Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Peritonitis ec. Apendisitis Perforasi


Bella Oktaviani, S. Ked
(H1AP14004)

Pembimbing:
dr. Yanuar H, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
• Gawat abdomen merupakan kegawatan di rongga perut.

• Timbul mendadak disertai nyeri sebagai keluhan utama.

• Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera berupa tindakan bedah

• Perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna


yang dapat menyebabkan perforasi dan mengakibatkan terjadinya
kontaminasi rongga perut sehingga terjadilah peritonitis (peradangan
peritoneum).
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Nn. R

Usia : 18 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum menikah

Alamat : Desa Air Putih Marga Sakti Bengkulu Utara

Masuk Rumah Sakit : 18 November 2018 pukul 00.15 WIB

No. RM : 78.58.43
Anamnesis
• Keluhan Utama
Nyeri seluruh lapang perut sejak ± 2 hari yang lalu SMRS

• Riwayat penyakit sekarang


Nyeri seluruh perut sejak ± 2 hari yang lalu , perut terasa tegang dan kembung. Pada
awalnya nyeri di perut bagian bawah menetap, terus-menerus, semakin hebat dan tidak
tertahankan serta bertambah berat ketika bergerak dan batuk. Mual (+), muntah (+),
demam hilang timbul (+), nafsu makan menurun (+), Belum BAB (+), flatus (-), BAK (+)
lancar, menstruasi (+) lancar.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa, hipertensi, DM, asma, alergi dan operasi sebelumnya
disangkal

• Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, DM, asma, dalam keluarga disangkal

• Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien belum bekerja. Pasien memiliki kebiasaan makan pedas dan asam
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran Umum dan Tanda Vital
 Keadaan Umum : Buruk

 Kesadaran : Compos mentis

 Tekanan darah : 100/80 mmHg

 Nadi : 105 x/m

 Pernafasan : 22 x/m

 Suhu : 37,9 OC
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
 Kepala : DBN
 Mata : DBN
 Hidung : DBN
 Telinga : DBN
 Mulut : DBN
 Leher : DBN
 Thorax : DBN
 Abdomen : (Status lokalis)
 Ekstremitas : DBN
Pemeriksaan Fisik
• Status Lokalis Regio Abdomen
 Inspeksi : Distensi abdomen (+)

 Palpasi : Defans muskular (+), nyeri tekan abdomen (+) pada titik Mc
Burney, rovsing sign (+), psoas sign (+), obturatur sign (+)

 Perkusi : Hipertimpani

 Auskultasi : Bising usus menghilang

 Rectal toucher : Nyeri tekan (+) jam 9-12, pada handscoon feses (+), darah (-)
Pemeriksaan Penunnjang (Laboraturium)
• HB : 9,8 gr/dl • Urin rutin
Makroskopis
• Hematokrit : 30% o Warna : Kuning
• Leukosit : 23.8000 mm3 o Kejernihan : Jernih
 Kimiawi
• Trombosit : 380.000 sel/ mm3 o Protein : (-)
o Glukosa : (-)
• Hitung jenis leukosit : o Bilirubin : (-)
Netrofil batang : 4% o Keton : (-)
 Mikroskopis
Netrofil segmen : 3%
o Leukosit : 0-1/LPB
Eosinofil : 69% o Eritrosit : 0-1/LPB
Monosit : 3% o Silinder : (-)
o Kristal : (-)
Limposit : 25%
o Epitel : (+)
Basofil : 0% o Bakteri/ jamur : (+)
Diagnosis
• Peritonitis ec Apendisitis Perforasi
Tatalaksana
• Awasi vital sign dan resusitasi keadaan pasien
• Pemasangan NGT untuk dekompresi
• Pemasangan Kateter urin untuk memonitor rehidrasi cairan

• IVFD RL gtt 30 tpm

• Cefriaxon 2x500 mg (iv)

• Ketorolac 1x30 mg (drip)

• Apabila vital sign sudah membaik dan cairan sudah terpenuhi dengan melihat
produksi urin serta mengukur tekanan JVP maka segera dilakukan operasi
dengan rencana laparotomi
Follow-up
Laporan Operasi
Tindakan yang dilakukan : Laparotomy
Tanggal : 18 November 2018
Pukul : 10.00 – 11.30 WIB
1. Pasien dalam posisi supine, dilakukan spinal anasthesia
2. Dilakukan prosedur aseptik dan antiseptik pada regio abdomen
3. Insisi meridian dan diperdalam hingga tampak peritoneum
4. Peritoneum dibuka, didapatkan pus ±200cc dan apendik perforasi 10x1 cm
5. Dilakukan eksplorasi apendiktomi
6. Cuci dengan NaCl
7. Pasang drainase
8. Rawat pendarahan dan luka operasi dijahit lapis demi lapis
9. Operasi selesai
Instruksi Post Operasi
• Boleh makan dan minum jika ada flatus

• IVFD RL gtt 30 tpm

• Cefriaxon 2x500 mg (iv)

• Ketorolac 1x30 mg (drip)

• Aff kateter
Follow-up
Follow-up
Follow-up
Resume
• Nyeri seluruh lapang perut sejak ± 2 hari yang lalu
• Perut terasa tegang dan kembung
• Awalnya merasakan nyeri ulu hati ± 1 bulan yang lalu
• Nyeri hilang timbul dan nyeri menjalar ke perut kanan bawah menetap, terus-
menerus, semakin berat, semakin tidak tertahankan dan bertambah hebat ketika
pasien bergerak dan batuk.
• Mual (+), muntah (+), demam hilang timbul (+), nafsu makan berkurang (+)
belum BAB (+) dan flatus (-)
• Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan distensi abdomen (+) defans muskular
(+) nyeri tekan abdomen (+) pada titik Mc Burney dan bising usus (+) menurun.
• Pemeriksaan rectal toucher didapatkan nyeri tekan (+) jam 9-12, pada
handscoon terdapat feses.
• Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan peningkatan jumlah leukosit
sebesar 23.800 mm3.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput
organ perut (peritoneum)

• Merupakan suatu kegawatdaruratan yang disertai dengan baktericemia

• Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di


perut kuadran kanan bawah
Anatomi
Anatomi
Etiologi

Peritonitis Apendisitis
• Peritonitis primer • Obstruksi lumen yang diakibatkan
• Peritonitis sekunder oleh fekalit
• Peritonitis tersier • Konstipasi
Patofisiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Gejala
1. Nyeri abdomen

2. Dinding perut terasa tegang

3. Anoreksia, mual, muntah dan demam

4. Facies hipocrates

5. Syok
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : Mata cekung, pernafasan kostal, cepat dan dangkal,
distensi abdomen

• Palpasi : Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen, defans


muskular (+)

• Perkusi : Hipertimpani dari perut yang kembung

• Auskultasi : Bising usus menurun

• Rectal touche : Terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus


sfingter ani menurun dan ampula recti berisi udara.
Pemeriksaan Penunjang

Laboraturium Radiologi
• Sel darah putih > 20.000/mm Udara bebas
• Hitung jenis leukosit menunjukkan di bawah difragma
pergeseran ke kiri (shift to the left) yang disebabkan
oleh perforasi
Penatalaksanaan
• Prinsip utama terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang

• Pemberian antibiotik segera setelah diagnosis peritonitis bakteri


ditegakkan

• Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang


menyebabkan radang di peritoneum dan dapat dilakukan laparotomi
eksplorasi rongga peritoneum
Diagnosis Banding
• Peritonitis ec pankreatitis
• Peritonitis ec gastroenteritis
• Peritonitis ec salpingitis
• Peritonitis ec kolesistitis
• Peritonitis ec kehamilan ektopik terganggu
Komplikasi

Komplikasi Dini Komplikasi lanjut

• Septikemia dan syok sepsis • Adhesi

• Syok hipovolemik • Obstruksi intestinal rekuren

• Abses residual intraperitoneal


Prognosis
• Peritonitis lokal dan ringan umumnya memiliki prognosis baik

• Peritonitis yang mematikan akibat organisme virulen tergantung kepada:


• Lamanya peritonitis
• < 24 jam = 90% baik

• 24-48 jam = 60% baik

• > 48 jam = 20% baik

• Daya tahan tubuh

• Usia
BAB IV
KESIMPULAN
• Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang tidak
terjadi akibat infeksi dari organ abdomen salah satunya apendisitis.

• Gejala dari peritonitis berupa nyeri abdomen, defans muskular, anoreksia,


mual, muntah, demam, facies hipocrates dan syok.

• Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
dengan pemberian antibiotik yang sesuai.

• Terapi antibiotik harus diberikan segera setelah didiagnosis peritonitis


bakteri ditegakkan.

• Dapat dilakukan laparotomi untuk mengeksplorasi rongga perut


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai