DISUSUN OLEH :
ERLINA SUDARYANTI P1337433221028
Shintia Indah Setiyawati P1337433221037
Salah satu komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN yaitu sub sistem
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI&TI)
secara fundamental memiliki peranan penting bagi perkembangan organisasi kesehatan,
mengingat keuntungan yang didapat antara lain efektif, efisien, dan transparansi guna
mendukung pelayanan yang baik dan bersih. Dari sistem informasi kesehatan ini kita dapat
mengetahui rekapan data penyakit berbasis lingkungan yang berada di puskesmas dengan cepat
. Penyakit berbasis lingkungan adalah fenomena penyakit yang dikarenakan keterkaitan manusia
dengan faktor lingkungan. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain malaria.
Hendrik L. Bloom mengemukakan lingkungan sebagai faktor utama determinan
kesehatan masyarakat, kerentanan masyarakat terhadap penyakit ISPA dan diare berkaitan erat
dengan sanitasi dasar dan kondisi fisik rumah.Tersedianya sarana sanitasi dasar dan komponen
rumah merupakan salah satu syarat rumah sehat. Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit yang bersumber dari lingkungan. Penyakit berbasis
lingkungan merupakan penyebab kesehatan masyarakat yang serius bahkan penyebab utama
kematian. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan masih
rendah yang mengakibatkan berbagai penyakit mudah muncul dan berkembang, Penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, metode
Pengambilan data 5 penyakit berbasis lingkungan selama 5 tahun di Puskesmas Sokaraja II ini
bertujuan untuk mengetahui penyakit apa saja yang terbilang tinggi dari tahun ke tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengambilan data 5 tahun terakhir penyakit berbasis
lingkungan di Puskesmas Sokaraja II ini bertujuan untuk mengetahui penyakit berbasis
lingkungan apa saja yang banyak terpapar penyakit tersebut, dan mengetahui beberapa
rekapan data 10 penyakit terbanyak di Wilayah tersebut
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui sistem informasi dan manajemen di Puskesmas
Sokaraja II.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyakit apa saja yang ada di Puskesmas Sokaraja II.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahayanya penyakit berbasis lingkungan
C. Manfaat
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis yang
disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya faktor eksogen dan
endogen. Tanda adanya kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal pada kulit.
Dermatitis kontak terdiri dari dua kelompok yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan
Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Dermatitis Kontak Iritan merupakan reaksi imunologis kulit
terhadap gesekan atau paparan bahan asing penyebab iritasi kepada kulit. Dermatitis iritan
kronik terjadi apabila kulit berkontak langsung dengan bahan – bahan iritan yang tidak terlalu
kuat, seperti sabun, deterjen dan larutan antiseptik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Sokaraja II
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Sokaraja II merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan
Sokaraja. wilayah kerja yang meliputi 8 desa yaitu :
a. Desa Jompo Kulon, dengan luas wilayah : 99,77 km2
b. Desa Banjarsari Kidul, dengan luas wilayah : 161,23 km2
c. Desa Banjaranyar, dengan luas wilayah : 258,25 km2
d. Desa Klahang, dengan luas wilayah : 180,9 km2
e. Desa Lemberang, dengan luas wilayah : 152,28 km2
f. Desa Karangduren, dengan luas wilayah : 182,24 km2
g. Desa Sokaraja Lor, dengan luas wilayah : 155,5 km2
h. Desa Kedondong, dengan luas wilayah : 91,33 km2
Luas wilayah puskesmas Sokaraja II adalah 1281,5 km2, desa yang
terkecil Desa Kedondong (91,33 km2) dan desa terluas adalah Desa Banjaranyar
(258,25 km2).
Puskesmas II Sokaraja berbatasan dengan desa diwilayah kecamatan sebagai
berikut
Sebelah Timur : Desa Jompo Wetan, wilayah Kab. Purbalingga
Sebelah Barat : Desa Kalicupak, wilayah Puskesmas Kalibagor
Sebelah Utara : Desa Kramat, wilayah Puskesmas Kembaran II
Sebelah Selatan : Desa Sokaraja Wetan, wilayah Puskesmas
Sokaraja I
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari PLKB, Stastistik Kecamatan dan dari desa-
desa, wilayah Puskesmas Sokaraja II berpenduduk total : 32,715 jiwa,
terdiri dari 16,324 laki-laki dan 16391 jiwa perempuan.
Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa jumlah penduduk yang paling
sedikit dari desa Jomo Kulon dengan 1.976 jiwa sedangkan yang
terbanyak adalah dari desa Karangduren dengan 5.007 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Puskesmas Sokaraja II dari tahun 2020-2021
adalah sebesar 397 jiwa pertahun.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa data pendidikan tertinggi adalah
tamatan SD sebanyak : 8254 jiwa kemudian tamatan SLTA sebanyak :
6392 jiwa, tamat SLTP sebanyak 5768 jiwa, belum sekolah sebanyak :
5809, belum tamat SD sebanyak 3821 jiwa, tamat Akd/DIII sebanyak 642,
tamat S1 sebanyak : 1036 dan terakhir tamat S2 sebanyak : 19 jiwa.
b. Mata Pencaharian Penduduk
Dari tabel 4 dibawah tentang mata pencaharian Penduduk wilayah
Puskesmas Sokaraja II dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk
yang tertinggi adalah buruh industri sebanyak
1. Diare
Dari tahun 2018 hingga tahun 2021, kejadian ISPA yang tercatat di
puskesmas Sokaraja II cukup banyak dan berada di posisi tertinggi dari 10
penyakit terbanyak wilayah Puskesmas Sokaraja II. di wilayah Puskesmas
Sokaraja II jumlah kasus ISPA selama 4 tahun terkhir mencapai 21.521
dengan kejadian kasus tertinggi pada tahun 2019 dengan jumlah kasus
sebanyak 8.210. Namun, dari tahun 2019 hingga 2021 kasus ISPA mengalami
penurunan.
3. Dermatitis
Fever atau yang biasa disebut dengan demam adalah salah satu kondisi
dimana tubuh mengalami kenaikan suhu hingga lebih dari 38 0 C. Menurut
American Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur
kurang dari 3 tahun sampai 38 0C, suhu normal oral sampai 37,5 0C. Pada anak
berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2 ˚C , suhu rektal
normal sampai 37,8 0 C. Sedangkan menurut NAPN (National Association of
Pediatric Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu
rektal melebihi 38 0 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral
lebih dari 38,3 0C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan,
dan rangsang pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik
masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan
tubuh secara keseluruhan; tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu
maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui.
Menurut hasil analisa data selama empat tahun terakhir diperoleh data
dengan tingkat kasus sebanyak 2.696 kasus. kasus terbanyak terjadi pada
tahun 2018. Dapat dilihat dari data yang ada Fever sudah lumayan menurun
namun naik lagi pada tahun 2021 dengan kasus sebanyak 717. Demam bisa
terjadi akibat paparan cuaca dan suhu panas yang berlebih apalagi di Wilayah
Puskesmas Sokaraja II dilewati oleh Jalan Pantura.
5. Asma
Menurut hasil data yang telah diamati penyakit berbasis lingkungan yang ada di
wilayah Puskesmas Sokaraja II. Ada 5 penyakit yang dianalisa yaitu Diare, ISPA,
Dermatitis, Fever dan Asma. Dari ke lima penyakit yang dianalisa ISPA menduduki
peringkat tertinggi dengan total kasus 21.521 kasus dari tahun 2018 hingga 2021.
Sedangkan kasus terkecil ada di Asma dengan total hanya 334 kasus saja. Wilayah
puskesmas sokaraja II termasuk daerah yang cukup panas dengan suhu rata-rata kurang
lebih 30 0 C. suhu yang panas dapat menimbulkan beberapa penyakit.
B. Saran
Untuk mengurangi adanya kasus penyakit kita harus selalu menjaga kesehatan
dengan memakan makanan yang bergizi dan selalu menjaga lingkungan sekitar agar tetap
bersih supaya terhindar dari virus penyebab sakit