Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan
komplikasi seperti penyakit jantung dan stroke. Hipertensi disebut juga silent killer karena bersifat
asimptomatik sehingga penderitanya hampir tidak menyadari jika dirinya sakit. 1
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015, sekitar 1,13 miliar orang di
seluruh dunia mengalami hipertensi dimana dua pertiganya tinggal di negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Pada Tahun 2015, satu dari empat pria dan satu dari lima wanita di dunia menderita
hipertensi. Saat ini hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. 2 Secara global,
sebanyak 1,1 miliar orang pada tahun 2015 menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung
sebesar 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan sebesar 30,8%, Kalimantan Timur sebesar 29,6% dan Jawa
Barat sebesar 29,4%. Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 7,6% pada tahun
2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Pada kelompok umur 15-24 tahun, didapatkan data bahwa
terdapat 1,2% penderita hipertensi. 2 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah, terdapat 41819 jumlah kasus pada tahun 2016. 3 Padabulan Januari hingga Maret tahun 2021
jumlah kunjungan kasus Hipertensi di UPT Puskesmas Kayon sebanyak 251 kasus. Dengan persentasi
cakupan penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar hanya 6,18% dari
target 100% yang merupakan angka terendah dari capaian indikator di UPT Puskesmas Kayon sejauh
ini.4 Berdasarkan data terbaru kunjungan penyakit dari bulan Januari-Juni 2021 didapatkan angka
kunjungan penyakit Hipertensi sebanyak 458 kasus, dimana angka ini merupakan angka kunjungan
penyakit terbanyak sejauh ini.5 Pada triwulan I tahun 2021, didapatkan persentasi cakupan penderita
hipertensi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sebesar 2,65% dari target 100%, yang
menunjukkan masih belum banyak terdapat perbaikan terhadap masalah Hipertensi.6
Dampak yang dapat terjadi akibat hipertensi ialah stroke, infark miokardium, kerusakan ginjal
dan ensefalopati. Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak. Infark miokardium
terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik sehingga tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus.
Ensefalopati atau kerusakan otak dapat terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami
kenaikan darah dengan cepat).
Peran masyarakat dalam mengetahui dampak hipertensi sangat penting, sehingga masyarakat
yang memiliki factor resiko hipertensi ketika mengetahui dampaknya diharapkan dapat lebih
termotivasi untuk dapat mengontrol tekanan darahnya sehingga tidak menyebabkan terjadinya
komplikasi. Begitu juga dengan tingkat pengetahuan masyarakat. Menurut Jaeynisha Mathavan 6,
akibat ketidaktahuan pasien untuk menerapkan gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok,
melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan diet kalori yang seimbang menyebabkan hipertensi jadi
tidak terkontrol dan angka kejadian hipertensi terus meningkat. Bahkan, hipertensi yang tidak
terkontrol juga dapat diakibatkan karena ketidakpatuhan pasien untuk meminum obat tidak tercapai
sehingga berdampak juga pada peningkatan biaya kesehatan akibat terjadinya komplikasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditingkatkan lagi upaya peningkatan pengetahuan dan
cara pencegahan komplikasi bagi masyarakat serta petugas Kesehatan Masyarakat mengenai dampak
hipertensi yang tidak terkontrol dengan cara meningkatkan penyuluhan dan memperkenalkan media
digital sebagai sarana informasi hipertensi. 4

1.2 Permasalahan
Berdasarkan laporan evaluasi kinerja Puskesmas Kayon tahun 2021 pada laporan PBL yang
sebelumnya, hasil evaluasi program hipertensi sebanyak 251 kasus dengan persentasi cakupan
penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar hanya 6,18% dari target 100%.
Berdasarkan data terbaru yang didapatkan saat ini, persentasi cakupan penderita Hipertensi yang
mendapatkan pelayanan Kesehatan sesuai standar berkisar 2,65% dari target 100%. Data terbaru
kunjungan penyakit dari bulan Januari-Juni 2021 juga didapatkan angka kunjungan penyakit
Hipertensi sebanyak 458 kasus, dimana angka ini merupakan angka kunjungan penyakit terbanyak
sejauh ini. Hal ini menunjukkan masih perlunya perbaikan terhadap masalah Hipertensi.
Keberhasilan program hipertensi dapat menurunkan angka kejadian kasus hipertensi. Namun,
terjadinya kasus hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis kelamin, variasi diurnal
tekanan darah, usia, perubahan posisi, olahraga, merokok, alkohol dan kafein.4
Rekomendasi dari beberapa penelitian menyatakan bahwa strategi pengendalian hipertensi
harus diintegrasikan dengan peran serta masyarakat yang kuat dan kerja sama lintas sektor.
Pengetahuan yang memadai mengenai hipertensi dan metode untuk mencegahnya harus dapat di
mengerti oleh masyarakat sebelum mereka mau berpartisipasi aktif. 5
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadianhipertensi yang tinggi di
wilayah kerja di puskesmas Kayon, maka dilakukan mini-survey di puskesmas kayon. Mini-survey
yang diberikan kepada pasien yang datang berkunjung. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari 36
pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan masyarakat (16 pertanyaan), sikap masyarakat (10
pertanyaan) dan praktik (10 pertanyaan).

1. Karakteristik responden
Puskesmas Kayon dipilih sebagai lokasi mengambil mini survey dan intervensi. Responden
dalam mini survey ini berjumlah 10 orang. Dimana pada usia didapatkan bahwa responden yang
berusia >60 tahun memiliki populasi terbanyak dari 10 responden. Berdasarkan jenis kelamin
didapatkan bahwa responden laki – laki lebih banyak dimana ada 60% responden laki-laki.
Berdasarkan pendidikan ditemukan sebagian besar yaitu 70% responden dengan status
Pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), sedangkan menurut pekerjaan didapatkan 80%
responden dengan pensiunan maupun IRT yang diklasifikasikan kedalam status pekerjaan
lainnya.
2. Hasil kuesioner
Berdasarkan mini survey yang dilakukan pada 10 orang, ditemukan data sebagai berikut.
Tabel 1.1 Hasil mini survey tentang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kayon
No Survei Hasil Mini-survey
Pengetahuan
1. Baik (33,12%) Rendah (66,88%)
tentang hipertensi
2. Sikap Positif (24%) Negatif (76%)
Praktik
Kadang-
Kontrol Tekanan Tidak pernah
Selalu (0%) kadang
darah (6,6%)
(26,6%)
Kadang-
Tidak pernah
Pola makan Selalu (10%) kadang
(27%)
(56,6%)
Kadang-
Tidak pernah
Konsumsi obat Selalu (0%) kadang
(6,6%)
3. (26,6%)
Kadang- Tidak
Istirahat cukup Selalu (0%) kadang pernah
(16,6%) (16,6%)
Kadang- Tidak
Olahraga teratur Selalu (3,3%) kadang pernah
(16,6%) (16,6%)
Tidak
Kadang-kadang
Merokok Selalu (6,6%) pernah
(10%)
(16,6%)

Berdasarkan hasil survey mini diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang hipertensi
masih rendah (33,12%), praktik dalam kontrol tekanan darah didominasi kadang-kadang (26,6%),
pola makan kadang-kadang (56,6%), konsumsi obat kadang-kadang (26,6%), istirahat cukup kadang-
kadang dan tidak pernah sebanyak (16,6%), tidak pernah olahraga teratur dan kadang-kadang oahraga
(16,6%) dan tidak pernah merokok (16,6%). Sehingga terdapat masalah yang utama yang muncul,
yaitu tingkat pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi masih rendah.
Tingginya jumlah pasien hipertensi pada April hingga Juni 2021

AKIBAT

Belum tercapainya Standar Pelayanan Minimal Hipertensi di Puskesmas Kayon (2,65%)

MASALAH

Faktor Internal Faktor Eksternal

aktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat

6,8%) dan sikap masyarakat (Negatif 76%)


Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat rendah (70%)
Keterjangkauan
Motivasi untuk modifikasi dan ketersediaan fasilitas Kesehatan (0%)Ditiadakan Akibat Pandemi
gaya hidup(24%)
memadai (Posyandu, lansia, Posbindu, Prolanis, Pustu) (0%)Ditiadakan Akibat Pandemi Dukungan dari Jejaring Puskesmas RS, Lab(100

Kesehatan(0%)Ditiadakan Akibat Pandemi


Keadaan sosial ekonomi masyarakat(40%)

adang 56,6%) dan aktifitas fisik yang baik (kadang-kadang dan tidak pernah 16,6%)

Gambar 1.1 Problem Tree SEBAB


1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Berikut alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan yaitu :
1. Meningkatakan pengetahuan dengan Penyuluhan mengenai faktor resiko hipertensi secara
umum
2. Pembuatan Leaflet mengenai faktor resiko hipertensi
3. Pembagian Leaflet dan edukasi melalui media digital berupa penayangan video pada layar TV
di Puskesmas.

Tabel 1.2 Alternatif pemecahan masalah


Masalah Pemecahan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan 1. Penyuluhan mengenaihi pertensi
mengenai hipertensi secara umum terutama faktor
2. Tidak maksimal penyuluhan resiko hipertensi yang diharapkan
dapat menurunkan angka kejadian
hipertensi di wilayah UPT
Puskesmas Kayon.
2. Pembuatan dan Penyuluhan
menggunakan media digital
sebagai intervensi community
technology agar dapat
memaksimalkan Penyuluhan.

1.4 Prioritas Pemecahan Masalah


Penentuan prioritas pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting setelah masalah-
masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat dilakukan dalam penentuan prioritas pemecahan
masalah dibedakan atas dua, yaitu secara scoring dan non-scoring. Kedua metode tersebut
pelaksanaanya berbeda-beda dan pemilihannya berdasarkan data yang tersedia.
Dalam kegiatan PBL ini, prioritas pemecahan masalah menggunakan teknik scoring, yaitu
dengan metode CARL (Capability, Accesability, Readness, Leverage). Pemilihan prioritas dilakukan
dengan memberikan score untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Metode CARL
merupakan metode terbaik yang dipilih karena pada metode ini biaya (cost) tidak terlalu
diperhitungkan dan data yang digunakan bersifat kualitatif. Setelah didapatkan daftar masalah dan
alternatifnya, maka ditentukan prioritas untuk pemecahan masalah berdasarkan prioritas.

Metode CARL (Capability, Accesability, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai
1 – 5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti sebagai berikut.
a. Kemampuan(Capability)
Capability adalah ketersediaan sumber daya dana dan sarana/peralatan yang diberi skor 1-5 yaitu:
1. Sama sekali tidak tersedia
2. Tersedia dan terbatas
3. Tersedia namun kurang
4. Tersedia dan cukup
5. Tersedia dan melimpah
b. Kemudahan(Accessibility)
Accessibility adalah ukuran mudah atau tidaknya masalah diatasi didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan, diberi skor 1-5 yaitu:
1. Tidak mungkin diselesaikan
2. Mungkin tapi sangat sulit
3. Mungkin tapi sulit
4. Mudah
5. Sangat mudah

c. Kesiapan(Readness)
Readness adalah kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti keahlian atau
kemampuan dan motivasi, yang diberi skor 1-5 yaitu:
1. Tidak siap dalam 10 tahun ke depan
2. Tidak siap dalam 5 tahun ke depan
3. Siap dalam 1 tahun ke depan
4. Siap dalam 1-3 bulan ke depan
5. Siap, hanya perlu dimotivasi

d. Daya Ungkit (Leverage)


Leverage adalah seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan
masalah, yang diberi skor 1-5yaitu:
1. Tidak bermakna dalam 1 tahun kedepan
2. Tidak bermakna dalam 6 bulan kedepan
3. Bermakna dalam 3 bulan kedepan
4. Bermakna bulan depan
5. Sangat bermakna dan merubah segalanya

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas pemecahan masalah. Metode CARL
digunakan apabila pelaksana program masih mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam
menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pelaksana program.
a. Kelebihan pengunaan metode CARL
Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas masing- masing masalah
sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.
b. Kekurangan penggunaan metode CARL
1. Penentuan skor sangat subyektif sehingga sulit untuk distandarisasi.
2. Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor perlu kesepakatan agar
diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat (prioritas).
Obyektifitas hasil prioritas pemecahan masalah kurang bisa dipertanggung jawabkan karena
penentuan skor atas kriteria yang ada bersifat subyektif.
Tabel 1.3. Prioritas Pemecahan Masalah

No Pemecahan C A R L Nilai Prioritas


Masalah
1 Pembuatan dan Penyuluhan
menggunakan media digital 4 3 3 4 144 2
sebagai intervensi
community technology agar
dapat memaksimalkan
Penyuluhan.
Penyuluhan mengenai
2 hipertensi secara umum 4 4 5 4 320 1
terutama faktor resiko
hipertensi yang diharapkan
dapat menurunkan angka
kejadian hipertensi di
wilayah UPT Puskesmas
Kayon.

Anda mungkin juga menyukai