PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Divertikulum Meckel pertama kali dideskripsikan secara detail pada tahun 1809
oleh seorang anatomis Jerman, Johann Friedrich Meckel. Meskipun begitu, JF
Meckel bukanlah orang pertama yang menemukan kelainan ini melainkan oleh
Fabricus Hildanus pada tahun 1598 dan Lavater pada tahun 1671.2
2.1.2 Epidemiologi
Divertikulum Meckel merupakan kelainan kongenital tersering pada saluran
gastrointestinal. Divertikulum Meckel lebih sering ditemukan pada anak-anak dan
seimbang pada laki-laki maupun perempuan. Insidensi divertikulum menurun
seiring usia. Divertikulum Meckel diperkirakan mengenai sekitar 2% dari populasi
umum, namun beberapa penelitian terakhir menunjukkan insidensi sebenarnya
sekitar 1,2% berdasarkan review selama lebih dari 50 tahun penelitian autopsi.1,3
Divertikulum Meckel dikenal sebagai kelainan bawaan serba dua, yaitu:5
1. Terdapat pada 2% penduduk
2. Ditemukan 2 kaki (sekitar 60cm) dari valvula bauhini
3. Panjangnya 2 inchi (4-5cm)
4. Perbandingan kejadian laki-laki : perempuan simtomatis = 2:1
5. Di dalamnya mungkin terdapat 2 jenis jaringan heterotopik, yaitu mukosa
lambung dan jaringan pankreas
6. 2 penyakit dapat timbul di dalamnya ialah divertikulitis dan tukak peptik
7. 2 penyulit dapat terjadi, yaitu perforasi pada divertikulitis akut atau tukak
peptik dan pendarahan tukak peptik
2.1.3 Gambaran Embriologi dan Patogenesis
Kantung kuning telur atau yolk sac adalah unsur pertama yang terbentuk dalam
kantung kehamilan. Yolk sac terlibat dalam transfer nutrisi antara ibu-janin pada
masa gestasi awal selama periode krisis organogenesis. Pada masa awal embrio,
midgut fetus mendapat nutrisi dari yolk sac melalui duktus omphalomesenterik atau
vitellline.
Pada embrio 5 minggu, usus tengah atau midgut tergantung pada dinding
abdomen dorsal oleh sebuah mesenterium pendek dan berhubungan dengan yolk
sac melalui duktus vitelinus atau yolk stalk. Pada orang dewasa, usus tengah
dimulai tepat di sebelah distal muara duktus biliaris ke dalam duodenum dan
3
berakhir di taut antara dua pertiga distal kolon transversum dan sepertiga distalnya.
Seluruh panjang usus tengah didarahi oleh arteri mesenterika superior.
Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan cepat usus halus dan
mesenteriumnya sehingga membentuk lengkung usus primer. Di puncaknya,
lengkung tetap berhubungan langsung dengan yolk sac melalui duktus
omphalomesenterik atau vitelline yang sempit. Bagian sefalik lengkung
berkembang menjadi distal duodenum, jejunum, dan sebagian ileum. Bagian kaudal
menjadi bagain bawah ileum, saekum, apendiks, kolon ascendens, dan dua pertiga
proksimal kolon transversum.
4
Selama minggu ke-6 perkembangan, lengkung usus masuk ke rongga
ekstraembrional di tali pusat akibat pertumbuhan yang pesat dan ekspansi hati
sehingga rongga abdomen sementara menjadi terlalu kecil untuk menampung
semua lengkung usus yang disebut herniasi umbilikalis fisiologis. Rotasi terjadi
selama herniasi (sekitar 90°) serta selama kembalinya lengkung usus ke dalam
rongga abdomen (180°).
Pada saat usus tengah atau midgut kembali menuju kavum abdomen, duktus
omphalomesenterik akan menjadi pita fibrosis, yang mana akan mengalami
disintegrasi dan absorpsi yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 7 minggu. Jika
duktus omphalomesenterik mengalami kegagalan atrofi total dan disintegrasi, maka
duktus ini akan terus tumbuh. Kegagalan ini akan menyebabkan berbagai kelainan
kongenital, yaitu:6,7
1. Fistula umbilikoileal
Fistula umbilikoileal terjadi akibat patensi komplit atau menetapnya duktus
omphalomesenterik dengan lumen yang masih utuh terbuka sepanjang duktus.
Secara klinis akan ditemukan feses yang keluar dari umbilikus. Intususepsi juga
bisa ditemukan pada keadaan ini, dengan temuan klinis berupa prolapse ileum
pada umbilicus.
5
2. Sinus duktus omphalomesenterik
Sinus terjadi akibat kegagalan penutupan bagian distal-end (umbilikus), yang
mana ukurannya dapat bervariasi. Ileum masih terhubung oleh pita fibrosis.
Secara klinis pada bayi akan ditemukan duh mucus yang keluar dari umbilikus.
3. Kista duktus omphalomesenterik
Kista terbentuk akibat bagian tengah dari duktus masih paten sedangkan
sekitarnya sudah mengalami obliterasi. Di dalam kista akan ditemukan
akumulasi mukus, sebab di dalamnya terdapat lapisan mukosa intestinal.
4. Pita fibrosis ileum ke umbilicus
Pita fibrosis terbentuk akibat duktus omphalomesenterik yang atrofi tidak
secara sempurna mengalami obliterasi dan absorpsi. Secara klinis dapat
menyebabkan obstruksi intestinal dan volvulus.
5. Divertikulum Meckel (98%)
Divertikulum Meckel terbentuk akibat obliterasi fibrous dari umbilikal-end dan
patensi komplit ileal-end dari duktus omphalomesenterik. Divertikulum
Meckel terletak pada sisi antimesenterik dari ileum dan bisa ditemukan pita
fibrous, jika bagian fibrosisnya tidak terobliterasi secara penuh. Divertikulum
ini umumnya ditemukan 40-100 cm dari klep ileocecal dengan panjang dapat
mencapai 5 cm dan diameter 2 cm. Suplai darah dan venanya berasal dari
pembuluh darah omphalomesenterik yang masih utuh (arterinya berasal dari
cabang ileal dari arteri mesenteric superior) dan terletak di dalam lipatan
terpisah dari mesenterik usus halus atau sepanjang permukaan divertikulum.
Divertikulum biasanya disuplai oleh arteri omphalomesenteric yang muncul
dari cabang ileus arteri mesenterika superior. Divertikulum Meckel sering berisi
jaringan-jaringan heterotopik, kebanyakan berupa mukosa gaster. Pada suatu
penelitian, mukosa gaster heterotopik dapat ditemukan pada 62% kasus, jaringan
pankreas sekitar 6%, jaringan pankreas dan mukosa gaster ditemukan pada 5%
kasus, mukosa jejunum ditemukan pada 2% kasus, mukosa gaster dan duodenum
2%. Jarang ditemukan jaringan kolon, rektal, endometrial, dan hepatobiliar.
Mukosa gaster, kolon, duodenum, dan pankreas dapat muncul karena diketahui sel-
6
sel pluripoten melapisi duktus omphalomesenterik. Divertikulum Meckel ini dapat
atau tanpa terhubung dengan umbilikus melalui pita fibrosa.
7
Gambar 6. Spesimen Divertikulum Meckel (permukaan mukosal)
menunjukkan mukosa gaster
8
dalam hernia, obstruksi neoplastik, dan prolapse bentuk T dari kedua aferen dan
eferen loop dari usus melalui fistula duktus vitellin umbilikus neonatus.
Gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien adalah vomitus bilious, distensi
abdomen, nyeri periumbilikal, dan konstipasi. Dari pemeriksaan fisik akan
ditemukan adanya nyeri abdomen, vomitus bilious, tegang abdomen, distensi,
suara peristaltik yang hiperaktif, masa abdomen yang terpalpasi, jika berlanjut
bisa terjadi iskemia atau infark dan terjadilan tanda peritoneal akut dan
pendarahan gastrointestinal bawah.
3. Divertikulitis (22%) 6,9
Divertikulitis merupakan keadaan inflamasi pada Divertikulum Meckel yang
diakibatkan oleh obstruksi penyempitan pada mulut divertikulum oleh berbagai
obstruktan seperti enterolit, fecolit, parasit, korpus alienum, neoplasma, atau
inflamasi dan fibrosis dari ulkus peptikum.
Divertikulits lebih sering ditemukan pada pasien dewasa. Gejala yang dapat
dikeluhkan oleh pasien adalah seperti nyeri abdomen pada daerah periumbilikal
dan radiasi menuju kuadran kanan bawah, demam, dan vomitus. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya nyeri tegang abdomen baik fokal
maupun difus, dan kebanyakan pada regio periumbilikal. Pada anak kecil dapat
ditemukan adanya guarding abdomen dan nyeri tegang rebound. Distensi
abdomen dan peristaltik hipoaktif dapat ditemukan pada keadaan lanjut.
4. Kelainan Umbilikus (10%) 8
Kelainan ini meliputi fistula, sinus, kista, dan pita fibrosis. Gejala yang dapat
dikeluhkan oleh pasien dapat berupa discharge kronis dari sinus umbilikus,
infeksi atau ekskoriasi kulit periumbilikal. Pasien juga dapat mengeluhkan
adanya riwayat infeksi yang berulang, penyembuhan sinus, atau pembentukan
abses dinding abdomen. Jika terdapat fistula, mukosa usus dapat terlihat diatas
kulit.
5. Hernia Littre 6,9
Hernia Littre merupakan sebutan untuk Divertikulum Meckel yang
mengalami herniasi. Awalnya terminologi ini untuk mendeskripsikan herniasi.
Divertikulum Meckel di daerah femoral oleh Alexis Littre, namun sekarang
9
digunakan untuk mewakili di lokasi manapun. Regio yang sering adalah di
daerah inguinal yaitu 50%, femoral 20%, umbilical 20%, dan 10% di daerah
lainnya. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah perlahan dibandingkan hernia
lainnya, dan dapat berupa distensi abdominal, nyeri, demam, dan vomitus.
6. Neoplasma 9
Divertikulum Meckel juga dapat berkembang menjadi tumor jinak seperti
leiomyoma, angioma, neuroma, dan lipoma, atau dapat berkembang menjadi
neoplasma malignan seperti sarcoma, tumor karsinoma, adenokarsinoma dan
limfoma Burkitt.
2.1.4.2 Pemeriksaan Fisik
Meski kebanyakan pasien asimtomatik, pasien dapat hadir dengan berbagai
tanda klinis, termasuk peritonitis atau syok hipovolemik. Tiga gejala tersering yaitu
perdarahan saluran cerna, obstruksi usus, dan peradangan akut divertikulum.
Saat episode perdarahan hebat terjadi, pasien dapat berada dalam keadaan syok
hemoragik. Takikardia adalah tanda klinis dini syok hemoragik, tapi konjungtiva
pucat dan hipotensi ortostatik sebenarnya bisa mendahului ini. Sebagian besar
pasien dengan obstruksi usus hadir dengan nyeri perut, muntah hijau, nyeri tekan
seluruh abdomen, distensi, bising usus menurun atau meningkat, dan nyeri tekan
lepas saat dilakukan pemeriksaan. Pada pasien mungkin teraba massa
intraabdomen.
Kadang, saat pasien tidak berobat lebih awal atau jika tidak terdiagnosis,
obstruksi berlanjut menjadi iskemia usus atau infark. Terakhir bermanifestasi
dengan tanda peritonitis akut dan perdarahan saluran cerna bawah. Pasien dengan
divertikulitis mengalami nyeri tekan fokal atau diffuse. Biasanya, nyeri tekan lepas
ditandai pada daerah periumbilikal daripada nyeri appendisitis. Pada anak-anak
dapat muncul tahanan perut dan nyeri tekan lepas, selain nyeri tekan abdomen.
Distensi abdomen dan bising usus menurun merupakan temuan akhir.
2.1.4.3 Komplikasi
Komplikasi tercantum di atas namun termasuk dalam kategori perdarahan,
obstruksi, atau peradangan (divertikulitis), yang dapat berhubungan dengan benda
asing dan atau tumor.
10
2.1.5 Diagnosis Banding
Diagnosis dari gejala atau komplikasi divertikulum sulit untuk dipastikan
berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab. Divertikulum selalu
dipertimbangakan sebagai diagnosis banding pada kasus-kasus obstruksi dan
pendarahan usus. Tidak ada nyeri, hematoschezia banyak, terutama pada anak,
harus memberi tahu dokter kemungkinan diagnosis dan segera melakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jadi, pada anak-anak diagnosis banding untuk nyeri
kuadran kanan bawah meliputi appendisitis, limfadenitis mesenterik akut,
intususepsi, atau divertikulitis mekel. Pada dewasa, divertikulum mekel harus
ditampilkan dalam diagnosis pendarahan saluran cerna, yang juga termasuk
angiodysplasis, keganasan, malformasi arteri-vena, dan penyebab lain.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Divertikulum Meckel sering ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan
laparoskopi atau laparotomi pada pasien-pasien yang asimptomatis. Ketika
menunjukkan gejala, pemeriksaan ideal yang dilakukan yaitu Technetium Tc 99m-
pertechnate radioisotope scanning.
A. Uji Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit gula darah, BUN, serum kreatinin, dan
koagulasi tidak dapat membantu untuk menegakkan diagnosis namun penting untuk
menangani pendarahan dari sistem pencernaan. Hemoglobin dan hematokrit akan
menurun pada anemia atau pendarahan dan 58% dari anak-anak dengan
Divertikulum Meckel memiliki Hb di bawah 8.8 g/dL. Anemia yang dapat
ditimbulkan adalah anemia defisiensi besi namun dapat juga anemia megaloblastik
akibat defisiensi folat dan vitamin B12. Jika terdapat albumin dan ferritin yang
rendah hal ini bisa mengindikasikan adanya penyakit inflamasi usus (inflammatory
bowel disease).
B. Pencitraan
Menurut Mayo, "Divertikulum Meckel sering dicurigai, sering dicari, dan
jarang ditemukan." Diagnosis preoperatif memang sulit, apalagi jika gejala yang
muncul bukan pendarahan saluran cerna. Dalam satu seri, pasien sering memiliki
11
diagnosis pra operasi yang benar jika gejala yang menyertainya adalah perdarahan
saluran cerna, namun hanya 11% diagnosis pra operasi yang benar jika gejala lain
mendominasi.
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk menetapkan diagnosis
klinis. Studi pencitraan dilakukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan klinis
terhadap Divertikulum Meckel. Penggunaan foto polos untuk kelainan ini memiliki
keuntangan yang terbatas, namun untuk komplikasi bersifat non-pendarahan dapat
diteksi seperti enterolit, obstruksi ataupun perforasi dengan gambaran air-fluid
levels.
12
palsu dapat ditemukan jika mukosa gaster diverticulum sangat minim atau absen,
nekrosis divertikulum, atau jika berhimpit dengan vesika urinaria. Akurasi scanning
Meckel ini dapat ditingkatkan dengan pemberian cimetidine, glukagon dan
pentagastrin. Cimetidine meningkatkan ambilan dan blok sekresi technetium-99m
pertechnetate mukosa ektopik gaster, membantu meningkatkan lesi sampai rasio
background pada scan Meckel. Pentagastrin juga meningkatkan ambilan isotope
tapi juga meningkatkan peristaltik, menipiskan nilainya. Glukagon digunakan
untuk menurunkan peristaltik.
13
Pemeriksaan jenis lama yaitu serial usus halus dengan barium dapat digunakan
untuk menemukan kondisi penyerta pada Divertikulum Meckel. Namun, pada
pasien yang dilakukan pemeriksaan barium untuk gambaran primer penyakit lain,
enteroklisis lebih sensitif untuk mendeteksi Divertikulum Meckel. Enteroklisis
digunakan untuk mendeteksi Divertikulum Meckel dengan gambaran berupa
kantung pada sisi antimesenterik pada distal ileum, dan jika kantung tersebut berisi
kemungkinan terdapat tumor. Tanda-tanda radiologisnya dapat berupa gambaran
lipatan triradiat atau plateau triangular mucosal, kadang-kadang terdapat gambaran
rugal gaster dalam Divertikulum Meckel.
Studi barium enema dapat digunakan untuk mencari adanya intususepsi jika ada
kecurigaan. CT scan abdomen biasanya sulit digunakan untuk membedakan
Divertikulum Meckel dengan loop usus halus. Akan tetapi struktur blind-ending
fluid-filled dan/atau gas-filled dalam usus kecil dapat tervisualisasi. Pemeriksaan
dapat menunjukkan adanya enterolit, intususepsi, atau divertikulits. Pemeriksaan
imaging dengan ultrasonografi digunakan lebih untuk memeriksa keadaan anatomi
daripada komplikasinya.
C. Histologi 𝟔,𝟗
Pada pemeriksaan histologi, 62% kasus terdapat heterotrofik mukosa gaster, 6%
jaringan pankreas, 5% jaringan pankreas dan mukosa gaster, 2% mukosa jejunum,
2% jaringan Brunner, dan 2% terdiri dari mukosa gaster dan duodenum. Mukosa
gaster yang ditemukan dapat berupa fundus, corpus, antrum, ataupun pilori.
Mukosa fundus dan bodi terdapat kelenjar oxintik dengan parietal, chief, dan sel-
sel mucous neck.
Pada Divertikulum Meckel dengan jaringan pankreas heterotrofik, dapat
ditemukan acini pankreas, duktus, atau islet, ataupun kombinasi diantara ketiganya.
Jaringan terletak di ujung dari Divertikulum Meckel dan merupakan daerah tempat
yang sering terjadi intususepsi.
2.1.7 Penatalaksanaan 𝟏,𝟖,𝟗
A. Emergensi
Kebanyakan dari gejala-gejala yang dialami oleh pasien karena kelainan ini
adalah bersifat sakit yang akut, pemasangan jalur intravena harus sesegera mungkin
14
dan administrasi dengan cairan kristaloid dan pasien dipuasakan secara oral (NPO),
kemudian periksa laboratorium dan golongan darah. Jika terdapat pendarahan yang
signifikan segera transfusi dengan packed red cells (PRC).
Pasien-pasien dengan obstruksi usus perlu dilakukan dekompresi nasogastric
dengan pemasangan NGT dan lakukan pemeriksaan rontgen foto polos. Jika
terdapat pendarahan pada anak-anak dengan feses yang berwarna kehitaman segera
lakukan gastrik lavage untuk mengeksklusi pendarahan dari sistem cerna atas dan
jika negative lanjutkan dengan endoskopi atas dan sigmoidoskopi fleksibel.
Manajemen laparoskopi emergency pada divertikulum meckel lebih disukai pada
pasien-pasien dengan gejala nyeri abdomen akut.
B. Bedah
Indikasi absolut reseksi Divertikulum Meckel adalah perdarahan, obstruksi
intestinal, divertikulitis, dan fistula umbilikoileal. Ketika Divertikulum Meckel
ditemukan secara insidental dari laparoskopi ataupun laparotomi, spesialis bedah
darus menentukan apakah harus direseksi. Kebanyakan spesialis bedah tidak
melakkukan reseksi pada divertikulum dengan mulut lebar. Divertikulum dengan
leher sempit, yang dapat menyebabkan obstruksi atau terpuntir, dapat dengan
mudah direseksi pada lehernya tanpa perlu reseksi segmental.
Terapi Definitif
Ada empat teknik yang mungkin dapat digunakan pada terapi pembedahan
Divertikulum Meckel, yaitu:
1) Divertikulektomi dengan penutupan jahitan dasar
2) Wedge resection dari dinding usus berisi diverticulum dengan penjahitan
3) Segmental reseksi dari usus, termasuk diverticulum dan anastomosis end-
to-end
4) Pembelahan pita fibrosis dengan atau tanpa divertikulektomi merupakan
pilihan yang memungkinkan.
Preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif managemen Divertikulum Meckel
mengikuti prinsip umum bedah abdomen dan termasuk penggunaan antibiotik
perioperatif. Pada keadaan pendarahan wedge resection atau reseksi segmental
dipilih untuk menjamin diverticulum yang tereksisi adekuat terdapat mukosa gaster
15
heterotrofik dan mukosa ileum yang ulserasi. Pada obstruksi usus, eksisi lebar
dibutuhkan untuk memastikan viabilitas dari usus.
Pada kasus anak-anak dengan divertikulum luas yang beresiko terjadi stenosis
ileum jika divertikulektomi atau wedge resection dilakukan, maka reseksi
segmental menjadi pilihan. Pada keadaan Divertikulum Meckel dengan sinus
umbilikus dan fistula, perlu dilakukan eksisi umbilikus.
Teknik Handsewn vs Stapling
Semua prosedur dapat dilakukan dengan teknik handsewn atau stapel,
tergantung pada preferensi ahli bedah. Stapling memungkinkan reseksi lebih cepat
terhadap divertikulum Meckel tanpa perlu membuka lumen usus, sehingga
menghindari kemungkinan komplikasi septik dan pasca operasi. Divertikulum
Meckel, yang sesuai dengan perangkat stapel, mudah dilepas, dan pengangkatan
memiliki tingkat komplikasi yang rendah, terutama bila divertikulum ditemukan
secara kebetulan.
Terapi Asimptomatis
Terapi pembedahan pada kasus asimptomatis masih kontroversial, sebab dari
data menunjukkan bahwa komplikasi dari kelainan ini menurun sesuai dengan
berjalannya waktu. Ada yang menyebutkan bahwa pada kasus dengan divertikulum
yang luas atau pendek perlu dilakukan eksisi universal, namun pada kedua kasus
ini jarang terjadi komplikasi. Pada kasus tertentu yang ditemukan insidental pada
dewasa dan anak-anak dapat direseksi yaitu pada kasus-kasus berikut: pasien usia
kurang dari 40 tahun, panjang divertikulum lebih dari 2cm, divertikulum dengan
leher yang sempit ,divertikulum dengan pita fibrosa, suspek ada jaringan ektopik
dalam divertikulum, inflamasi, dan penebalan divertikula. Reseksi divertikulum
yang sehat atau tanpa komplikasi pada adanya peritonitis, kolitis ulseratif, atau
komplikasi lain yang bertentangan untuk dilakukan reseksi tidak disarankan.
2.1.8 Komplikasi Pengobatan 𝟖
Seberapa baik manajemen Divertikulum Mekel pada pasien-pasien
asymptomatik masih kontroversial. Resiko komplikasi postoperasi dari
divertikulum yang tidak sengaja ditemukan dilaporkan sebesar 8%. Pasien-pasien
simptomatis memiliki insidensi komplikasi postoperasi 10-12% seperti ileus,
16
perlengketan, abses intra-abdomen, dan emboli paru. Komplikasi postoperasi yang
terlambat muncul pada 6-8% pasien terutama obstrusi usus halus karena
perlengketan usus. Mortalitas bedah pada pasien simptomatis sekitar 2-5%.
Diverticulectomy insidential untuk pasien asimptomatis, morbiditas 2%,
komplikasi lambat postoperasi 2% dan mortalitas 1%.
BAB III
17
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Moorthy, S.N. dan Arcot, R. In a Ileal Diverticulum (Meckel`s
Diverticulum)-Gastric Perforation: Report of a Fatal Case. Int. J. Morphol
2010; 28(4): 1273-76.
2. Sagar J, Kumar V, Shah DK. Meckel’s Diverticulum: a systemic review. J
R Soc Med. 2006;501-5
3. Quarrie, R., Lindsey, D., Bahner, David P.Review of the Incidence and
Management of Meckel’s Diverticulum. 2014 April. Austin J Surg; 1(3)
4. Kuwajerwala NK. Meckel Diverticulum. Emedicine 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/194776 (akses: 22 Oktober 2018)
5. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta :
EGC;2010
6. Levy AD, Hobbs CM. From the Archives of the AFIP. Meckel
Diverticulum: Radiologic Features with Pathologic Correlation.
Radiographics. 2004;24(2):565-587.
7. Elsayes KM, Menias CO, Harvin HJ, Francis IR. Imaging Manifestations of
Meckel’s Diverticulum. AJR. 2007;189:81-88.
8. Rabinowitz, Simon S. Pediatric Meckel Diverticulum Workup. Emedicine
2017. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/931229 (akses
22 Oktober 2018)
19