Tinjauan Pustaka
Karakteristik nyeri pada nyeri kepala tegang (TTH) adalah bilateral, rasa
menekan atau mengikat band-like atau holocephalic dengan intensitas ringan
sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan
mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia. Durasi nyeri kepala pada TTH adalah
30 menit sampai 7 hari. Karakteristik nyeri pada nyeri kepala klaster
digambarkan sebagai nyeri yang membosankan, seperti dibor, pedih atau hebat,
selalu unilateral di orbita dan daerah sekitarnya (supraorbita, temporal atau
kombinasi dari tempat-tempat tersebut). Serangan-serangannya disertai satu atau
lebih sebagai berikut, semuanya ipsilateral: injeksi konjungtival, lakrimasi,
kongesti nasal, rhinorrhoea, berkeringat di kening dan wajah, miosis, ptosis,
edema palpebra. Selama serangan sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.
Durasi nyeri kepala pada klaster adalah 15 sampai 180 menit dan terjadi dengan
frekuensi dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari. Serangan trigeminal
2
neuralgia adalah paroksismal sesaat seperti tersetrum listrik. Setelah dokter
menetapkan bahwa kondisi nyeri kepala adalah termasuk nyeri kepala primer,
jenis nyeri kepala spesifik harus didiagnosis, apakah terkategori migren, TTH atau
klaster. Setelah diagnosis telah ditegakkan, pilihan terapi umum harus diuraikan
dalam rencana pengobatan yang disesuaikan dengan pasien.2
H History (riwayat)
S Site (tempat)
O Origin (tempat asal)
C Character (karakter)
R Radiation (penjalaran)
A Associated symptoms (kumpulan gejala yang terkait)
T Timing (waktu)
E Exacerbating & relieving (hal yang memperparah dan
memperingan)
S Severity (derajat keparahan/intensitas)
S State of health between attacks (kondisi kesehatan di
antara serangan)
3
Riwayat Penyakit Riwayat
penyakit
sekarang
Riwayat
penyakit dahulu
Riwayat
penyakit
keluarga
Pengobatan Nama Obat
Dosis
Efektif atau
tidaknya obat
Efek samping
pengobatan
Sosial Keluarga
Pekerjaan
Pendidikan
Kebiasaan atau
hobi
Psikologis
4
dan progresif, maka penyebab infiltratif seperti neoplasma, meningitis TB, dan
sarkoidosis harus dipertimbangkan
Systemic Symptoms
Systemic symptoms (simptom sistemik) yang merupakan tanda bahaya pada kasus
nyeri kepala antara lain: demam, kaku leher, penurunan berat badan, ruam,
menggigil, berkeringat di malam hari. Kemungkinan diagnosis Apabila kasus
nyeri kepala disertai dengan adanya simptom sistemik, maka nyeri kepala masuk
dalam kategori red flags (bendera merah). Hati-hati mungkin nyeri kepala yang
ada bukan nyeri kepala primer. Kemungkinan diagnosis nyeri kepala yang disertai
dengan simptom sistemik bisa bermacam-macam, antara lain meningoensefa-litis,
gangguan vaskuler, arteritis, atau penyebab sekunder yang lain.
5
Beberapa penyakit seperti HIV, kanker, meningitis, tumor metastasis, dan
gangguan intra kranial lain dapat mengakibatkan terjadinya nyeri kepala. Nyeri
kepala karena adanya gangguan struktural seperti HIV, kanker, meningitis, tumor
metastasis, dan gangguan intra kranial lain terkategori dalam nyeri kepala
sekunder. Bila didapatkan kasus nyeri kepala pada orang dengan penyakit-
penyakit yang berisiko untuk terjadi nyeri kepala maka nyeri kepala ini masuk
dalam (secondary headache risk factors.
Seizures
Setiap nyeri kepala yang disertai dengan kejang maka wajib berhati-hati karena
terkategori dalam red flags. Kejang bisa diakibatkan oleh penyakit yang
mendasari. Penyakit yang mendasari terjadinya kejang bermacam-macam,
misalnya: tumor, vaskular, trauma kepala.
Onset
Onset yang harus diwaspadai sebagai tanda bahaya (red flags) adalah: nyeri
kepala yang datang secara tiba-tiba, yang bersifat mendadak, yang baru pertama
kali muncul, atau yang dipicu oleh manuver valsava atau perubahan posisi.
Apabila disertai onset tersebut maka diagnosis yang mungkin adalah: SAH, AVM,
6
tumor primer, tumor metastasis, SAH, ICH, abses, meningitis, thrombosis vena,
hipertensi intrakranial dan lainnya.
Onset dan perjalanan nyeri kepala dari waktu ke waktu memiliki implikasi
diagnostik dan terapeutik. Nyeri kepala dengan onset cepat berhubungan dengan
nyeri kepala klaster, sindrom SUNCT, dan trigeminal neuralgia. Nyeri kepala
dengan onset mendadak mengarah pada dugaan adanya mekanisme vaskular yang
mendasari seperti perdarahan subarachnoid. Onset nyeri kepala akibat gangguan
oftalmologik dan infeksi juga mendadak. Biasanya, pemeriksaan fisik dapat
membantu dalam membedakan kondisi yang serius. Nyeri kepala lain meskipun
onsetnya dahsyat, bisa jadi prognosisnya jinak. Contohnya adalah nyeri kepala
yang berhubungan dengan aktivitas seksual, batuk, dan mengejan.
Older
Usia tua pada kasus nyeri kepala merupakan tanda bahaya (red flags). Nyeri
kepala yang dimulai setelah usia 50 tahun mungkin disebabkan oleh kondisi
serius, seperti: giant cell arteritis, lesi massa, atau penyakit serebrovaskular. Nyeri
kepala atau nyeri wajah pada usia lanjut bisa diakibatkan oleh obat-obatan,
penyakit sistemik, postherpetic neuralgia (PHN), trigeminal neuralgia, atau
gangguan pada kepala, leher, mata, telinga, atau hidung. Untuk itu, pemeriksaan
tambahan dilakukan saat nyeri kepala muncul pada pasien usia tua baru dengan
onset baru, terdapat perubahan pola nyeri kepala dibandingkan dengan yang sudah
ada, atau pemeriksaan fisik didapatkan kelainan. Pada keadaan ini, MRI kepala
dan laju endap darah diperlukan untuk membantu mengidentifikasi atau
mengeksklusi gangguan struktural dan giant cell arteritis.
Progression of Headache
Nyeri kepala yang semakin lama semakin memberat (progresif) merupakan tanda
bahaya (red flags). Pemberatan pada nyeri kepala bisa dilihat dari adanya
perubahan frekuensi serangan, tingkat keparahan, atau gambaran klinis.
Perubahan frekuensi nyeri kepala bisa menjadi penyebab kunjungan ke dokter,
misalnya ketika serangan migren meningkat frekuensinya menjadi nyeri kepala
7
harian atau hampir setiap hari terjadi. Apabila ada nyeri kepala yang semakin
lama semakin memberat (progresif) maka dokter perlu mencurigai bahwa nyeri
kepala yang terjadi bukan nyeri kepala primer. Nyeri kepala yang terjadi tersebut
mungkin disertai kelainan yang mendasari, seperti: perdarahan sub dural (SDH),
tumor, atau Medication Overuse Headache (MOH). Apabila nyeri kepala progresif
terjadi dalam hitungan minggu atau bulan maka kecurigaan mengarah pada:
peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK), Medication Overuse Headache (MOH),
atau penyakit sistemik. Apabila nyeri kepala progresif terjadi subakut maka
kemungkinan penyebabnya adalah: Idiopathic Intracranial Hypertension (IIH),
Sub Dural Hemorrhage (SDH) bilateral, lesi obstruktif midline, atau sindroma
meningitis kronik.
Positional Change
Nyeri kepala yang memburuk dengan perubahan posisi perlu diwaspadai (red
flags). Perubahan posisi yang memperburuk nyeri kepala misalnya adalah: berdiri
tegak atau berbaring.
Papil edema
Papil edema merupakan tanda bahaya (red flags). Nyeri kepala yang disertai
dengan adanya papil edema maka perlu dicurigai akan adanya penyebab sekunder
yang mendasari nyeri kepala, misalnya: tumor, meningitis, atau ensefalitis.
Precipitated Factors
Faktor pencetus nyeri kepala misalnya: batuk, tenaga, aktivitas seksual, manuver
valsava, atau tidur). Nyeri kepala yang diperberat oleh batuk, tenaga, aktivitas
seksual, maneuver valsava, atau tidur tumor curiga akan Arterio Venous
Malformation (AVM), Sub Arachnoid Hemorrhage (SAH), atau penyakit
vaskuler.
Jika pada anamnesis atau pemeriksaan didapatkan red flags, maka pemeriksaan
diagnostik mungkin diperlukan untuk mengeksklusi penyebab sekunder nyeri
kepala.
8
A. TENSION TYPE HEADACHE (TTH)
1. Definisi4
Tension-type Headache ( TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan (pressing/ squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak
dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan
hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/atau muntah,
serta disertai fotofobia atau fonofobia.
2. Epidemiologi4
Nyeri kepala ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan
laki-laki dengan perbandingan 3:1. TTH dapat mengenai semua usia,
namun sebagian besar pasien adalah dewasa muda yang berusia sekitar
antara 20-40 tahun.
4. Klasifikasi4
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan Tension
Type Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila
frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan.Tension Type
Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit ± 7
hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi
serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6
bulan.
9
5. Patofisiologi4
Patofisiologi tension type headache (TTH) belum begitu jelas, tetapi
diduga banyak faktor yang berperan. Mekanisme perifer sangat
berperan pada patofisologi Episodik TTH (ETTH), sedangkan
mekanisme sentral berperan dalam kronik TTH (KTTH). Faktor
muskulus (otot) sangat berperan dalam mekanisme perifer. Pada
penderita dengan ETTH maupun KTTH dijumpai peningkatan
ketegangan otot miofsial baik saat nyeri kepala maupun setelah bebas
nyeri kepala.
10
6. Diagnosis3
1. Anamnesis
Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyerinya mulai dari
ringan sampai sedang.
Waktu berlangsungnya nyeri kepala selama 30 menit
hingga 1 minggu penuh. Nyeri timbul sesaat atau terus
menerus.
Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher
bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian
belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu,
nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal,
rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau
seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak
berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah.
Pada TTH yang kronis biasanya merupakan manifestasi
konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan
dan depresi.
11
2. Pemeriksaan fisik8
Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat
dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal,
masseter, pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot
trapezius, dijumpai pericranial muscle tenderness, dapat dibantu
dengan palpometer.
3. Kriteria diagnosis1
Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata
rata<1hr/bln
(<12hr/thn), dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
12
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau
naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
4. Pemeriksaan penunjang8
• Laboratorium: darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll
(atas indikasi
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
• Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder).
13
5. Tatalaksana3
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu
dengan:
Analgetik: Aspirin 1000 mg/hari, Asetaminofen 1000 mg/hari,
NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari,
asam mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100
mg/hari), Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg. Kombinasi: 325
aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
7. Diagnosis banding3
1. Migren
2. Nyeri Kepala Klaster
3. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi,
infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
4. Nyeri kepala servikogenik
5. Psikosomatis
8. Komplikasi8
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dan lain-lain yang berlebihan.
14
9. Pencegahan dan edukasi8
Keluarga ikut meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan
adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. Keluarga ikut
membantu mengurangi kecemasan atau depresi pasien, serta menilai
adanya kecemasan atau depresi pada pasien.
10.Prognosis4
Ad vitam : bonam Ad Sanationam : bonam Ad Fungsionam : bonam
15