Anda di halaman 1dari 6

SUMBER 1

Pengukuran Tinggi Badan Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut

9 JUNI 2014/RUSPITAA

Pengukuran tinggi badan menggunakan tinggi lutut digunakan untuk pasien yang tidak dapat berdiri
dengan tegak seperti Lansia ataupun yang sedang tirah baring (bed rest) sehingga tidak memungkinkan
untuk dilakukannya pengukuran tinggi badan secara normal. adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :

1. Pasien terlentang pada tempat tidur dengan posisi tempat tidur rata

2. Paha dan betis kiri membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Hal ini dapat dibantu dengan
diberikan penyangga diantara paha dan betis pasien

3. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut. Jika tidak ada dapat
menggunakan meteran

4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut

Selain dalam kondisi terlentang, pasien juga dapat diukur dalam posisi duduk. adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut :

1. Pasien dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah menghadap
kedepan)

2. Lutut kaki mebentuk sudut 90 derajat

3. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri

4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut

Selanjutnya estimasi menggunakan rumus :

Laki-laki = 64,19 + (2,02 TL) (0,04 U)

Perempuan = 84,88 + (1,83 TL) (0,24 U)

Semoga bermanfaat ~

REFRENSI :

Ruliana, dkk., 2012, Pedoman Pengkajian dan Perhitungan Kebutuhan Gizi Edisi 2, Malang : Instalasi Gizi
RSUD Dr.Saiful Anwar
SUMBER 2

Pengukuran estimasi tinggi badan ( untuk kondisi khusus )

A. Perkiraan tinggi badan dengan pendekatan tinggi lutut

Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui tinggi badan dari
subjek, terutama subjek yang tidak dapat berdiri. Kaki yang diukur adalah kaki sebelah kiri. Alat yang
digunakan yaitu caliper, meteran/medline.

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan. Sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut
bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi
penurunan masa tulang. Yang dapat mengakibatkan bungkuk. Sehingga sulit untuk mendapatkan data
tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang
yang berusia >59 tahun.

Cara pengukuran tiggi lutut


Pertama : Siapkan alat pengukur tinggi lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar.
Kedua : Duduklah di atas kursi yang datar.
Ketiga : Letakkan kaki di atas alat pengukur tinggi lutut yang berbentuk siku-siku dan
sesuaikan posisi lutut dengan sudut siku-siku pada alat pengukur tinggi lutut.
Keempat : Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang lutut.
Terakhir : Catat hasilnya.

1. Rumus estimasi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut

Utuk menghitung estimasi tingggi badan menggunakan tinggi lutut dapat dihitung menggunakan rumus :

Laki2

64, 19 [0,24 x TL (cm)] + [2,02 x U (th)]

Perempuan (cm)

84,88 [0,24 x TL (cm)] + [ 1,83 x U (th)]

Contoh

Seorang pasien berjenis kelamin laki-laki yang berusia 57 tahun mengalami gagal jantung dan oleh
dokter disarankan untuk istirahat total ( bed rest ). Dengan hasil pengukuran tinggi lutut 70 cm .
tentukan tinggi badan estimasi pasien tersebut.

Penyelesaian :

TB (cm) = 64,19 - [0,04 x TL (cm) + [2,02 x U (th) ]

=64,19 - (0,04 x 70 ) + (2,02 x 57 )

=64,19 2.8 + 115.14

=176.53 cm

2. Rumus yang sering digunakan yaitu :

Pria

(2,02 x tinggi lutut (cm) (0,04 x umur (tahun) ) + 64,19

Wanita

( 1,83 x tinggi lutut ( cm ) (0,24 x umur ( tahun) ) + 84,88

3. Rumus Chumlea

Persamaan perhitungan tinggi badan pada lansia (lanjut usia) dengan deformitas punggung telah
dikembangkan oleh Chumlea.

Tinggi badan diukur menggunakan microtoise, sedangkan tinggi lutut diukur menggunakan knee calliper
dengan akurasi 0,1 cm. Analisis data menggunakan uji beda Wilcoxon signed rank test.
Hasil: Sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan, dengan usia 59-88 tahun. Rata-rata umur
subyek sebesar 718,7 tahun. Reta-rata tinggi badan perempuan dan laki-laki adalah 146,85,6 cm, dan
160,86,2 cm. Reta-rata tinggi badan perempuan dan laki-laki dengan rumus Chumlea, adalah
154,37,03 cm dan 159,16,78 cm, dengan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,077).

Intinya tidak ada perbedaan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan rumus Chumlea.

REFERENSI

Atikah Proverawati, SKM., MPH. Dan Siti Asufah, Skep., Ns. 2009, BUKU AJAR GIZI UNTUK KEBIDANAN ,
yogyakarta , NUHA MEDIKA.

Atikah Proverawati, SKM, MPH dan Erna Kusuma Wati , SKM, M.Si , 2011 , ILMU GIZI UNTUK
KEPERAWATAN DAN GIZI KESEHATAN, yogyakarta , NUHA MEDIKA.

Adisty Cynthia Anggraeni, S. Gz , 2012 , ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS , yogyakarta , Graha
ilmu.

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/4168
SUMBER 3

Pengukuran tinggi badan menggunakan tinggi lutut

Pengukuran tinggi badan menggunakan tinggi lutut biasanya digunakan untuk mengukur pasien yang
tidak bisa berdiri tegak atau seperti lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi
penurunan masa tulang (Menjadi bungkuk) sehingga sukar untuk mendapatkan data tinggi badan yang
akurat.

Penilaian komposisi tubuh pada orang tua sangat diperlukan mengingat golongan usia tersebut relatif
rentan terhadap penyakit. Parameter penting yang digunakan untuk memperkirakan komposisi tubuh
antara lain tinggi badan dan berat badan untuk mendapatkan indeks massa tubuh (IMT), serta massa
lemak.

Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu yang bernama Knemometry. Hasil
pengukuran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea:

TB pria = 64, 19 (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dalam cm)

TB wanita = 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)

Alat Knemometry
langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Pasien dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan bebas kebawah dan wajah menghadap
kedepan) atau dalam keadaan berbaring
2. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk
sudut 90
3. Alat ditempatkan diatara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela
4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut, Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan
ketelitian 0,1 cm

Refrensi:

1. Proverawati, Atika. dkk. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
Medical

2. Murbawani, Etisa Adi. dkk.2012. Tinggi Badan Yang Diukur Dan Berdasarkan Tinggi Lutut
Menggunakan Rumus Chumlea Pada Lansia. Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro dan ikatan
dokter Indonesia wilayah jawa tengah . Volume 46, No. 1

3. Fatmah. 2006. Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan
Usia Dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di DKI Jakarta Dan Tanggerang Tahun 2005. Depertemen Gizi
kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI. Volume 10, No. 1

Anda mungkin juga menyukai