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa prevalensi penduduk
di Provinsi Jawa Tengah dengan hipertensi sebesar 37,57 persen. Prevalensi
hipertensi pada perempuan (40,17%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki
(34,83 persen). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (38,11 persen)
dibandingkan dengan perdesaan (37,01 persen).
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali
lebih besar terkena Congestive Heart Failure, dan 3 kali lebih besar terkena
serangan jantung (Rahajeng et al., 2019). Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke (15,4 %) dan tuberkulosis (7,5 %), yakni
mencapai 6,8 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes
RI, 2018). Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
yang adekuat pada penderita hipertensi.
Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur. Penyakit
Hipertensi di provinsi jawa tengah masih menempati proporsi terbesar dari
seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dilaporkan, yaitu sebesar 68,6
persen dari 3.074.607 kasus (Riskesdas, 2019). Data 10 besar penyakit yang
diperoleh dari Puskesmas Wangon II ditemukan bahwa hipertensi menempati
urutan kedua pada tahun 2020 dan urutan pertama pada Januari-Maret 2021
dengan jumlah berurutan yaitu 2.373 dan 408. Oleh karena itu, beradasarkan
pemaparan diatas perlu dilakukan penelitian faktor risiko yang berhubungan
dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wangon II.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor risiko hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
b) Menngetahui alternatif pemecahan masalah hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Wangon II
c) Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai hipertensi khususnya
faktor risiko di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
2. Manfaat praktis
a) Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan pemahaman masyarakat mengenai penyakit
hipertensi, faktor risiko dan cara untuk mencegah penyakit tersebut
sehingga diharapkan dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi
komplikasi hipertensi.
b) Bagi Puskesmas
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah hipertensi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Puskesmas
Wangon II dalam menentukan kebijakan selanjutnya yang harus diambil
untuk menyelesaikan masalah.
c) Bagi Mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Wangon II.
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Wilayah

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Wangon II merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan yang


terletak di wilayah Kecamatan Wangon dan merupakan salah satu dari dua
Puskesmas yang ada di Kecamatan Wangon. Luas wilayah kerja Puskesmas

Wangon II adalah 21,4 km2 terdiri terdiri dari 5 desa yaitu Windunegara, Wlahar,
Cikakak, Jambu, dan Jurangbahas. Desa Jambu merupakan desa yang mempunyai

wilayah paling luas yaitu sekitar 6,1 km2, sedangkan desa Wlahar merupakan desa

yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu 2,7 km2.

Letak Geografi Puskesmas Wangon II terletak diantara 1029’36.31” Bujur

Timur dan sekitar 109007’17.53” Lintang Selatan, berbatasan dengan beberapa


kecamatan yaitu :
 Sebelah Timur : Kecamatan Purwojati
 Sebelah Barat : Kecamatan Lumbir
 Sebelah Utara : Kecamatan Ajibarang
 Sebelah Selatan : Kecamatan Wangon dan wilayah kerja

Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas Wangon II


Topografi wilayah Kerja Puskesmas Wangon II Terdiri Dari 60 % Daratan
Dan 40 % Pegunungan. Jarak Puskesmas Wangon II ke ibu kota kabupaten 24 km,
jarak kecamatan dari puskesmas adalah 6,4 km. Semua pusat pemerintah desa
dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

2. Keadaan Demografi

a. Pertumbuhan Penduduk

Gambar 2.2 Grafik Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan Gambar 2.2 Pada Tahun 2020 hasil pendataan yang didapatkan

dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2020 Jumlah penduduk
wilayah kerja Puskesmas Wangon II adalah 25.355 jiwa terdiri dari 12.842 jiwa
laki laki dan 12.513 jiwa perempuan tergabung dalam 8.416 rumah tangga/KK.
Jumlah penduduk tahun 2020 yang tertinggi di Desa Jambu sebanyak 8.235 jiwa
sedangkan terendah di Desa Jurangbahas sebanyak 2.716 jiwa. Apabila
dibandingkan dengan luas wilayah kepadatan penduduk tertinggi di Desa Wlahar

sebesar 1.739,8 jiwa/km2.

a. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Wangon II tahun

2020 sebesar 1.185 jiwa per km2. Dengan kepadatan tertinggi di Desa

Wlahar sebesar 1.739,8 jiwa//km2., sedangkan kepadatan penduduk

terendah pada Desa Cikakak sebesar 827,2 jiwa / km2.


b. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas


Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.3 Pada Tahun 2020 Jumlah penduduk di wilayah


Puskesmas Wangon II yaitu 25.355 jiwa dengan 12.842 laki-laki dan 12.513
perempuan. Jumlah penduduk laki-laki tertinggi yaitu di Desa Jambu dengan
Jumlah 4.211 jiwa, dan terendah di desa Jurangbahas yaitu 1.362 jiwa. Jumlah
penduduk penduduk tertinggi yaitu di Desa Jambu dengan Jumlah 8.235 jiwa, dan
terendah di desa Jurangbahas yaitu 2.716 jiwa.

c. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

KELOMPO JUMLAH PENDUDUK


PEREMPUAN LAKI-LAKI RASIO JENIS
NO K UMUR LAKI-LAKI
+PEREMPUAN KELAMIN
(TAHUN)
1 2 3 4 5 6

1 0-4 822 745 1.567 110,3


2 5-9 974 915 1.889 106,4
3 10 - 14 1.022 915 1.937 111,7
4 15 - 19 951 864 1.815 110,1
5 20 - 24 979 888 1.867 110,2
6 25 - 29 927 887 1.814 104,5
7 30 - 34 835 825 1.660 101,2
8 35 - 39 951 926 1.877 102,7
9 40 - 44 807 823 1.630 98,1
10 45 - 49 884 954 1.838 92,7
11 50 - 54 859 896 1.755 95,9
12 55 - 59 711 852 1.563 83,5
13 60 - 64 667 665 1.332 100,3
14 65 - 69 463 458 921 101,1
15 70 - 74 381 334 715 114,1
16 75+ 609 566 1.175 107,6

KABUPATEN/ 12.842 12.513 25.355 102,6

KOTA
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN 48
(DEPENDENCY RATIO)
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk berdasarkan usia Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Tabel 2.1 Pada Tahun 2020 Jumlah penduduk di wilayah


Puskesmas Wangon II yaitu 25.355 jiwa dengan 12.842 laki-laki dan 12.513
perempuan. Kelompok usia tertinggi di wilayah Puskesmas Wangon II yaitu
kelompok usia 10 – 14 tahun sebanyak 1.937 jiwa, dan yang terendah kelompok
usia 70 – 74 tahun sebanyak 715 jiwa.

B. Sarana Kesehatan

Puskesmas Wangon II merupakan puskesmas Non Rawat Inap dengan 6


PKD yang tersebar di 5 desa wilayah kerja Puskesmas II Wangon. Dalam
pelayanan kesehatan dasar Puskesmas Wangon II juga melaksanakan Puskesmas
Keliling di satu titik wilayah kerja Puskesmas Wangon II, yaitu di Desa
Windunegara.

1. Cakupan Rawat Jalan


Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Grafik 2.4 Jumlah Cakupan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Wangon
II

Berdasarkan Gambar 2.4 Pada Tahun 2020 Cakupan Kunjungan pasien


rawat jalan mengalami penurunan dari tahun 2019, jumlah cakupan hanya 69,6%.
Dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 6.503 jiwa dan perempuan 11.135 jiwa,
total pasien kunjungan rawat jalan yaitu 17.638 jiwa.

2. Penyakit Besar

Sepuluh penyakit besar tahun 2020

a. ISPA : 2.664

b. Hipertensi : 2.373

c. Diabetes Melitus : 933

d. Dispepsia : 826

e.Osteoarthritis/Oa : 712

f. Obs. Febris : 596

g. Gangren Pulpa : 475

h. Cephalgia : 364

i. Alergi/Dka : 304

j. Diare : 268
C. Pembiayaan Kesehatan
1. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan terbagi menjadi Peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) dan peserta non Penerima Bantuan Iuran (PBI). Jumlah
peserta PBI yaitu 10.552 jiwa PBI APBN dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu
2.638 jiwa. Jumlah peserta non PBI Pekerja Penerima Upah (PPU) yaitu 550 jiwa,
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) mandiri yaitu 920 jiwa. Bukan Pekerja
(BP) yaitu 367 jiwa.
2. Desa yang Memanfaatkan Dana Desa untuk Kesehatan

Semua desa wilayah Puskesmas Wangon II memanfaatkan Dana Desa untuk


Kesehatan yaitu 5 Desa, Desa Windunegara, Desa Wlahar, Desa Cikakak, Desa
Jambu, dan Desa Jurangbahas.

3. Anggaran Kesehatan

Total Anggaran kesehatan kesehatan Rp. 2.496.501,00. Dengan sumber


APBD Kabupaten sebesar Rp. 1.653.501.977,00. Sumber APBN dana BOK Rp.
843.00.000,00.

D. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


1. Kesehatan Ibu

a. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi
ibu-ibu selama kehamilan, melahirkan, dan nifas yang dipengaruhi baik
oleh penyebab langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu terbesar adalah komplikasi obstetrik (90%) yang dikenal
dengan Trias seperti perdarahan, infeksi dan pre eklamsi, atau
komplikasi pada saat kehamilan, kelahiran dan selama nifas yang tidak
tertangani dengan baik dan tepat waktu. Sedangkan penyebab kematian
ibu tidak langsung merupakan akar permasalahan yang erat
hubungannya dengan masalah sosial budaya seperti kebiasaan,
keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
perawatan kehamilan, kelahiran dan selama nifas.
Grafik 2.5 Jumlah Angka Kematian Ibu Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.5 Pada Tahun 2020 tidak ada kejadian


kematian ibu hamil di wilayah Puskesmas Wangon II. Program Kesehatan
ibu dan anak sudah berjalan. Berbagai strategi operasional KIA seperti
pemanfaatan buku KIA, P4K dengan stiker, K1 dan K4 , Kelas Ibu Hamil
sangat mendukung optimalnya pelayanan kesehatan ibu dan anak, dengan
penambahan pelayanan persalinan 24 Jam di puskesmas dalam hal ini untuk
Puskesmas Wangon II dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai standar
dan pertolongan.

b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil


Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup
standar minimal. Pemeriksaan yang teratur dapat mencegah secara dini
segala sesuatu yang akan membahayakan ibu dan janin yang dikandungnya.
Kunjungan mencakup 1. Timbang badan dan ukur tinggi badan, 2. Ukur
Tekanan Darah, 3. Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus
Toxoid), 4. Ukur tinggi Fundus Uteri, 5. Pemberian Tablet Besi, 6. Temu
wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), 7. Tes HB dan
Urine serta HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria dan TBC di Laboratorium.
Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di wilayah kerja
Puskesmas Wangon II pada tahun 2020 mencapai 95%. Cakupan K4
menggambarkan tingkat kesehatan yang berkaitan dengan status gizi ibu
hamil, pelayanan antenatal, kondisi sosial ekonomi serta tingkat keberhasilan
KB dan KIA. Untuk Cakupan K1 sebesar 96,5%.
c. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II pada tahun 2020 sebesar 100%.
d. Pelayanan Ibu Nifas

Cakupan pelayanan pada ibu nifas KF3 di Puskesmas Wangon II pada


tahun 2020 sebesar 100%. Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian VIT A
dosis tinggi ibu nifas, pemeriksaan kesehatan paska persalinan. Kunjungan
ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus.

e. Ibu Hamil Mendapat Fe

Penanggulangan Anemi pada ibu hamil dilakukan dengan kegiatan


pemberian tablet Fe bagi ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan
ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah darah 90 pada tahun 2020 sebesar
100%.

f. Peserta KB Aktif

Peserta KB Aktif adalah Akseptor yang pada saat ini memakai


kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan peserta KB aktif Puskesmas Wangon II tahun 2020 lebih dari
100%. Dengan alat kontrasepsi menggunakan KB kondom 64 jiwa (1,5%),
suntik sejumlah 3.598 jiwa (84,4%), kemudian pil 487 jiwa (11,4%),
AKDR 14 jiwa (0,3%), implan 94 jiwa (2,2%) dan MOW 7 jiwa (0,2%).

2. Kesehatan Anak

a. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Bila AKB tinggi berarti status kesehatan di
wilayah tersebut rendah.Sebagai gambaran perkembangan angka kematian
bayi selama lima tahun terakhir (2016-2020) adalah sebagai berikut :

Grafik 2.6 Jumlah Angka Kematian Bayi Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.6 Pada Tahun 2020 sesuai dengan lampiran


profil kesehatan, jumlah kematian Neonatal, bayi, dan anak balita sebanyak
2. Kematian Neonatal di Desa Jurangbahas disebabkan IUFD. Kematian
balita laki-laki di Desa Jambu disebabkan kelainan kongenital, jantung
bawaan.

b. Persentase Kunjungan Neonatus


Kunjungan Neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan ke rumah ibu bersalin untuk memantau dan memberi pelayanan
kesehatan untuk ibu dan bayinya.

Grafik 2.7 Jumlah Presentase Kunjungan Neonatus Puskesmas Wangon

II
Berdasarkan Gambar 2.7 Pada Tahun 2020 Cakupan Kunjungan
Neonatus 1 (KN 1) di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon II pada tahun 2020
mecapai 100%. Cakupan kunjungan Neonatus 3 kali (KN lengkap) yaitu
100%.

c. Persentase BBLR ditangani

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadi BBLR antara lain karena ibu
hamil mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan atau
lahir premature. Presentase BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon II
pada tahun 2020 sebesar 3,9%.

d. Bayi yang diberi asi eksklusif

Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang diberikan ASI
secara terus menerus mulai dari umur 0-6 bulan tanpa diganti dengan
Pengganti ASI. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2020 cakupan
Pemberian ASI Ekslusif mencapai 60,3%. Perlu Akselerasi yang optimal
dalam pencapaian Pemberian ASI Ekslusif bagi bayi guna pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal.

e. Persentase Desa yang mencapai UCI

Pencapaian Desa UCI pada tahun 2020 sebesar 100% sama dengan
tahun 2019, 2018 dan 2017. Pelayanan Imunisasi merupakan kegiatan
imunisasi rutin yang diberikan pada bayi 0-1 tahun.

f. Cakupan Imunisasi Bayi

Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Wangon II pada tahun 2020


adalah sebagai berikut : DPT-HB-Hib3 mencapai 104,9%, Polio 4 mencapai
115,3%, Campak/MR mencapai 108%, dan imunisasi dasar lengkap
mencapai 108%. Saat ini sertifikat LIL merupakan pendukung kelengkapan
imunisasi dasar lengkap pada bayi sehingga dapat menunjang pencapaian
target cakupan imunisasi bayi.
g. Bayi dan balita mendapat kapsul vitamin a

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah


dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun pada
balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan
mencegah berkembanganya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala
manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan
sampai kematian). Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada
bayi dan balita wilayah kerja Puskesmas Wangon II tahun 2020 sebesar
100%.

h. Balita ditimbang

Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di Posyandu


merupakan upaya masyarakat memantau perkembangan bayi dan balita.
Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu digambarkan dalam
perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita
seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di
posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status
gizi balita. Jumlah balita seluruhnya pada tahun 2020 sebesar 1.413 dan yang
ditimbang 1.214 balita (85,9%). Dibutuhkan partisipasi aktif baik dari kader
dan tenaga kesehatan di desa untuk meningkatkan kunjungan penimbangan
balita di desa.

3. Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut

a. Kesehatan Usia Produktif

Pelayanan kesehatan usia produktif yaitu penduduk usia 15-59 tahun.


Penduduk usia produktif yang mendapat pelayanan skrinning kesehatan
sesuai standar mencapai 12.734 jiwa (40,6%). Usia produktif yang berisiko
berjumlah 2.864 (22,5%).

b. Kesehatan Usia Lanjut


Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu penduduk usia. Usia lanjut yang
mendapatkan skrinning kesehatan sesuai standar yaitu 30,5% dengan jumlah
lansia 894 jiwa. Laki-laki 358 jiwa dan perempuan 536 jiwa.

E. Pengendalian Penyakit Menular

1. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan melakukan
pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir
pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak akhir pengobatan ditambah minimal
satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum
akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilksanakan,
namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka eveluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar
karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus
MDR maupun XDR, WHO telah menetapkan strategi untuk mengatasi kegagalan
pengobatan TB yaitu dengan strategi DOT (Directly Observed Treatment Short
Course) yang telah dimulai sejak tahun 1995.

Grafik 2.8 Jumlah Angka Kesembuhan TB Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.8 Pada Tahun 2020 angka kesembuhan BTA + di


wilayah Puskesmas Wangon II yaitu 80%. Presentase orang terduga TBC
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yaitu 14%. CNR seluruh kasus
TBC yaitu 55 per 100.000 penduduk. Case detection rate TB mencapai 29,79%.

2. Pneumonia
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan
tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapat antibiotic sesuai standar
atau Pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Grafik 2.9 Jumlah Angka Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita


Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.9 Pada Tahun 2020 penemuan penderita pneumonia


pada balita di wilayah Puskesmas Wangon II menurunkan, dari 67,9% di tahun
2019 menjadi 48%.

Diharapkan dengan pelaksanaan MTBS secara aktif akan dapat menjaring


kasus pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wangon II, juga diperlukan suatu
upaya yang optimal baik dari tenaga kesehatan yang ada di desa dan di Puskesmas
untuk secara aktif melakukan/melacak penemuan kasus penderita Pneumonia.
Penegakan diagnosa yang tepat agar penanganan bagi penderita Pneumonia Balita
dapat ditangani dengan baik.

3. Prevalensi HIV/AIDS

Pada tahun 2020 ditemukan 2 kasus HIV/AIDS di wilayah kerja Puseksmas


II Wangon. Dalam kurun waktu 2016-2019 tidak ditemukan laporan kasus
penderita HIV-AIDS. Ditemukan 2 kasus HIV maupun kasus baru AIDS di tahun
2020.

Untuk penemuan kasus Puskesmas mendapatkan Laporan dari Rumah Sakit


yang kemudian akan di tindak lanjuti dari Dinas kesehatan. Kasus HIV/AIDS
merupakan fenomena gunung es dimana kasus yang dilaporkan hanya sebagian
kecil dari masyarakat.

4. Persentase Penderita Kusta selesai berobat

Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang dapat


menimbulkan masalah tidak hanya dari segi medis akan tetapi sosial ekonomi.
Pada tahun 2020 ada 1 (satu) kasus baru kusta tpe Multi Basiler (MB) / Kusta
Basah, ditemukan di desa Wlahar.

F. Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

1. Demam Berdarah Dengue

Grafik 2.10 Jumlah Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Puskesmas Wangon II

Berdasarkan Gambar 2.10 Pada Tahun 2020 jumlah kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Wangon II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 2019
yang mencapai 27 kasus, yaitu 16 kasus. Laki-laki 6 kasus yang terdiri dari, 1
kasus di desa Wlahar, 1 kasus di desa Cikakak, dan 4 kasus di desa Jambu.
Perempuan berjumlah 10 kasus, yang terdiri dari 1 kasus di Desa Windunegara, 1
kasus di Desa Wlahar, 4 kasus di Desa Cikakak, dan 4 kasus di Desa Jambu.

Kasus DBD biasanya disebabkan adanya iklim yang tidak stabil dan curah
hujan yang cukup banyak pada musim hujan sehingga nyamuk aedes Aegypty
mudah berkembang biak dan juga di dukung dengan kurang maksimalnya kegiatan
PSN di masyarakat.
G. Pengendalian Penyakit Tidak Menular

1. Hipertensi

Penderita Hipertensi berusia lebih dari sama dengan 15 tahun yang


mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas Wangon II 1.513 jiwa (28,4%).
Penderita laki-laki 514 jiwa (20%) dengan jumlah terbanyak mendapat pelayanan
yaitu desa Jambu sebanyak 134 jiwa. Penderita perempuan sebanyak 999 jiwa
(24,3%) dengan jumlah penderita terbanyak mendapat pelayanan yaitu desa
Cikakak sebanyak 278 jiwa.
2. Diabetes Melitus
Penderita Diabetes Melitus (DM) yang mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar di wilayah Puskesmas Wangon II 391 jiwa (100%). Penderita DM
yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar tertinggi yaitu desa Jambu yaitu
94 jiwa. Jumlah presentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar tertinggi yaitu desa Wlahar.
3. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara

Deteksi dini kanker leher rahim melalui metode IVA, sedangkan


pemeriksaan kanker payudara dengan metode pemeriksaan klinis (SADANIS).
Cakupan pemeriksaan leher rahim dan payudara sebesar 1,4 %. Cakupan IVA
positif yaitu 0 %. Tidak ada indikasi curiga kanker maupun tumor/benjolan.

4. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


Pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengangangguan
jiwa sebagai upaya pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan kesehatan jiwa dan
edukasi. Capaian pelayanan kesehatan ODGJ berat yang mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar yaitu 19 %, 19 jiwa.

III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Daftar Permasalahan Kesehatan

Masalah adalah kesenjangan antara realitas dengan keinginan atau target


sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Masalah dapat diidentifikasi dengan
melihat target yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi, untuk memutuskan
adanya masalah diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Adanya kesenjangan

2. Adanya rasa tidak puas

3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah

Kegiatan Kepaniteraan Ilmu Kesehatan (IKM) di Puskesmas Wangon II


mengindentifikasi permasalahan yang dilihat dari angka kesakitan penyakit yang
diambil dari kasus penyakit 10 besar di Puskesmas Wangon II. Berikut data
penyakit 10 besar di Puskesmas Wangon II

Tabel 3.1 Data Penyakit di Puskesmas Wangon II tahun 2020

No Penyakit Total
1 ISPA 2664
2 Hipertensi 2373
3 Diabetes Melitus 933
4 Dispepsia 826
5 Osteo Arthritis/ Oa 712
6 Obs. Febris 596
7 Gangren Pulpae/ Gp 475
8 Cephalgia 364
9 Dermatitis Kontak Alergi/ Dka 304
10 Diare 268

B. Penentuan Prioritas Masalah

No Kelompok Penjelasan
Kriteria
1 A Besarnya masalah (Magnitude of the problem)
2 B Kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak, urgensi
dan biaya
3 C Kemudahan dalam penanggulangan, yaitu penilaian
terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah
4 D PEARL factor, yaitu penilaian terhadap propriety,
economic, acceptability, resources availability dan
legality
Penentuan prioritas masalah yang dilakukan di Puskesmas Wangon II
dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dengan empat kelompok
kriteria, yaitu:

Tabel 3.2. Penentuan Prioritas Masalah (Metode Hanlon)


Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di
Puskesmas Wangon II adalah sebagai berikut:
1. Kriteria A (besarnya masalah)
Kriteria A untuk menentukan besarnya masalah kesehatan yang diukur
dari besarnya penduduk yang terkena efek langsung. Penyakit ditentukan
besarnya masalah melalui kategori presentasi kasus. Kategori kasus yang
dimaksud, sebagai berikut
Tabel 3.3. Kategori kasus pada Kriteria A

Besarnya Masalah Skor


(Jumlah Populasi Yg Terkena)
8,9-11% 10
6,7-8,8 % 8
4,5 – 6,6 % 6
2,3 – 4,4 % 4
0-2,2% 2

Tabel 3.4. Hasil Penilaian Kriteria A

No Penyakit Total Persentase Kategori Skor A


1 ISPA 2664 10,51% 8,9-11% 10
2 Hipertensi 2373 9,36% 8,9-11% 10
3 Diabetes Melitus 933 3,68% 2,3-4,4% 4
4 Dispepsia 826 3,26% 2,3-4,4% 4
5 Osteo Arthritis/OA 712 2,81% 2,3-4,4% 4
6 Obs. Febris 596 2,04% 0-2,2% 2
7 Gangren Pulpae/GP 475 1,87% 0-2,2% 2
8 Caphalgia 364 1,44% 0-2,2% 2
Dermatitis Kontak 0-2,2%
9 304 1,20% 2
Alergi/DKA
10 Diare 268 1,06% 0-2,2% 2
2. Kriteria B (Kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak, urgensi dan biaya)

Kriteria B digunakan untuk menentukan masalah. Skor yang digunakan


adalah 1 untuk yang paling ringan sampai skor 5 untuk masalah yang paling
gawat. Kriteria B memiliki tiga poin yang dinilai, yaitu kegawatan, urgensi
dan biaya

A. Severity : Paling cepat mengakibatkan kematian


Skor : 2 = Tidak gawat
4 = Kurang gawat
6 = Cukup gawat
8 = Gawat
10 = Sangat gawat
Tabel 3.5. Kriteria B

No Penyakit Nilai severity Skor severity


.
1 Morbiditas 5%, 6
ISPA
mortalitas 25,5%
2 Morbiditas 20- 8
Hipertensi
50%
3 Mortalitas 6
Diabetes Melitus 24 % ,8/100.000,
morbiditas 15%
4 Dispepsia Prognosis baik 2
5 5% pada laki- 4
Osteo Arthritis/OA laki, 12,7% pada
perempuan
6 11,4% 4
Obs. Febris morbiditas,
prognosis baik
7 Morbiditas 0,3- 2
Gangren Pulpae/GP
1%
8 Morbiditas 4
Caphalgia
10,8%
9 Dermatitis Kontak Morbiditas 5- 2
Alergi/DKA 20%
10 Diare Morbiditas 4
2,15%

B. Urgency

No. Penyakit Nilai urgency Skor urgency


1 Secara umum 6
baik, akan
ISPA
sembuh kurun
waktu 14 hari
2 50-60% akan 8
mengalami gagal
Hipertensi jantung, dan
komplikasi
lainnya
3 10-15th akan 6
Diabetes Melitus
terjadi komplikasi
4 Dapat membaik 2
Dispepsia segera setelah
pengobatan
5 Dapat 4
menyebabkan
nyeri ringan dan
Osteo Arthritis/OA rasa tidak
nyaman,
mengganggu
aktifitas
6 Prognosis buruk 4
jika tidak
Obs. Febris dilakukan
penanganan
segera
7 Prognosis baik 2
Gangren Pulpae/GP bila iritan diambil
cukup dini
8 Caphalgia Dapat membaik 4
segera setelah
pengobatan
9 Relative buruk, 4
Dermatitis Kontak
bersifatpersisten
Alergi/DKA
atau rekuren
10 Prognosis 4
umumnya baik
dengan
Diare penatalaksanaan
cepat dan tepat.
Buruk jika
terdapat dehidrasi

C. Cost/Biaya

No. Penyakit Nilai Cost Skor Cost


1 ISPA 1.975.174 4
2 Hipertensi 3.533.536 8
3 Diabetes Melitus 3.086.996 8
4 Dispepsia 2.207.555 6
5 Osteo Arthritis/OA 3.167.643 8
6 Obs. Febris 1.965.601 4
7 Gangren Pulpae/GP 2.473.080 6
8 Caphalgia 2.320.018 6
9 Dermatitis Kontak 3.279.699 8
Alergi/DKA
10 Diare 2.769.196 6

No Poin Skor Interpretasi


1 Kegawatan (Paling cepat 2 Tidak Gawat
mengakibatkan kematian) 4 Kurang Gawat
6 Cukup Gawat
8 Gawat
10 Sangat Gawat
2 Urgensi (Harus segera 2 Tidak Urgen
ditangani, apabila tidak 4 Kurang Urgen
dapat menyebabkan 6 Cukup Urgen
kematian) 8 Urgen
10 Sangat Urgen
3 Biaya (Kebutuhan biaya 2 Sangat Murah
terapi) 4 Murah
6 Cukup Mahal
8 Mahal
10 Sangat Mahal

Tabel 3.6. Hasil Penilaian Kriteria B

Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Skor B


ISPA 6 6 4 5,3
Hipertensi 8 8 8 8
Diabetes Melitus 6 6 8 6,7
Dispepsia 2 2 6 3,3
Osteo Arthritis/OA 4 4 8 5,3
Obs. Febris 4 4 4 4
Gangren Pulpae/GP 2 2 6 3,3
Caphalgia 4 4 6 4,7
Dermatitis Kontak 2 4 8
4,7
Alergi/DKA
Diare 4 4 6 4,7

3. Kriteria C (penanggulangan masalah)

Kriteria C menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang


harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia
mampu menyelesaikan masalah makin sulit dalam penanggulangan, skor
yang diberikan makin kecil.

Tabel 3.7. Kategori kasus pada Kriteria C


Skor Interpretasi

2 Sangat sulit ditanggulangi


4 Sulit ditanggulangi
6 Cukup bisa ditanggulangi
8 Mudah ditanggulangi
10 Sangat mudah ditanggulangi
Tabel 3.8. Hasil Penilaian Kriteria C

No Penyakit Skor C
1 ISPA 6
2 Hipertensi 8
3 Diabetes Melitus 6
4 Dispepsia 6
5 Osteo Arthritis/OA 2
6 Obs. Febris 6
7 Gangren Pulpae/GP 4
8 Caphalgia 6
9 Dermatitis Kontak Alergi/DKA 4
10 Diare 6

1. Kriteria D (P.E.A.R.L)
Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resources Availability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas terjamin (1/0)

Tabel 3.9. Kriteria P.E.A.R.L Hanlon Kuantitatif

NO Penyakit P E A R L Nilai
1 ISPA 1 1 1 1 1 1
2 Hipertensi 1 1 1 1 1 1
3 Diabetes Melitus 1 1 1 1 1 1
4 Dispepsia 1 1 1 1 1 1
5 Osteo Arthritis 1 1 1 1 1 1
6 Obs. Febris 1 1 1 1 1 1
7 Gangren Pulpae 1 1 1 1 1 1
8 Cephalgia 1 1 1 1 1 1
Dermatitis
9 1 1 1 1 1 1
Kontak Alergi
10 Diare 1 1 1 1 1 1
2. Penetapan nilai
Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan kemudian nilai
tersebut dimasukkan ke dalam formula, sebagai berikut:
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 3.10 Penetapan Prioritas Masalah

Urutan
D D NPD NPT
Masalah A B C prioritas
P E A R L
1 5,
ISPA 6 1 1 1 1 1 1 91,8 91,8 2
0 3
1
Hipertensi 8 8 1 1 1 1 1 1 144 138,4 1
0
Diabetes 6,
4 6 1 1 1 1 1 1 64,2 55,8 3
Melitus 7
3,
Dispepsia 4 6 1 1 1 1 1 1 43,8 43,8 5
3
Osteo 5,
4 2 1 1 1 1 1 1 18,6 16 9
Arthritis/OA 3
Obs. Febris 2 4 6 1 1 1 1 1 1 36 55,8 4
Gangren 3,
2 4 1 1 1 1 1 1 21,2 21,2 8
Pulpae/GP 3
4,
Caphalgia 2 6 1 1 1 1 1 1 40,2 21,8 7
7
Dermatitis
4,
Kontak 2 4 1 1 1 1 1 1 26,8 12,4 10
7
Alergi/DKA
4,
Diare 2 6 1 1 1 1 1 1 40,2 36 6
7

Prioritas pertama masalah yang diperoleh dengan nilai NPT tertinggi.


Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan
prioritas masalahnya sebagai berikut:

1. Hipertensi
2. ISPA
3. Diabetes Melitus
4. Obs. Febris
5. Dispepsia
6. Diare
7. Cephalgia
8. Gangren Pulpae
9. Osteo Arthritis
10. Dermatitis Kontak Alergi

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi dan Klasifikasi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan


darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih
dari 90 mmHg. Menurut [ CITATION Alf17 \l 1057 ], hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal [ CITATION Agu14 \l 1057 ]. Klasifikasi
tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization-International
Society of Hypertension) [ CITATION WHO15 \l 1057 ].

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tinggi-Normal 130-139 85-89
Hipertensi Grade I 140-159 90-99
(ringan)
Hipertensi Grade 2 160-179 100-109
(sedang)
Hipertensi Grade 3 >180 >110
(berat)

Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII


(AHA & JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


(mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 >160 >100

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (2016) :

Kategori Tekanan Darah Tekanan arah Diastolik


Sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 >160 >100
Hipertensi Derajat 3 >180 >110

B. Epidemiologi

Secara global prevalensi tertinggi peningkatan tekanan darah usia ≥18


tahun pada tahun 2014 terdapat di Afrika sebesar 30% dan terendah terdapat di
Amerika yaitu sebesar 18%. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki
peringkat ke-6 dengan prevalensi hipertensi sebesar 24% setelah Bhutan (27,7%),
Timor Leste (26%), Nepal (25,9%), India (25,9%) dan Bangladeshn(25,1%),
sedangkan prevalensi hipetensi terendah yaitu Srilanka sebesar 21,6%) [ CITATION
WHO15 \l 1057 ]. Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan
pengukuran pada umur ≥18 tahun menurut hasil Riskesdas 2013 terdapat di
Bangka Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di
Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada tahun
2013 di provinsi Bali sebesar 19,9% [CITATION Kem13 \l 1057 ]

Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 menyebutkan kasus


tertinggi penyakit tidak menular (PTM) adalah kelompok penyakit hipertensi
esensial sebanyak 497,966 (67%) dari total 743.204 kasus penyakit jantung dan
pembuluh darah. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah yaitu 26,4% dan masuk ke
dalam peringkat 9 dari10 besar provini di Indonesia dengan kasus hipertensi
terbanyak[ CITATION Nur18 \l 1057 ]. Di Banyumas sendiri mencapai 2287 kasus
hipertensi.

C. Etiologi

Sebagian besar hipertensi terjadi tanpa disertai tanda dan gejala, namun
gejala yang banyak di keluhkan yaitu nyeri kepala, pusing, rasa lelah. Namun
gejala tersebut tidak jarang juga terjadi pada orang dengan tekanan darah normal
(normotensi). Hipertensi sendiri berpotensi mematikan, meliputi infark miokard,
gagal jantung kongestif, stroke, dan gagal ginjal[ CITATION Mah17 \l 1057 ].
Menurut [ CITATION Sme16 \l 1057 ] berdasarkan penyebab terjadinya,
hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -
95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi,
dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor [ CITATION Ame181 \l 1057 ] .
Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan
terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk
pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun [ CITATION Asm17 \l 1057 ].

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan


disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan,
medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat
menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
[ CITATION Asm17 \l 1057 ].

D. Faktor Risiko

Sebesar 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebab dengan pasti.


Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
dan faktor risiko yang dapat di kontrol[ CITATION Asm17 \l 1057 ]:

1. Faktor Risiko yang tidak dapat dikontrol

a) Genetik

Sebanyak 70%-80% penderita hipertensi esensial ditemukan dalam riayat


keluarga. Apabila adanya riwayat hipertensi pada keluarga maka akan
meningkatkan terjadinya hipertensi esensial lebih besar.

b) Jenis Kelamin

Secara umum tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada


perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa
menopause karena adanya pengaruh hormon. Pada wanita yang belum mengalami
menopause, hormon estrogen akan berperan dalam meningkatkan kadar HDL
untuk mencegah proses aterosklerosis. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
terjadinya kerusakan[ CITATION Fua18 \l 1057 ].

c) Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang munculnya karena


interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya usia, maka tekanan darah akan
juga meningkat. Tekanan darah akan meningkat karena elastisitas pembuluh darah
ikut berkurang dengan peningkatan usia. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya berkurang, sedangkan peran ginjal
juga ikut berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun[ CITATION Mah17 \l 1057 ].

2. Faktor Risiko yang dapat dikontrol

a) Merokok

Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok akan meningkatkan


penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
aterosklerosis. Nikotin memiliki sifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, kontraksi
otot, pemakaian O2, vasokonstriksi pada pembuluh daraf perifer.

b) Stress

Stress dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah


jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Stress tidak menyebabkan kenaikan darah secara
permanen, namun dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi sangat
tinggi untuk sementara waktu.

c) Obesitas

Obesitas menjadi ciri dari populasi penderita hipertensi. Indeks Massa


Tubuh (IMT) adalah suatu cara untuk mengukur status gizi seseorang.

Perhitungan dengan IMT:


Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m)2

Kategori IMT (kg/m2)


Underweight <18,5
Normal 18,5-22,9
Overweight >23,0
Pra-Obesitas 23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II >30,0

Curah jantung dan sirkulasi volume penderita hipertensi dengan obesitas


lebih tinggi risikonya dibanding dengan tidak obesitas. Pada obesitas tahanan
perifer berkurang, tetapi aktivitas sarah simpatis meninggi dengan aktivitas renin
plasma yang rendah. Semakin besar massa tubuh, maka banyak darah yang
dibutuhkan untuk menyuplai oksigen ke jaringan tubuh[ CITATION Nur18 \l 1057 ].
Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberikan tekanan lebih besar pada dinding maka tekanan darah meningkat.

d) Konsumsi Garam

Garam akan menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena


menarik cairan diluar sel agar tiak keluar, sehingga meningkatkan volume dan
tekanan darah itu sendiri. Pada seseorang yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang atau kurang akan mengalami tekanan darah rendah, sedangkan
mengkonsumsi lebih dari 6 gram-8gram tekanan darah yang terjadi adalah tinggi.

e) Aktivitasi fisik

Kurangnya aktifitas fisik atau olahraga akan meningkatkan risiko


hipertensi karena berkaitan dengan kelebihan berat badan.

f) Konsumsi Lemak

Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia. Lemak dalam bahan


makanan berfungsi sebagai sumber energi. Fungsi lemak dalam tubuh adalah
sebagai zat pembangun, pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai prekusor
prostaglandin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Hiperlipidemia
adalah keadaan dimana kadar lipid dalam darah meningkat. Kolesterol yang
banyak dapat menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
Plak akan bercampur dengan protein dan menutupi sel-sel otot yang akhirnya
berkembang menjadi aterosklerosis.

g) Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol akan merangsang hipertensi karena adanya peningkatan


sistesis katekolamin dalam jumlah besar dan dapat memicu kenaikan tekanan
darah.

E. Patomekanisme

Hipertensi dapat terjadi berhubungan pada kecepatan denyut jantung,


volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR), oleh karena itu
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi. Besar tekanan darah seseorang dapat dihitung dengan
rumus, Tekanan darah = Curah jantung x denyut Jantung[ CITATION She14 \l 1057 ].
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi [ CITATION
Pad19 \l 1057 ].

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Konteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vaskontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensi II, suatu vasokontriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
meyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, mneyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi [ CITATION Pad19 \l 1057 ].

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer


bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
[ CITATION Pad19 \l 1057 ]

Tekanan darah arteri rata-rata

Curah jantung Resistensi perifer total

Kecepatan Volume Jari-jari Viskositas


denyut jantung sekuncup arteriol darah

Aktivitas Aliran Kontrol Kontrol vaso-


Aktivitas Jumlah
simpatis dan balik metabolik konstriktor
parasimpatis eritrosit
epinefrin vena lokal lokal

Volume Aktivitas Aktivitas Aktivitas simpatis Vasopresin dan


darah pernapasan otot rangka dan epinefrin angiotensin II

Pergeseran cairan pasif antara


Keseimbangan
kompartemen vaskuler dan cairan Vasopresin dan RAA sistem
garam dan air
interstisium
Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah (Sherwood, 2014)

F. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi [ CITATION Pad19 \l
1057 ]:

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala sebagai berikut :

a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.

G. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi
[ CITATION Pad19 \l 1057 ]:

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata)
merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal.
Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan
derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti


ginjal dan jantung. Pemeriksaan awal pada keruskaan ginjal bisa diketahui dengan
melalui peemerisaan air kemih. Dan pemeriksaan jantung bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,


pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

7. Foto dada dan CT scan.

H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akbiat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi[CITATION Kem13 \l 1057 ] :

1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a. Retriksi garam secara moderat dari 20 gr/hr menjadi 5 gr/hr


b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi.

3) Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

a. Teknik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada


subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Commite on Detection, Evaluation and Treatment pf
High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :

1. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta bloker, Ca antagonis, ACE


inhibitor
2. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa diuretika, beta
bloker, Ca antagonis, Alpa bloker, Clonidin, Reserphin, Vasodilator.
3. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
a. Obat kedua diganti
b. Ditambah obat ketiga jenis lain
4. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
a. Ditambah obat ketiga dan keempat
b. Re-evaluasi dan konsultasi
I. KERANGKA TEORI
Fenomena Aktivitas Asupan
Riw. Keluarga Penumpukan
Penyempitan
Usia Aktivasi
Stres Renin Katekolamin
Alkohol ↑ Vasopressor
Rokok Stres Obesitas Retensi
Volume
epigenetik Kontraktilitas Fisik ↓ Volume
Garam
keluarga
Kolagen
Vaskuler Angiotensin
Simpatis
Angiotensin
Vasokonstriksi
Resistensi
I
II
Perifer Hipertensi
↑ Oksidatif Jantung ↑Curah Jantung darah ↑↑
Cairan
Sekuncup
J. KERANGKA KONSEP

Genetik
Usia
Jenis Kelamin Hipertensi
Merokok
Obesitas
Konsumsi Garam tinggi
Konsumsi Lemak
Kurang Aktivitas Fisik
Konsumsi Alkohol
Stress

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Mempengaruhi

K. Hipotesis
Faktor risiko genetik, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, konsumsi
garam tinggi, konsumsi lemak, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, stress
memiliki hubungan yang signifikan dan merupakan faktor risiko yang
mempengaruhi kejaian penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wangon
II.
V. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian non
eksperimental/observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yakni
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian non
eksperimental/observational analitik dengan pendekatan cross sectional yakni
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu saat (point time approach). Observasional analitik adalah
pengamatan atau pengukuran terhadap berbagai variable subjek penelitian
menurut keadaan alamiah, tanpa berupaya melakukan manipulasi atau
intervensi. Metode cross sectional adalah metode dimana peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variable hanya satu kali dan dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut dan peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap
pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui faktor resiko hipertensi di Desa Cikakak ,
Kecamatan Wangon.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
a. Populasi target
Populasi target merupakan populasi yang diinginkan oleh peneliti yang
berhubungan dengan penelitiannya (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).
Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Wangon II
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti
dan merupakan bagian dari populasi target (Sastroasmoro, 2014).
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Wangon II di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasinya, jadi dari populasi tersebut
diambil sampel sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh populasi
(Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah semua penduduk
Desa Cikakak, Kecamatan Wangon yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi.
a. Kriteria inklusi dan ekslusi
1) Kriteria inklusi :
a) Subjek penelitian merupakan masyarakat yang berdomisili di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II di Desa Cikakak, Kecamatan
Wangon.
b) Bersedia menjadi subyek penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan menjadi subyek penelitian setelah membaca
lembar informed consent.
c) Responden dapat memahami dan merespon kuisioner

2) Kriteria ekslusi :
a) Tidak kooperatif dalam melakukan tahap wawancara dan
pengisian kuesioner.
b) Responden tidak dapat mengikuti penelitian hingga selesai
c. Teknik pengambilan sampel
Dalam menentukan besar sampel, jumlah populasi (N) dapat diketahui
dari daftar jumlah penduduk Desa Cikakak Kecamatan Wangon yang
berjumlah 4925. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
menggunakan simple random sampling.
d. Besar sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus Lemeshow.
Z 21−α ❑ p ( 1− p ) N
2
n=
d ( N−1 ) + Z 21−α ❑ p (1− p )
2

2
2,7 × 0,25× 4.925
n= =67 sampel
( 0,10 )2 ( 4.925 )+ 2,7 ×0,25

keterangan:
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
N = ukuran populasi
d = limit error atau presisi absolut (0,10)
p = proporsi (0,5)
Zα = nilai standart normal α = 0,10
maka Z = 1,645 Z21 menjadi 2,7
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel dalam
penelitian dengan menggunakan Rumus, didapatkan minimal
sebanyak 67 sampel.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, genetik, jenis kelamin,
konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, aktivitas fisik,
stress.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
perilaku hidrasi sebagai variabel terikat. Uji yang digunakan adalah uji
non parametrik dengan data kategorik (ordinal) yakni uji korelasi Chi-
Square.
D. Definisi Operasional
Tabel 5.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor

1. Hipertensi Hipertensi merupakan Diukur minimal 2 kali dengan Tensimeter Nominal Hipertensi dengan
tekanan darah persisten jarak 1 menit antar pengukuran pertanyaan :
dimana tekanan kemudian diambil reratanya. 1. Ya
sistoliknya Pengukuran diambil degan 2. Tidak
diatas 140 mmHg dan kondisi pasien duduk bersandar
tekanan diastoliknya dan kaki menapak.
diatas 90 mmHg.
2. Usia Usia merupakan Usia dalam tahun berdasarkan Kartu Identitas Ordinal Usia dinyatakan
perhitungan usia dimulai tanggal kelahiran dan Kuesioner dengan :
dari awal kelahiran 1. Usia < 60 tahun
individu sampai dengan 2. Usia >= 60 tahun
waktu perhitungan usia. (Agnesia, 2012)

3. Genetik Riwayat keluarga Ada tidaknya riwayat Kuesioner Nominal Riwayat keluarga
merupakan penilaian hipertensi pada keluarga dinyatakan dengan :
adanya riwayat keluarga 1. Ada riwayat
( ibu, ayah, saudara, keluarga
kakek, nenek, dll) yang 2. Tidak ada
menderita hipertensi dan riwayat keluarga
memiliki hubungan garis
keturunan langsung.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor

4.Jenis Kelamin Ciri fisik dan biologis 1. Pria Kuesioner dan Nominal Jenis Kelamin
responden untuk 2. Wanita Kartu dinyatakan dengan :
membedakan gender Identitas Wanita = 1
pada penderita Pria = 2
hipertensi

5. Konsumsi Konsumsi garam Frekuensi konsumsi garam Kuesioner Ordinal Konsumsi garam
Garam merupakan kebiasaan dalam sehari dengan pernyataan :
dalam hal konsumsi 1. Sering
garam , dikategorikan (>=1 sendok/hari)
kebiasaan apabila 2. Jarang
sering mengkonsumsi (<1sendok/hari)
garam lebih dari
5gram atau setara 1
sendok garam setiap
hari
6. Merokok Aktivitas seseorang Derajat berat merokok dengan Kuesioner Ordinal Dikategorikan:
dalam menghirup Indeks Brinkman (IB), yaitu 1. Ringan: 0-200
tembakau perkalian jumlah rata-rata 2. Sedang:>200-599
batang rokok dihisap sehari 3. Berat : >600
dikalikan dengan lama 4.
merokok dalam tahun.

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Data Skor


Operasional
6. Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol Kuesioner Nominal 1. Ya, konsumsi
Konsumsi merupakan aktivitas alkohol
alkohol seseorang dalam 2. Tidak konsumsi
meminum minuman keras alkohol

7.Obesitas Keadaan dimana Berat Badan Kuesioner Nominal Obesitas dengan


terdapat penimbunan dan Tinggi Badan pernyataan :
lemak berlebih pada 1. Obesitas, BMI >=
jaringan tubuh, dihitung 25
dari perbandingan antara 2. Tidak Obesitas,
berat badan (Kg) dibagi BMI < 25
dengan tinggi badan (m) (Asia Pasifik)
dikuadratkan (BMI).
8. stress Respon non spesifik Pengkajian dengan Kuesioner Nominal 1.Stress (skor >14)
terhadap berbagai menggunakan kuesioner khusus 2.Tidak stress (<14)
perintah yang menekan yang mengkaji tingkat stress
keadaan psikis responden, dengan jumlah
seseorang. pertanyaan 10
9. Aktivitas Aktivitas fisik sehari- Aktivitas fisik berdasarkan Kuesioner Nominal 1. Ya : Olahraga rutin
Fisik hari, meliputi berjalan, sehari-hari 2. Tidak : Olahraga
berenang, bersepeda, tidak rutin
atau jogging
10. Konsumsi Suatu kebiasaan Konsumsi lemak berdasarkan Kuesioner Nominal 1.Sering: jika
Lemak responden dalam kebiasaan sehari-hari mengkonsumsi makanan
mengkonsumsi makanan berlemak > 3 kali dalam
berlemak tinggi seminggu.
(berkolesterol tinggi), 2.Jarang: jika <= 3 kali
mengkonsumsi makanan seminggu mengkonsumsi
berlemak yang makanan berlemak dan
dilakukan secara terus atau gorengan
menerus.
D. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner.

E. Rencana Analisis Data


1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran dan
menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat. Data
disajikan dalam bentuk frekuensi distribusi untuk semua variabel yang
diteliti.

2. Bivariat
Uji bivariat yang digunakan dalam penelitian yaitu uji korelasi Chi
Square. Uji korelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat
menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel kategorik. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan syarat:

a) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (E < 1)


b) Tidak boleh lebih dari 20% sel mempunya nilai E < 5
Uji alternatif yang dapat digunakan apabila syarat tidak terpenuhi adalah
uji Fisher.

3. Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi
Logistik dikarenakan berskala kategorik. Analisis ini digunakan unutk
menentukan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap hipertensi.
F. Tata Urutan Kerja
1. Tahap persiapan
a. Analisis situasi wilayah kerja Puskesmas Wangon II
b. Identifikasi prioritas masalah dari 10 besar penyakit Puskesmas Wangon II
menggunakan metode Hanlon
c. Konsultasi judul dan studi pustaka kepada pembimbing
d. Menyusun proposal penelitian

2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan lembar informed consent dan
b. Mengumpulkan data primer subjek penelitian menggunakan
kuesioner
c. Menyusun laporan penelitian
3. Tahap pengolahan data
Melakukan analisis data dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and
Service Solution)
4. Tahap pelaksanaan
a. Membuat laporan
b. Memberikan lembar informed consent
c. Mengumpulkan data primer subjek penelitian menggunakan
kuesioner
d. Menyusun alternatif pemecahan masalah sesuai hasil pengolahan data
e. Melakukan pemecahan masalah
f. Penyusunan laporan CHA
G. Waktu dan Tempat
Tanggal : Juni 2021
Tempat : Kantor Desa Cikakak, Kecamatan Wangon II
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sri & Mayang, S., 2014. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Hipertensi Pada Lansia Di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(1),
pp. 2-6.
Alfian, R., 2017. Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta di Poli
Jantung. Jurnal Pharmascience, 1(3), pp. 39-47.
Amelia, L., Sukohar, A. & Setiawan, G., 2018. Peran Ekspresi Gen Nitrit Oksida
Sintase Terhadap Kejadian Hipertensi Esensia. Majority Journal, 7(2), pp. 263-68.
Asmarani & Tahir, 2017. Analisis Faktor Risiko Obesiitas dan Hipertensi dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
Journal Medical , 4(2), pp. 322-331.
Fuady, N., Basuki, D. & Finurina, I., 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas 1 Sumbang. Herb-Medical
Journal, 4(1), pp. 7-14.
Kemenkes, 2016. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi, Jakarta:
s.n.
Mahmudah, Solehatul & Maryusman, 2017. Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Journal Biomedika, 2(1), pp. 1-10.
Nuraini & Bianti, 2018. Risk Factors of Hypertension. Journal Medical, 4(1), pp. 10-
15.
Padilla, 2019. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika.
Sherwood, L., 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem.. 8th penyunt. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, C., 2016. Keperawatan Medical Bedah (Handbook for Bunner &
Suddarth's Textvook of Medical Surgical Nursing). 12th penyunt. Jakarta: EGC.
WHO, 2015. Global Brief on Hypertension, s.l.: World Health Day.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN

Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo


Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah

Informed Consent

Kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto, saat ini sedang malakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor
Risiko Kejadian Hipertensi di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten
Banyumas”. Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan Community
Health Analysis pada Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.Kesediaan anda
sangat berarti dalam penyusunan penelitian ini. Atas kesediaan anda dan anak anda
menjadi responden, kami ucapkan terimakasih.

Wangon, Juni 2021

Tim Peneliti
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN

Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo


Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama :

Usia :

Alamat :

Telah memahami dan menyetujui penelitian yang dilaksanakan oleh para dokter
muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dan akan memberikan
berbagai informasi yang dibutuhkan melalui jawaban kuesioner dalam rangka
menganalisis faktor risiko yang meningkatkan kejadian hipertensi esensial di Desa
Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

Wangon, Juni 2021

Responden

(.......................................)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PUSKESMAS I CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

A. Data Demografi
Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda centang pada
kolom dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia:
1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin :
 Laki-laki
 Perempuan
5. Pendidikan :
 Tidak Tamat SD
 Tamat SD/Sederajat
 Tamat SMP/Sederajat
 Tamat SMA/Sederajat
 Tamat Sarjana/Sederajat
6. Pekerjaan :
 PNS
 Pegawai Swasta
 Wiraswasta
 Petani
 Buruh
 Pedagang
 Pensiun
 Tidak Bekerja
 Lain-lain (tuliskan) ……………………………………………
7. Tekanan Darah :
8. Data Antopometri
a. Berat Badan :
b. Tinggi Badan :
c. Indeks Massa Tubuh (IMT) :

B. Faktor Risiko Hipertensi


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan tanda centang pada pilihan
“ya” atau “tidak” dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia:

No. Pertanyaan Ya Tidak


1 Keluarga saya (ayah, ibu, anak) memiliki riwayat
tekanan darah tinggi (tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih)
2 Saya sering makan makanan yang asin (setara
garam ≥ 1 sendok teh per hari)
3 Saya suka makan makanan berlemak (seperti
gorengan, telor ayam, jeroan, kulit, daging
kambing, daging sapi, dan makanan sejenis lainnya)
sebanyak 3 kali dalam seminggu atau lebih
4 Saya rutin berolahraga (seperti
berjalan/jogging/berenang/bersepeda/sejenisnya)
minimal 3 kali dalam seminggu dan setiap
berolahraga saya menghabiskan waktu 30-45 menit
5 Saya minum minuman beralkohol
6 Saya adalah seorang perokok (Jika jawaban “ya”,
lanjut ke nomor 7, jika “tidak” langsung lanjut ke
nomor 8)
7 Saya merokok sejumlah ......... batang per hari dan sudah merokok
selama ......... tahun
8 Keluarga saya ada yang merokok dan saya sering
terpapar asap rokok
Berikan tanda centang pada tempat yang sesuai dengan yang anda alami

0 1 2 3 4
No
Selama satu bulan terakhir, seberapa Tidak Hampir
. Cukup Sangat
sering Anda merasakan hal ini: perna tidak Kadang
sering sering
h pernah
1. Saya merasa kecewa karena mengalami
hal yang tidak diharapkan
2 Saya merasa tidak mampu mengatasi
hal penting dalam hidup saya
3 Saya merasa gugup dan tertekan
4 Saya merasa tidak mampu mengatasi
segala sesuatu yang harus saya atasi
5 Saya marah karena sesuatu diluar
kontrol saya telah terjadi
6 Saya merasa kesulitan-kesulitan
menumpuk semakin berat sehingga
saya tidak mampu mengatasinya
4 3 2 1 0
7 Saya percaya terhadap kemampuan
sendiri untuk mengatasi masalah
pribadi
8 Saya merasa segala sesuatu telah
berjalan sesuai dengan rencana saya
9 Saya mampu mengatasi semua masalah
dalam hidup saya
10 Saya merasa sukses
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN

Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo


Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah

Informed Consent

Kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto, saat ini sedang malakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko yang
Menyebabkan Hipertensi di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten
Banyumas”. Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan Community
Health Analysis pada Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.Kesediaan anda
sangat berarti dalam penyusunan penelitian ini. Atas kesediaan anda dan anak anda
menjadi responden, kami ucapkan terimakasih.

Wangon, Juni 2021

Tim
Peneliti

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN

Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo


Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama :

Usia :

Alamat :

Telah memahami dan menyetujui penelitian yang dilaksanakan oleh para dokter
muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dan akan memberikan
berbagai informasi yang dibutuhkan melalui jawaban kuesioner dalam rangka
menganalisis faktor risiko yang meningkatkan kejadian hipertensi esensial di Desa
Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

Wangon, Juni 2021

Responden

(.......................................)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PUSKESMAS WANGON II KABUPATEN BANYUMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

A. Data Demografi

Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda centang pada
kolom dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia:
1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin :
 Laki-laki
 Perempuan
5. Pendidikan :
 Tidak Tamat SD
 Tamat SD/Sederajat
 Tamat SMP/Sederajat
 Tamat SMA/Sederajat
 Tamat Sarjana/Sederajat
6. Pekerjaan :
 PNS
 Pegawai Swasta
 Wiraswasta
 Petani
 Buruh
 Pedagang
 Pensiun
 Tidak Bekerja
 Lain-lain (tuliskan) ……………………………………………
7. Tekanan Darah :
8. Data Antopometri
a. Berat Badan :
b. Tinggi Badan :
c. Indeks Massa Tubuh (IMT) :
9. Data Pemeriksaan Penunjang
a. Gula Darah Sewaktu :
b. Kolesterol Total :
c. Kolesterol LDL dan HDL :
d. Trigliserida :

B. Faktor Risiko Hipertensi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan tanda centang pada pilihan
“ya” atau “tidak” dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia:

No. Pertanyaan Ya Tidak


1 Keluarga saya (ayah, ibu, anak) memiliki riwayat
tekanan darah tinggi (tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih)
2 Saya sering makan makanan yang asin (setara
garam ≥ 1 sendok teh per hari)
3 Saya suka makan makanan berlemak (seperti
gorengan, telor ayam, jeroan, kulit, daging
kambing, daging sapi, dan makanan sejenis lainnya)
sebanyak 3 kali dalam seminggu atau lebih
4 Saya rutin berolahraga (seperti
berjalan/jogging/berenang/bersepeda/sejenisnya)
minimal 3 kali dalam seminggu dan setiap
berolahraga saya menghabiskan waktu 30-45 menit
5 Saya minum minuman beralkohol
6 Saya adalah seorang perokok (Jika jawaban “ya”,
lanjut ke nomor 7, jika “tidak” langsung lanjut ke
nomor 8)
7 Saya merokok sejumlah ......... batang per hari dan sudah merokok
selama ......... tahun
8 Keluarga saya ada yang merokok dan saya sering
terpapar asap rokok

Berikan tanda centang pada tempat yang sesuai dengan yang anda alami

0 1 2 3 4
No
Selama satu bulan terakhir, seberapa Tidak Hampir
. Cukup Sangat
sering Anda merasakan hal ini: perna tidak Kadang
sering sering
h pernah
1. Saya merasa kecewa karena mengalami
hal yang tidak diharapkan
2 Saya merasa tidak mampu mengatasi
hal penting dalam hidup saya
3 Saya merasa gugup dan tertekan
4 Saya merasa tidak mampu mengatasi
segala sesuatu yang harus saya atasi
5 Saya marah karena sesuatu diluar
kontrol saya telah terjadi
6 Saya merasa kesulitan-kesulitan
menumpuk semakin berat sehingga
saya tidak mampu mengatasinya
4 3 2 1 0
7 Saya percaya terhadap kemampuan
sendiri untuk mengatasi masalah
pribadi
8 Saya merasa segala sesuatu telah
berjalan sesuai dengan rencana saya
9 Saya mampu mengatasi semua masalah
dalam hidup saya
10 Saya merasa sukses

Aku

Anda mungkin juga menyukai