Disusun oleh:
Dian Triyeni Asi
NIM. 206100802019
6
Pemeriksaan fisik
Diagnosis Kerja :
Peritonitis e.c Appendisitis perforasi
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium:
• Darah
• Hb : 14,4 mg/dl (N)
• WBC : 15.470/uL (↑)
• PLT : 307000/uL (N)
• RBC : 4.94/ul (N)
• HT : 43,8 % (N)
• MCV : 88.7 fl
• MCH : 29,1 pg
• MCHC : 30,9 g/dl
• BT : 2.30 menit
• CT : 5 menit
• Kimia Darah
Ureum : 18 mg (N)
Creatinin : 1,04 mg/dl
GDS : 98 mg(N)
Elektrolit :
Na 135 (N)
K 3.8 (N)
Ca 1.15 (N)
Pemeriksaan Penunjang
• Rovsing’s sign
• Obturator sign
• Psoas sign
Pemeriksaan Penunjang
• Lab • Pencitraan :
• Leukosit rata-rata • Radiografi
10.000- • Berguna untuk mencari
18.000/mm3,>20.000/mm gejala komplikasi
mungkin menunjukan
• Memperlihatkanbaya
perforasi
ngan batu radiopak
• Shift to the left, dominan
didaerah tersebut
PMN
• LED (infilrat)
• USG
• Gambaran: dilatasi
lumen, dinding tebal
ALVARADO SCORE
• SYMPTOM :
• Migrate point pain :1
• ANOREXIA • Nilai ≥7: appendisitis akut
:1
• NAUSEA/VOMIT :1
yang perlu pembedahan
• SIGN dini
• RLQ tenderness :2
• Nilai 5-6: possible
• Rebound :1 appendisitis tidak perlu
• Temperature :1 pembedahan antibiotik
• Lab • Nilai 1-4:
• Leukositosis :2 dipertimbangkan
• Left shift :1 appendisitis
akutobservasi
Penatalaksanaan
• Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi)
• Operasi tergantung waktu
• Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi
• Apendisitis perforasi (cito)
• Local atau umum, segera lakukan laparotomi
• Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk gram
(-) dan (+) serta kuman anaerob dan pemasangan NGT
dilakukan sebelum operasi
• Apendisitis abses (cito)
• Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal anastesi
dan bila mungkin extra peritoneal.
• Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
PROGNOSIS
• Mortalitas:
- 0,1% pada appendicitis akut
- 3% bila ruptur
- 15% bila ruptur pada geriatri.
• Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli
paru, aspirasi.
• Komplikasi yang mungkin terjadi:
• Akut: infeksi luka operasi.
• Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.
PERITONITIS
Inflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang melapisi
dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya.
Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen) yang
memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak bedah.
Infeksi intraabdominal
› Penyebab morbiditas & mortalitas yg penting
› Era antibiotika : Mortalitas 10 – 20 %.
› Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis, perforasi
typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus.
Klasifikasi Peritonitis
Peritonitis Primer
Peritonitis Sekunder
Peritonitis Tersier
Peritonitis Primer
• Peritonitis spontan
• Melalui penyebaran limfatik dan hematogen.
• Kejadiannya jarang
Peritonitis Sekunder
• Akibat proses patologik yang terjadi dalam abdomen.
• Paling sering terjadi.
• Paling sering diakibatkan oleh: perforasi apendisitis, perforasi infeksi
lambung dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus, kanker,
dan lain-lain
Peritonitis Tersier
• Peritonitis yang sudah ditangani lewat operasi tetapi mengalami kekambuhan
kembali
• Terapi peritonitis primer & sekunder tidak adekuat
• Immunocompromised
Manifestasi Klinis 39
• Anamnesa
• Nyeri perut di kanan bawah,semakin bertambah.
• Mual, muntah, Napsu makan turun
• Susah BAB
DASAR DIAGNOSIS PADA
PASIEN
• Pemeriksaan Fisik
• Status lokalis a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen
• Palpasi
• Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+) di
McBurney
• Rovsing’s sign (+); psoas sign (+); obturator
sign (+)
• Defense muscular (+)
• Auskultasi
• BU (+) menurun
DASAR DIAGNOSIS PADA
PASIEN
Penunjang
1. Leukositosis
2. Posisi lateral decubitus. Terdapat udara
bebas antara dinding abdomen dan liver
(panah putih). Dan juga cairan bebas pada
peritoneum (panah hitam)
Kesimpulan
• Tn D.R, 26 tahun datang dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa dengan
Peritonitis e.c. Apendisitis perforasi.
Daftar Pustaka
Wassalam…