PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan laporan evaluasi kinerja Puskesmas Kayon tahun 2021 pada laporan PBL yang
sebelumnya, hasil evaluasi program hipertensi sebanyak 251 kasus dengan persentasi cakupan
penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar hanya 6,18% dari target 100%.
Berdasarkan data terbaru yang didapatkan saat ini, persentasi cakupan penderita Hipertensi yang
mendapatkan pelayanan Kesehatan sesuai standar berkisar 2,65% dari target 100%. Data terbaru
kunjungan penyakit dari bulan Januari-Juni 2021 juga didapatkan angka kunjungan penyakit
Hipertensi sebanyak 458 kasus, dimana angka ini merupakan angka kunjungan penyakit terbanyak
sejauh ini. Hal ini menunjukkan masih perlunya perbaikan terhadap masalah Hipertensi.
Keberhasilan program hipertensi dapat menurunkan angka kejadian kasus hipertensi. Namun,
terjadinya kasus hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis kelamin, variasi diurnal
tekanan darah, usia, perubahan posisi, olahraga, merokok, alkohol dan kafein.4
Rekomendasi dari beberapa penelitian menyatakan bahwa strategi pengendalian hipertensi
harus diintegrasikan dengan peran serta masyarakat yang kuat dan kerja sama lintas sektor.
Pengetahuan yang memadai mengenai hipertensi dan metode untuk mencegahnya harus dapat di
mengerti oleh masyarakat sebelum mereka mau berpartisipasi aktif. 5
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadianhipertensi yang tinggi di
wilayah kerja di puskesmas Kayon, maka dilakukan mini-survey di puskesmas kayon. Mini-survey
yang diberikan kepada pasien yang datang berkunjung. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari 36
pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan masyarakat (16 pertanyaan), sikap masyarakat (10
pertanyaan) dan praktik (10 pertanyaan).
1. Karakteristik responden
Puskesmas Kayon dipilih sebagai lokasi mengambil mini survey dan intervensi. Responden
dalam mini survey ini berjumlah 10 orang. Dimana pada usia didapatkan bahwa responden yang
berusia >60 tahun memiliki populasi terbanyak dari 10 responden. Berdasarkan jenis kelamin
didapatkan bahwa responden laki – laki lebih banyak dimana ada 60% responden laki-laki.
Berdasarkan pendidikan ditemukan sebagian besar yaitu 70% responden dengan status
Pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), sedangkan menurut pekerjaan didapatkan 80%
responden dengan pensiunan maupun IRT yang diklasifikasikan kedalam status pekerjaan
lainnya.
2. Hasil kuesioner
Berdasarkan mini survey yang dilakukan pada 10 orang, ditemukan data sebagai berikut.
Tabel 1.1 Hasil mini survey tentang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kayon
No Survei Hasil Mini-survey
Pengetahuan
1. Baik (33,12%) Rendah (66,88%)
tentang hipertensi
2. Sikap Positif (24%) Negatif (76%)
Praktik
Kadang-
Kontrol Tekanan Tidak pernah
Selalu (0%) kadang
darah (6,6%)
(26,6%)
Kadang-
Tidak pernah
Pola makan Selalu (10%) kadang
(27%)
(56,6%)
Kadang-
Tidak pernah
Konsumsi obat Selalu (0%) kadang
(6,6%)
3. (26,6%)
Kadang- Tidak
Istirahat cukup Selalu (0%) kadang pernah
(16,6%) (16,6%)
Kadang- Tidak
Olahraga teratur Selalu (3,3%) kadang pernah
(16,6%) (16,6%)
Tidak
Kadang-kadang
Merokok Selalu (6,6%) pernah
(10%)
(16,6%)
Berdasarkan hasil survey mini diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang hipertensi
masih rendah (33,12%), praktik dalam kontrol tekanan darah didominasi kadang-kadang (26,6%),
pola makan kadang-kadang (56,6%), konsumsi obat kadang-kadang (26,6%), istirahat cukup kadang-
kadang dan tidak pernah sebanyak (16,6%), tidak pernah olahraga teratur dan kadang-kadang oahraga
(16,6%) dan tidak pernah merokok (16,6%). Sehingga terdapat masalah yang utama yang muncul,
yaitu tingkat pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi masih rendah.
Tingginya jumlah pasien hipertensi pada April hingga Juni 2021
AKIBAT
MASALAH
aktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat
adang 56,6%) dan aktifitas fisik yang baik (kadang-kadang dan tidak pernah 16,6%)
Metode CARL (Capability, Accesability, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai
1 – 5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti sebagai berikut.
a. Kemampuan(Capability)
Capability adalah ketersediaan sumber daya dana dan sarana/peralatan yang diberi skor 1-5 yaitu:
1. Sama sekali tidak tersedia
2. Tersedia dan terbatas
3. Tersedia namun kurang
4. Tersedia dan cukup
5. Tersedia dan melimpah
b. Kemudahan(Accessibility)
Accessibility adalah ukuran mudah atau tidaknya masalah diatasi didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan, diberi skor 1-5 yaitu:
1. Tidak mungkin diselesaikan
2. Mungkin tapi sangat sulit
3. Mungkin tapi sulit
4. Mudah
5. Sangat mudah
c. Kesiapan(Readness)
Readness adalah kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti keahlian atau
kemampuan dan motivasi, yang diberi skor 1-5 yaitu:
1. Tidak siap dalam 10 tahun ke depan
2. Tidak siap dalam 5 tahun ke depan
3. Siap dalam 1 tahun ke depan
4. Siap dalam 1-3 bulan ke depan
5. Siap, hanya perlu dimotivasi
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas pemecahan masalah. Metode CARL
digunakan apabila pelaksana program masih mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam
menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pelaksana program.
a. Kelebihan pengunaan metode CARL
Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas masing- masing masalah
sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.
b. Kekurangan penggunaan metode CARL
1. Penentuan skor sangat subyektif sehingga sulit untuk distandarisasi.
2. Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor perlu kesepakatan agar
diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat (prioritas).
Obyektifitas hasil prioritas pemecahan masalah kurang bisa dipertanggung jawabkan karena
penentuan skor atas kriteria yang ada bersifat subyektif.
Tabel 1.3. Prioritas Pemecahan Masalah