DIVERTIKULOSIS
Disusun Oleh :
KARTIKA ACHMAD
C 111 06 005
Pembimbing :
Dr. MUH. NAWIR
Supervisor :
Dr. SULAIHI, Sp.B-KBD
I. PENDAHULUAN
Penyakit divertikular (atau diverticulosis) merupakan keadaan di mana terdapat
banyak penonjolan mukosa yang menyerupai kantong (divertikula) yang tumbuh dalam
usus besar, khususnya kolon sigmoid tanpa adanya inflamasi. Peradangan akut dari
divertikulum menyebabkan divertikulitis.1,2,3
Divertikulosis sangat sering dijumpai pada masyarakat Amerika dan Eropa.
Diperkirakan sekitar separuh populasi dengan umur lebih dari 50 tahun memiliki
divertikula kolon. Kolon sigmoid adalah tempat yang paling sering terjadinya
divertikulosis. Diverticulosis colon merupakan penyebab yang paling umum dari
perdarahan saluran cerna bagian bawah, berperan hingga 40% sampai 55% dari semua
kasus perdarahan. Divertikula kolon merupakan lesi yang diperoleh secara umum dari
usus besar pada perut.2
II. EPIDEMIOLOGI
Kejadian divertikulosis pada wanita sedikit lebih banyak dengan perbandingan
antara pria : wanita adalah 1 : 1,5. Insidens tertinggi pada usia 40 tahun dan 50-an.
Insidens tertinggi di negara-negara barat dimana terjadi pad 50% dari warga yang
berusia lebih dari 60 tahun.1
Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876 pasien di RS Pendidikan Makassar,
ditemukan 25 pasien (2,85%) penyakit divertikular dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 5:3, umur rata-rata 63 tahun dengan presentase terbanyak pada kelompok
umur 60-69 tahun. Hematokezia merupakan gejala terbanyak dan lokalisasinya
terutama di kolon bagian kiri (kolon sigmoid dan kolon descendens).3
Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena
disalurkan melalui vena mesenterika superior untuk kolon ascendens dan kolon
transversum, dan melalui v. mesenterika inferior untuk kolon descendens, sigmoid, dan
rectum.Keduanya bermuara di vena porta, tetapi v. mesenterika inferior melalui vena
lienalis. Alirah darah vena dari kanalis analis menuju ke vena cava inferior.5,7
Aliran linfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui
sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan
tumor. Sumber aliran linfe terdapat pada muskularis mukosa.5,7
Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splenikus dan pleksus
presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus.5,7
Gambar 4. Vena-vena usus besar
Dikutip dari kepustakaan 7
V. PATOGENESIS
Divertikel saluran cerna paling sering ditemukan di kolon, khususnya di sigmoid.
Divertikel kolon adalan divertikel palsu karena terdiri dari mukosa yang menonjol
melalui mukosa otot seperti hernia kecil. Divertikel sejati jarang ditemukan di kolon.
Divertikel ini disebut divertikel pulsi karena disebabkan oleh tekanan tinggi di usus
bagian distal ini. Besarnya dapat beberapa millimeter hinga dua sentimeter; leher
divertikel atau pintunya biasanya sempit, tetapi mungkin lebar. Kadang terbentuk
fekolit (batu feses) didalamnya.5
Divertikulosis sigmoid sering disertai obstipasi yang dipengaruhi oleh diet,
terutama makanan kurang berserat. Patogenesis dipengaruhi tekanan intralumen dan
defek dinding sigmoid. Tekanan intralumen bergantung pada kepadatan feses yang
meningkat bila kekurangan serat.5
Dikenal 3 gambaran anatomi penyakit divertikular yang khas : 3,9
- Penyakit Predivertikular :
Menunjukkan hipertrofi dari kedua otot sirkular dan longitudinal (taenia coli)
dengan tanpa disertai dengan penonjolan kantong yang dapat diperlihatkan.
Menebalnya taenia sering menyebabkan pemendekan dan pengerutan dinding
kolon yang bersangkutan.
- Divertikulosis :
Adanya penonjolan kantung dengan diameter 1mm sampai dengan beberapa
sentimeter yang menonjol ke dalam jaringan lemak perikolik atau appendices
epiploicae. Kelainan ini khususnya terdapat di antara taenia mesenterika dan
antimesenterika, jarang di taenia antimesenterium.
Secara histologist, dinding kantong hanya terdiri dari mukosa dan submukosa
dan biasanya tanpa lapisan otot sama sekali dan tanpa disertai dengan
inflamasi. Sering kantong berisi feses yang mungkin tidak dapat segera
dikeluarkan sebab leher divertikel lebih sempit dari kantongnya.10
(a) (b)
Gambar 6. (a) Gambaran makroskopis divertikulosis
(b) Gambaran mikroskopis divertikulosis.
Dikutip dari kepustakaan no 10
- Divertikulitis :
Merupakan peradangan sekunder dari satu atau lebih divertikel yang terjadi
bila feses yang ada di dalam kantong mengalami pemadatan dan kemudian
disertai dengan infeksi sekunder e. coli dan organism enteric lainnya. Sering
terjadi perforasi kecil pada kantong.3,9
Sebuah divertikulum merupakan penonjolan pada titik-titik yang lemah, biasanya
pada titik dimana pembuluh nadi (arteri) masuk ke dalam lapisan otot dari usus besar.
Kejang (spasme) diduga menyebabkan bertambahnya tekanan dalam usus besar,
sehingga akan menyebabkan terjadinya lebih banyak divertikula dan memperbesar
divertikula yang sudah ada.11,12,13,14
Divertikulosis terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa kolon mengalami
herniasi sepanjang dinding muskuler yang mengalami kelemahan yaitu pada titik
tempat masuknya arteri ke dalam usus akibat tekanan intraluminal yang tinggi, volume
kolon yang rendah (isi kurang mengandung serat), dan penurunan kekuatan otot dalam
dinding kolon (hipertrofi muskuler akibat massa fekal yang mengeras). Divertikulum
menjadi tersumbat dan kemudian terinflamasi bila obstruksi terus berlanjut. Inflamasi
cenderung menyebar ke dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan
spastisitas kolon. Abses dapat terjadi, menimbullkan peritonitis, sedangkan erosi
pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan perdarahan.Divertikulanya sendiri tidak
berbahaya, tetapi tinja yang terperangkap di dalamnya bukan saja bias menyebabkan
perdarahan, tetapi juga menyebabkan peradangan dan infeksi sehingga timbul
diverticulitis.11,12,13,14
(a) (b)
Gambar 7. (a) Diverticulosis yang berkembang menjadi diverticulitis
(dikutip dari kepustakaan no 15)
(b) Divertikel dengan tinja yang terperangkap di dalamnya
(dikutip dari kepustakaan no 16)
VII. DIAGNOSIS
Anamnesis yang cermat sering sudah dapat menentukan diagnosis, harus
ditanyakan tentang perubahan pola defekasi, frekuensi, dan konsistensi feses.5
Dalam anamnesis tentang nyeri perut perlu dibedakan antara nyeri kolik dan
nyeri menetap, serta hubungannya dengan makan dan dengan defekasi. Perlu pula
ditanyakan warna tinja, terang atau gelap, bercampur lender atau darah, dan warna
darah segar atau tidak. Juga perlu ditanyakan apakah terdapat rasa tidak puas setelah
defekasi, bagaimana nafsu makan, adakah penurunan nafsu makan, dan rasa lelah.5
Gejalan dan tanda yang sering ditemukan pada kelainan kolon adalah
dyspepsia, hematokezia, anemia, benjolan, dan obstruksi karena radang dan
keganasan.5
Pada divertikulosis 80% penderita tidak bergejala (asimptomatik). Keluhan
lain yang bias didapat adalah nyeri, obstipasi, dan diare oleh karena adanya gangguan
motilitas dari sigmoid.5
Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan local ringan dan sigmoid sering
dapat diraba sebagai struktur padat. Tidak ada demam maupun leukositosis bila tidak
ada radang. Bisa teraba tegang pada kuadran kiri bawah, dapat teraba massa seperti
sosis yang tegang pada sigmoid yang terkena. Pada pemeriksaan fisis dilakukan rectal
(A) (B)
Gambar 8. (A) Barium Enema with Extensive Sigmoid Diverticulosis.
(B) Colonoscopy view of Diverticula
Dikutip dari kepustakaan no 7.
Gambar 13. Perbandingan gambaran mukosa kolon sehat dengan kolon IBD
Dikutip dari kepustakaan no 18
c. Karsinoma Kolorektal
Karsinoma kolorektal umumnya juga teijadi pada usia di atas 50 tahun.
Adapun keluhan yang paling sering adaiah berupa: perubahan pola BAB,
heraatokezia, dan konstipasi. Pada kasus karsinoma kolorektal yang
perkembangannya lamban, keluhan dan tanda-tanda fisik yang timbul seperti
gejala obstruksi. Pada obstruksi parsiaJ awalnya ditandai dengan nyeri abdomen,
namun pada obstruksi total dapat menyebabkan nausea, vomiting, distensi
abdomen, dan obstipasi. Untuk membedakan dengan divertikulosis, periu
dilakukan pemeriksaan kolonoskopi.
Gambar 14. Gambaran Ca Recti pada pemeriksaan kolonoskopi
Dikutip dari kepustakaan 19
X. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa1,11,12,13,14,20
a. Nyeri dan Asimptomatik
Diet tinggi serat (buah, sayuran, roti gandum, kulit padi)
Tingkatkan asupan cairan
b. Divertikulitis akut
Antibiotik dan istirahatkan usus
Drainase yang dipandu radiologi untuk abses local
Pada kasus divertikulosis asimptomatik diberikan modifikasi diet berupa
makanan atau suplemen tinggi serat untuk mencegah konstipasi dan diberikan
intake cairan yang cukup. Pemberian tambahan serat sekitar 30-40 gram/hari atau
pemberian laktulosa yang dapat meningkatkan massa feses (sebagai osmotic
laksatif pada divertikulosis simptomatik yaitu 2x15ml/hari.
Pada kasus diverticulitis, usus diistirahatkan dengan menunda asupan oral,
memberikan cairan intravena, dan melakukan pemasangan NGT bila ada muntah
atau distensi abdomen, memperbanyak makan sayur dan buah-buahan,
mengurangi makan daging dan lemak, antispasmodic seperti propantelin bromide
(Pro-Banthine) dan oksifensiklimin (daricon) dapat diberikan, dan antibiotic
spectrum luas diberikan selama 7-10 hari.
2. Pembedahan1,3,7,9,11,19,20
Pasien yang memerlukan operasi segera adalah yang menunjukkan tanda-
tanda peritonitis atau obstruksi loop tertutup. Dilakukan dengan cara reseksi
segmen usus yang sakit, biasanya kolon sigmoid, dan pengangkatan kolon
(kolostomi) tepat di sebelah proksimal titik reseksi. Rektum biasanya ditutup
dengan stapler.
Pembedahan elektif kolon sebelah kiri tanpa peritonitis : reseksi segmen
yang terlibat dan sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis primer). Pembedahan
darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis difus : reseksi segmen yang terlibat,
tutup usus distal (yaitu rectum bagian atas) dan keluarkan usus proksimal sebagai
ujung kolostomi (prosedur Hartmann). Pada pembedahan darurat pada kasus
divertikulosis dengan komplikasi seperti abses yang luas, peritonitis, obstruksi
komplit, dan perdarahan berat. Pada kasus ini dilakukan pembedahan 2 kali
dimana pada operasi pertama dilakukan pembersihan cavum peritoneum, reseksi
segmen kolon yang terkena, dan dilakukan kolostomi temporer kemudian
beberapa bulan dilakukan operasi kedua dan pada operasi ini dilakukan
penyambungan kembali kolon (re-anastomosis).
Gambar 15. Gambaran prosedur operasi 2 tahap dengan Hartmann Prosedur dan
Prosedur operasi 3 tahap pada diverticulitis
Dikutip dari kepustakaan 21
XI. KOMPLIKASI
Berikut komplikasinya yang dapat muncul pada divertikulosis adalah : 5,16,21,22
Perdarahan rektum (hematokezia)
Perdarahan merupakan komplikasi yang jarang teijadi, dilaporkan sekitar
3-5% penderita dengan divertikulosis mengalami perdarahan rektum Jika sebuah
divertikula mengalami perdarahan, maka dapat muncul hematokezia. Perdarahan
bisa bersifat berat, tetapi juga bisa berhenti dengan sendirinya dan tidak
memerlukan penanganan khusus. Perdarahan terjadi karena sebuah pembuluh
darah yang kecil di dalam sebuah divertikula menjadi lcmah dan akhirnya pecah.
Abses, Perforasi, dan Peritonitis
Infeksi yang menyebabkan tcrjadinya divertikulitis seringkali mereda
dalam beberapa hari setelah antibiotik diberikan. Divertikulitis paling umum
teijadi pada kolon sigmoid (95%). Hal ini telah diperkirakan bahwa kira-kira 20%
pasien dengan divertikulosis mengalami divertikulitis pada titik yang sama.
Divertikulitis paling umum teijadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-
kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun. Predisposisi kongenital
dicurigai bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun.
Gambar 19. Gambar divertikula kolon sigmoid dengan perforasi (Pemeriksaan CT-Scan,
Operasi, dan Post-op dengan end-colostomy)
Dikutip dari kepustakaan 22
Fistula
Fistula merupakan hubungan jaringan yang abnormal di anlara 2 organ atau
di antara organ dan kulit Jika pada suatu infeksi jaringan yang roengalami
kerusakan bersinggungan satu sama lain, kadang kedua jaringan tersebut akan
menempel, sehingga terbentuklah fistula. Jika infeksi karena diverticulitis
menyebar keluar kolon, maka jaringan kolon bisa menempel ke jaringan di
dekatnya. Organ yang paling sering terkena adalah kandimg kemih membentuk
fistula kolovesika, kemudian usus halus dan kulit Fistula yang paling sering
terbentuk adalah fistula di antara kandung kemih dan kolon (fistula kolovesika)
dan fistula antara kolon dan vagina (fistula kolovagina). Fistula kolovesika lebih
sering ditemukan pada pria. Fistula ini menyebabkan infeksi saluran kemih
(sistitis) yang berat dan menahun. Kelainan ini bisa diatasi dengan pembedahan
untuk mengangkat fistula dan bagian kolon yang terkena.
Gambar 20. Divertikulosis kolon dengan mikro dan makro perforasi ke organ
sekitarnya yang dapat membentuk fistula.
Dikutip dari kepustakaan 21
Obstruksi Usus
Jaringan fibrosis akibat infeksi bisa menyebabkan penyumbatan kolon
parsial maupun total. Jika hal ini teijadi, maka kolon tidak mampu mendorong isi
usus secara normal. Obstruksi dapat juga disebabkan karena pembentukan abses
atau edema, akibat striktur kolon setelah serangan divertikulitis rekurens.
Obstruksi pada usus halus juga umum teijadi khususnya pada keadaan dimana
terbentuk abses peridivertikular yang berukuran besar. Obstruksi total
memerlukan tindakan pembedahan segera. Obstruksi usus hanya teijadi pada
sekitar 2% kasus divertikulosis. Obstruksi usus biasanya dapat sembuh sendiri dan
berespon terhadap terapi konservatif.
XII. PROGNOSIS
Penyakit divertikular merupakan keadaan jinak, tetapi memiliki mortalitas dan
morbiditas yang signifikan akibat komplikasi. Sekitar 10-20% pasien dengan
divertikulosis dapat berkembang menjadi divertikulitis atau perdarahan dalam
beberapa tahun. Perforasi dan peritonitis dapat menyebabkan angka kematian hingga
35% dan memerlukan tindakan bedah segera.1,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Grace P., Borley NR. At a Glance : ILMU BEDAH Edisi ke3. EMS. 2005. hal: 108-
9.
2. Brunicardi FC, Andersen DK, etc. Schwartz’s Principle of Surgery 9th ed. McGraw-
Hill Company. 2010.
3. Akil, H.A.M., Penyakit Divertikular dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1
ed IV. Sudoyo, A.W.; 2006. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. hal 366-7.
4. Debas HT. Gastrointestinal Surgery : Patophysiology and Management. Springer.
USA. 2004. p 240-2, 264-7.
5. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta. EGC. 2007. hal:
650-2,762-9.
6. Lindeth GN., Gangguan Usus Besar dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol. 1 Ed 6. EGC. 2006. hal 456-61.
7. Towsend JR., Beauchamp RD., Evers BM., Mattox KL. Sabiston Textbook of
Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice 17th ed. Elsevier. 2004.
p 1404-22.
8. Jackson, W. Frank. Diverticulosis and Diverticulitis. 2011.[cited on October 12th
2012]. Available from : http://www.gicare.com/disease/diverticulosis.html
9. Soekamto S, Suparman, dkk. Penyakit Divertikular dalam Buku Ajar Patologi II ed
4. Robbins, S.L. Eds. 2004. Jakarta. EGC. hal 456-61.
10. Frankhauser, David B. Digestive System Histology. 2012. [cited on October 12th
2012]. Available from : http://pathmicro.med.sc.edu/pathology%20images/gi-
colonnoscopy.htm
11. Anonim. Diverticulosis. 2011. [cited on October 12th 2012]. Available from :
http://www.medicastore.com/penyakit/489/diverticulosis.html
12. Bontemp Emst, Pardoll P.M. et all. Diverticular Disease of the Colon. 2011. [cited
on October 12th 2012]. Available from : http://www.acg.gi.org/patients/
gihealth/diverticular/asp
13. Anonim. Diverticulosis. 2011. [cited on October 12th 2012]. Available from :
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/diverticulosis-topic
14. National Digestive Disease Information Clearinghouse (NDDIC). Diverticulosis
and Diverticulitis. 2011. [cited on October 12th 2012]. Available from :
http://www.digestive.dniddk.nih.gov/diseases/pubs/diverticulosis/
15. KMC Gastroenterology. Diverticular Disease. 2011. [cited on October 12th 2012].
Available from : http://www.kmcpa.com/gastroenterology/education/images/
diverticula
16. Anonim. Diverticulosis/Diverticulitis. 2011. [cited on October 12th 2012]. Available
from : http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Mechanisms/
MHD/Diverticulitis.htm
17. Anonim. USG : Left Sided Abdominal Pain. 2011. [cited on October 12th 2012].
Available from : http://www.radbazaar.com/content/index.php?option=com_task
=view&id=138&Itemid=38
18. Anonim. Irritable Bowel Disease. 2011. [cited on October 20th 2012]. Available
from : http://wikipedia.com
19. Anonim. Diverticulosis. 2011 [cited on October 12th 2012]. Available from :
http://www.diverticulosis.co.uk/
20. Anonim. Diverticulosis. 2011 [cited on October 12th 2012]. Available from :
http://www.diverticulosis.org
21. Jacob, Danny O. Diverticulitis. 2011 [cited on October 20th 2012]. Available from :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp073228
22. Vermeiren, Joan. Perforated Sigmoid Diverticula with Peritonitis.2011. [cited on
October 20th 2012]. Available from : http://www.labmet.ugent.be/drupal/?q=user/Ir.
%20Joan%20Vermeiren