Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus dipenuhi oleh
pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Kesehatan
adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan
bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan.Dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan saat ini harus lebih
mengutamakan paradigma sehat, daripada paradigma sakit. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif dan preventif, tanpa
melupakan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana kesehatan oleh pemerintah,
diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan Rumah Sakit (Kemenkesn RI, 2013).

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak


252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk sebesar
131,76 jiwa/km2.Pada tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250 juta
dengan pertumbuhan penduduk 1,49% bahkan hingga 1,5% per tahun. Laju pertumbuhan
ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan
menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini
penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakkan
program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2015).
KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak produksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas (BKKBN, 2015).
KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan. Sebagian besar
wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena
terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kesehatan individual dan
seksualitas wanita, maupun biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Saat ini tersedia
berbagai metode atau alat kontrasepsi sepeti IUD, suntik, pil, implan, kontrasepsi
mantap dan kondom. Program keluarga berencana dijalankan dengan mengajak
pasangan usia subur (PUS) agar menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan data
BKKBN tahun 2015, terdapat 29 juta peserta KB aktif atau hanya sekitar 75,88% dari
seluruh PUS, dimana masih terdapat 15 provinsi yang cakupannya dibawah cakupan
nasional, yang salah satunya adalah provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 79,80%
(BKKBN, 2015).
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan pemerintah daerah dan
sebagai lini terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan nasional, juga dituntut
untuk memberikan pelayanan dengan baik berdasarkan wewenang, tugas pokok dan
fungsinya yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, masalah dan kemampuan
puskesmas tersebut. Salah satu dari 6 program wajib puskesmas tersebut adalah
program kesehatan ibu anak-keluarga berencana (KIA-KB). Di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang sendiri, cakupan jumlah peserta KB aktif pada bulan Januari –
Mei 2017 masih rendah yaitu 37.4%, dimana angka ini belum mencapai target yang
ditetapkan Puskesmas Jatilawang yaitu sebesar 64%. Dari beberapa desa yang terletak
di Kecamatan Tempuran, desa yang memiliki angka cakupan jumlah peserta KB aktif
terendah adalah Desa Karanglewas yaitu sebesar 72,18%. Salah satu dusun yang turut
menyumbang rendahnya angka tersebut adalah Desa Karanglewas, dimana terdapat
128 PUS yang bukan peserta KB aktif diantara total 528 PUS sehingga cakupannya
hanya 25%. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah rendahnya cakupan jumlah
peserta KB aktif di Puskesmas Jatilawang bulan Januari –Mei 2017 yang akan
dibahas dalam laporan ini.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum : Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan


masalah kesehatan di Puskesmas Jatilawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Jatilawang.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program KB aktif di Puskesmas
Jatilawang.
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program cakupan KB aktif di
Puskesmas Jatilawang
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program cakupan cakupan
KB aktif di kecamatan Jatilawang.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang
mungkin masih ada dalam program cakupan KB aktif di puskesmas Jatilawang
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang program kerja
cakupan KB aktif dalam melakukan evaluasi dalam kinerja program cakupan KB aktif
di Puskesmas Jatilawang.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja cakupan KB aktif lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu
pada khususnya di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program cakupan KB aktif yang
masih dimiliki oleh Puskesmas Jatilawang.
I. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Puskesmas Jatilawang


1. Keadaan Geografi
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten
Banyumas yang memiliki luas wilayah sekitar 4.815,92 Ha/ 48,16 km 2 dan berada
pada ketinggian 21 m dari permukaan lautdengan curah hujan 2.650 mm/tahun.
Kecamatan Jatilawang memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Kecamatan Purwojati


b. Sebelah selatan : Kabupaten Cilacap
c. Sebelah timur : Kecamatan Rawalo
d. Sebelah barat : Kecamatan Wangon

Gambar 2.1. Denah Wilayah Puskesmas Jatilawang

Kecamatan Jatilawang terdiri atas 11 desa, 32 dusun, 56 RW dan 351 RT.


Desa terluas adalah Desa Tunjung yaitu 8,32 km 2, sedangkan desa yang wilayahnya
paling sempit adalah Margasana dengan luas 1,83 km 2. Sebagian besar tanah pada
Kecamatan Jatilawang dimanfaatkan sebagai tanah sawah dengan rincian:
2. Tanah sawah : 1.637 Ha
3. Tanah pekarangan : 591.02 Ha
4. Tanah kebun : 1.565 Ha
5. Kolam : 9 Ha
6. Hutan negara : 433 Ha
7. Perkebunan rakyat : 227 Ha
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Jatilawang sesuai data pada tahun 2016
adalah 70.857 jiwa yang terdiri dari laki-laki35.587 orang (50,2%) dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 35.270 orang (49,8%).Jumlah kepala keluarga
(KK) sebanyak 16.333KKdan sex ratio sebesar 1,01. Jumlah penduduk terbanyak
yaitu di desa Tinggarjaya sebesar 11.404jiwa atau sebesar 16,1% dari keseluruhan
jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang. Desa Margasana merupakan desa
dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2.286 atau hanya sebesar 3,2% dari
keseluruhan jumlah penduduk.

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Perbandingan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang antara laki-laki
dan perempuan hampir sama. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 35.587 orang
(50,2%). Jumlah penduduk perempuan sebanyak 35.270 orang (49,8%).
c. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang
dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar.
Penduduk terbanyak ada pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar6.795
jiwa atau 9,6% dari sebagian besar penduduk yang berada pada usia produktif.
Berikut rincian jumlah penduduk menurut golongan umur:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Jatilawang


tahun 2016

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

0–4 2.889 2.874 5.763

5–9 2.874 2.825 5.699

10 – 14 2.997 2.991 5.988


15 – 19 3.107 3.099 6.206

20 – 24 3.296 3.499 6.795

25 – 29 2.011 1.921 3.932

30 – 34 1.901 1.914 3.815

35 – 39 2.106 2.096 4.202

40 – 44 2.493 2.045 4.538

45 – 49 2.231 2.304 4.535

50 – 54 2.146 2.165 4.311

55 – 59 2.401 2.208 4.609

60 – 64 1.347 1.496 2.843

65 – 69 1.567 1.569 3.136

70 – 74 1.019 1.040 2.059

> 75 1.202 1.224 2.426

Jumlah 35.587 35.270 70.857

Sumber : KecamatanJatilawang dalam Angka Tahun 2016

d. Kepadatan Penduduk
Tabel 2.2 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang Tahun 2016

No Desa Luas Wilayah Kepadatan


(km2) Penduduk
(jiwa/km2)

1 Gunungwetan 7,18 959,61

2 Pekuncen 4,90 1.210,00

3 Karanglewas 5,14 591,44

4 Karanganyar 2,05 1.703,41

5 Margasana 1,82 1.256,04

6 Adisara 2,38 1.982,35


7 Kedungwringin 4,46 2.321,97

8 Bantar 3,12 2.127,56

9 Tinggarjaya 5,73 1.990,23

10 Tunjung 8,32 1.135,10

11 Gentawangi 3,02 2.205.30

Jumlah 48,12 1.473,00

Sumber :Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2016

Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2016 yaitu


sebesar 1.473,00 jiwa/km2. Desa terpadat adalah Desa Kedungwringin yaitu
sebesar 2.321,97 jiwa/km2, sedangkanDesa Karanglewas merupakan desa dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu 591,44 jiwa/km2.

3. Keadaan Sosial Ekonomi


a. Mata pencaharian penduduk
Sebagian besar penduduk kecamatan Jatilawang adalah bekerja sebagai
petani, baik petani mandiri maupun sebagai buruh tani yaitu sebanyak 16.868
orang (39,47%). Mata pencaharian yang lain diantaranya sebagai pengusaha,
buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS, dan ABRI.
b. Tingkat pendidikan penduduk
Data pendidikan penduduk berdasarkan data tahun 2016, pendidikan di
kecamatan Jatilawang terbanyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Rincian data
pendidikan penduduk adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Jatilawang
Tahun 2016
No
. Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk

1 Tidak/Belum tamat SD 14.845

2 SD/MI 23.327

3 SLTP/MTS 7.009

4 SLTA/MA 7.899

5 Akademi/Universitas 659
Sumber: Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2016

c. Budaya
Masyarakat di wilayah Kecamatan Jatilawang masih ada unsur budaya,
dimana masih ditemui kelompok masyarakat yang memiliki kepercayaan kejawen
yaitu di Desa Pekuncen.Selain itu, terdapat pula masyarakat yang dalam
pengambilan keputusan masih dipegang oleh suami maupun hasil musyawarah
keluarga besar, contohnya pada kasus rujukan gawat darurat. Pada kasus tersebut,
keluarga masih sulit memberikan keputusan sebelum ada hasil musyawarah
keluarga. Hal tersebut berpengaruh pada terlambatnya proses rujukan pada kasus
gawat darurat.

d. Pencarian Pelayanan Kesehatan


Pola pencarian pelayanan kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh budaya
setempat.Ketersediaan pelayanan kesehatan di setiap desa sudah baik dan sudah
terdapat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yaitu Poliklinik Kesehatan Desa
yang di laksanakan oleh masing masing bidan desa.Hal tersebut mempermudah
masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan.
4. Program Kesehatan Puskesmas Jatilawang
a. Program kerja
Program kerja yang dilaksanakan di Puskesmas Jatilawang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Program essensial
a) Promosi kesehatan
b) KIA/KB
c) Perbaikan gizi
d) Kesehatan lingkungan
e) P2M
f) Pelayanan Kesehatan
2) Program pengembangan
a) Konsultasi gizi
b) Laboratorium
c) Klinik sanitasi
3) Puskesmas dengan tempat perawatan (puskesmas DPT)
b. Sumber daya puskesmas
1) Sarana dan prasarana
a) Puskesmas pembantu : 2 buah
b) PKD : 16 buah
c) Posyandu : 94 buah
2) Sumber dana
a) Dana dari pemerintah pusat : BPJS
b) Dana dari pemerintah daerah : APBD I dan II
c) Dana dari masyarakat : Retribusi puskesmas
d) Bantuan operasional kesehatan : BOK
c. Ketenagaan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan pada Puskesmas
Jatilawang pada tahun 2017 berjumlah 53 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.4Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2017

No Jenis Tenaga Jumlah (orang)

1 Dokter umum 4

2 Dokter gigi 1

3 Perawat 13

4 Perawat gigi 1

5 Bidan 24

6 Apoteker 1

7 Sanitarian 2

8 Petugas promkes 1

9 Nutrisionis 1

10 Analis kesehatan 1

11 Supir 2

12 Penjaga malam 2
13 Pranata Lab 1

Jumlah 53

Sumber :Profil Puskesmas Jatilawang 2017


Tabel 2.4menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di puksesmas
Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 4 orang, dokter gigi
1 orang, perawat umum 13 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 24 orang, apoteker
1 orang, sanitarian2 orang, petugas promkes 1 orang, nutrisionis 1 orang, analisis
kesehatan 1 orang.

d. Pembiyaan Kesehatan
Jaminan kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional, Jamkesda, asuransi swasta, serta
asuransi perusahaan.
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
1. Capaian program
Permasalahan kesehatan yang ada di kecamatan Jatilawang dapat dilihat dari
terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program yang telah disepakati dengan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Terdapat 5 masalah di puskesmas
Jatilawang yang pencapaian program kesehatan belum mencapai standar pelayanan
minimal (SPM), antara lain:
a. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin.
b. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat miskin.
c. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin.
d. Penemuan penderita Pneumonia balita
e. Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan keluarga miskin sebesar 29,1% dan target SPM tahun 2016 sebesar 100 %.
Persentase Cakupan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat miskin sebesar
76,71% dan target SPM tahun 2016 sebesar 100%. Persentase cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pada masyarakat miskin sebesar 15,46% dan target SPM tahun
2016 sebesar 100%
Program penemuan penderita pneumonia balita dan program penemuan
pasien baru TB BTA positif termasuk dalam cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit. Program penemuan penderita pneumonia balita hanya mencapai
31% dan program penemuan pasien baru TB BTA positif hanya mencapai 32,08%.
Semua nilai tersebut masih berada di bawah nilai SPM tahun 2016 dengan target
sebesar 100%.
2. Derajat kesehatan masyarakat
Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di wilayah
Puskesmas Jatilawang, dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka
kesakitan (morbiditas) dan status gizi.

a. Indikator Indonesia Sehat


1) Angka Kematian
a) Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi baru lahir, berdasarkan laporan kegiatan
program KIA selama tahun 2016 tercatat ada 1 kematian bayi dari
1.162 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan indikator Indonesia
sehat tahun 2010, terhitung masih rendah (40 per 1000 kelahiran
hidup).
b) Angka Kematian Ibu
Pada tahun 2016 terdapat 1 kematian ibu. Angka kematian ibu
adalah 86 per 100.000 kelahiran hidup.Bila dibandingkan dngan IIS
2010 (AKI 150/100.000 kelahiran hidup), AKI Jatilawang di bawah
IIS.
2) Angka kesakitan
Pada tahun 2016, tidak terdapat kasus malaria klinis dan malaria
dengan klarifikasi pemeriksaan mikroskopik atau sebesar 0%.Kasus TB paru
tercatat 23 kasus baru.Kasus diare tercatat 1.480 kasus dengan angka
kesakitan 214 per 1.000 penduduk.Kasus DBD sebanyak 12 kasus, namun di
awal tahun 2016 ini sudah terjadi 34 kasus DBD di Puskesmas Jatilawang.
3) Status gizi bayi dan bayi baru lahir
Berdasar hasil kegiatan program gizi tahun 2016, terdapat 67 bayi
dengan berat badan lahir rendah dari1.154 bayi baru lahir hidup atau sebesar
5.80%.
4) Kesehatan lingkungan
Berdasarkan hasil kegiatan pendataan sanitasi dasar yang dilakukan
tahun 2016, diketahui jumlah rumah sehat di kecamatan Jatilawang sebanyak
13.811 atau sebesar 79,43 % dari 17.366 rumah yang diperiksa.
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. ANALISIS SISTEM PADA PROGRAM KESEHATAN


1. Input
a. Man
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Jatilawangtahun 2016 didapatkan
jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut:

1) Dokter umum
Dokter umum yang ada di Puskesmas Jatilawang berjumlah 4 orang. Menurut
standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 rasio tenaga medis per
100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis, sehingga jumlah tenaga medis
masih kurang.
2) Dokter gigi
Dokter gigi di Puskesmas Jatilawang ada 1 orang. Standar IIS 2010, 11 per
100.000 penduduk, maka jumlah dokter gigi masih kurang.
3) Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas Jatilawang sebanyak 13
orang dan perawat gigi 1 orang. Standar IIS tahun 2010 adalah 117,5 per
100.000 penduduk, oleh karena itu jumlah perawat belum sesuai standar.
4) Bidan
Tenaga Kebidanan jumlahnya 24 orang. Standar IIS 2010 menyebutkan
jumlah tenaga bidan 100 per 100.000, dengan demikian jumlah bidan di
wilayah Puskesmas Jatilawang masih kurang.
5) Farmasi
Tenaga farmasi di Puskesmas Jatilawang ada 1 orang. Menurut standar
Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010, rasio apoteker per 100.000
penduduk adalah 10, dengan demikian jumlah tenaga farmasi di wilayah
Puskesmas Jatilawangjuga masih kurang.
6) Ahli gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas Jatilawang jumlahnya 1 orang. Standar IIS 2010
menyatakan 22 per 100.000 penduduk, dengan demikian jumlah tenaga gizi di
wilayah Puskesmas Jatilawang masih kurang.
7) Sanitasi
Tenaga Kesehatan Lingkungan ada 2 orang. Sesuai standar IIS tahun 2010,
jumlah kebutuhan tenaga kesehatan 40 per 100.000 penduduk. Oleh karena
itu, jumlah tenaga kesehatan lingkungan di wilayah Puskesmas Jatilawang
masih belum mencukupi.
8) Promosi Kesehatan
Tenaga Promosi Kesehatan dari bidang kesehatan masyarakat berjumlah 1
orang. Standar IIS tahun 2010 menyebutkan 40 per 100.000 penduduk,
sehingga jumlah tenaga kesehatan lingkungan di wilayah Puskesmas
Jatilawang masih kurang.
b. Money
Dana untuk kegiatan program Puskesmas Jatilawang berasal dari Dinas
Kesehatan berupa BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), Bantuan Layanan
Umum Daerah (BLUD), kapitasi dan klaim BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial), retribusi pelayanan, serta klaim KBS (Kartu Banyumas Sehat).
c. Material
Logistik dan alat kontrasepsi KB didapatkan dari Dinas Kesehatan Tingkat
II Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan
yang telah diajukan oleh Puskesmas Jatilawang. Logistik seperti peralatan
pengukuran tanda vital, buku KB, alat praga, buku pencatatan data, leaflet poster.
d. Method
1) Tempat kegiatan
Program cakupan KB aktif dilakukan di Puskesmas Jatilawang.

2) Administrasi
Pendataan dilakukan oleh seorang bidan yang bertanggungjawab dalam
progam cakupan KB aktif.

3) Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa pemasangan dan pencabutan KB di
puskesmas Jatilawang.
e. Minute
Kegiatan program cakupan KB aktif dilaksanakan di puskesmas Jatilawang,
untuk implan dan IUD dilaksanakan pada hari senin, sedangkan untuk injeksi
dilaksanakan setiap hari
f. Market
Keberadaan wanita yang sudah menikah dan cukup anak menjadi sasaran
program ini
2. Proses

a. Perencanaan (P1)

Perencanaan program cakupan KB aktif meliputi penjadwalan program KB,


penjadwalan penyuluhan KB di puskesmas Jatilawang

b. Pengorganisasian (P2)
Pengorganisasian termasuk di dalamnya adalah pelaksanaan pelayanan KB
sesuai SOP, pelaksanaan program safari KB, pelaksanaan penyuluhan KB,
penyebaran leaflet, pemasangan poster, pelaksanaan pertemuan lintas sektor.

c. Penggerakan dan pelaksanaan program


Pelaksanaan program cakupan KB aktif terdiri dari pemasangan dan
pencabutan oleh bidan desa, dan kemudian dilakukan pendataan setiap bulan,
untuk mengetahui jumlah yang mengikuti program KB aktif. .

d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan

Pengawasan interna dilakukan oleh Kepala puskesmas dan pemegang


program.

3. Output

Cakupan program KB aktif pada mei 2017 sebesar 37.4%. Cakupan tersebut
belum mencapai target nasional yaitu 64%.
4. Outcome
Menurunkan angka kematian Ibu.
A. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)

Analisis SWOT untuk menilai Permasalahan pada proses tercapainya program


cakupan KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang, maka didapatkan informasi
sebagai berikut :

1. Strength

a. Input

1) Man

Pemegang program cakupan KB aktif yang ditangani di Puskesmas


Jatilawang adalah seorang bidan yang kompeten dan berpengalaman dan
sudah melalui pelatihan KB. Bidan yang bertanggung jawab kepada Kepala
Puskesmas. Pemegang program bekerja sama dengan 1 bidan yang ada di
puskesmas dengan rincian 20 bidan tetap yang tersebar di puskesmas.
2) Money

Sumber dana dalam pelaksanaan program cakupan KB aktif sudah


disiapkan dari pemerintah, yaitu Dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Dana BOK berasal
dari Kementerian Kesehatan.

3) Material

Masalah pengadaan barang dan bahan habis pakai dalam rangka


pemeriksaan KB aktif juga tidak mengalami permasalahan. Penyediaan
fasilitas pelengkap seperti listrik, lampu, kursi, meja, tempat tidur.
Penyediaan alat kontrasepsi yaitu AKDR, kondom, suntik, pil KB yang
dipasok dari BKKBN.

4) Method

Dalam mempromosikan program cakupan KB aktif, bidan telah


melaksanakan dengan cukup baik di masing-masing wilayahnya. Masing-
masing wilayah telah memiliki bidan untuk mempromosikan program
kunjungan dengan melibatkan kader-kader desa dan tokoh masyarakat.

Metode kegiatan program cakupan kunjungan cakupan KB aktif yang


ditangani yang dilakukan di Puskesmas Jatilawang meliputi kegiatan:
a. Terdapat program safari TB
b. Terdapat penyebaran informasi melalui brosur/ leaflet atau puskesmas di
puskesmas atau praktik bidan desa.
c. Terdapat pertemuan kader dan bidan desa untuk membahas program KB.
d. Pencatatan dan pelaporan setiap tahunnya
e. Pemantauan dan evaluasi
5) Minute

Kegiatan program cakupan KB aktif dilaksanakan pada poli KB di


puskesmas Jatilawang setiap hari kerja. Selain itu kegiatan pelatihan bagi
bidan desa dilakukan secara berkala setiap tahunnya.
6) Market

Keberadaan ibu yang sudah cukup anak yang tersebar di setiap desa
dapat menjadi sasaran program kerja ini.Sasaran kegiatan program cakupan
KB aktif yang ditangani meliputi seluruh desa di wilayah kerja puskesmas
Jatilawang. Selain itu Puskesmas Jatilawang juga menangani bumil yang
datang dari luar wilayah kerja puskesmas Jatilawang.
2. Weakness

a. Input
1) Man
Kualitas dari bidan desa sudah sangat baik dan cukup kompeten dapat dilihat
dengan adanya penilaian keterampilan klinis yang diiukuti oleh bidan sesuai jadwal
Akan tetapi kuantitas dari bidan desa dapat dibilang masih kurang , dibuktikan
dengan di kecamtan Jatilawang hanya seorang bidan desayang menjaga poli KB.
Selain itu, juga diamanahi untuk ikut bertanggungjawab terkait masalah promosi
kesehatan. Hal ini dapat menurunkan cakupan KB aktif.
2) Method.
Meskipun pelayanan sudah baik akan tetapi tenaga bidan di puskesmas
Jatilawang hanya sedikit, sehingga antrian pemeriksaan sehingga membuat pasien
malas untuk melakukan pemeriksaan KB secara rutin.

b. Proses

Kelemahan dari program ini adalah puskesmas kurang optimal dalam


memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan KB aktif tentang
pentingnya pemasangan KB untuk menurunkan angka kematian ibu.

3. Opportunity
a. Man
Adanya Dokter umum dan bidan yang dapat membantu dalam proses
penyuluhan kepada semua masyarakat tentang pentingnya pemasangan KB ke
puskesmas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk ibu
dengan jumlah anak yang cukup.

b. Money
Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten Banyumas yang
menunjang berjalannya program cakupan KB aktif yang ditangani diJatilawang.
Menurut Juknis BOK yang dikeluarkan Kemenkes tahun 2015, Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten dan
pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM).
c. Material
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas telah memberikan media KIE berupa
media cetak dan elektronik, serta media pencatatan dan pelaporan kepada
pemerintah berupa buku .
5. Threat
a. Luasnya wilayah kerja Puskesmas Jatilawang yang tidak dibarengi dengan
meratanya infrastruktur membuat beberapa ibu pesert KB yang berada di desa
terpencil sulit untuk memeriksakan diri.
b. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang KB membuat program ini
kurang berjalan lancar.
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Rendahnya angka capaian program KB yaitu 34.7% dari target 65% pada mei
tahun 2017 merupakan salah satu masalah yang terdapat di Puskesmas Jatilawang.
Berdasarkan hasil kajian kami, terdapat beberapa permasalahan yang berhasil
diidentifikasi dalam program KB, antara lain kekurangan staff bidan di wilayah
puskesmas Jatilawang, adanya wanita usia subur yang memeriksakan diri di luar
puskesmas sehingga luput dari pendataan.
Kurangnya tenaga kerja dan staff kurang optimalnya tentang konsultasi pemilihan
jenis KB sehingga menyebabkan sedikitnya wanita usia subur yang kurang pemahaman
mengetahui KB, dan peran aktif peserta menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat diketahui bahwa program cakupan kKB
aktif yang ditangani sudah berjalan dengan cukup baik di Puskesmas Jatilawang namun
belum secara optimal terlaksana. Hal ini terlihat dari banyaknya strength mulai dari
input, proses dan outputnya. Namun walaupun begitu, kelemahan dapat kita temui pada
program ini, yakni kuantitas bidan, keterlibatan dokter umum.
Berdasarkan uraian diatas, evaluasi dan perbaikan perlu dilaksanakan demi
kualitas yang terjaga secara terus menerus. Terkait permasalahan yang masih terjadi, kita
dapat menyelesaikannya dengan menggunakan sumber daya yang telah dimiliki oleh
Puskesmas Jatilawang.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Dalam peningkatan program cakupan KB aktif yang ditangani, diperlukan strategi utama
dan alternatif untuk mengatasi masalah ini. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang
kami ajukan adalah sebagai berikut:
1. Penyegaran materi kepada bidan tentang cara penyampaian informasi program dan
jenis KB kepada peserta usia subur.
2. Peningkatan kinerja dan kerjasama antara kader, PLKB, dan pihak terkait lainnya
untuk pendataan dan pelaporan sesuai jadwal
3. Peningkatan pelayanan Kb di posyandu
4. Penjadwalan, pelaksanaan, pertemuan, dan pembinaan, kader tentang program KB
oleh bidan desa secara rutin agar kader juga belajar tentang kiat-kiat memotivasi
peserta usia subur untuk mengikuti program KB
5. Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan berkelompok sesuai jadwal rutin tentang
KB
Dengan melaksanakan program KB aktif konsisten dan kontinu, diharapkan
AKI dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat mewujudkan Millenium
Development Goals.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya adalah cakupan KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
pada Mei tahun2017.

2. Program kesehatan cakupan KB aktif yang ditangani sudah berjalan dengan baik
dan lancar namun belum optimal sehingga belum mencapai target.
3. Masih ada kekurangan pada program ini yang perlu diperbaiki dari program ini
atara lain:
a. kuantitas bidan
b. keterlibatan dokter umum

B. Saran
1. Sosialisasi pentingnya mengikuti program KB..
2. Melakukan “jemput bola” dengan kunjungan peserta usia subur di daerah desa
yang terpencil.
3. Melakukan pendataan secara seksama tentang peserta usia subur di wilayah
Puskesmas Jatilawang, juga mencakup PUS yang memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan selain bidan desa/puskesmas.
4. Mulai memberikan amanah pada dokter umum untuk terjun dalam penanganan
program cakupan KB aktif.
LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PROGRAM CAKUPAN KB AKTIF

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun oleh:

Isri Nur Fazriyah

G4A016043

Pembimbing:

dr. Esti Haryati

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS


PROGRAM CAKUPAN KB AKTIF

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun untuk MemenuhiSyarat Ujian Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:

Isri Nur Fazriyah

G4A016043

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal, Juli 2017

Pembimbing Lapangan

dr. Esti Haryati

197303012007012010
.

Anda mungkin juga menyukai