Anda di halaman 1dari 57

BIMBINGAN

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Oleh:
Dian Triyeni Asi, S.Ked
NIM : 206100802019

Pembimbing:
dr. Sisilya Maria Umboh, Sp.M

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSUD dr. DORYS SYLVANUS PALANGKA RAYA
PROGRAM PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Kamis 23 Desember 2021
Intensitas cahaya cukup

Tersedia alat dan obat


Syarat diagnostik
Pemeriksaan Mata
Dilakukan secara sistematik

Mengenal anatomi, fisiologi,


dan patologi mata

Memuat catatan medis yang tertata


rapi dan bisa dibaca
ANATOMI MATA
3
Struktur Aksesori Mata/ Adneksa Mata, tersusun atas:
a. Alis mata adalah lipatan kulit yang menebal dan
ditutupi oleh rambut, serta ditunjang oleh serat-serat
otot
b. Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior
merupakan modifikasi lipatan kulit yang ketika
menutup dapat melindungi bola mata bagian anterior
c. Konjungtiva, membran mukosa tipis dan transparan
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sklera (konjungtiva bulbaris.
d. Apparatus lacrimalis, merupakan aksesoris mata
yang berfungsi dalam proses produksi, perpindahan,
dan drainase cairan dari permukaan bulbus oculi/ bola
mata Retina
Struktur Anatomi Bola Mata
a.Tunica fibrosa bulbus oculi:
-Sklera, merupakan pembungkus fibrosa berfungsi untuk
melindungi dan memberi bentuk pada bola mata
- Kornea, menutupi 1/6 permukaan anterior sklera dan
sifatnya transparan
b. Tunica vasculosa bulbus oculi
- Koroid adalah segmen posterior uvea yang berada di
antara retina dan sklera
- corpus siliar
- Iris yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang
masuk struktur ini berwarna dengan celah centralis
(pupil).
- Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks, avascular,
tidak berwarna, dan hampir transparan sempurna
c. Tunica interna bulbus oculi adalah retina Pars optica
retinae tersusun dari 2 lapisan, yaitu pars pigmentosa (luar),
serta pars nervosa (dalam
Otot Penggerak Bola Mata

“Otot penggerak bola mata berfungsi untuk menggerakkan


bola mata, digambarkan dalam diagram posisi mata pada
enam posisi gerakan mata.”
Pemeriksaan
Dasar Mata
Riwayat penyakit sekarang,
termasuk keluhan utama

Anamnesis Riwayat tajam penglihatan dan


kesehatan mata

Riwayat kesehatan umum,


keluhan penyerta dan riwayat
perjalanan penyakit

Riwayat penyakit dahulu dan


riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Visus dan Refraksi
1. Pemeriksaan visus (tajam penglihatan)
Menentukan visus tiap mata:
a. Optotip Snellen : 6/60
b. Menghitung jari : 1/60  6/60
c. Gerakan tangan : 1/300.
• Pemeriksaan proyeksi cahaya dari segala arah (atas, bawah, nasal, temporal)

d. Membedakan terang gelap 1/~


• Pemeriksaan proyeksi cahaya bertujuan menilai fungsi retina.

Contoh: bila arah atas tidak dapat membedakan terang gelap.


Misal 1/300 / 1/~ proyeksi atas (-)Tidak dapat membedakan terang gelap : Nol.
e. Menentukan kemampuan membaca dengan kartu baca.
Sistem Pembiasan Mata Normal

Pembiasan pada mata


hypermetropia

Pembiasan pada mata


myopia
10
Pemeriksaan Refraksi Sederhana
A. Tentukan jarak antara pupil mata kanan dan
kiri (PD):

1) Pegang penggaris di depan kedua mata.


2) Sinar senter diarahkan ke tengah-tengah antara
kedua mata pasien. Perhatikan reflex cahaya pada
kedua kornea mata.
3) Ukur jarak antara kedua reflex tersebut dalam
mm, maka didapat PD untuk jarak dekat.
Tambah 2 mm untuk PD jauh.
Pemeriksaan Refraksi Sederhana
B. Ukur kekuatan lensa sferis
Dilakukan bila visus tidak normal(<6/6)

1. Pasang kacamata percobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)

2. Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang belum akan diperiksa.

3. Kembali melihat Optotip Snellen.

4. Letakkan lensa S+ atau lensa S- tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa.
Tambah kekuatan lensanya sampai didapat visus terbaik (Trial and Error)

• Bila miopia : dipilih untuk kacamata lensa S- terkecil yang memberi tajam penglihatan terbaik

• Bila Hypermetropia: lensa S+ terbesar


Pemeriksaan Refraksi Sederhana
C. Pada penderita yang mengeluh baca dekat (Presbyopia)

Umumnya diatas umur 39 tahun. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut.


1. Sesuaikan PD untuk dekat

2. Beri lensa S+ umumnya disesuaikan umur S+1 (40 tahun), S+1,5 (45 thn)… S+3 (60 thn).

3. Membaca kartu baca dekat pada jarak baca yang baik (+30cm, Jaegger 3).

d.Menulis resep kacamata: misalnya A umur 45 tahun Miopia R/


OD S – 225 D
OS S – 324D PD 64 / 62 MM
Addisi ODS S+ 1 50 D paraf
Optotip Snelen
Trial Frame
C. Memeriksa Organ Mata secara Sistematis

Inspeksi : Bentuk, posisi dan gerak bola mata, alis, bulu


mata dan kelopak mata atas dan bawah. Area lakrimalis
konjungtiva bulbi.

Bandingkan kanan dan kiri

Palpasi : menilai massa, nyeri tekan, finger tension,


pembesaran kelejar (preaurikular)

Bandingkan kanan dan kiri

Eversi Kelopak Mata : Merupakan suatu pemeriksaan


yang bertujuan untuk menilai konjungtiva tarsalis
Cara Kerja Eversi Kelopak Mata

Cara kerja :
• Pasien melihat ke arah bawah
• Pemeriksa melakukan fiksasi pada kelopak
mata atas dengan menggunakan jari telunjuk
• Kemudian dengan menggunakan ibu jari
pemeriksa, buka bagian dalam konjungtiva
dan nilai apakah terdapat kelainan atau tidak
Sistem Optik Mata
Dapat menggunakan kacamata pembesar dan senter.

A. Sinari Kornea
Perhatikan reflek kornea yaitu reflek
cahaya pada permukaan kornea yang
berbentuk bintik cahaya.
1) Cerah / mengkilat:
a) kornea jernih
b) jaringan parut (putih)
2) Suram: erosi kornea, radang kornea
atau edema kornea. Perhatikan reflek
cahaya pada kedua permukaan
kornea (Tes Hirschberg)
a) masing-masing di tengah pupil :
ortofori
b) salah satu tidak ditengah pupil:
Heterofori (juling)
b. Bilik mata depan (BMD) dan iris
Iris yang baik memiliki cekungan – cekungan radier (kripti).
Kejernihan BMD perhatikan kripti iris.
1. Kripti iris terlihat jelas : jernih
2. Kripti iris tidak jelas : keruh

Kedalaman BMD: sinari iris dari samping, lalu perhatikan luasnya


permukaan iris yang mendapat penyinaran.

3. Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar: BMD dangkal

4. Seluruh/sebagian permukaan iris tersinari: BMD dalam

c. Pupil
Perhatikan pupil yang bulat teratur. Pupil yang tidak bulat/ tidak teratur
dapat akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia).
Reaksi pupil langsung : pupil mengecil pada mata yang disinari
Reaksi pupil tak langsung : pupil mengecil pada penyinaran mata
yang sebelahnya.
Nyatakan besarnya pupil dalam
mm.
1. Isokor kedua pupil sama besar
2. Anisokor tidak sama besar.
3. Besar pupil normal 3-5 mm.
<2mm disebut miosis, >5mm:
midriasis.

Gambar pupil bila pupil terletak


tidak pada tempatnya atau
bentuknya tidak normal.
d. Lensa

1. Sinari pupil dari depan. Perhatikan warna


a) pupil berwarna hitam
1) lensa jernih
2) Aphakia
b) pupil putih/ abu-abu : keruh/ katarak
2. Ubah sinar dari samping (kurang lebih 45%), dan sinari iris.
Kembali lihat pupil.
Perhatikan perubahan kekeruhan lensa:
a. seluruh pupil tetap putih  katarak matura (tes shadow / bayangan - )
b. sebagian pupil menjadi hitam  katarak immatura (tes bayangan +)
D. Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Tes Konfrontasi
 Pemeriksa dan pasien berhadapan kurang lebih 1 m.

 Bila mata kiri yang akan diperiksa, mata kanan


pasien ditutup.

 Mata kiri pasien berhadapan/berpandangan dengan


mata kanan pemeriksa. Gerakan jari/benda dari
segala arah, dari luar ke dalam. Catat bila ada
bagian lapang pandang, yang masih terlihat oleh
pemeriksa, tetapi tidak oleh pasien.
 Ulangi dengan cara yang sama pada mata kanan.
E. Funduskopi

 Sebaiknya dilakukan di ruangan relatif


gelap.
 Bila mata kanan yang akan diperiksa,
pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien,
oftalmoskop dipegang dengan tangan
kanan, pemeriksaan dengan mata kanan.
 Bila mata kiri akan diperiksa,
pemeriksaan dari sebelah kiri dengan
mata kiri.
 Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui oftalmoskop dilihat lewat
Oftalmoskop
pupil pada jarak pemeriksaan: 30 cm.
 Bila media refraksi jernih: reflek fundus berwarna merah
kekuningan padaseluruh lingkaran pupil.
 Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan kaca) terlihat
adanya bercak hitam di depan latar belakang yang merah
kekuningan.
Penilaian reflek fundus penting untuk membedakan katarak matura
dan immatura. Katarak mutura reflek fundus negatif.
Selanjutnya untuk melihat retina dan pupil N II, oftalmoskop
didekatkan sedekat mungkin ke mata pasien.
Cara Funduskopi
F. Tonometri dengan Tonometer Schiotz

Mengukur tekanan intra okuler.


Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang berbaring terlentang atau
setengah duduk. Agar posisi kornea horizontal, usahakan dagu dan
dahi pasien terletak pada satu bidang horizontal. Kedua mata ditetes
anestesi topikal.
Tonometer ditera pada tes blok yang bila baik, jarum menunjukkan
angka nol pada skala dan “plunger” dapat bergerak bebas dalam
silindernya.
Pada pemeriksaan pertama dipilih beban terkecil 5,5 gr. Kemudian “foot
plate” di desinfeksi dengan mengusapnya oleh kapas alkohol 70%.
Kedua mata difiksasi dengan melihat lurus ke atas. Bila mata kanan yang akan
diukur, pemeriksa berdiri disebelah kiri atau dibelakang pasien.
Begitu pula untuk mata kanan.
Tonometer dipegang vertikal beberapa saat lurus di atas kornea penderita
setelah sebelumnya kelopak mata pasien dibuka secukupnya dengan jari
tangan pemeriksa lainnya tanpa menekan bola mata.
Setelah mata penderita menyesuaikan diri, tonometer diturunkan perlahan-
lahan sampai “foot plate” diturunkan sampai di tengah-tengah silinder. Angka
skala yang ditunjuk jarum pada saat itu, diingat dan dicatat dan tonometer
diangkat dari kornea. Bila angka yang ditunjuk kurang dari angka 3, tonometer
diulangi dengan beban 7,5 gr. Mungkin pula perlu memakai beban 10 gr.
Nilai tekanan intra okuler selanjutnya pada table kaliberasi.
Contoh mencatat hasil : Tgl ……., jam…….
TOD (mata kanan) 8/7,5 = 15.6 mmhg
TOS (mata kiri) 9/7,5 = 13.1 mmhg
(nilai TIO normal 10-21 mmhg)
Sebelum melakukan tonometri, diyakini tidak ada kontra
indikasi tonometri, lakukan komunikasi yang baik dengan
pasien agar tenang selama pemeriksaan.
Kontra indikasi umumnya adalah infeksi mata.
Tonometri
G. Pemeriksaan Tambahan

1. Pemeriksaan anel : menyuntikkan


cairan garam fisiologis melalui pungtum
lakrimalis dengan jarum bengkok yang
tumpul. Bila cairan masuk ke dalam
hidung/ tenggorokan disebut anel +.
berarti saluran lakrimal berfungsi baik.
Bila tidak berarti ada sumbatan saluran
lakrimal (anel -).
Tes Seidel
Pada tes seidel, fluoresein diteteskan kemudian diberikan
sedikit penekanan pada bola mata. Setelahnya, dilihat dengan
lampu celah menggunakan lampu biru untuk mengetahui
apakah ada gambaran cairan aqueous mengalir keluar dari
defek kornea. Bila ditemukan, maka dicurigai telah terjadi
perforasi kornea.
2. Pemeriksaan Uji Fluoresin
• Fluoresin → bahan berwarna jingga merah yang disinari gelombang biru akan memberikan gelombang
hijau
• Untuk melihat adanya defek epitel kornea, fistel kornea atau yang disuntikkan intravena untuk dibuat
foto pembuluh darah retina
• Uji untuk : Melihat defek epitel, Pemeriksaan tonometer, Melihat adanya fistel kornea
• Setelah ditetes pantocain kertas fluoresein ditempel pada konjungtiva di daerah forniks inferior.
3. Ishihara Test

• Kartu dengan titik-titik berwarna yang kecerahannya dan


bayangannya membentuk angka, huruf atau lainnya
• Digunakan untuk menguji daya pisah warna mata penderita yang
diuji atas kemungkinan adanya buta warna
Teknik
Pemeriksaan
Tajam
Penglihatan
pada Anak
 Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan usia yaitu preverbal dan
verbalpemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu usia kurang dari 2,5 tahun dan
verbal pada usia lebih dari 2,5 tahun.
 Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu dapat dilakukan dengan observasi,
fiksasi, oftalmoskopi, refleks pupil, optokinetic nystagmus test (OKN), the prefential looking test, dan
visual evoked potential (VEP).
1. Observasi
Pada metode ini kita dapat mengamati apakah anak tampak melihat
atau peduli terhadap lingkungan sekitarnya? Apakah anak respon
terhadap lingkungan sosial seperti mengenali wajah pemeriksa atau
anggota keluarganya.? Apakah anak melihat jari tangan dan kakinya
sendiri? Adanya pengenalan dan perhatian anak menunjukkan tajam
penglihatannya baik. Metode ini sulit dinilai pada anak yang
keterbelakangan mental, karena mungkin anak tersebut melihat, tetapi
tidak respon terhadap sekitar
2. Fiksasi dan Mengikuti Benda
Pada teknik ini kita lihat apakah anak tetap terfiksasi pada objek yang menarik. Apakah anak
mengikuti objek yang menarik tersebut. Respon anak mengikuti objek ini biasanya didapatkan pada 1
atau 2 bulan kehidupan dan ini membuktikan bahwa visus anak baik.
Untuk melihat fiksasi pada mata anak juga dapat digunakan metode CSM. Metode ini dapat
digunakan pada anak yang belum dapat berbicara.
C : Sentral. Lokasi reflek kornea pada saat pasien berfiksasai dengan cahaya senter dengan 1 mata
ditutup (monokuler). Normal reflek kornea ada pada sentral kornea. Jika eksentrik disebut dengan
uncentral (UC).
S : Steadines. Artinya tetap. Fiksasi pada senter saat digerakan dan diam (monokuler). Jika tidak tetap
disebut unsteady (US).
M : Maintain Aligment. Kemampuan pasien untuk mempertahankan kelurusan mata dengan cara satu
mata ditutup kemudian dibuka. Jika tidak mampu mempertahankan disebut Unmaintain (UM)
3. Oftalmoskopi

Oftalmoskopi langsung atau pun tidak langsung dipakai untuk mengetahui keadaan
media mata dan mempelajari karakteristik fisik dari retina dan nervus optikus.
Terdapatnya media yang jernih dan retina yang utuh dengan nervus optikus yang
yang normal dapat menunjukan bahwa tajam penglihatan baik.
4. Reflek Pupil

Adanya reflek langsung dan tidak langsung pupil terhadap cahaya


menunjukkan bahwa jalur aferen dan eferen reflek pupil baik. Cara
sederhana yang dipakai untuk memeriksa reflek ini dapat digunakan untuk
menilai keadaan saraf penglihatan bagian depan. Tapi respon normal dari
pemeriksaan ini belum mengindikasikan bahwa pasien dapat melihat, hanya
menunjukan penyampaian sinyal ke korteks. Jika cahaya senter pada satu
mata menyebabkan konstriksi pada kedua pupil berarti retina, nervus
optikus, traktus optikus berfungsi baik
5. Optokinetic Nystagmus Test (OKN)
Optokinetic Nystagmus Test merupakan sebuah silinder yang dapat berputar pada sumbunya dan
pada dindingnya terdapat garis-garis tegak yang mempunyai ketebalan tertentu, Tes ini sangat
berguna untuk mengetahui fungsi penglihatan pada anak. Dengan memutar alat ini di depan mata
anak akan terlihat nistagmus pada mata anak tersebut yang gerakannya berlawanan dengan arah
perputaran slinder. Semakin halus garis yang terdapat pada tabung slinder yang memberikan respon
nistagmus maka semakin baik pula visus bayi yang diperiksa.
6. Prefential Looking Test
 Preferential looking test menilai ketajaman penglihatan dengan mengamati respon anak terhadap

stimulus visual. Pemeriksaan ini cukup detail untuk menilai tajam penglihatan pada bayi dan anak

yang belum bisa bicara. Preferential looking test dapat dilakukan dengan menggunakan Teller

Acuity Card II dan Cardiff Acuity Test

 Teller Acuity Card II merupakan serangkaian kartu persegi panjang yang terdiri dari 17 kartu yang

berukuran masing-masing 25,5 cm x 55,5 cm dan terdapat garis-garis hitam dan putih yang dicetak

dengan latar belakang abu-abu. Pemeriksaan ini dilakukan secara monokular dengan menutup

salah satu mata dan secara binokular Pada pemeriksaan visus dengan teller acuity test, jarak

pemeriksaan ditentukan berdasarkan usia anak. Pada bayi usia 0-6 bulan pemeriksaan dilakukan

pada jarak 38 cm, pada anak usia 7 bulan hingga 3 tahun pemeriksaan dilakukan pada jarak 55 cm.
Pada anak dengan usia lebih dari 3 tahun pemeriksaan pada
jarak 84 cm dan pada anak dengan tajam penglihatan yang
lebih buruk pemeriksaan dilakukan pada jarak yang lebih
dekat 9.5 cm dan 19 cm.

Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksaan harus


memastikan jarak mana yang digunakan dan kemudian tajam
penglihatan dinilai dengan menggunakan tabel konversi
visus berdasarkan pada level kartu yang bisa dilihat (dalam
cy/cm) dengan jarak pemeriksaan
7. Visual Evoked Potential (VEP)
Tes Visual Evoked Potential (VEP) merupakan
pemeriksaan kualitatif dari pemeriksaan tajam penglihatan.
Tes ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
kebutaan kortek. Alat ini berupa elektroensefalogram
(EEG) yang diambil dari lobus oksipital. VER ditentukan
dengan menstimulasi mata dengan cahaya terang, dengan
mengunakan suatu alat perekam aktivitas listrik otak lewat
stimulasi cahaya pada retina. Pemeriksaan ini lebih
bermanfaat pada anak dengan retardasi mental.
Sedangkan pemeriksaan tajam penglihatan pada anak
usia verbal yaitu dengan menggunakan optotype seperti
Allen card, HOTV card, LEA symbol, E chart, dan
Snellen chart.
a. Allen Card

Allen Card berupa gambar yang sudah dikenal oleh anak-anak misalnya gambar mobil, pohon
natal, boneka beruang, telepon dan kue ulang tahun. Allen card digunakan pada usia anak 2,5
tahun. Pemeriksaan dilakukan dengan jarak 3 meter.
b. The Stycard Test (HOTV card)

Pada pemeriksaan ini digunakan satu set simbol dengan ukuran yang bertingkat, dan satu set simbol yang
masing-masing bertuliskan Huruf H,O,T,V sebagai interpretasi dengan meminta anak menunjukan huruf yang
sama dengan yang ditunjuk oleh pemeriksa. HOTV card digunakan pada usia anak 30-54 bulan. Pemeriksaan
dilakukan dengan jarak 3 meter.
c. LEA Symbol

Lea symbol terdiri atas 4 buah gambar yaitu apel, rumah, lingkaran, dan persegi empat. LEA symbol digunakan
pada anak usia 3-3,5 tahun. Anak diminta untuk mengenal masing-masing gambar kemudian anak menunjukkan
gambar yang ada. Nilai berapa visus anak sesuai dengan angka yang berada di samping LEA symbol.
d. E chart
Pemeriksaan dengan metode ini hampir sama
dengan pemeriksaan kartu snellen, bedanya
pemeriksan ini hanya menggunakan satu huruf
“E” dengan berbagai ukuran dan posisi. Tanyakan
kepada anak kemana arah dari kaki Huruf ‘E’
apakah ke bawah, ke atas, ke kiri atau ke kanan.
E chart dapat digunakan pada usia di atas 4
tahun.
Pemeriksaan
Bilik Mata
Depan dan
Dangkal
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA

• Bilik mata depan merupakan ruangan antara permukaan dalam kornea dan permukaan anterior lensa.
• Pemeriksaan kedalaman bilik mata depan dapat menggunakan biomikroskop lampu celah, biometri, interferometri laser
menggunakan IOL Master, dan anterior segment optical coherence tomography (ASOCT).
• Pemeriksaan menggunakan lampu celah untuk menilai sudut bilik mata depan dengan penilaian Van Herrick cukup efektif dalam
menentukan kedalaman bilik mata depan. Metode ini mudah, cepat dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Kedalaman bilik mata depan juga dapat diperiksa dengan ASOCT.
Funduskopi Normal
PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN TONOMETER
SCHIOTZ
Shadow Test
Untuk melihat suatu katarak itu
matur/imatur menggunakan pemeriksaan
Shadow Test.
Cara pemeriksaan:
 Pasien diminta melihat lurus ke depan;
 Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien
pada sudut 45 derajat dari samping, dari
bayangan iris
 Akan ada bayangan yang dibiaskan dari
humor aquosus
 Katarak matur : lensa lebih cembung
karena menyerap cairan lebih
banyak,bayangan iris pada lensa terlihat
kecil dan letaknya dekat terhadap pupil,
shadow test (-) ; katarak imatur: lensa
masih kecil,terdapat bayangan iris pada
lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil, shadow test (+)
Daftar Pustaka
• Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed. Canada: Nelson education, Ltd 2013.
• Keterampilan Klinik mata. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2017
• Ilyas S. Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2015
• Bickley ,LS. BATES buku ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan . Edisi 8. Jakarta: EGC.2012
• Wright KW, Hengst TC, Spiegel PH. NeuroOphthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus: Springer New York;
2013. pp. 865-878.
• Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. The Pediatric Eye Examination. Pediatric Ophthalmology and Strabismus.
USA:American Academy of Ophthalmology; 2015. pp. 5-14.

Anda mungkin juga menyukai