E-mail : pkm.bjr2@gmail.com
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur dan atas berkat rahmat Tuhan
Yang Maha Kuasa, Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Program Kesehatan Jiwa
Akhir kata kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen ini. Kami menyadari bahwa Rencana Usulan
Kegiatan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan masukan, saran dan kritik sebagai upaya kita bersama untuk meningkatkan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang
berat termasuk penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain (NAPZA), tetapi
juga meliputi berbagai problem psikososial yang memerlukan intervensi agar
dapat menghindari terjadinya gangguan jiwa yang berat tersebut, disamping
juga masalah taraf kesehatan jiwa yang optimal yaitu tahan terhadap stress
serta dapat hidup harmonis dan produktif.
Gangguan jiwa pada remaja merupakan masalah yang meningkat
pertahunnya. WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia
mengalami gangguan mental, yang terjadi pada remaja antara usia 18-21
tahun (WHO, 2009). Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat
tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 – 30 tahun atau
lebih mengalami gangguan jiwa. Sedangkan menurut data riset kesehatan
dasar tahun 2007 yang diadakan Departemen Kesehatan RI, gangguan
mental emosional (depresi dan anxietas) dialami sekitar 11,6% populasi
Indonesia (24.708.000 orang) yang usianya diatas 15 tahun. Jika ditinjau dari
proporsi penduduk, 40% dari total populasi terdiri atas anak dan remaja
berusia 0-16 tahun, dan 7-14% dari populasi remaja mengalami gangguan
kesehatan jiwa (Achir Yani, 2008).
Kesehatan jiwa di dunia saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan yang signifikan, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
biopolar, 47,5 orang terkena dimensia, serta 21 juta orang terkena
skizofrenia. Dengan berbagai keanekaragaman seperti faktor biologis,
psikologis, dan sosial, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus meningkat
yang dapat berdampak pada pertambahan beban negara dan produktivitas
manusia dalam jangka panjang (Kemenkes, 2016).
Gangguan jiwa dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu gangguan jiwa
berat dan gangguan jiwa ringan. Yosep (2007) menyatakan bahwa, paling
tidak satu dari empat penduduk di dunia menderita gangguan jiwa,
sedangkan saat ini diperkirakan ada 450 juta penduduk dunia mengalami
gangguan jiwa. Menurut World Health Organizatiaon (WHO) (2016),
Indonesia menduduki peringkat ke-4 dengan penduduk terbanyak di dunia.
Dan penderita gangguan jiwa di Indonesia yaitu sekitar 26 juta penduduk,
mulai dari gangguan jiwa ringan hingga berat.
Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2018 sebanyak 16.714 warga Jawa Barat tercatat mengalami gangguan
kejiwaan berat, hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2017
yang hanya 11.360 warga.
Pemberdayaan masyarakat terhadap kesehatan jiwa dapat dicapai
dengan suatu manajemen pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kesehatan jiwa., selanjutnya perlu adanya kerjasama antara Puskesmas dan
rumah sakit jiwa setempat serta bagaimana menggerakkan masyarakat
untuk mendukung diadakannya manajemen pelayanan kesehatan jiwa
dimasyarakat salah satunya adalah dengan melakukan kunjungan rumah
kesehatan jiwa dan pembinaan kader kesehatan jiwa. Diharapkan hasilnya
dapat mempermudah penanganan gangguan jiwa yang ada di masing
masing wilayah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan Program Kesehatan Jiwa
BLUD UPTD Puskesmas Banjar II Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya masalah yang ada di program Kesehatan Jiwa
b. Tersusunnya prioritas masalah yang harus diselesaikan dalam
program Kesehatan Jiwa
c. Diketahuinya akar penyebab masalah program Kesehatan Jiwa
d. Tersusunnya kegiatan program Kesehatan Jiwa untuk pemecahan
masalah
Tabel 2.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 TAHUN 2017
NO UMUR LAKI - LAKI PEREMPUAN JUMLAH RASIO JENIS KELAMIN
C. Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat dapat terlihat dari jumlah masyarakat yang
bekerja dan kepemilikan kartu jaminan kesehatan. Dari jumlah masyarakat yang
mempunyai pekerjaan dapatlah kita ketahui pendapatan yang diperolehnya baik
itu harian ataupun bulanan. Begitupun dari kepemilikan kartu jaminan kesehatan.
Apalagi seperti kita ketahui bahwa masyarakat pemerima kartu jaminan
kesehatan PBI dalam hal ini kartu jamkesmas haruslah mempunyai keriteria atau
syarat miskin.
Adapun 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/
rumah tangga dikategorikan miskin adalah :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bamboo/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa plester
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama – sama dengan
rumang tangga lain
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum bersasl dari sumur/ mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari –hari asdalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani luas tanah
500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,-
perbulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat
SD/ hanya SD
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas,
ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variable terpenuhi maka suatu rumah tangga di
kategorikan sebagai rumah tangga miskin
a. Pekerjaan
Tabel 2.2
DISTRIBUSI JENIS PEKERJAAN PENDUDUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2
TAHUN 2017
Dari tabel 2.2 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang mempunyai
pekerjaan adalah sebanyak 2917 orang dengan jenis pekerjaan terbanyak
adalah swasta yaitu 1306 orang (44,8%) sedangkan untuk jenis pekerjaan
paling sedikit adalah TNI/POLRI yaitu sebanyak 46 orang (1,58%).
Tabel 2.3
DISTRIBUSI KEPEMILIKAN KARTU JAMINAN KESEHATAN
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 TAHUN 2017
D. Keadaan Pendidikan
Tabel 2.4
DISTRIBUSI PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 TAHUN 2017
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE 3,821 3,847 7,668
1
ATAS
PERSENTASE PENDIDIKAN
3
TERTINGGI YANG DITAMATKAN:
724 721 1,445 18.95 18.74 18.84
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD
Dari tabel 2.4 diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak yang
telah diselesaikan adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3839 orang (50,07%)
sedangkan yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sarjana
adalah 154 orang (2,01 %). Juga terdapat 1445 orang (18,84%) yang tidak
pernah mengenyam pendidikan formal.
BAB III
TAHAPAN PERENCANAAN
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan evaluasi kinerja program Kesehatan Jiwa di BLUD UPTD
Puskesmas Banjar 2 tahun 2017, diketahui bahwa penemuan kasus
kesehatan jiwa untuk Depresi yaitu 6 orang, epilepsy 6 orang, skizofrenia 1
orang dan Anxietas 3 orang.
B. Identifikasi Masalah
Kurangnya penyuluhan
1. kepada masyarakat tentang 9 8 8 576 1
kesehatan jiwa
Kurangnya koordinasi
2. dengan lintas program dan 7 8 7 392 4
lintas sektoral
Kurangnya skill petugas
3. kesehatan dalam upaya 8 8 8 512 2
kesehatan jiwa
Kurangnya komunikasi antar
keluarga dengan penderita
4. 7 8 8 448 3
gangguan jiwa dengan
petugas
C. Akar Masalah
Penentuan akar masalah dilakukan dengan analisis tulang ikan
(Fishbone analysis), sebagai berikut :
MANUSIA
ALAT MATERIAL
LINGKUNGAN
Fish Bone Analysis keswa
D. Akar Masalah
Berdasarkan Fishbone analysis, maka diketahui bahwa akar masalah
kurangnya cakupan deteksi dini gangguan jiwa di BLUD UPTD Puskesmas Banjar 2
yaitu karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan Jiwa dan
minimnya sosialisasi kepada jaringan, jejaring puskesmas, kader, dan tokoh
masyarakat lainnya.
KEBUTUHAN KEBUTUHA
UPAYA TARGET PENANGGUNG MITRA WAKTU INDIKATOR SUMBER
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SUMBER N
KESEHATAN SASARAN JAWAB KERJA PELAKSANAAN KINERJA BIAYA
DAYA ANGGARAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Kesehatan Kunjungan Penderita Keluarga 100% Kooordinator Transport Kader Februari 2019, 300.000 Pasien dengan BOK
Jiwa Rumah kasus jiwa dapat penderita Program Petugas Kesehatan Juni 2019, gangguan jiwa dapat
kesehatan perawatan Kesehatan Jiwa Jiwa Oktober 2019 terdeteksi lebih dini
jiwa sesuai
standar
kesehatan
Pembentukan Mendeteksi Kader 20 orang Kooordinator Mamin, ATK, Koordinator Mei 2019 2.530.000 Meningkatkan BOK
Kader secara dini Kesehatan Program Uang Lelah Program pengetahuan
Kesehatan penemuan Jiwa Kesehatan Jiwa non PNS, Lintas kepada kader
Jiwa pasien Fotocopy Sektoral tentang kesehatan
gangguan jiwa
jiwa
Kepala UPTD Puskesmas Banjar 2 Banjar, Oktober 2018
Koordinator Program Kesehatan Jiwa