Anda di halaman 1dari 14

DIVERTICULUM MECKEL

I. PENDAHULUAN
Diverticulum Meckel merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi
pada traktus gastrointestinal. Disebabkan oleh duktus vitellinus yang gagal
mengalami obliterasi, menghubungkan lumen usus yang sedang berkembang dan
yolk sac. Serta merupakan salah satu spektrum kelainan kongenital sisa duktus
omfalomesenterik.1,2
Diverticulum Meckel pertama kali diperkenalkan oleh Fabricius Hildanus pada
1598, namun Johann Friedrich Meckel yang berhasil menjelaskan asal kelainan
embrional sebagai sisa duktus omfalomesenterik pada tahun 1809.3
Diverticulum Meckel diperkirakan terjadi pada 2% dari populasi. Secara
umum tidak terdapat perbedaan jumlah kasus pada laki-laki dan perempuan. 1,2
60% terdiagnosis sebelum usia 10 tahun sedangkan sisanya saat remaja dan
dewasa.4
Sebagian besar Diverticulum Meckel bersifat asimtomatik dan didiagnosis
secara insidentil. Gejala klinis lebih sering ditemui pada anak, walaupun dapat
timbul pada semua kelompok usia. Gejala klinis timbul pada sekitar 25-33%
kasus.3,4 Dan hanya timbul bila telah terjadi komplikasi seperti perdarahan,
obstruksi intestinal, diverticulitis, tumor, dan ulserasi kronik peptikum.3
Terapi diverticulum Meckel yang asimtomatis dan simtomatis adalah dengan
pembedahan.1,2,3
Pada referat ini akan dibahas klasifikasi, etiologi, epidemiologi, gejala klinis,
patogenesis, patologi, diagnosis, terapi dan prognosis dari diverticulum Meckel.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1
2

2.1 Embriologi1,5
Pada perkembangan embrional minggu ke-3 dan ke-4, terbentuk struktur
tabung bernama primitive gut yang menjadi cikal bakal saluran cerna. Struktur ini
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu foregut, midgut dan hindgut. Foregut terletak pada
bagian kranial dan akan berkembang menjadi esofagus, gaster, duodenum
proksimal, kandung empedu, hepar dan pankreas. Midgut akan berkembang
menjadi duodenum distal, jejunum, ileum, caecum, kolon ascenden dan kolon
transversum. Hindgut akan berkembang menjadi kolon descenden, kolon sigmoid
dan rektum.
Perkembangan usus lebih cepat dari pertumbuhan embrio sehingga midgut
berherniasi ke yolk sac pada minggu ke-6. Selain itu perkembangan hepar
menggeser usus dari rongga abdomen. Terjadi pula rotasi 270 o berlawanan arah
jarum jam pada sumbu arteri mesenterik superior yang selesai pada minggu ke-10.
Pada awalnya bagian midgut terhubung langsung dengan yolk sac. Namun
pada minggu ke-4, hubungan tersebut mengalami penyempitan sehingga
membentuk struktur tabung bernama duktus omfalomesenterik atau duktus
vitelline. Duktus tersebut kemudian mengalami atrofi dan membentuk fibrous
cord yang menghubungkan antara umbilikus dan usus. Fibrous cord ini kemudian
perlahan mengalami absorpsi. Proses ini terjadi pada minggu ke 5-7 periode fetal.

2.2. Anatomi usus halus2,6,7


Usus halus terbentang dari pilorus sampai ke katup ileosekal sepanjang 4-5
meter. Usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Duodenum merupakan bagian yang terpendek dengan panjang sekitar 25 cm,
terletak di dalam rongga retroperitoneal dan menempel pada dinding posterior
abdomen. Panjang jejunum sekitar 40% dari panjang seluruh usus halus
sedangkan ileum sekitar 60%. Pada daerah perbatasan antara duodenum dan
jejunum (duodenojejunal junction) adalah ligamentum Treitz. Pada daerah ini,
usus halus tidak terfiksasi dan tidak terbungkus mesenterium.
3

Pada bagian dalam usus halus, terdapat lipatan yang dinamakan lipatan
Kerckring. Lipatan ini lebih menonjol pada bagian jejunum proksimal dan
menipis pada bagian distal ileum. Pada bagian antimesenterik ileum terminal
terdapat Peyer Patches dengan bentuk oval yang merupakan folikel limfoid. Usus
halus berakhir pada katup ileosekal.
Pembuluh limfatik duodenum mengalir ke kelenjar getah bening (KGB) portal
dan pilorik. Pembuluh limfatik jejunum dan ileum proksimal, mengalir ke KGB
mesenterikum dan KGB di sekitar arteri mesenterik superior. Sedangkan
pembuluh limfatik ileum terminal mengalir ke KGB ileosekal.

2.3. Histologi2,6,7
Secara mikroskopis usus halus terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa,
muskularis propria dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari 3 komponen, yaitu
epitel, lamina propria dan muskularis mukosa. Mukosa dilapisi oleh vili. Pada
duodenum, ukuran vili lebih lebar dan tinggi. Jejunum memiliki vili yang lebih
sempit dan pendek, dan semakin pendek pada ileum. Rongga antara vili disebut
kripta Liberkuhn yang terbentang dari lamina propria sampai ke muskularis
mukosa.
Vili dan kripta terdiri dari 5 tipe sel epitel, yaitu sel absorptif, sel goblet, sel
enteroendokrin sel paneth (sitoplasma bergranul mengandung enzim pencernaan
dan lisozim) dan sel mitotik atau sel tidak berdiferensiasi yang berfungsi sebagai
sel induk, berfungsi menggantikan sel absorptif, sel goblet dan sel kelenjar
intestinal yang rusak. Sel enteroendokrin disebut juga sebagai sel APUD (Amine
precursor uptake and decarboxylation).
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak vaskularisasi
disertai infiltrasi sel radang limfosit, sel plasma dan makrofag. Pada bagian basal
lamina propria banyak terdapat limfosit yang menyusun folikel, dominan pada
ileum dan disebut plak Peyeri. Muskularis mukosa terdiri dari otot polos sirkuler
pada bagian dalam dan longitudinal pada bagian luar yang menyatu dengan
jaringan ikat longgar submukosa.
4

Lapisan submukosa berupa jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh


darah dan limfe, serabut syaraf dan ganglion (pleksus Meissner). Pada daerah
duodenum lapisan mukosa mengandung kelenjar yang menghasilkan musin
disebut juga kelenjar Brunner.
Muskularis propria merupakan lapisan yang palnig tebal, terdiri dari otot polos
sirkular pada bagian dalam dan otot polos longitudinal pada bagian luar,
diantaranya terdapat pleksus mienterikus Auerbach yang terdiri dari sel ganglion,
sel satelit dan fibroblas perineural, diantaranya ditemukan pula interstitial cell of
Cajal yang berfungsi sebagai pacemaker.
Beberapa fungsi usus halus antara lain: mencampurkan makanan dengan
enzim-enzim yang dihasilkan oleh saluran pencernaan, mendorong makanan ke
bagian distal, mensekresi enzim-enzim esensial untuk pencernaan, mensekresi
hormon regulator (gastric inhibitory peptide, sekretin dan kolesistokinin) dan
absorpsi nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan nutrisi esensial
lain.

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan Odze dan Goldblum (2015), diverticulum Meckel merupakan
salah satu spektrum kelainan kongenital dari sisa omfalomesenterik, dimana
kelainan tersebut mencakup:1
1. Diverticulum Meckel
2. Solid cord
3. Fistula
4. Kista
5. Sisa umbilikus (polip umbilikus dan sinus umbilikus)

Berdasarkan Rosai dan Ackerman (2011), diverticulum Meckel dan


abnormalitas duktus Vitelline terdiri dari:2
1. Persistent fibrous cord
2. Enteroumbilical fistula
3. Diverticulum Meckel
5

2.4. Epidemiologi
Diverticulum Meckel ditemukan 1-2% dari populasi. Mencakup 90% dari
seluruh kelainan sisa duktus omfalomesenterik. Prevalensi diverticulum Meckel
simtomatik diperkirakan 4-35% kasus, tergantung dari kelompok usia. Lebih dari
60% pasien dengan gejala berusia 2 tahun atau lebih muda.8
Dari kasus yang didiagnosis secara insidentil, tidak ada perbedaan jumlah
pasien laki-laki dan perempuan.8 Diverticulum Meckel simtomatik 2-4 kali lebih
sering terjadi pada laki-laki.1,2 Pada 30% kasus, disertai kelainan kongenital yang
lain, seperti fistula trakeoesofagus.2
Pada diverticulum Meckel dapat ditemukan heterotopik mukosa gaster pada
20-57% kasus. Komplikasi terjadi pada 4-25% kasus dengan ukuran diverticulum
lebih dari 2 cm. Komplikasi tersering adalah obstruksi usus akibat intususepsi dan
pita adhesif (14-53%).9

2.5. Etiologi dan Patogenesis


Pada masa awal kehidupan embrio, fetus menerima nutrisi dari yolk sac
melalui duktus Vitelline. Duktus lalu mengalami atrofi dan menghilang saat usia
gestasi 7 minggu. Saat duktus gagal mengalami obliterasi, salah satu kelainan
yang terjadi adalah diverticulum Meckel. 10
Divertikulum Meckel biasanya dilapisi oleh mukosa ileum, namun jenis
jaringan lainnya juga ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi. Mukosa
heterotopik yang paling sering ditemukan adalah mukosa lambung. Hal ini
penting karena ulserasi peptik mukosa pada daerah ini atau yang berdekatan,
dapat menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit, perforasi, atau keduanya.10

2.6. Patologi
2.6.1. Makroskopis
Lokasi diverticula yaitu pada bagian antimesenterik 15-167 cm proksimal dari
katup ileocecal, lokasi tersering adalah 40 cm dari katup. Sekitar 75% diverticula
memiliki panjang 1-5 cm, bebrapa kasus memiliki panjang 26 cm.1,2,9
6

Pada bagian lumen diverticulum Meckel dapat ditemukan enterolith, bezoar


atau massa tumor.9

2.6.2. Mikroskopis
Secara umum, gambaran mikroskopis diverticulum kongenital memberikan
gambaran mikroskopis sama dengan lokasi organnya. Begitu pula dengan
diverticulum Meckel yang memiliki 4 lapisan (mukosa, submukosa, muskularis
propria dan serosa) dengan gambaran mukosa seperti ileum. Diverticulum Meckel
yang asimtomatik secara mikroskopis menyerupai ileum normal. Heteropia
mukosa gaster, pankreas, mukosa duodenum, mukosa kolon atau mukosa biliaris
dapat ditemukan pada bagian ujung diverticula.1,2,9,10
Diverticulum Meckel simtomatik memiliki gambaran mikroskopis yang
menunjukkan peradangan akut, ulserasi, perforasi atau gambaran lain sesuai
komplikasi yang mendasari.
Pada diverticulum Meckel dapat pula timbul neoplasia, yaitu tumor karsinoid,
villous adenoma, adenocarcinoma, gastrointestinal stromal tumor (GIST),
leiomioma, leiomiosarkoma dan melanoma maligna.2,9

2.7. Gejala Klinis


Sebagian besar pasien asimtomatis. Diverticulum Meckel seringkali ditemukan
secara tidak sengaja saat laparotomi dan pemeriksaan barium untuk kondisi
abdomen lain. Gejala yang timbul berasal dari komplikasi diverticula, yaitu
diverticulitis, ulserasi, perforasi, perdarahan, intususepsi, volvulus, inkarserasi,
dan tumor.1,2,9,11
Pada sebuah survey yang dilakukan pada 43 rumah sakit anak di Amerika
serikat, 815 anak didiagnosis Diverticulum Meckel dalam jangka waktu 2 tahun.
Lebih dari setengah (60%) simtomatik dan sisanya didiagnosis saat dilakukan
laparotomi untuk diagnosis yang berbeda. Gejala klasik pada anak terutama di
bawah usia 2 tahun ada perdarahan dari rektal.8
Diverticulum Meckel dapat mengalami inflamasi akut dengan gejala klinis
menyerupai apendisitis akut. Ulserasi terjadi pada ileum yang berdekatan dengan
7

diverticulum, disebabkan oleh produksi asam mukosa gaster heterotopik. Ulserasi


yang berkelanjutan mengakibatkan perdarahan dan perforasi, dengan memberikan
gambaran klinis peritonitis. Intususepsi, volvulus dan inkarserasi memberikan
gambaran klinis obstruksi. 3,10,12,13

2.8. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan radiologi yaitu rontgen dengan kontras, USG dan CT-scan.14,15

2.9. Diagnosis
Diverticulum Meckel asimtomatik ditemukan secara insidental saat laparotomi.
Diverticulum Meckel simtomatik didiagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan histopatologi.

2.10. Terapi
Setiap diverticulum Meckel yang ditemukan secara insidentil saat laparotomi,
harus diangkat dengan pembedahan karena potensi komplikasi yang dapat
ditimbulkan. Diverticulum Meckel simtomatik diterapi dengan pembedahan. 2,6,9,10

2.11. Prognosis
Prognosis diverticulum Meckel setelah pembedahan adalah baik.
8

III. PEMBAHASAN
Diverticulum Meckel adalah kelainan kongenital tersering pada traktus
gastrointestinal dan merupakan bagian dari spektrum kelainan duktus
omfalomesenterik. Diverticulum Meckel terjadi karena duktus omfalomesenterik
gagal berinvolusi.
Pada diverticulum Meckel dikenal the rule of 2’s, yaitu terjadi pada 2%
populasi, terletak 2 kaki (61 cm) proksimal dari katup ileosekal pada dewasa,
sepanjang 2 inchi (5,08 cm), seringkali disertai 2 tipe heterotopia (mukosa gaster
dan pankreas), dan biasanya memberikan gambaran klinis sebelum usia 2 tahun.
Pada masa awal kehidupan embrio, fetus menerima nutrisi dari yolk sac
melalui duktus Vitelline. Duktus lalu mengalami atrofi dan menghilang saat usia
gestasi 7 minggu. Saat duktus gagal mengalami obliterasi, beberapa tipe kelainan
duktus muncul, seperti: (1) duktus vitelline persisten (muncul sebagai fistula pada
umbilikus); (2) Solid cord yang menghubungkan ileum ke permukaan dalam
umbilikus; (3) sinus vitelline paten di bawah umbilikus; (4) kista duktus vitelline;
dan, yang paling umum (97%) divertikulum Meckel, yang merupakan
divertikulum sejati dan terdiri dari semua lapisan histologi ileum.1,10
Secara umum, gambaran mikroskopis diverticulum kongenital dapat dibedakan
dengan divertikulum didapat (acquired). Pada divertikulum kongenital akan
ditemukan seluruh lapisan usus normal (divertikula sejati). Sedangkan pada
divertikulum didapat hanya akan ditemukan lapisan mukosa saja karena didasari
oleh adanya defek pada lapisan muskularis eksterna.
Divertikulum Meckel biasanya dilapisi oleh mukosa ileum, namun jenis
jaringan lainnya juga ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi. Dalam sebuah
penelitian, mukosa lambung heterotopik ditemukan pada 62% kasus, jaringan
pankreas ditemukan pada 6% kasus, pankreas dan mukosa lambung ditemukan
pada 5%, mukosa jejunum ditemukan pada 2%, jaringan Brunner ditemukan pada
2% dan kedua mukosa lambung dan duodenum ditemukan pada 2%. Sangat
jarang terjadi, namun heterotopik jaringan kolon, rektum, endometrium, dan
hepatobiliaris pernah ditemukan.10
9

Diverticulum Meckel seringkali asimtomatik dan ditemukan secara insidentil


pada saat laparotomi. Diverticulum Meckel simtomatik terjadi, jika telah
mengalami komplikasi.
Kelainan simtomatik terjadi pada 4-16% kasus. Pada pasien dewasa yang
memperlihatkan gejala, 38% gejala berupa perdarahan, 34% obstruksi dan 28%
diverticulitis. Pada pasien anak yang memperlihatkan gejala, 40% berupa
obstruksi, 31% perdarahan dan 29% diverticulitis.11
Gejala klinis pada Diverticulum Meckel berhubungan dengan tipe histologi
divertikulum. Dari sebuah penelitian didapatkan gambaran histologi pada pasien
asimtomatis, 96% adalah pasien dewasa, yang memperlihatkan 14% diantaraya
terdapat jaringan ektopik dan 4% adalah pasien anak. Dari pasien yang memiliki
gejala, pada pasien dewasa, ditemukan 74% abnormal dengan 43% diantaranya
terdapat jaringan ektopik, 6% terdapat enterolith dan 25% terdapat diverticulitis.
Pada pasien anak-anak, 59% diantaranya terdapat jaringan ektopik, dan 41%
menunjukkan gambaran histologi normal.11
Perdarahan gastrointestinal (GI) bagian bawah adalah gejala yang paling sering
pada pasien dengan divertikulum Meckel simtomatik. Usia rata-rata adalah 2
tahun, dan mungkin terjadi pada anak yang lebih tua atau bahkan dewasa.
Pendarahan biasanya tanpa rasa sakit; dapat masif dan mungkin memerlukan
transfusi darah.16
Pendarahan sekunder akibat ulserasi mukosa ileum diakibatkan mukosa lambung
ektopik yang terkandung di dalam divertikulum Meckel. Mukosa lambung
mengeluarkan asam, yang menghasilkan ulserasi mukosa ileum normal yang
berdekatan.3,10,16
Obstruksi usus pada anak-anak, merupakan gejala kedua yang paling sering
terjadi pada pasien dengan divertikula Meckel simtomatik (25%). Obstruksi bisa
disebabkan oleh beberapa mekanisme. Volvulus usus halus dapat terjadi di sekitar
pita fibrosa Meckel yang menempel pada umbilikus. Intususepsi divertikulum
Meckel juga bisa menyebabkan obstruksi usus. Inkarserasi divertikulum pada
hernia, yang dikenal sebagai hernia Littre, adalah penyebab ketiga obstruksi.
10

Penyebab lain dari obstruksi usus adalah terjebaknya usus kecil di bawah suplai
darah divertikulum, juga dikenal sebagai mesodivertikular band.16,17
Divertikulitis dapat terjadi pada sebanyak 20% pasien dengan komplikasi dari
divertikulum Meckel. Meckel diverticulitis biasanya salah didiagnosis sebagai
apendisitis akut. Peradangan divertikulum mungkin disebabkan oleh sumbatan
lumen, yang serupa dengan patofisiologi apendisitis akut. Perkembangan
peradangan tersebut dapat menyebabkan perforasi dan peritonitis. Kemungkinan
divertikulitis Meckel menggarisbawahi kepentingan mengeksplorasi usus halus
bagian distal pada pasien yang dicurigai apendisitis saat apendikss yang
ditemukan normal.17
Massa umbilikus dan infeksi dapat terjadi pada diverticulum Meckel. Sisa-sisa
saluran omfalomesenterik dapat bertahan sebagai struktur kistik, biasanya tepat di
bawah umbilikus. Struktur ini dapat teraba pada pemeriksaan fisik atau, jika
terinfeksi atau pecah, dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada umbilikus.16
Perforasi terjadi karena divertikulum Meckel mungkin mengandung mukosa
lambung ektopik, mukosa usus halus yang berbatasan mungkin mengalami
ulserasi, yang dapat menyebabkan perforasi usus yang sebenarnya. Hal ini
menyebabkan peritonitis dan udara intraperitoneal bebas, yang dapat dilihat pada
foto polos abdomen. Usus juga dapat mengalami perforasi, jika obstruksi pada
closed loop usus berlanjut ke nekrosis dinding usus.16,17
Pemeriksaan radiologi yaitu rontgen dengan kontras, USG dan CT-scan. 14,15
Radiografi konvensional (rontgen) tidak memiliki nilai nyata dalam mendeteksi
divertikulum Meckel. Namun terkadang, enterolith atau dilatasi loop usus dengan
air-fluid level di dalam divertikulum Meckel dapat dilihat pada radiografi
konvensional. Pada studi barium, divertikulum Meckel dapat dideteksi sebagai
struktur tubular atau kantung dengan ujung tertutup yang timbul dari batas
antimesenterik ileum terminal. Pada ultrasonografi, divertikulum Meckel biasanya
muncul sebagai struktur bentuk tubular dengan ujung tertutup yang timbul dari
loop ileum. Pada CT scan, divertikulum Meckel dapat dilihat sebagai struktur
ujung tertutup berbentuk tubular yang timbul dari batas antimesenterik ileum
terminal. Namun, dalam kasus yang asimtomatis, divertikulum sering dikira
11

sebagai struktur usus halus normal, sehingga membatasi pendeteksiannya.


Scintigrafi bisa menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi divertikulum Meckel
99m
yang mengandung mukosa lambung ektopik. Tc-pertechnetate diambil oleh sel
yang mensekresi mukus mukosa lambung dan dengan demikian pengambilan zat
di bagian intra-abdomen, memberikan kemungkinan adanya entitas mukosa
lambung.14,15
Diverticulum Meckel simtomatik diterapi dengan diverticulectomy
(pembedahan). Baik dengan diverticulectomy atau reseksi-anastomosis segmental
usus, terutama bila teraba jaringan ektopik pada persimpangan diverticular-
intestinal, iskemia intestinal atau perforasi.9
Terjadi perdebatan yang sampai saat ini masih berlangsung tentang eksisi
divertikulum Meckel bila ditemukan sebagai temuan insidentil tanpa gejala.
Selama
sebuah operasi, biasanya tidak mungkin ditentukan oleh inspeksi atau palpasi
apakah diverticulum Meckel yang kebetulan berisiko tinggi mengalami
komplikasi atau tidak. Park et al. menyarankan reseksi divertikulum Meckel
asimtomatik pada pasien dengan jenis kelamin pria, usia kurang dari 50 tahun,
divertikulum lebih besar dari 2 cm dan adanya jaringan abnormal histologis. 11
Morbiditas pascaoperasi setelah reseksi insidentil bervariasi antara 0-6%.
Sedangkan morbiditas pascareseksi divertikulum yang telah mengalami
komplikasi adalah hingga 33%.9

IV. SIMPULAN
Penegakkan diagnosis divertikulum Meckel berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan histopatologi. Terutama pada
diverticulum Meckel yang mengalami komplikasi, perlu hubungan klinikopatologi
yang adekuat untuk dapat menegakkan diagnosis.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Huff D, Russo P. Congenital and developmental disorders of the gastrointestinal


tract. Dalam: Odze RD, Goldblum JR. Surgical Pathology of the GI tract, liver,
biliary tract and pancreas. Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier; 2015. h. 175-95.
2. Rosai J. Gastrointestinal traact. Dalam: Rosai and Ackerman’s Surgical
Pathology. Edisi ke-10. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2011. p. 673-4.
3. Malik AA, Shams-us-Bari, Wani KA, Khaja AR. Meckel’s diverticulum-revisited.
Saudi J Gastroenterol. 2010 Jan-Mar; 16(1): 3-7. Diunduh pada 7 OKtober 2017.
Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3023098/#ref12
4. Levy AD, Hobbs MC. Meckel Diverticulum: Radiologic features with pathologic
correlation. Radiographics. 2004; 24: 565-87. Diunduh pada 8 Oktober 2017.
Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3023098/#ref12
5. Sadler TW. Digestive system. Dalam: Langman’s Medical Embryology. Edisi ke-
12. Philadephia: Lippinscott Williams & Wilkins, 2012. h. 208-31.
6. Eroschenko VP. Digestive system part III: small intestine and large intestine.
Dalam: DiFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. Edisi ke-12.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. h. 341-63.
7. Turner JR. The Gastrointestinal tract. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Aster JC.
Robbins and Cotran Pathologic basis of disease. Edisi ke-9. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2015. h. 751-3.
8. Ruscher KA, Fisher JN, Hughes CD, Neff S, Lerer TJ, Hight DW. National trends
in the Surgical management of Meckel’s diverticulum. J Pediatr Surg. 2011 May;
46(5): 893-6. Diunduh pada 8 Oktober 2017. Diunduh dari
http://www.jpedsurg.org/article/S0022-3468(11)00136-9/fulltext
13

9. Sagar J, Kumar V, Shah DK. Meckel’s diverticulum: A Systematic review. J R


Soc Med. 2006; 99: 501-5. Diunduh pada 8 Oktober Cited 2017. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1592061/pdf/0501.pdf
10. Elsayes KM, Menias CO, Harvin HJ, Francis IR. Imaging manifestations of
Meckel's diverticulum. Am J Roentgenol. 2007 Jul. 189(1):81-8. Diunduh pada 10
Oktober 2017. Diunduh dari http://www.ajronline.org/doi/full/10.2214/AJR.06.
1257
11. Lark JJ, Wolff BG, Tollefson MK, Walsh EE, Larsonn DR. Meckel Diverticulum.
The Mayo clinic experience wth 1476 patients (1950 – 2002). Ann Surg. 2005
Mar; 241(3): 529-33. Diunduh pada 10 Oktober 2017. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1356994/pdf/20050300s00019p5
29.pdf
12. Chen JJ, Lee HC, Yeung CY, Chan WT, Jiang CB, SHeu JJ, et al. Meckel’s
Diverticulum: factor associated with clinical manifestations. SRN Gastroenterol.
2014. Diunduh 18 Oktober 2017. Diunduh dari
https://www.hindawi.com/journals/isrn/2014/390869/
13. Alexander A, Farish WH, Hashmi M. Recognizing and treating Meckel
diverticulum. JAAPA. 2015 Sept; 28(9): 1-2. Diunduh 19 Oktober 2017. Diunduh
dari http://journals.lww.com/jaapa/Abstract/2015/09000/Recognizing_and_
treating_Meckel_diverticulum.15.aspx
14. Katha VK, Khandelwal A, Saboo SS, Shanbhogue AKP, Virmani V, Marginean
EC, et al. Radiologist’s perspective for the Meckel Diverticulum and it’s
complication. Br J Radiol. 2014:87(1037):20130743. Diunduh pada 9 Oktober
2017. Diunduh dari http://www.birpublications.org/doi/abs/10.1259/bjr.20130743
15. Elsayes KM, Menias CO, Harvin HJ, Francis IR. Imaging manifestations of
Meckel’s diverticulum. Am J Roentgenol. 2007;189:81-8. Diunduh pada 9
Oktober 2017, Diunduh dari
http://www.ajronline.org/doi/full/10.2214/AJR.06.1257
16. Lin XK, Huang XZ, Bao XZ, Zheng N, Xia Q, Chen CD. Clinical characteristics
of Meckel Diverticulum in children: A retrospective review of a 15-year single
center experience. Medicine (Baltimore). 2017 Aug;96(3):e7760. Diunduh pada
14

20 Oktober 2017. Diunduh dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5556 236/
17. Pepper VK, Stanfill AB, Pearl RH. Diagnosis and management of pediatric
appendicitis, intussusception and Meckel diverticulum. Surg Clin North Am. 2012
Jun;92(3):505-26,vii. Diunduh pada 20 Oktober 2017. Diunduh dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0039610912000618

Anda mungkin juga menyukai