Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat
dan rahmat Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai
neglected close fracture patella sinistra dalam rangka memenuhi persyaratan
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah di RSUD Waled Cirebon periode 14
Mei – 21 Juli 2018
Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penyusun ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu serta para dokter yang telah memberikan
kesempatan demi penyelesaian laporan kasus ini.
Penyusun berharap laporan kasus mengenai neglected close fracture
patella sinistra ini dapat memberi masukan khususnya kepada penyusun sendiri
dan juga rekan – rekan sejawat lainnya. Penyusun juga mohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam pembuatan referat ini.

Cirebon, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN KASUS.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................16
A. Anatomi Patella ........................................................................................................ 10
B. Fraktur Patella .......................................................................................................... 13
1. Etiologi ....................................................................................................... 15

2. Patofisiologi ............................................................................................... 15

3. Tanda dan gejala ........................................................................................ 16

4. Penegakkan Diagnosis ............................................................................... 17

5. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 17

6. Penatalaksanaan ......................................................................................... 18

7. Follow-Up .................................................................................................. 23

8. Komplikasi ................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
1

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Losari, Cirebon
No CM : 18861033
Tanggal masuk : 13-05-2018

B. DATA DASAR
Primary survey
A : Adekuat
B : RR : 20 x /menit
C : TD : 150/70 mmHg, N : 88x/menit, reguler, kuat angkat, akral hangat,
capilary refill time < 2
D : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm
E : Suhu : 36,50C
Secondary survey
I. Data Subyektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Juni
2018 pukul 07.00 WIB di Bangsal Anggrek RSUD Waled Cirebon.
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Waled Cirebon dengan keluhan
nyeri pada lutut sebelah kiri ±15 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus-
menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila lutut digerakkan. Pasien
mengatakan saat kejadian pasien jatuh terpeleset di lantai teras depan
rumah dengan posisi lutut kiri dibawah sambil menopang seluruh badan.
Pasien berobat ke tukang pijat namun tidak ada perbaikan. Pasien tidak
mengeluh mual, muntah, pusing. Pasien tidak mengalami gangguan BAK
maupun gangguan BAB dan tidak ada riwayat pingsan saat kejadian.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
Riwayat alergi disangkal

II. Data Obyektif


Pemeriksaan Fisik dilakukan tanggal 15 Juni 2014 pukul 07.15
WIB di Bangsal Anggrek RSUD Waled Cirebon.
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,6 º C ( axiller )
Kepala : normocephal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-) raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : discharge (-/-), ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
I : simetris, retraksi (-), napas tertinggal (-), luka terbuka (-),
deformitas (-)
Pa : nyeri tekan (-), fremitus taktil (+) simetris, ictus cordis
tidak teraba, ekspansi pernapasan normal

2
Pe : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar di ICS VI,
batas jantung kanan di ICS V LPSD, apex di ICS V
LMCS, pinggang jantung di ICS II LPSD
Au : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, bunyi
jantung I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
I : bentuk datar, luka terbuka (-), bekas luka (-), umbilikus
simetris ditengah, benjolan (-)
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans
muskuler (-)

Ekstremitas Superior Inferior


Akral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/+
Motorik:
 Gerak abnormal -/- -/-
 Kekuatan otot 5/5 5/sulit dinilai karena
nyeri
 Tonus
Normotonus +/+ +/sulit dinilai karena
nyeri
 Trofi otot
Eutrofi +/+ +/+
Pemeriksaan Sensorik
 Rangsangan raba
Normoestesia +/+ +/+
 Rangsangan nyeri :
Normoalgesia +/+ +/+

3
Status lokalis :
 Regio genu sinistra
Look : tampak luka tertutup verband at regio genu sinistra, oedem
(+), pus (-), rembesan darah (-)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi (+) sensibilitas (+),
teraba hangat (+)
Move : tampak gerakan terbatas

RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Waled Cirebon dengan keluhan
nyeri pada lutut sebelah kiri ±15 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus-
menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila lutut digerakkan. Pasien
mengatakan saat kejadian pasien jatuh terpeleset di lantai teras depan
rumah dengan posisi lutut kiri dibawah sambil menopang seluruh
badan. Pasien berobat ke tukang pijat namun tidak ada perbaikan.
Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing. Pasien tidak mengalami
gangguan BAK maupun gangguan BAB dan tidak ada riwayat pingsan
saat kejadian. Pada pemeriksaan fisik TD : 140/90 mmHg suhu= 36,6⁰C
nadi= 88x/m R= 20x/m. Status Generalisata dalam batas normal. Status
lokalis di regio genu sinistra tampak luka tertutup verband, oedem (+),
pus (-), rembesan darah (-), nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi (+)
sensibilitas (+), teraba hangat (+) dan tampak gerakan terbatas (+)

4
Gambar 1. Kondisi ekstremitas inferior sinistra pasien tampak luar

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboraturium: Darah lengkap
X-ray : Proyeksi AP Lateral Genu Sinistra

Hasil Pemeriksaan penunjang


Tanggal 13-05-2018
Darah Rutin
Hemoglobin : 14 gr/dL
Hematokrit : 42 %
Trombosit : 391.000 /mm^3
Leukosit : 9.600 /mm^3
MCV : 81,9 mikro m3
MCH : 27,1 pg
MCHC : 33,1 g/dl

5
Clotting time :9
Bleeding time :2
Kimia Klinik
Na : 142,1 mg/dl
K : 4,31 mg/dl
Cl : 101,1 mg/dl
SGOT : 14,3 U/L
SGPT : 17,9 U/L
Ureum :70,4 mg/dL
Kreatinin : 1,12 mg/dL

6
Gambar 2. Foto rontgen proyeksi AP Lateral genu sinistra
Kesan: fraktur komplit os patella sinistra dengan pergeseran fragmen fraktur
dan distraksi ke arah superior

DIAGNOSIS KLINIS
Neglected close fracture patella sinistra

PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa
- Terapi cairan: infus NACL 500 cc/8jam
- Injeksi Ketorolac 3x30 mg iv

7
- Injeksi Ceftriaxon 2x1 amp iv
- Injeksi Ranitidin 2x50 mg iv
- Pasang verband dan balut
- Konsul ke dokter spesialis ortophedi untuk penanganan
selanjutnya.
Terapi operatif : ORIF (Open Reduction Internal Fixation )

Gambar 3. Kondisi ekstremitas inferior sinistra post operasi

8
Gambar 4. Foto rontgen proyrksi AP genu sinistra post operasi

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Patella
Patella adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk
segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps
femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke
samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. Patella mempunyai facies anterior
dari facies articularis; facies articularis lateralis bentuknya lebih besar
daripada facies articularis medialis. (Mansjoer, 2014)
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex
patellae berada di bagian distal. Margo medialis dan margo lateralis bertemu
membentuk apex patellae. (Mansjoer, 2014)

Gambar 5. Anatomi Patella


1. Articulatio Genu
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan ujung proximal
condylus tibiae dan dengan facies dorsalis patella. Permukaan persendian
dari condylus femoris yang berhadapan dengan tibia berbentuk konveks;
bentuk facies articulus pada ujung condylus tibiae datar dan dilengkapi
dengan suatu fibrocartilago, yang dinamakan meniscus, yaitu meniscus
lateralis dan meniscus medialis. Stabilitas articulus ini tergantung pada
ligamentum yang melekat. (Ferry, 2014)
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk
oleh tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella

10
dan ligamentum patellae yang melekat pada tepi caudal patella dan pada
tubberositas tibiae. Pada setiap sisi patella capsula articularis terdiri dari
retinaculum patellae mediale at laterale, yang merupakan perluasan dari
m.vastus medialis dan m.vastus lateralis. Retinaculum laterale diperkuat
oleh serabut-serabut dari tractus iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps
femoris capsula articularis dibagian anterior dan ligamentum patellae
menjadi tegang. Ligamentum capsulare pada sisi articulatio genus meluas
(melekat) dari condylus femoris sampai di condylus tibiae. (Ferry, 2014)
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada
pada bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum ini
melekat pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis
berbentuk lebar, melekat pada condylus medialis tibiae dan pada bagian
cranialis corpus tubiae. Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi
luar meniscus medialis. (Ferry, 2014)
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus
lateralis femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior
capsula articularis mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus
femoris dan fossa intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal
tibiae. Suatu perluasan dari capsula articularis, yang dinamakan
ligamentum popliteum arcuatum, mengadakan perlekatan pada capitulum
fibulae. Bagian sentral dari capsula articularis diperkuat oleh ligamentum
popliteum obliquum, yang merupakan perluasan dari tendo
m.semimembranosus, dan arahnya cranio-lateral, melekat pada condylus
lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula articularis tipis dan
ditutupi oleh capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius. (Ferry, 2014)

11
Gambar 6. Anatomi patella
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat
kuat, melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis,
tetapi tetap berada di sebelah superficialis dari membrana synovialis.
Ligamentum ini diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada
tibia. Ligametum cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia
intercondyloidea tibia, di antara kedua buah meniscus, dan menuju kepada
facies medialis condylus lateralis femoris serta mengadakan perlekatan di
tempat ini. Ligamentum cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada
tepi posterior permukaan ujung proximal tibia, berada di antara kedua
meniscus, berjalan ke ventral mengadakan perlekatan pada fecies lateralis
condylus medialis femoris. (Remeika, 2014)
Meniscus medialis dan meniscus lateralis adalah dua buah
fibrocartilago yang berbentuk cresentic (sebagian dari lingkaran),
mengadakan perlekatan pada fecies cranialis ujung proximal tibia. Pada
penampang melintang meniscus berbentuk segitiga. Meniscus medialis

12
bentuknya lebih besar daripada meniscus lateralis, dengan bagian yang
terbuka meliputi (kaki huruf “C”) meniscus lateralis. (Ferry, 2014)

2. Inervasi
Berasal dari tga sumber, yaitu:
a. n.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus
medialis;
b. ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus
communis (n.ischiadicus);
c. n.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti
arteria femoralis menuju ke fossa poplitea. (Remeika, 2014)

3. Vaskularisasi
Vaskularisasi darah arteri pada patella melalui permukaan anterior dan
lingkaran anastomosis patella di suplai dari sepasang arteri superior dan
inferior geniculate (Remeika, 2014)

B. Fraktur Patella
Fraktur patella adalah gangguan integritas tulang yang ditandai
dengan rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan
tekanan yang berlebihan pada lutut. Fraktur patella bermacam – macam,
dimana bisa hanya terjadi retakan ataupun dapat patah menjadi beberapa
bagian. Fraktur dapat terjadi pada bagian atas, tengah atau bagian bawah dari
tulang atau fraktur bisa terjadi lebih dari satu area. (Duckworth, 2010)

13
Gambar 7. Gambaran rontgen proyeksi lateral genu menunjukkan fraktur di
tiga tempat.
Jenis-jenis fraktur:
1) Undisplaced Fracture : Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser, periostelin masih utuh.
2) Displaced Fracture : Terjadinya pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
3) Transverse Fracture : Fraktur sepanjang garis tengah tulang, garis
patahan tulang tegak lurus.
4) Comminuted Fracture : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen (multiple fraktur), garis patah pada fraktur ini lebih dari satu dan
saling berhubungan (Shetty, 2015)

14
Gambar 8. Fraktur patella.
1. Etiologi
Fraktur patella terjadi karena otot kuadriseps berkonteraksi dengan
hebat, misalnya pada saat menekuk dengan keras. Penyebab lainnya adalah
jatuh dan mengenai langsung tulang patella. (Eric, 1999)

2. Patofisiologi
a. Trauma langsung
Disebabkan karena penderita jatuh dengan posisi lutut fleksi
dimana patella terbentur dengan lantai. Karena diatas patella terdapat
subkutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut tulang patella
mudah patah. Biasanya jenis patahnya stelata, dan biasanya jenis patah
ini medial dan lateral quardlisep expansion tidak ikut robek, hal ini
menyebabkan masih dapat melakukan ekstensi lutut melawan gravitasi
b. Trauma tak langsung
Karena tarikan yang sangat kuat dan otot kuat risep yang
membentuk musculotendineous melekat pada patella, sering terjadi
pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah
terlebih dahulu dan otot kuat risep konteraksi secara keras untuk

15
mempertahankan kesetabilan lutut. Biasanya garis patahnya
transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella. (AAOS,
2010)

Gambar 9. Mekanisme trauma patella

3. Tanda dan gejala


a. Pembengkakan pada patella
b. Nyeri
c. Hilangnya fungsi
d. Deformitas
e. Krepitasi
f. Perubahan warna lokal pada kulit
g. Jika diraba ada ruang pada fragmen patella
h. Didapatkan adanya cekungan dan tidak dapat melakukan ekstensi
anggota gerak bawah

16
4. Penegakkan Diagnosis
Anamnesa
Pasien biasanya datang dengan rasa sakit di lutut yang terkena.
Dari anamnesa didapatkan pukulan langsung ke lutut, jatuh, atau
kombinasi keduanya. Bagian permukaannya lecet dan bisa juga didapatkan
ecchymosis di anterior lutut. Dapat juga ditemukan vulnus disertai dengan
fraktur terbuka.
Pemeriksaan Fisik
a. Kelemahan dalam mengekstensikan kaki melawan gravitasi.
b. Sebagai akibat dari rasa sakit yang terkait dengan cedera dan
hemarthrosis, pasien mungkin tidak dapat melakukan ekstensi
tungkai.
c. Nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan
d. Oedema
e. Pada fraktur patella dengan displaced ditemukan celah pada patela
dan fragmen patella. Pada fraktur non displaced tidak ditemukan
kelainan pada palpasi.
f. Pada perabaan ditemukan patella mengambang (floating patella)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen
1) Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat
adanya fraktur patella
2) Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya
fraktur patella incomplete
3) Untuk mengetahui lokasi dan garis fraktur
4) Mengetahui tempat dan type fraktur
b. Skor tulang tomograbhy, skor C1, MR1 untuk mengidentifikasi
jaringan lunak
c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

17
6. Penatalaksanaan
Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan
fiksasi interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah
dengan benang kawat melingkari patella dikombinasi dengan kawat
berbentuk angka delapan. Pengobatan fraktur patella comminutive yang
terdapat haemorthrosis, dilakukan aspirasi haemorthrosis, diikuti
pemakaian. (Yuan, 2013)
Non operatif
a. Untuk fraktur patela yang undisplaced
b. Bila terjadi haemorthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu
c. Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan
pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi
sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu. Kebanyakan orang
menggunakan tongkat penopang pada masa ini. Pasien tidak dapat
untuk memberikan beban pada kakinya sampai penyembuhan sudah
terjadi sempurna
Operatif
a. Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik
tension band wiring. Fraktur yang terpisah menjadi dua bagian
umumnya sering diperbaiki dengan menggunakan pins and wires dan
tension band dalam bentuk “figure-of-eight”. Ikatan figure-of-eight
akan menekan dua bagian yang terpisah ini menjadi satu. Prosedur ini
paling bagus digunakan untuk fraktur yang terletak ditengah patella.
Fraktur yang terjadi pada ujung patella, fragmennya terlalu kecil untuk
dilakukan prosedur ini. Teknik ini dapat menyebabkan penekanan
yang berlebihan jika digunakan pada multiple fraktur. Pendekatan
teknik lain yang dapat digunakan pada fraktur transverse adalah
dengan mengunci tulang menggunakan sekrup kecil, kawat dan pin.
Pada beberapa kasus, kawat dan pin akan dilepaskan setelah 1 – 2
tahun operasi.

18
Gambar 8. A figure-of-eight tension band holds the transverse fracture
together.

Gambar 9. Orif dengan screw

b. Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya


dengan K wire, baru dilakukan tension band wiring. Pada beberapa
kasus, bagian atas maupun bawah patella dapat hancur menjadi
beberapa bagian. Karena Fragmen tulang yang terlalu kecil untuk
disambungkan kembali, maka fragmen tersebut akan disingkirkan.
Tendon yang longgar (loose tendon) akan dilekatkan pada tulang

19
patella yang tersisa. Akan tetapi, mengeluarkan patella sebisa mungkin
dihindari.

Gambar 10. Teknik operasi fraktur patella kominutif


c. Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan
rekronstruksi, dilakukan patellectomi (hal ini menimbulkan
kelemahan quadrisep expansion).
1) Partial Patelektomi

Tindakan partial patelektomi biasanya diberikan pada kasus

fraktur comunituva yang parah meskipun sangat jarang.

Gambar 11. Partial patelektomi

20
Gambar 12. A. Extraartlcular avulsion of the patellar apex with small bone

fragments. B. Reconstructed ligamentous evulsion with sutures and

supporting patellotibial cable.

2) Total patelektomi

Tindakan ini dilakukan apabila tidak ada lagi fragmen

tulang patella dan apabila tindakan ini dilakukan, pasien bisa

melakukan ekstensi tapi sangat minimal.

Gambar 13. Total Patellektomi

21
d. Waktu yang diperlukan pada penyembuhan fraktur patella
tergantung dari derajat keparahan cedera. Rehabilitasi juga
diperlukan agar dapat melakukan kembali aktifitas sehari – hari.
Perubahan gaya hidup juga disarankan untuk melindungi lutut dan
mencegah masalah yang dapat terjadi dikemudian hari, seperti
menghindari aktifitas yang melibatkan gerakan menekuk lutut yang
berulang – ulang.

Tabel 1. Penanganan Fraktur


Jenis Fraktur Patella Penanganan

A Nondisplaced fracture

Transverse Cylinder cast

Stellate

Vertikal

B Displaced fracture

1. Non kominutif

a. Transversal Modified anterior tension band

wiring

b. Polar

Apical Partial patellectomy

Basal Modified anterior tension band

wiring

2. Kominutif

a. Stellate Modified anterior tension band

wiring

22
Longitudinal anterior tension band

plus cerclage

b. Transverse Independent lag screw plus

modified anterior tension band

wiring

Longitudinal anterior tension band

wiring

Partial patellectomy

c. Polar Partial patellectomy

d. Highly comminutive Modified anterior tension band

highly displaced wiring

Longitudinal anterior tension band

wiring

Partial patellectomy

Total patellectomy

7. Follow-Up
Pemeriksaan X ray ulang dilakukan satu atau dua minggu kemudian
untuk menilai ada tidaknya loss of reduction. Plaster dipertahankan sampai
terjadinya union 34 minggu pada anak-anak usia 10 tahun dan 1-2 minggu
pada anak usia 4 tahun.

8. Komplikasi
a. Arthiritis Fraktur patella sering menyebabkan kerusakan pada tulang
rawan articular, hal ini dapat menyebabkan terjadinya arthritis.
b. Severe arthritis terjadi pada 1 dari 5 pasien.
c. Mild – Moderate arthritis lebih sering terjadi.

23
d. Kelemahan otot. Kelemahan permanen otot kuadriceps pada bagian
depan paha dapat merupakan komplikasi jangka panjang yang
mungkin terjadi. Hilangnya beberapa gerakan seperti meluruskan
(ekstensi) atau menekukan (fleksi) lutut juga sering terjadi.
e. Chronic pain. Nyeri pada bagian depan lutut dalam waktu yang lama
juga biasa ditemukan pada fraktur patella. (Mansjoer, 2000)

24
Gambar 14. Latihan pemulihan fraktur patella

25
Gambar 15. Latihan pemulihan fraktur patella

26
DAFTAR PUSTAKA

American Academy Of Orthopaedic Surgeons. Patellar (kneecap) Fractures


[internet]. 2010 March [cited 2018 May 23]. Available from
:http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00523
Anonim. 2010. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Volume 45. Jakarta:
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Hal. 421-425.
Duckworth T, Blundell CM. Lecture Notes : Orthopaedics and Fractures. 4th Ed.
United Kingdom : Wiley-Blackwell ; 2010. Chapter 22, The knee and
lower leg; P.191-2.
Eric EJ. 1999. Fracture of the Patella: clinical study of 707 pattelar fracture.
Ferry, Johson., GA, Marieta. 2014. Anatomi and biomechanics.UK
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media. Jakarta:
Aesculapius FKUI
Ferry, Johson., GA, Marieta. 2014. Anatomi and biomechanics.UK
Miller, John. 2014. Patella. http://physioworks.com.au/injuries-conditions-
1/patella diunduh tanggal 23 Mei 2018
Remeika, Leah. 2014. Kneecap pain. http://www.chiropractic-help.com/Patello-
Femoral-Pain-Syndrome.html diunduh tanggal 23 Mei 2018
Shetty A, Knipe H, et al. Patella [internet]. 2015 [cited 2018 May 23]. Available
from :http://radiopaedia.org/articles/patella
Syamsuhidajat, Karnadihardjo W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007. Bab 42,
Sistem Muskuloskeletal; P.1073-4
Yuan. 2013. fractures and dislocations. FK UGM. Yogyakarta

27

Anda mungkin juga menyukai