Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu
atau bagian wilayah kecamatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang berbasis siklus kehidupan,
Sustainable Development Goals (SDG’s), dan dinamika permasalahan
kesehatan yang dihadapi masyarakat, maka pedoman manajemen Puskesmas
perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada. Manajemen puskesmas dapat
digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik,
sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen
puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta
pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan
satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan di kabupaten Cirebon bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan. Pengukuran keberhasilan derajat kesehatan ditentukan oleh
indeks pembangunan manusia (IPM). Menurut perhitungan IPM kesehatan
kabupaten Cirebon pada tahun 2016 telah mencapi 66,70 poin.
Puskesmas berperan cukup besar dalam upaya mencapai pembangunan
kesehatan. Untuk mengetahui tingkat kinerja Puskesmas, perlu diadakan
Penilaian Kinerja Puskesmas. Hasil kinerja program Puskesmas Bangodua
tahun 2018 didapatkan yaitu promosi kesehatan 95,55%, kesehatan
lingkungan 57,24%, kia & kb 92,58 %, perbaikan gizi masyarakat 90,16 %,
pencegahan & pelayanan imunisasi dasar 89,23 %, dan upaya pengobatan
95,68 %. Dilihat dari hasil data tersebut, disimpulkan bahwa program
kesehatan lingkungan menyumbang angka paling kecil di antara program
lainnya, yang menjadi pokok permasalahan pembangunan kesehatan di
Puskesmas Bangodua.

1
2

Permasalahan yang dihadapi Indonesia, terkait dengan masalah air minum,


hygiene, dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2015 menunjukkan 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun, dan tempat terbuka. Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan
masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah daerah, masyarakat masih BAB
sembarangan di kali atau sungai. Data Joint Monitoring Program
WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih
berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi dan mencuci pakaian
di sungai yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Selain
diare, balita mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak
di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal
karena diare setiap tahunnya. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui
intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.Hal ini dibuktikan melalui
hasil studi WHO tahun 2015, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.
Tahun 2014 telah diluncurkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 03 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
sebagai wujud komitmen pemerintah dalam rangka memperkuat upaya
perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar(Qudsiyah
et al., 2015).
Menurut profil kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2017, hanya terdapat
60,87% penduduk yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak,
dalam hal ini yaitu jamban sehat. Berdasarkan data RUK tahun 2017
Kabupaten Cirebon sendiri, masih dijumpai perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS), dan masih terdapat warga yang tidak memiliki akses
ke jamban sehat.
Data dari kecamatan Klangenan tahun 2017 dengan jumlah penduduk
28736 jiwa, hanya mempunyai jamban sebanyak 6071 buah. Sembilan desa
3

yang berada di kecamatan Klangenan yang telah melaksanakan STBM


hanya 2 desa yang mengikuti stops BABS. Maka disimpulkan 40 % yang
telah mengikuti program tidak BABS di kecamatan Klangenan. Diperlukan
intervensi bagi warga kelurahan-kelurahan tersebut sehingga nantinya
diharapkan seluruh desa menjadi desa yang bebas dari perilaku BABS atau
ODF. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati menunjukkan bahwa
faktor yang mempredisposisi masyarakat untuk buang air besar
sembaranganadalah sikap dan pengetahuan, dan yang menjadi faktor
penguat yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk BAB di jamban
adalah dukungan tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan (Ambarwati,
2015).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Menuju masyarakat ODF ( Open Defecation Free) di Desa Bangodua
Kecamatan Klangenan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan untuk tidak BAB di sembarang tempat
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
3. Meningkatkan kepemilikan jamban sehat masyarakat

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Dokter Muda

1. Sebagai sarana untuk menimba ilmu dan keterampilan di masyarakat


2. Upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk keterbatasannya
sehingga mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan
puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan
karakter perilaku masyarakat dalam pandanganya terhadap kesehatan,
khususnya dalam bidang ilmu kedokteran keluarga
3. Terlibat langsung dalam pemecahan permasalahan mengenai kebiasaan
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di masyarakat.
4. Berkontribusi dalam menjadi fasilitator Pemicuan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dan melakukan promosi kesehatan lingkungan
4

1.3.2 Bagi masyarakat di Wilayah UPT Puskesmas Bangodua

1 Meningkatkan pengetahuan mengenai kebiasaan Buang Air Besar


Sembarangan (BABS) dan kerugian yang ditimbulkan.
2 Terpicu untuk menghilangkan kebiasaan BAB Sembarangan (BABS) dan
mempraktikkan pilar-pilar lain dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) secara mandiri.
1.3.3 Bagi Puskesmas Bangodua

1 Meningkatkan pengetahuan mengenai kebiasaan Buang Air Besar


Sembarangan (BABS) dan kerugian yang ditimbulkan.
2 Terpicu untuk menghilangkan kebiasaan BAB Sembarangan (BABS) dan
mempraktikkan pilar-pilar lain dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) secara mandiri.

1.4 Profil Puskesmas dan Analisis Situasi


1.4.1 Dasar Hukum, Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional untuk
mencapai masyarakat sehat, produktif dan mandiri.
b. Misi
1. Meningkatkan kemampuan kualitas dan profesionalisme tenaga
kesehatan.
2. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kaepada masyarakat.
3. Meningkatkan kerjasama Lintas Sektoral.
4. Mendorong Kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

1.4.2 Data Geografi


Puskesmas Bangodua/Jemaras berada di Desa Bangodua, Kecamatan
Klangenan, Kabupaten Cirebon, merupakan puskesmas yang terletak ± 5
km dari jalan raya pantura ke utara. Luas wilayah kerja puskesmas
Bangodua adalah 12,71 km2 dan memiliki 4 desa, yaitu: Desa Bangodua
Lor, Desa Bangodua, Desa Kreyo dan Desa Slangit, dengan kepadatan
penduduk 1.875 jiwa per km2. Dimana desa yang terpadat adalah desa
Bangodua Lor dengan kepadatan penduduk 2.747 jiwa per km2,sedangkan
5

yang sedikit kepadatan penduduknya adalah desa Slangit yaitu 1.454 jiwa
per km2. Luas tanah masing- masing desa adalah sebagai berikut:

LUas Tanah Wilayah


pus kes m as jem aras /BA NGODUA
La in-l ai n (Ha) Darat (Ha) Sawa h (Ha )
350000 318480
300059
300000
250000 218000
200000
150000
150000
100000 83274
50292
5000037979 35740
19662
9700 6688 10855
0
J e m a ra s L o r B a n go d u a Kre yo Sl a ngi t

Grafik 1.1. Data keadaan tanah menurut klasifikasi luas tanah sawah dan
luas tanah darat dalam wilayah kerja Puskesmas Bangodua Tahun 2017
Dari data diatas.didapatkan bahwa wilayah kerja puskesmas
Bangodua sebagian besar terdiri dari tanah persawahan. Jarak rata-rata
masing-masing desa ke puskesmas  2 km dan sudah dijangkau oleh
angkutan desa serta kendaraan roda dua.Begitu juga dengan jaringan
telepon sudah ada sehingga mempermudah komunikasi dan penyampaian
informasi. Wilayah kerja puskesmas Bangodua sebelah utara berbatasan
dengan wilayah kerja Puskesmas Panguragan, sebelah barat berbatasan
dengan wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug, sebalah selatan berbatasan
dengan wilayah kerja Puskesmas Klangenan dan seπbelah timur
berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wangunharja, dapat dilihat
pada grafik 1.1.
6

Kec. PanguraganKab. Cirebon

Desa Slangit Desa Kreyo

Kec. Jamblang
Kab. Cirebon

DesaBangodua

Wilayah Kerja
PKM Wangunharja

Desa Jemaras Lor

Wilayah KerjaPKM Klangenan

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bangodua

A. Kependudukan/ Demografi
Wilayah di UPT Puskesmas Bangodua memiliki jumlah penduduk
22.778 dengan proporsi laki-laki 11.466 (50,25%) dan perempuan
11.312 (49,66%). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Laki-Laki Perempuan
N Jumlah
Desa KK
o PDDK
0- 5- 15- 45- ≥ 0- 5- 15- 45- ≥
Jml Jml
4 14 44 64 65 4 14 44 64 65
1 Bangod 1.7 6.700 23 622 1.8 518 13 3.34 27 610 1.7 492 18 3.3
ua Lor 85 1 34 5 0 9 98 1 60
7

2 Bangod 1.4 4.9 15 493 1.3 417 10 2.55 14 429 1.2 428 13 2.3
ua 35 23 4 85 5 4 9 24 9 69

3 Kreyo 1.8 6.0 24 837 1.0 685 11 2.97 27 884 1.1 687 11 3.0
86 60 8 93 6 9 7 14 9 81

4 Slangit 1.8 5.0 26 410 1.3 468 85 2.59 21 352 1.3 498 13 2.5
26 95 8 62 3 8 04 0 02

Puskes 6.9 22.7 90 2.3 5.6 2.0 44 11.4 92 2.2 5.4 2.1 56 11.31
mas 32 78 1 62 74 88 1 66 3 75 40 05 9 2

Tabel 1.1. Distribusi penduduk berdasarkan data riil menurut umur dan
jenis kelamin di UPT Puskesmas Bangodua tahun 2017

Dari tabel diatas didapatkan bahwa distribusi penduduk diwilayah


kerja Puskesmas Bangodua paling banyak di desa Bangodua Lor
sebesar 6.700 jiwa. Dengan memperhatikan komposisi penduduk akan
didapatkan gambaran kepadatan penduduk dan beban kerja petugas
puskesmas Bangodua dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.

Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja


UPT Puskesmas Jemaras
774 764
800

700 632

600 544
462
500
388
358
400 328 330
297283
300 237 247
218
200 145
9068 100 8587
100 Bel um Sekol ah Ti dak Ta mat SD/Sedera jat SD/Sedera jat SLTP SLTA D1
8291 9251 8 2111 6291
0 D2 D3 S1 S2 S3
Jema ras
0 Lor 0 Bangodua
0 0 Kreyo
0 0 Sl angi
0 t 0

Grafik 1.2.. Tingkat pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas


Bangodua
8

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa Tingkat pendidikan


masyarakat wilayah puskesmas Bangodua masih tergolong rendah di
desa Bangodua Lor tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTP, di desa
Bangodua tingkat pendidikan terbanyak tidak tamat SD/ Sederajat, di
desa Kreyo tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTP sedangkan di
desa Slangit tingkat pendidikan terbanyak tidak tamat SD/ Sederajat.
Tingkat Pendidikan terbanyak di seluruh wilayah kerja UPT
Puskesmas Bangodua adalah lulusan SLTP yaitu sebanyak 1277.

B. Upaya Kesehatan Dasar


Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas
Kopelma Darussalam diantaranya adalah :
1. Promosi Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan :
a) Kunjungan Rumah Bimbingan PHBS.
2. Kesehatan Lingkungan. Kegiatan yang dilakukan :
a) Pemantauan dan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB).
b) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
c) Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih.
d) Pemeriksaan Sanitasi Dasar.
3. Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana.
a) Sweeping sasaran KIA.
b) Pelayanan Persalinan normal oleh tenaga kesehatan.
c) Kunjungan Kelas Ibu (Penyuluhan dan Senam hamil).
d) Pemantauan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil & Balita
Resti
e) Monitoring Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir di Tingkat Desa.
f) Monitoring Program P4K.
g) Pemantauan Kematian Ibu dan Perinatal.
4. Perbaikan Gizi Masyarakat.
a) Penyegaran Kader Posyandu.
b) Penyuluhan dan Pelatihan Kader Posyandu Usila.
9

c) Pelayanan Posyandu Usila.


d) Pemberian PMT Penyuluhan Posyandu Usila
e) sweeping Vit.A pada balita.
f) Sweeping gizi kurang/buruk.
g) Pemantauan dan distribusi PMT pemulihan pada balita gizi
kurang/buruk.
h) Pelayanan Posyandu.
i) Deteksi dini tumbuh kembang anak sekolah
j) Pengukuran Status Gigi dan Bumil KEK.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
a) Pelacakan epidemiologi penyakit menular.
b) Kunjungan Rumah Deteksi Dini Penyakit Menular Kontak
Serumah.
c) sweeping Obat Cacing.
d) Pengambilan vaksin imunisasi dan logistik lainnya.
e) Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
f) Sweeping Imunisasi.
6. Pengobatan.
a) Pelayanan Rawat Jalan.
b) Pelayanan Rujukan ambulance.
c) Pelayanan Puskesmas Keliling.
d) Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

C. Upaya Kesehatan Pengembang


Kegiatan upaya kesehatan pengembang yang dilakukan di
puskesmas Bangodua antara lain :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Jiwa
3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan prolanis
5. Upaya Kesehatan Mata
10

6. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)


7. Upaya Kesehatan Olahraga
8. Pengobatan Tradisional (Batra)
9. Perawatan kesehatan masyarakat

D. Upaya Kesehatan Rujukan dan Penunjang


Pelayanan penunjang yang dilakukan di Puskesmas Bangodua
adalah Upaya Laboratorium

Pelayanan Kesehatan Rujukan UPT Puskesmas Bangodua


1. Rujukan ke Puskesmas
No Rujukan Jumlah Pasien
1 Rujukan dari kader 0
2 Rujukan dari UKS 79
3 Rujukan dari Rumah Sakit 68
Jumlah 147

2. Rujukan ke Rumah Sakit


No Rujukan Jumlah
Pasien
1 Pasien Umum 1
2 Pasien BPJS PBI 1324
3 Pasien BPJS non PBI 241
4 Pasien BPJS Ketenagakerjaan 0
Jumlah 1566
11

E. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Bangodua
meliputi sarana pelayanan kesehatan, dan tenaga peran serta
masyarakat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Sarana pelayanan kesehatan
Tabel 1.1. Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bangodua
N Sarana Jumlah
o
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu -
3 Pelayanan bidan desa 4
4 Bidan Swasta 7
5 UKS/ UKGS 11
6 Dokter Swasta 3
7 Paraji Terlatih 9
8 Paraji belum terlatih 4
9 Dukun patah tulang 4
10 Posyandu 26
11 Pos Bindu Usila 6
12 Mobil Pusling 1
13 Motor Dinas 3
14 Puskesmas Keliling 15
15 Poskesdes 4

Sumber : Hasil pendataan tahun 2018


2. Tenaga peran masyarakat
12

Puskesmas Bangodua yang mempunyai 4 desa binaan,


kesemuanya merupakan desa siaga memiliki peran aktif dari
masyarakat dengan rincian :
Tabel 1.2 Peran Masyarakat aktif di wilayah kerja UPT Puskesmas
Bangodua
Jumlah Kader Tokoh masyrakat
No Desa
Dilatih Aktif % Dilatih Aktif %
1 Bangodua
8 35 43,75 - 3 -
lor
2 Bangodua 8 35 43,75 - 2 -
3 Kreyo 8 35 43,75 - 5 -
4 Slangit 9 25 27,77 - 5 -
Jumlah 33 130 39,39 - 17 -
Sumber : Hasil pendataan tahun 2018

F. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya
kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga
diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi
ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor
pemerintah maupun swasta perlu diketahui.
Sesuai dengan fungsi pelayanan kesehatan di puskesmas
maka tenaga medis dan keperawanan baik itu perawat maupun bidan
menempati proporsi lebih banyak. Di puskesmas Bangodua dari total
48 pegawai, dengan di kepalai kepala puskesmas, puskesmas
13

Bangodua memiliki jumlah dokter umum sebanyak 2 orang dokter


sedangkan jumlah perawat umum sebanyak 17 orang, 17 orang
bidan, 3 tenaga kefarmasian, 1 tenaga nutrisionis, 1 tenaga
sanitarian, 1 tenaga laboran

G. Pembiayaan Kesehatan
Alokasi anggaran pada UPT Puskesmas Bangodua tahun
anggaran 2018 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.3. Alokasi Anggaran Puskesmas Bangodua
No Sumber Biaya Jumlah (Rp)
1 Pengembalian Retribusi 70.282.710
2 BPJS 1.296.602.360
3 BOK 358.940.000
4 APBD Provinsi 0
5 APBN/ Persalinan 5.695.000
6 Dekonsentrasi 0

Sumber : Hasil pendataan tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai