Anda di halaman 1dari 26

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A218042

**Pembimbing/dr. Ade Tan Reza, Sp. B

Pseudoaneurysma

M. Fahmi Ibnu Tsaqif ,S.Ked*


dr. Ade Tan Reza, Sp. B**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

Pseudoaneurisma

Oleh

M. Fahmi Ibnu Tsaqif, S.Ked

G1A218042

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas

Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi

Program Studi Profesi Dokter Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan

Jambi, Desember 2019

Pembimbing

dr. Ade Tan Reza, Sp.B

2
Kata Pengantar

Bismillahirrohmaanirrohin, Alhamdullilah puji dan syukur atas segala nikmat


dan rahmat Allah atas segala karunia yang diberikan penulis dapat menyelesaikan
CRS yang berjudul “Pseudoaneurisma“. Laporan ini merupakan salah satu syarat
tugas yang harus diselesaikan di kepaniteraan klinik senior bagian ilmu bedah di
RSUD Raden Mattaher Jambi .
Terselesaikan nya laporan ini tidak lepas dari arahan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, terkhusus untuk dosen pembimbing dr. Ade Tan
Reza, Sp.B penulis mengucapkan ucapan terima kasih karena atas nasehat dan
bimbingan yang telah diberikan sehingga laporan CRS ini dapat terselesaikan.

Semoga diharapkan CRS ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan keilmuan


khususnya di bagian ilmu bedah dan terlebih untuk dunia kesehatan itu sendiri.

Jambi, Desember 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pseudoaneurysm adalah kondisi yang langka yang timbul dari gangguan


dalam dinding arteri dengan darah yang membuat jalur baru atau menerobos ke
jaringan yang rusak di sekitar arteri menciptakan suatu kantung yang berhubungan
dengan lumen arteri .1-4 Pseudoaneurisma dapat terjadi oleh karena keadaan- keadaan
misalnya post kateterisasi, trauma pembuluh darah , tindakan medis pada bedah
vaskular dan adanya infeksi.3 Angka kejadian pseudoaneurisma meningkat karena
kenaikan jumlah prosedur endovaskuler ,hemodialisis dan penyalahgunaan obat
intravena.5-10 Insiden terjadinya pseudoaneurisma meningkat 0.05% sampai dengan
2%.5,9-11 Lokasi pseudoaneurisma paling banyak terjadi di arteri femoral.2
Diagnosis pseudoaneurisma dapat segera ditegakkan dengan adanya
pemeriksaan penunjang Duplex Sonografi.6,7, Duplex sonografi merupakan suatu
tindakan diagnostik non infasif yang digunakan untuk menilai struktur dan fungsi
pembuluh darah dengan ultrasound yang menggunakan tiga modalitas yaitu B-
Mode, Doppler, dan Color.6 Teknik ini digunakan pada 27 pasien dengan keluhan
benjolan lipat paha yang berdenyut menunjukan sensitivitas dan spesifisitas sebesar
100%.7
Penatalaksanaan terhadap pseudoaneurisma pada awal tahun 1990 hanya
berupa pembedahan. Namun, saat ini berkembang beberapa tindakan yang dapat
dilakukan pada pasien pseudoaneurisma. Ultrasound-guided compression (USGC)
repair, ultrasound-guided thrombin injection ( UGTI ), modalitas seperti alat
3
kompresi FemStop, memasukkan kumparan , perekat fibrin maupun balon oklusi.
Diagnosis dan intervensi yang dini dari pseudoaneurisma sangat penting untuk
menentukan morbiditas dan mortalitas pasien.2

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. H
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Muaro Jambi
Pekerjaan :-
Masuk RS : 14-10- 2019

2.2 Anamnesis :
Keluhan utama : Os mengeluh terdapat benjolan di atas lipat siku tangan kiri

RPS : Os datang ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan terdapat benjolan
di atas lipat siku tangan kiri sejak 1 minggu SMRS, diatas lokasi yang digunakan
untuk cuci darah. Benjolan tersebut dirasakan berdenyut dan tangan terkadang
dirasakan kesemutan. Keluhan juga disertai sedikit nyeri pada tangan yang terletak
dibawah benjolan apabila os menggerakkannya dan nyeri mereda jika os
mengistirahatkan tangannya. Demam (-) Riwayat trauma disangkal.
Os mengaku sudah melakukan 1x cuci darah dan sudah dijadwalkan untuk rutin cuci
darah 2x seminggu dikarenakan gagal ginjal.

RPD : riwayat trauma (-), riwayat DM (-), riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang
lalu
RPK :-

5
Status generalisata

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Kompos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 160/90 mmHg
HR/Nadi : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,70C
SpO2 : 98%

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kepala : normocephal
Mata : CA(+/+), SI (-/-), RC (+/+) isokhor
Hidung : Deviasi septum (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), rinore (-)
Telinga : Otore (-), serumen (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakhea (-)
Thorax
Paru : I : simetris, jejas (-)
P : Nyeri tekan (+), krepitasi (+)
P : sonor (+/+)
A : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : I : ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS V line midclavicularis sinistra
P : batas jantung dbn
A : BJ I& II reguler, murmur (-), galllop (-)
Abdomen : I : Datar, massa (-), edema (-)
A : BU (+) dbn
P : supel, nyeri tekan (-)
P : timpani (+)

6
Ekstremitas superior
Inspeksi : edema (+) pada regio brachii sinistra 1 cm diatas fossa cubiti,
warna merah kehitaman, deformitas (-)
Palpasi : benjolan diameter 6 cm pada regio brachii, lunak, pulsatile (+)
hangat (-), Bruit (+)
M : Gerakan aktif
Ekstremitas inferior
Inspeksi : Edema (-), deformitas (-)
Palpasi : CRT < 2 detik, akral hangat
M : Gerakan Aktif

2.5 Pemeriksaan Penunjang (14/10/2019)


Darah rutin
WBC : 7.5
RBC : 2,36
HGB : 7,8 MCV: 72 MCH: 20 MCHC: 310
HCT : 21,6
PLT : 324
GDS : 125 mg/dl
Kimia darah
Ur : 98
Kr : 10,1
Pemeriksaan Elektrolit
Na : 140,36
K : 4,92
Cl : 106,19
Ca : 1,18

7
2.7 Diagnosa
Pseudoaneurisma a/r brachii sinistra + CKD stage V

2.8 Tatalaksana
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- PO Natrium Bicarbonat 3x500 mg
- PO CaCO3 3x500 mg
- Tranfusi PRC 2 kolf

2.9 Follw Up
TGL S O A P
14/10/ Nyeri KU : Tampak Pseudoaneuris - IVFD NaCl
sakit sedang
2019 pada ma a/r Brachii 0,9% 20 tpm
GCS : E4V5M6
lengan TD : 160/90 sinistra + CKD - PO Natrium
N: 84 x/mnt
bawah Stage V Bicarbonat
RR : 22 x/mnt
tangan kiri T : 36,5⁰C 3x500 mg
- PO CaCO3
PF: 3x500 mg
CA (+/+) - Tranfusi PRC 2
Edema a/r kolf
brachii sinistra - Pro evakuasi
(+) Pseudoaneurism
a + Ligasi av
Hb: 7,8 shunt
Ur: 98
Kr: 10,1
15/10/ Nyeri KU : Tampak Pseudoaneuris - IVFD NaCl
sakit sedang
2019 pada ma a/r Brachii 0,9% 20 tpm

8
lengan GCS : E4V5M6 sinistra + CKD - PO Natrium
TD : 140/90
bawah stage V Bicarbonat
N: 84 x/mnt
tangan kiri RR : 22 x/mnt 3x500 mg
T : 36,5⁰C
- PO CaCO3
3x500 mg
PF: - Tranfusi PRC 1
CA (+/+) kolf
Edema a/r - Pro evakuasi
brachii sinistra Pseudoaneurism
(+) a + Ligasi av
shunt
Hb: 9,0
Ur: 84
Kr: 6,4
16/10/ Nyeri KU : Tampak Pseudoaneuris - IVFD NaCl
sakit sedang
2019 pada ma a/r Brachii 0,9% 20 tpm
GCS : E4V5M6
lengan TD : 150/90 sinistra + CKD - PO Natrium
N: 88 x/mnt
bawah stage V Bicarbonat
RR : 24 x/mnt
tangan kiri T : 36,5⁰C 3x500 mg
- PO CaCO3
PF: 3x500 mg
CA (+/+) - Pro evakuasi
Edema a/r Pseudoaneurism
brachii sinistra a + Ligasi av
(+) shunt
-
Hb: 10,4
Ur: 76
Kr: 4,4
17/10/ Nyeri KU : Tampak Pseudoaneuris -

9
2019 pada sakit sedang ma a/r Brachii
GCS : E4V5M6
lengan sinistra + CKD
TD : 140/90
bawah N: 80 x/mnt stage V
RR : 20 x/mnt
tangan kiri
T : 36,5⁰C

PF:
CA (+/+)
Edema a/r
brachii sinistra
(+)

Hb: 10,4
Ur: 76
Kr: 4,4

BAB III

10
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Histologi Pembuluh Darah Ekstremitas Superior


A. Pembuluh Darah Arteri
Setelah meluas melalui rongga dada/toraks, arteri subklavia menjadi arteri
aksilaris. Arteri aksilaris kemudian menyebrangi aksila dan menjadi arteri brakhialis,
yang terletak di dalam lekikan / sulkus bisep-trisep pada lengan atas. Ateri brakhialis
mengalirkan sebagian besar darah menuju lengan. Pada fosa kubiti (yaitu lipatan
siku), arteri brakhialis bervabang menjadi arteri radialis dan ulnaris yang meluas ke
lengan bawah dan selanjutnya bercabang menjadi arkus palmaris yang mengalirkan
darah ke telapak tangan.

Gambar 1: Pembuluh Darah Arteri dan Vena

B. Pembuluh Darah Vena

11
Arkus vena palmaris dari tangan menuju lengan bawah, dimana vena-vena ini
menjadi vena radialis dan vena ulnaris. Saat vena ulnaris dan radialis mencapai fosa
kubiti, vena-vena ini bergabung membentuk vena brakhialis. Saat vena brakhialis
meluas melalui lengan atas, vena ini bergabung dangan vena superfisialis lengan
untuk membentuk vena aksilaris, yang berjalan melalui aksila dan menjadi vena
subklavia di dalam rongga toraks. Vena subklavia membawa darah dari lengan dan
area torak/dada menuju vena kava superior.
C. Histologi Pembuluh Darah Secara Umum
Struktur histologi pembuluh darah:
 Tunika intima, merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah.
Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endotel.
 Tunika media, lapisan yang berada di antara tunika media dan adventitia,
disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos
dan jaringan elastis.
 Tunika adventitia, merupakan lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikan

Gambar 2: Histologi Struktur Pembuluh Darah

2.1 Hemodialisis

12
Pasien-pasien dengan kasus Penyakit Ginjal Kronik (PGK) memerlukan terapi
pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy ) antara lain dengan hemodialisis,
peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Hemodialisis adalah salah satu modalitas
utama untuk terapi pengganti ginjal pada pasien dengan PGK. Keberhasilan
hemodialisis tergantung dari akses vaskular yang baik. Hal ini dapat dicapai melalui
akses vena perifer besar atau Tunneled Hemodialysis Catheter (double lumen)/
Kateter Perkutan atau Internal A-V Shunt. Setiap pilihan tindakan memiliki kelebihan
dan kekurangan, sehingga pasien dapat menentukan pemilihan prosedurnya. Kateter
perkutan digunakan sebagai akses hemodialisis sementara, sedangkan Internal A-V
Shunt dan graft dipakai sebagai akses permanen. Pada saat ini internal AV shunt
merupakan prosedur pilihan bagi pasien yang harus menjalani hemodialisis kronik.
Teknik akses haemodialisa:
1. Kateter dialisa: cuffed (dengan venous cutdown) dan non cuffed (perkutan
dengan metode seldinger)
2. Autologous AV fistula (cimino-brescia fistula)
3. Synthetic AV graft dengan loop polytetrafluoroethylene (PTFE)

3.2 Internal A-V shunt


AV-Shunt adalah Proses penyambungan ( anastomosis ) pembuluh darah vena
dan arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah vena supaya dapat
digunakan untuk keperluan hemodialisis ( Ronco 2004 ).
A-v shunt lebih banyak dipilih karena persiapannya mudah, bisa digunakan
dalam waktu lama dan memiliki risiko infeksi yang lebih kecil dibanding yang
lainnya. Shunt ini dapat dikerjakan side to side maupun end to side. Keuntungan side
to side adalah memberikan suplai darah yang lebih baik ke distal dan ada lebih dari
satu vena yang dapat digunakan sebagai akses HD.
A-V Shunt dapat dilakukan pada beberapa lokasi, salah satunya adalah
radiosefalika fistula yang dipopulerkan oleh Brescia dan Cimino, cara ini sering
dilakukan sehingga sering menimbulkan intepretasi yang salah dalam masyarakat

13
dimana prosedur pembuatan A-V shunt disebut cimino shunt, padahal lokasi A-V
shunt bukan dilakukan pada radiosefalika.
Cimino dan brescia berhasil menciptakan akses hemodialisa berupa fistula
arteri-vena yang memenuhi sebagian besar persyaratan di atas pada tahun 1964. AV
yang sering adalah antara arteri radialis dan vena sefalika, penggunaan dapat sampai
3 tahun, tetapi fistula ini membutuhkan waktu untuk matur sekitar 6-8 minggu tidak
seperti AV shunt dengan prostesa, tipe lainnya adalah AV fistula di daerah cubiti
antara vena basilika/sefalika dengan arteri brakialis. Keuntungan akses ini adalah:
1. Potensi baik
2. Komplikasi rendah dibandingkan metode lain
3. Pemeliharaan mudah
4. Terbukti memperbaiki survival pasien
Kelemahan akses ini adalah:
1. Angka keberhasilan rendah pada orangtua
2. Perlu waktu untuk matur sebelum penggunaan.
Upaya mengatasi kelemahan ini digunakan graft polytetrafluoroethylene
(PTFE). Alat ini bisa digunakan lebih cepat dari cimino, yaitu 2-4 minggu setelah
pemasangan dibanding 2-4 bulan pada cimino. Namun kelemahan utamanya ialah
kecenderungan trombosis berulang akibat hiperplasia intima pada sisi anastomosis
vena dan perlunya pemeliharaan yang intensif agar berfungsi lama (2-3 tahun).
Tindakan pembuatan AV shunt dilakukan dikamar operasi dengan anastesi
lokal dengan teknik end vena ke site arteri. Pasca tindakan pasien diberi analgesik
oral dan antibiotik bila diperlukan. Pemeliharaan lokal pertama diusahakan pada
radiosefalika, kecuali ada kesulitan, seperti bekas suntikan terdahulu. Pilihan lokasi
lain ialah pada daerah kubiti, dimana terdapat tiga pilihan yaitu brachiosefalika,
brachiobasilika atau brachiomedianantecubital. Syarat penggunaan arteri radialis
adalah
1. Diameter lebih dari 2 mm
2. Flow> 125 cc/menit

14
Beberapa prosedur pembuatan A-V shunt dalam menciptakan akses vascular
untuk hemodialisis adalah:

Gambar 3: Anastomose av-shunt

Jenis anastomosis vena antekubiti dengan arteri brakialis bisa dilakukan


dengan sangat baik. Tipe anastomosis ini sangat disarankan untuk pasien dengan DM
karena keunggulan aliran yang dibentuk dan kecepatan maturasinya. Walaupun
dengan metode ini hasilnya sangat baik, namun pada jenis fistula ini sangat sering
terjadi insiden “steal syndrome”, terutama jika arteriotominya sangat panjang.  Fistula
jenis ini juga dapat membuat hilangnya daerah forearm yang tersisa untuk pembuatan
akses lain di masa depan. Revanur dkk mengatakan bahwa fistula brakiosefalika
sangat menguntungkan sebagai alternatif pada pasien tua, wanita dan DM dengan
74% kasus mempertahankan patensi selama satu tahun dari 137 prosedur yang
dilakukan.
AV Fistula adalah suatu hubungan antara arteri dan vena yang dibuat oleh
seorang ahli bedah vaskular. Hubungan ini yang normalnya tidak ada harus dibuat
untuk memungkinkan seorang penderita gagal ginjal dicuci darahnya. Adanya
hubungan antara arteri dan vena mengakibatkan vena mendapat pressure sehingga

15
vena akan membesar dan menebal sehingga menjadi kuat dan memungkinkan untuk
dipakai sebagai akses hemodialisa.
Sebelum pembuatan akses vaskular AV Fistula, pada pembuluh darah lengan
dilakukan pemetaan pembuluh darah dengan menggunakan USG Doppler oleh
spesialis bedah vaskular. Pemetaan ini diperlukan untuk mengetahui kondisi vena dan
arteri pada tempat pembuatan. Dengan USG dapat dilihat anatomi vena seperti
ukuran, percabangan, thrombus ataupun stenosis atau penyempitan. Untuk arteri
dapat dilihat anatomi dan spektral arteri tersebut. Dengan pemetaan yang bagus maka
angka keberhasilan pembuatan AV fistula akan menjadi tinggi.
AV fistula dibuat oleh seorang spesialis bedah vaskular, pembuatannya
memerlukan Adanya hubungan antara arteri dan vena mengakibatkan vena mendapat
pressure sehingga vena akan membesar dan menebal sehingga menjadi kuat dan
memungkinkan untuk dipakai sebagai akses hemodialisa. keahlian penyambungan
pembuluh darah yang kecil dengan menggunakan loupe dan benang halus.
Pembuatannya tidak memerlukan anestesi umum, cukup dengan anestesi lokal
sehingga pasien dapat pulang setelah selesai pembuatan.

Gambar 4: Lokasi Utama Pembuatan AV Shunt

16
Gambar 5: Lokasi Kedua Pembuatan AV Shunt
AV fistula memerlukan waktu sekitar 2 sampai 4 bulan untuk menjadi matang
sehingga dapat digunakan. Jika AV fistula gagal matang maka diperlukan pembuatan
akses baru pada lokasi yang berbeda. Jika pembuluh darah vena penderita sudah tidak
baik misalnya akibat penusukan untuk jarum infus yang berulang ulang sehingga
mengakibatkan pseudoaneurisma maka diperlukan penggunaan AV graft. AV graft
adalah suatu pembuluh darah buatan yang dirancang untuk menggantikan pembuluh
darah yang rusak.

17
Gambar 6: ilustrasi av-graft

3.3 Pseudoaneurisma

Suatu benjolan yang terjadi akibat terluka atau robeknya pembuluh darah
arteri di bawah kulit oleh berbagai sebab sehingga membengkak dan memebentuk
kantong. Pseudoaneurisma disebut juga aneurisma palsu sering terjadi akibat suntikan
baik untuk akses cuci darah atau pengambilan darah untuk pemeriksaan darah dari
pembuluh darah arteri atau. Terdapat benjolan yang berdenyut akibat adanya kantong
yang terbentuk.

Pseudoaneurisma akan membahayakan dan harus dilakukan operasi segera


jika telah lapisan pembuluh darah menipis dan berpotensi robek atau pecah . dimana
hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan masif. Atau jika telah mulai
menimbulkan perdarahan yang berulang. Selain itu bekas operasi av shunt ,
pemasangan vaskular akses seperti kateter double lumen , pemasangan cvc , infus iv
lane , trauma juga harus di waspadai sebagai penyebab terjadinya pseudoaneurisma
dimana aliran darah yg menumpuk akibat robekan pada pembuluh darah.

Pseudoaneurisma dapat di deteksi dengan klinis, dengan USG dopler atau


dengan ct scan. Pemeriksaan ini dapat membantu memastikan penyebab dari
aneurismanya, lokasi dan anatomi dari pembuluh darahnya baik di proksimal atau
distal sehingga tidak membahayakan keselamatan penderita dan tidak menimbulkan
kepanik saat anda mencoba-coba untuk melakukan upaya insisi atau operasi.

Banyak ahli bedah vaskuler melakukan kontrol terlebih dahulu bagian pangkal
dari arteri untuk mengontrol agar tidak terjadi kehilangan darah yang banyak.

18
A. Patofisiologi Pseudoaneurisma

Lapisan pembuluh darah yang robek kemudian didorong dengan tekanan


darah pada arteri yang tinggi sehingga menyebabkan darah keluar dan membentuk
sebuah kantung atau rongga dalam jaringan yang dihubungkan oleh neck dengan
pembuluh darah utama.

Gambar 7: rongga dalam jaringan sekitar AV shunt

B. Tanda – tanda Pseudoaneurisma

a. Terdapatnya benjolan pada daerah pseudoaneurisma


b. Benjolan pada pseudoaneurisma terasa berdenyut
c. Kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah arteri di
bawahnya,
maka tungkai terasa nyeri, bila penekanan terjadi pada pembuluh vena maka
akan
terjadi oedema (Bengkak) pada tungkai.
d. Pasien mengeluh ada benjolan pada bekas puncture dan bila berjalan kaki
terasa
nyeri
e. Bila didengarkan dengan stetoskop pada daerah benjolan terdengar ada Bruit
f. Terdapat hematoma
g. Pulsatil pada daerah pseudoaneurisma

19
C. Jenis – Jenis Pseudoaneurisma

1. Pseudoaneurisma aktif
Pseudoaneurisma aktif dapat diketahui dengan cara memberi Doppler warna
pada
daerah pseudoaneurisma pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, maka
akan
terlihat aliran yang berputar-putar dipembuluh darah tersebut.
2. Pseudoaneurisma pasif
Pada pseudoaneurisma pasif ketika daerah pseudoaneurisma diberikan
doppler
warna pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, warna tersebut tidak
terlihat,
misalnya :
a. Necknya tidak ada
b. Terdapat bekuan pada pseudoanerisma (hematoma)
c. Terdapat bendungan
d. Dopplernya tidak ada aliran
e. Ketika di beri color maka tidak ada aliran yang mengalir pada
pseudoanerisma.
tiologi Pseudoaneurisma

D. Faktor Penyebab Terjadinya Pseudoaneurisma :

 Tindakan post kateterisasi


 Trauma pembuluh darah
 Tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan
 Infeksi pada pembuluh

20
E. Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan pseudoaneneurisma :

a. insufisiensi pada vena yang mengalami dilatasi,


b. Perdarahan pada tahap awal pemasangan,
c. Trombosis, pada fase awal maupun lanjut,
d. Aneurisma pada vena yang di-“shunt” sehingga bisa mempersulit hemostasis
jika berdarah,
e. Iskemia pada tangan dan “steal syndrome”,
f. cardiac failure karena karena peningkatan preload jantung, 
g. hipertensi vena, yang bisa menyebabkan oedema.

F. Tatalaksana Pseudoaneurisma

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien pseudoaneurisma :

a. Compressi Ultrasound
Pemeriksaan fisik dan inspeksi saja tidak bisa menilai arteri dan vena yang
baik pada ekstremitas atas. Penentuan konsisi non mature atau penurunan
fungsi dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan ultrasonografi
dapat dikenali kondisi sebagai berikut: trombus intra lumen, stenosis baik pada
sambungan maupun pada arteri dan vena, ukurang pembuluh darah, jarak dari
permukaan kulit, volume flow pembuluh darah terutama pada drain vein,
b. Injeksi Thrombin
Pada kondisi dimana av shunt tidak mau matang, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan minimal
invasif dan dapat juga operasi. Pada kondisi trombosis dapat dilakukan
trombektomi, pada keadaan stenosis dapat dilakukan balloning.
c. Bedah
Jika terjadi penurunan fungsi dapat dilakukan tindakan minimal invasif atau
operasi

21
2.4 Perawatan Post Operatif

Pasien harus berlatih buka tutup kepalan tangan agar aliran vena cepat
meningkat. Tangan harus diposisikan seenak mungkin, elevasi tak diperlukan karena
dapat menyebakan iskemia tangan pada pasien dengan perfusi yang marginal, perban
konstriksi tidak boleh dipakai pada tindakan ini. Pemeriksaan patensi av shunt harus
dilakukan selama kurun waktu 6 jam dengan meraba thrill atau mendengarkan
murmur dengan stetoskop. Waspadai ischemia steal syndrome, bila hal ini terjadi
maka harus dilakukan revisi dengan memperkecil av fistula. Penggantian kasa
pertama kali dilakukan pada hari ketiga setelah operasi kecuali jika ditemukan kasa
yang kotor atau basah dan kasa diganti tiap tiga hari. Jika luka baik maka kasa sudah
bisa dibuka pada hari kesepuluh.

BAB IV
PEMBAHASAN

Os datang ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan terdapat benjolan


di atas lipat siku tangan kiri sejak 1 minggu SMRS, diatas lokasi yang digunakan
untuk cuci darah. Benjolan dirasakan berdenyut dan tangan terkadang dirasakan
kesemutan. Berdasarkan keluhan dari anamnesis tersebut dapat dicurigai adanya
pseudoaneurisma arteri brachialis sinistra pasien, dimana pseudoaneurisma

22
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan yang telah
dipasang AV-shunt. Keluhan juga disertai sedikit nyeri pada tangan yang terletak
dibawah benjolan apabila os menggerakkannya dan nyeri mereda jika os
mengistirahatkan tangannya. Nyeri yang terjadi kemungkinan oleh karena terjadi
penekanan pada pembuluh darah arteri di bawah pseudoaneurisma sehingga timbul
nyeri. Demam (-) Riwayat trauma disangkal. Riwayat demam tidak ada sehingga
dapat tersingkirkan kemungkinan terjadi reaksi inflamasi pada benjolan oleh karena
suatu kausa infeksi. Dan riwayat trauma juga disangkal sehingga kecurigaan terhadap
fraktur dapat disingkirkan. Os mengaku sudah melakukan 1x cuci darah dan sudah
dijadwalkan untuk rutin cuci darah 2x seminggu dikarenakan gagal ginjal
meyakinkan bahwa pasien memang sudah melakukan pemasangan AV-shunt
sebelumnya dan kemudian keluhan benjolan yang dialami pasien waktu munculnya
setelah pemasangan AV-shunt dilakukan yang sangat berkaitan dengan terjadinya
Pseudoaneurisma sebagai komplikasi dari pemasangan AV-shunt.
Secara pemeriksaan klinis yang ditemukan pada kasus sesuai teori terdapatnya
benjolan pada daerah pseudoaneurisma akibat terisinya kantong pseudoaneurisma
oleh turbulensi pembuluh darah arteri sehingga pasien juga merasakan benjolan
tersebut berdenyut. Pada pasien juga ditemukan nyeri dan sering kesemutan yang
pada teori dijelaskan bahwa apabila pseudoaneurisma menekan arteri disekitarnya
akan terjadi penurunan vaskularisasi pada jaringan sebelah distal dari pembuluh darah
yang mengalami pseudoaneurisma dan muncul keluhan tersebut.

Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan USG doppler warna atau USG Duplex
yang menunjukkan adanya kantung yang terbentuk dari pembuluh darah arteri
brachialis sinistra dengan terdapatnya bagian neck dan aliran yang berputar-putar di
pembuluh darah tersebut yang secara teori termasuk pseudoaneurisma aktif.

Adapun tindakan yang dapat dilakukan pada pasien pseudoaneurisma dalam


teori berupa kompressi ultrasound, injeksi thrombin dan pembedahan. Pada kasus ini
pasien direncakan untuk dilakukan tindakan operatif yaitu eksisi pseudoaneurisma
dan ligase av shunt dan akan direncakan av shunt pada tempat yang lainnya.

23
BAB V
KESIMPULAN

1. Pseudoaneurysm adalah kondisi yang langka yang timbul dari gangguan dalam
dinding arteri dengan darah yang membuat jalur baru atau menerobos ke jaringan
yang rusak di sekitar arteri menciptakan suatu kantung yang berhubungan dengan
lumen arteri.

24
2. Pseudoaneurisma dapat terjadi oleh karena keadaan- keadaan misalnya post
kateterisasi, trauma pembuluh darah , tindakan medis pada bedah vaskular dan
adanya infeksi.
3. Diagnosis pseudoaneurisma dapat segera ditegakkan dengan adanya pemeriksaan
penunjang Duplex Sonografi.
4. Penatalaksanaan terhadap pseudoaneurisma saat ini berkembang beberapa
tindakan yang dapat dilakukan pada pasien pseudoaneurisma. Ultrasound-guided
compression (USGC) repair, ultrasound-guided thrombin injection (UGTI),
modalitas seperti alat kompresi FemStop, memasukkan kumparan , perekat fibrin
maupun balon oklusi dan pembedahan.
5. Diagnosis dan intervensi yang dini dari pseudoaneurisma sangat penting untuk
menentukan morbiditas dan mortalitas pasien.3,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Suhail, Misra M, Nicholas H dan Daugrirdas J.2007. Hemodialysis


Apparatus. USA
2. John A. Bittl, MD. 2010. Catheter Interventions for Hemodialysis Fistulas
and Grafts.Florida: Elsevier INC

25
3. Price, SA and lorraice M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
4. Shenoy, Surendra. 2009. The Journal of Vascular Access Surgical anatomy
of upper arm: what is needed for AVF planning. USA
5. Sidawy AN. 2005. Arteriovenous Haemodialysis Access in Rutherford:
Vascular Surgery, 6th ed. New York
6. Sjamsudihajat, de jong. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai