0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
383 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas sumber kesalahan dan cara meminimalisirnya dalam survei konsumsi pangan menggunakan metode food recall 24 jam. Sumber kesalahan terutama berasal dari responden, petugas, dan kesalahan pengkodean. Cara meminimalisirnya adalah melalui training petugas, uji coba instrumen, serta survei pasar untuk mengetahui pangan lokal.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
6. Sumber Kesalahan dan Cara Meminimalis Kesalahan dalam Pengukuran serta Penilaian Hasil Survei Konsumsi Pangan Metode Food Recall 24 Jam
Dokumen tersebut membahas sumber kesalahan dan cara meminimalisirnya dalam survei konsumsi pangan menggunakan metode food recall 24 jam. Sumber kesalahan terutama berasal dari responden, petugas, dan kesalahan pengkodean. Cara meminimalisirnya adalah melalui training petugas, uji coba instrumen, serta survei pasar untuk mengetahui pangan lokal.
Dokumen tersebut membahas sumber kesalahan dan cara meminimalisirnya dalam survei konsumsi pangan menggunakan metode food recall 24 jam. Sumber kesalahan terutama berasal dari responden, petugas, dan kesalahan pengkodean. Cara meminimalisirnya adalah melalui training petugas, uji coba instrumen, serta survei pasar untuk mengetahui pangan lokal.
Beberapa sumber kesalahan yang kemungkinan akan ditemui dalam pengukuran dan penilaian konsumsi pangan metode Food Recall 24 jam adalah: kesalahan pada subyek atau responden, kesalahan pada petugas pewawancara atau enumerator, penggunaan suplemen atau kesalahan pada petugas yang melakukan koding dan menghitung konsumsi pangan. Kesalahan tersebut dapat dimimalisasi dengan training petugas atau enumerator, uji coba instrument di lapang dan survei pasar sebelum SKP dilaksanakan. A. SUMBER KESALAHAN 1. KESALAHAN PADA SUBYEK ATAU RESPONDEN Kesalahan terkait penggunaan metode food recall 24 jam dapat terjadi pada subyek atau responden termasuk kejujuran responden, daya ingat responden, dan the flat slope syndrome. a. Kejujuran Responden Seringkali responden atau subyek melaporkan identitas maupun pangan yang dikonsumsi secara berlebih atau sedikit atau sama sekali tidak dilaporkan. Contoh data tentang pendapatan dan umur responden sering dilaporkan secara berlebih. Saat ditanya ‘berapa usia ibu’? Ia akan menjawab, ah….sudah tua karena sudah mempunyai cucu dua. Responden tsb merasa lebih tua dari pewawancara dan menyebut hampir empat puluhan. Padahal kenyataannya usia baru 35 tahun. Hal ini dapat mempengaruh hasil analisis tingkat kecukupan konsumsi pangan karena menyangkut kesalahan mengitung kebutuhan energy dan zat gizi subyek tsb. Makanan seperti snack dan fast food serta rokok dan alcohol sering tidak dilaporkan. b. Daya Ingat Responden Kesalahan ini hanya terjadi pada survei konsumsi pangan dengan metode food recall 24 jam. Untuk mengatasi hal ini, pewawancara harus dilatih cara ‘probing’ dan menanyakan pangan yang dikonsumsi dari waktu yang terdekat waktu survei, terus mundur kebelakang sampai mencakup periode 24 jam yang lalu. Dapat juga pertanyaan dimulai dari kebiasaan waktu makan, misal bangun tidur, sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, makan malam, makan atau minum sebelum tidur, makan atau minum saat terbangun tengah malam, dst. c. The flat slope syndrome The flat slope syndrome sering ditemui pada penggunaan metode ini yang berkaitan dengan kejujuran responden atau subyek. Pengertian The flat slope syndrome adalah suatu kecenderungan ‘overestimate’ bagi responden yang ‘low intake’ dan kecenderungan ‘underestimate’ bagi responden yang ‘high intake’. Artinya bahwa orang gemuk cenderung sedikit konsumsi pangan yang dilaporkan, sementara orang kurus cenderung melaporkan secara berlebih pangan yang dikonsumsi. 2. Kesalahan pada Pewawancara atau Enumerator a) Intensitas mengabaikan pertanyaan tertentu. Misalnya pertanyaan tentang porsi bakso dianggap tidak penting dan tidak ditanyakan dengan anggapan besar porsi adalah sama untuk semangkok bakso dimanapun. b) Tidak menanyakan apakah subyek mengkonsumsi suplemen atau tidak. c) Kurang benar dalam mencatat respon atau jawaban responden, seperti responden menjawab pisang ambon tetapi hanya dicatat pisang. d) Kesalahan dalam estimasi. Contoh kesalahan ini adalah salah dalam ukuran jumlah yang dikonsumsi. Misal deskripsi ukuran sendok yang digunakan tidak dijelaskan apakah sendok makan atau sendok teh. Skripsi ukuran porsi (serving size) tidak standar, misalnya donat Dunkin dengan donat kampung akan berbeda ukuran. Asumsi pewawancara bahwa jawaban responden adalah seperti rata-rata serving size akan memberikan hasil yang berbeda, contohnya semangkok bakso ada yang lengkap (bakso malang: mie, bakso besar, pangsit, tahu), dan ada yang hanya bakso saja dengan ukuran bakso kecil-kecil. e. Kesalahan dalam koding dan perhitungan. Kesalahan ini terjadi saat memberi kode pada pangan yang dikonsumsi responden. Misal pisang ambon diberi kode sama dengan pisang tanduk, susu full cream diberi kode sama dengan susu skim, maka hasil perhitungan akan bias karena lemak dalam fullcream tidak terhitung yang disebabkan kesalahan kode. Perhitungan juga akan salah bila perkiraan besar porsi dari URT (ukuran rumah tangga) kedalam berat gram tidak tepat. 3. KONSUMSI SUPLEMEN Konsumsi suplemen sering diabaikan oleh pewawancara maupun oleh subyek. Bila konsumsi suplemen lupa ditanyakan oleh pewawancara, maka subyekpun tidak akan ingat apalagi melaporkan sehingga tidak dicatat. Hal ini akan mempengaruhi hasil ketika dihitung asupan zat gizi subyek. Jenis suplemen dapat berupa makanan, minuman, tablet/kapsul/sirup yang mengandung vitamin dan mineral. Agar hasil recall akurat maka harus ditanyakan jenis suplemen, kandungan zat gizi dan merek serta harganya. MINIMALISASI KESALAHAN 1. Training enumerator Tujuan training agar enumerator mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama, serta trampil dan cekatan dalam menggunakan metode food recall 24 jam di lapang. enumerator harus mampu menjalin hubungan baik, ramah dan empati dengan responden. wawancara akan meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi kemarin selama 24 jam yang lalu (dari waktu tengah malam sampai dengan waktu tengah malam lagi) seakurat mungkin (untuk memperoleh hasil yang standar antar responden dianjurkan mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur). dijelaskan bahwa seluruh informasi yang disampaikan akan dijaga kerahasiaannya. Pewawancara tidak boleh menunjukkan keheranan, kesetujuan atau sebalikya terhadap jawaban subyek (jangan menghakimi subyek). 2. Try-out (uji coba instrument di lapang) Tujuan try-out agar enumerator mengenal lapangan dan terlatih dalam menggunakan instrument survei konsumsi pangan. Tujuan lain adalah mengidentifikasi periode waktu wawancara, kemungkinan kendala yang muncul di lapang, untuk mendapatkan masukan dan perbaikan instrument. 3. Survei pasar local Survei pasar local merupakan survei pendahuluan yang sangat penting yang harus dilakukan sebelum survei konsumsi pangan dilakukan. Tujuannya agar enumerator mengenal jenis dan harga pangan setempat, standar porsi dan standar resep sehingga memudahkan dalam wawancara karena mempunyai persepsi yang sama terhadap pangan yang dikonsumsi. Tujuan lain adalah agar dapat menilai kandungan energi dan zat gizi pangan yang tersedia di pasar lokal tersebut. Berbagai alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan akurasi hasil pengukuran konsumsi pangan 1. Bahan pangan sesungguhnya (riil). 2. Food model tiga dimensi. 3. Model ukuran dan bentuk tiga dimensi. 4. Buku foto atau gambar. 5. Alat makan dan minum. 6. Alat penggaris.