Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH 5 PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

SISTEM INFORMASI KESEHATAN LINGKUNGAN


DI PUSKESMAS SOKARAJA 2
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :
ERLINA SUDARYANTI P1337433221028
Shintia Indah Setiyawati P1337433221037

Annisa Fadilla P1337433221044


Sania Nabila Azzahra P1337433221064
Melinda Ayuningtias P1337433221065
Fidela Dias Permaeswari P1337433221067

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN – PURWOKERTO
PROGRAM STUDI D4 SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN yaitu sub sistem
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI&TI)
secara fundamental memiliki peranan penting bagi perkembangan organisasi kesehatan,
mengingat keuntungan yang didapat antara lain efektif, efisien, dan transparansi guna
mendukung pelayanan yang baik dan bersih. Dari sistem informasi kesehatan ini kita dapat
mengetahui rekapan data penyakit berbasis lingkungan yang berada di puskesmas dengan cepat
. Penyakit berbasis lingkungan adalah fenomena penyakit yang dikarenakan keterkaitan manusia
dengan faktor lingkungan. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain malaria.
Hendrik L. Bloom mengemukakan lingkungan sebagai faktor utama determinan
kesehatan masyarakat, kerentanan masyarakat terhadap penyakit ISPA dan diare berkaitan erat
dengan sanitasi dasar dan kondisi fisik rumah.Tersedianya sarana sanitasi dasar dan komponen
rumah merupakan salah satu syarat rumah sehat. Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit yang bersumber dari lingkungan. Penyakit berbasis
lingkungan merupakan penyebab kesehatan masyarakat yang serius bahkan penyebab utama
kematian. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan masih
rendah yang mengakibatkan berbagai penyakit mudah muncul dan berkembang, Penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, metode
Pengambilan data 5 penyakit berbasis lingkungan selama 5 tahun di Puskesmas Sokaraja II ini
bertujuan untuk mengetahui penyakit apa saja yang terbilang tinggi dari tahun ke tahun.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengambilan data 5 tahun terakhir penyakit berbasis
lingkungan di Puskesmas Sokaraja II ini bertujuan untuk mengetahui penyakit berbasis
lingkungan apa saja yang banyak terpapar penyakit tersebut, dan mengetahui beberapa
rekapan data 10 penyakit terbanyak di Wilayah tersebut

2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui sistem informasi dan manajemen di Puskesmas
Sokaraja II.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyakit apa saja yang ada di Puskesmas Sokaraja II.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahayanya penyakit berbasis lingkungan
C. Manfaat

Manfaat bagi mahasiswa sendiri yaitu mahasiswa dapat mengidentifikasi dan


mempelajari tentang penyakit berbasis lingkungan, selain itu juga mahasiswa dapat menambah
ilmu pengetahuan tentang manajemen sistem informasi yang ada di Puskesmas Sokaraja II untuk
mendata penyakit terbanyak selama 5 tahun terakhir ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan
(setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Haryono,2012). Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihanyang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar (BAB) dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012)
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau bawah
yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor penjamu dan
faktor lingkungan. Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi
Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru (Depkes RI, 2012).
Asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan
obstruksi dan hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat yang bervariasi. Gejala klinis asma
dapat berupa batuk, terdengar suara napas wheezing, sesak napas, dada terasa seperti tertekan
yang timbul secara kronik dan atau berulang, cenderung memberat pada malam atau dini hari,
dan biasanya timbul jika ada pencetus. (IDAI, 2015). Menurut (GINA) Global Initiative for
Asthma (2018) asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan
saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan
Keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.

Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis yang
disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya faktor eksogen dan
endogen. Tanda adanya kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal pada kulit.
Dermatitis kontak terdiri dari dua kelompok yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan
Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Dermatitis Kontak Iritan merupakan reaksi imunologis kulit
terhadap gesekan atau paparan bahan asing penyebab iritasi kepada kulit. Dermatitis iritan
kronik terjadi apabila kulit berkontak langsung dengan bahan – bahan iritan yang tidak terlalu
kuat, seperti sabun, deterjen dan larutan antiseptik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Sokaraja II
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Sokaraja II merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan
Sokaraja. wilayah kerja yang meliputi 8 desa yaitu :
a. Desa Jompo Kulon, dengan luas wilayah : 99,77 km2
b. Desa Banjarsari Kidul, dengan luas wilayah : 161,23 km2
c. Desa Banjaranyar, dengan luas wilayah : 258,25 km2
d. Desa Klahang, dengan luas wilayah : 180,9 km2
e. Desa Lemberang, dengan luas wilayah : 152,28 km2
f. Desa Karangduren, dengan luas wilayah : 182,24 km2
g. Desa Sokaraja Lor, dengan luas wilayah : 155,5 km2
h. Desa Kedondong, dengan luas wilayah : 91,33 km2
Luas wilayah puskesmas Sokaraja II adalah 1281,5 km2, desa yang
terkecil Desa Kedondong (91,33 km2) dan desa terluas adalah Desa Banjaranyar
(258,25 km2).
Puskesmas II Sokaraja berbatasan dengan desa diwilayah kecamatan sebagai
berikut
 Sebelah Timur : Desa Jompo Wetan, wilayah Kab. Purbalingga
 Sebelah Barat : Desa Kalicupak, wilayah Puskesmas Kalibagor
 Sebelah Utara : Desa Kramat, wilayah Puskesmas Kembaran II
 Sebelah Selatan : Desa Sokaraja Wetan, wilayah Puskesmas
Sokaraja I

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari PLKB, Stastistik Kecamatan dan dari desa-
desa, wilayah Puskesmas Sokaraja II berpenduduk total : 32,715 jiwa,
terdiri dari 16,324 laki-laki dan 16391 jiwa perempuan.
Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa jumlah penduduk yang paling
sedikit dari desa Jomo Kulon dengan 1.976 jiwa sedangkan yang
terbanyak adalah dari desa Karangduren dengan 5.007 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Puskesmas Sokaraja II dari tahun 2020-2021
adalah sebesar 397 jiwa pertahun.

NO DESA JML PEREMPUAN JML LAKI-LAKI TOTAL

1 jompo kulon 966 1010 1976

2 banjarsari kidul 1950 1952 3902


3 banjaranyar 2577 2408 4985

4 klahang 2422 2384 4806

5 lemberang 1851 1927 3778

6 karangduren 2537 2470 5007

7 sokaraja lor 2126 2255 4381

8 kedondong 1962 1918 3880

b. Jumlah Pnduduk Menurut Kelompok Umur


Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin perdesa di
wilayah Puskesmas Sokaraja II tahun 2021 dapat dilihat pada tabel
berikut;

No Kelompok Usia Jumlah Penduduk Jumlah L + P


Laki - Laki Perempuan
1. 0-4 1140 1102 2242
2. 5–9 1212 1225 2437
3. 10 – 14 1371 1176 2547
4. 15 – 19 1183 1166 2349
5. 20 – 24 1239 1193 2432
6. 25 – 29 1169 1219 2388
7. 30 – 34 1132 1170 2302
8. 35 – 39 1305 1275 2580
9. 40 – 44 1285 1293 2578
10. 45 – 49 1171 1229 2400
11. 50 – 54 981 1000 1981
12. 55 – 59 821 893 1714
13. 60 – 64 727 765 1492
14. 65 – 69 627 622 1249
15. 70 – 74 439 438 877
16. 75 + 522 625 1147

Jumlah Penduduk diwilayah Puskesmas Sokaraja II sebanyak


32,715 jiwa terdiri dari 16.324 laki-laki dan 16.391 perempuan.
Dari tabel diatas maka peringkat terbanyak adalah :
 Kelompok usia (5-9) thn dengan jumlah = 2437 jiwa
 Kelompok usia (10-14) thn dengan jumlah =2547 jiwa
 Kelompok usia (20-24) thn dengan jumlah = 2432 jiwa
 Kelompok usia (25-29) thn dengan jumlah = 2388 jiwa
 Kelompok usia (35-39) thn dengan jumlah = 2580 jiwa
 Kelompok usia (40-44) thn dengan jumlah = 2578 jiwa
 Kelompok usia (45-49) thn dengan jumlah = 2400 jiwa
 dan kelompok umur yang terkecil / terendah adalah 70-74 dengan
jumlah = 877 jiwa

3. Keadaan Sosial Ekonomi


a. Tingkat Pendidikan
Data Pendidikan penduduk sewilayah Puskesmas Sokaraja II dapat
dilihat pada tabel berikut :

No Tingkat Desa Jml


Penddidikan 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Belum 402 803 393 837 749 989 780 856 5809
sekolah
2 Blm tamat 189 365 870 481 366 710 390 450 3821
SD
3 Tamat SD 523 1213 1657 1280 1238 179 1050 1114 8254
4 Tamat 375 625 970 777 665 882 760 687 5768
SLTP
5 Tamat 385 717 898 1035 615 1046 1050 646 6392
SLTA
6 Tamat 12 78 75 150 77 119 95 36 642
D3/Akd
7 Tamat S1 86 70 120 244 68 148 220 80 1036
8 Tamat S2 - 4 - - - - - - 19

Dari data diatas dapat diketahui bahwa data pendidikan tertinggi adalah
tamatan SD sebanyak : 8254 jiwa kemudian tamatan SLTA sebanyak :
6392 jiwa, tamat SLTP sebanyak 5768 jiwa, belum sekolah sebanyak :
5809, belum tamat SD sebanyak 3821 jiwa, tamat Akd/DIII sebanyak 642,
tamat S1 sebanyak : 1036 dan terakhir tamat S2 sebanyak : 19 jiwa.
b. Mata Pencaharian Penduduk
Dari tabel 4 dibawah tentang mata pencaharian Penduduk wilayah
Puskesmas Sokaraja II dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk
yang tertinggi adalah buruh industri sebanyak

B. Analisa Hasil Penyakit


Penyakit Tahun Total
2018 2019 2020 2021
Diare 393 554 120 500 1.567
ISPA 2.273 8.210 6.955 4.083 21.521
Dermatitis 1.713 1.401 1.857 1.068 2.696
Fever 943 523 513 717 2.696
Asma 94 155 30 55 334

1. Diare

Penyebab menurunkan usia harapan hidup sebesar 1,97 tahun pada


penderitanya, di bawah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah (2,09
tahun). Secara global pada tahun 2016, air minum yang tidak sehat, sanitasi
buruk, dan lingkungan kurang bersih menjadi faktor utama terhadap kematian
0,9 juta jiwa termasuk lebih dari 470.000 kematian bayi yang diebabkan oleh
diare. Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis dan penyakit potensial
kejadian luar biasa yang sering berhubungan dengan kematian. Pada tahun
2016, penderita diare semua umur yang dilayani di fasilitas kesehatan
berjumlah 3.176.079 jiwa dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 4.274.790
jiwa. Di tahun tersebut telah terjadi 21 kali KLB yang tersebar di 12 provinsi,
17 kabupaten/kota. Di tahun 2017, cakupan pelayanan penderita diare balita di
Indonesia sebesar 40,07% dengan tertinggi Nusa Tenggara Barat (96,94%).3
Tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2018 kasus diare juga
meningkat menjadi 4.504.524 jiwa yang terdata di fasilitas kesehatan. Telah
terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Pada tahun
2018 cakupan pelayanan penderita balita di Indonesia sebesar 40,90% dengan
tertinggi Nusa Tenggara Barat (75,88%). Dan pada tahun 2019, kasus diare
mengalami penurunan sedikit daripada tahun sebelumnya menjadi 4.485.513
jiwa.4 Pada tahun 2019 cakupan pelayanan penderita diare balita di Indonesia
sebesar 40% dengan tertinggi masih Nusa Tenggara Barat (68,6%). Insiden
diare tersebut secara nasional adalah 270/1.000 penduduk. Ini menunjukkan
bahwa kasus diare menjadi sorotan di dunia kesehatan Indonesia.

Dari data diatas jumlah kasus-kasus diare di wilayah Puskesmas Sokaraja


II bisa dibilang masih cukup tinggi dengan jumlah kasus sebanyak 1.567
kasus selama 4 tahun terakhir dari tahun 2018-2021. Puskesmas Sokaraja II
meliputi bberapa wilayah seperti Jompo Kulon, Banjarsari Kidul,
Banjaranyar, Klahang, Lemberang, Karangduren, Sokaraja Lor, dan
Kedondong. Menurut hasil analisa tingginya kasus diare ini disebabkan oleh
air minum yang kurang bersih dan mengandung bakteri di dalamnya sehingga
menyebabkan bakteri berkembang di dalam perut dan terjadi diare. diare
menjadi kasus terbesar ketiga selama empat tahun terakhir. Dengan jumlah
kasus sebanyak 1.567 bisa dibilang diare masih menjadi kasus yang perlu
diwaspadai. Diare tidak boleh dianggep remeh karena penyakit ini penyebab
kasus kematian yang cukup banyak di Indonesia.
2. ISPA

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular


di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-
nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas
sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-
negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA masih
merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80 sampai 90% dari seluruh kasus
kematian ISPA disebabkan Pneumonia.

Dari tahun 2018 hingga tahun 2021, kejadian ISPA yang tercatat di
puskesmas Sokaraja II cukup banyak dan berada di posisi tertinggi dari 10
penyakit terbanyak wilayah Puskesmas Sokaraja II. di wilayah Puskesmas
Sokaraja II jumlah kasus ISPA selama 4 tahun terkhir mencapai 21.521
dengan kejadian kasus tertinggi pada tahun 2019 dengan jumlah kasus
sebanyak 8.210. Namun, dari tahun 2019 hingga 2021 kasus ISPA mengalami
penurunan.

3. Dermatitis

Dermatitis kontak dan penyakit kulit subkutan lainnya banyak ditemukan


di Indonesia, Hal ini disebabkan Indonesia mempunyai iklim yang tropis.
Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangbiakan mikroorganisme dan
memperparah kondisi penderita dermatitis kontak.6 Berdasarkan data
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI tahun 2014,
jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya sebesar 147.953
kasus. Jumlah kasus dermatitis sebesar 122.076 kasus dimana pada laki-laki
48.576 kasus dan pada perempuan 73.500 kasus.7 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar oleh Depkes 2014 dari keluhan responden prevalensi
nasional dermatitis yaitu sebesar 6,8%.8 .

Angka kejadian dermatitis di Puskesmas Sokaraja II bisa dibilang cukup


tinggi sekitar 2.696 kasus selama 4 tahun dari tahun 2018 hingga tahun 2021.
Kejadian kasus paling banyak terjadi pada tahun 2020 dengan total kasus
sebanyak 1.857 namun hingga tahun 2021 kasus Dermatitis sudah menurun
menjadi 1.068 kasus. di wilayah Puskesmas Sokaraja II kondisi cuaca
terbilang cukup panas sehingga dapat menyebabkan kulit gatal – gatal dan
iritasi. Dalam kondisi kulit tertentu ada yang dinamakan kulit sensitive
dimana proses penyembuhanya sedikit lebih lama dari kulit normal biasanya.
Hal ini bisa menyebabkan Dermatitis tingkat akut.
4. Fever

Fever atau yang biasa disebut dengan demam adalah salah satu kondisi
dimana tubuh mengalami kenaikan suhu hingga lebih dari 38 0 C. Menurut
American Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur
kurang dari 3 tahun sampai 38 0C, suhu normal oral sampai 37,5 0C. Pada anak
berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2 ˚C , suhu rektal
normal sampai 37,8 0 C. Sedangkan menurut NAPN (National Association of
Pediatric Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu
rektal melebihi 38 0 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral
lebih dari 38,3 0C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan,
dan rangsang pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik
masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan
tubuh secara keseluruhan; tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu
maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui.

Menurut hasil analisa data selama empat tahun terakhir diperoleh data
dengan tingkat kasus sebanyak 2.696 kasus. kasus terbanyak terjadi pada
tahun 2018. Dapat dilihat dari data yang ada Fever sudah lumayan menurun
namun naik lagi pada tahun 2021 dengan kasus sebanyak 717. Demam bisa
terjadi akibat paparan cuaca dan suhu panas yang berlebih apalagi di Wilayah
Puskesmas Sokaraja II dilewati oleh Jalan Pantura.

5. Asma

World Health Report di tahun 2000 menunjukkan asma menduduki


peringkat ke-5 sebagai penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di
dunia. Saat itu penderita asma di dunia mencapai 100-150 juta orang, dan
terus bertambah sekitar 180 ribu orang pertahun (WHO, 2000). Jumlah terkini
di tahun 2008 mencapai 300 juta orang (GINA, 2008). Asma mencapai
perkembangan hingga dua kali lipat dari jumlah awal dalam 8 tahun terakhir.
Prevalensi asma di Indonesia sendiri berkisar antara 5-7% (Suyono, 2001).
Asma juga terbukti menurunkan kualitas hidup penderita. Riset terhadap 3207
kasus asma menunjukkan 44-51% penderita mengalami batuk malam dalam
sebulan terakhir, bahkan 28,3% penderita mengaku mengalami gangguan tidur
paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau berolahraga sebanyak 52,7%, aktivitas
sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%,
dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan
dalam setahun terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa
(Journal of Allergy and Clinical Immunology, 2003 ; dikutip oleh Arief,
2009).

Asma di wilayah Puskesmas Sokaraja II tertinggi pada tahun 2019


sebanyak 155 kasus. Jumlah total kasus asma yang terjadi di wilayah
Puskesmas Sokaraja II adalah sebanyajk 334 kasus. Asma terbilang cukup
rendah dibandingkan dengan penyakit lainya dan tidak termasuk ke dalam 10
besar penyakit di wilayah Puskesmas Sokaraja II.
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan

Menurut hasil data yang telah diamati penyakit berbasis lingkungan yang ada di
wilayah Puskesmas Sokaraja II. Ada 5 penyakit yang dianalisa yaitu Diare, ISPA,
Dermatitis, Fever dan Asma. Dari ke lima penyakit yang dianalisa ISPA menduduki
peringkat tertinggi dengan total kasus 21.521 kasus dari tahun 2018 hingga 2021.
Sedangkan kasus terkecil ada di Asma dengan total hanya 334 kasus saja. Wilayah
puskesmas sokaraja II termasuk daerah yang cukup panas dengan suhu rata-rata kurang
lebih 30 0 C. suhu yang panas dapat menimbulkan beberapa penyakit.

B. Saran
Untuk mengurangi adanya kasus penyakit kita harus selalu menjaga kesehatan
dengan memakan makanan yang bergizi dan selalu menjaga lingkungan sekitar agar tetap
bersih supaya terhindar dari virus penyebab sakit

Anda mungkin juga menyukai