Anda di halaman 1dari 20

PENGUKURAN KONSUMSI PANGAN DENGAN METODE FOOD WEIGHING

(PENIMBANGAN PANGAN)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penilaian konsumsi pangan dengan
Dosen Pengampu:
Yensasnidar, S.Gz, M.Pd
Tika Dwi Adfar, M.Biomed

Disusun oleh:

2020273061 DESI DESRI YUNITA


2020273062 RAHMI SATRIA PUTRI
2020273063 NITALEA MAYHESTI
2020273064 DEFI EFRELIA
2020273065 WINA KELTIRA
2020273066 SRI UTARI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan Makalah
Pengukuran Konsumsi Pangan dengan Metode Food Weighing. Dengan selesainya Makalah
Pengukuran Konsumsi Pangan dengan Metode Food Weighing ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Yensasnidar, S.Gz, M.Pd dan 2. Ibu Tika Dwi
Adfar, M.Biomed selaku dosen mata kuliah Penilaian Konsumsi Pangan yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah yang berjudul “Pengukuran Konsumsi
Pangan dengan Metode Food Weighing”.
Kami tentu menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan ............................................................................................... 6
1.4 Batasan Masalah ............................................................................... 6

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Food Weighing................................................................ 7
2.2 Tujuan Food Weighing...................................................................... 8
2.3 Peralatan Food Weighing................................................................... 10
2.4 Formulir Food Weighing................................................................... 12
2.5 Teknis Pelaksanaan Food Weighing.................................................. 14

BAB 3 SIMPULAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 18
3.2 Saran.................................................................................................. 18

Daftar Pustaka............................................................................................. 19

LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survei konsumsi, terutama recall 24 jam banyak yang digunakan dalam penelitian
kesehatan dan gizi. Pelaksanaan kegiatan survei konsumsi makanan ini merupakan suatu
keahlian atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang ahli gizi, karena dari pelaksanaan
survei konsumsi makanan inilah akan didapatkan data untuk membuat kebijakan oleh
pemerintah dan keputusan oleh seorang ahli gizi.
Di Amerika Serikat survei konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara
dalam penentuan status gizi (willet,1990). Indonesia telah melaksanakan survei konsumsi
pangan ini dalam skala besar, seperti Survei Diet Total (SDT) yang dilaksanakan pada tahun
2014 yang lalu, dan melibatkan 33 propinsi, beberapa ratus kecamatan dari 6.793 kecamatan,
beberapa ribu kluster dari 79.075 kelurahan/desa, serta ratusan ribu individu yang ada di
seluruh Indonesia. Metode yang digunakan saat itu adalah recall (kualitatif) yang digabung
dengan metode penimbangan / weighing (kuantitatif) untuk beberapa bahan/makanan yang
baru dikenal atau muncul disuatu daerah.
Metode pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran survei konsumsi
makanan ini dikenal dengan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan gabungan. Namun, harus
diakui bahwa masing-masing pendekatan yang ada tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, petugas pelaksana harus mampu menggunakan pendekatan
terpilih yang mempunyai bias sekecil mungkin agar hasil yang didapatkan mendekati hasil
ukur yang sebenarnya.
Dewasa ini dalam menilai tingkat kecukupan zat gizi individu ataupun masyarakat
bukan lagi perkara yang sulit untuk dilakukan. Banyak metode yang kini dapat dilakukan
sesorang untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu maupun kelompok masyarakat.
Salah satu metode yang dapat di lakukan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu
maupun kelompok masyarakat yaitu dengan cara tidak langsung dengan menggunakan
metode survei konsumsi pangan.

4
Survey konsumsi makanan merupakan metode yang dapat digunakan untuk
menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Tujuan survey konsumsi makanan
adalah untuk pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi pada tingkat kelompok,
rumah tangga dan perorangan, sehingga diketahui kebiasaan makan dan dapat dinilai
kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan
survei konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga.
Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan
status gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau
masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan
kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.
Terdapat dua macam jenis penilaian survei konsumsi pangan ini, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi
makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon, metode pencatatan
makanan (food list). Sedangkan untuk metode kuantitatif salah satunya dapat menggunakan
metode Food Weighing (Penimbangan Pangan), yang mana akan di bahas lebih mendalam
dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang disampaikan terdapat beberapa masalah yang
menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut.
 Apa yang dimaksud dengan food weighing?
 Apa tujuan pengukuran metode food weighing?
 Siapa saja sasaran dari metode food weighing?
 Bagaimana metode pengukuran dengan food weighing?
 Apa saja kelebihan dan kelemahan metode food weighing?
 Apa saja peralatan pengukuran dengan metode food weighing?
 Bagaimana teknis pelaksanaan metode food weighing?
 Bagaiman teknis pengisian formulir food weighing?

5
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut.
 Mengetahui apa yang dimaksud dan pengertian dari food weighing.
 Mengetahui tujuan pengukuran metode food weighing.
 Mengetahui siapa saja sasaran dari metode food weighing.
 Megetahui bagaimana metode pengukuran dengan food weighing.
 Mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan metode food weighing.
 Mengetahui peralatan pengukuran dengan metode food weighing.
 Mengetahui bagaimana teknis pelaksanaan metode food weighing.
 Mengetahui teknis pengisian formulir food weighing?

1.4 Batasan Masalah


Makalah ini terbatas membahas masalah Pengukuran Konsumsi Pangan dengan
Metode Food Weighing (Penimbangan Makanan).

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Food weighing adalah salah satu metode penimbangan makanan yang merupakan metode
survei konsumsi pangan yang bersifat kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mengukur
konsumsi makanan pada tingkat individu. Metode penimbangan dapat dijadikan sebagai
standar baku ( gold standar ) konsumsi makanan yang dikonsumsi dalam periode tertentu.
Metode penimbangan ini dapat dilakukan pada suatu institusi yang menyelenggarakan
penyelenggaraan makanan, contohnya pada rumah sakit, asrama, sekolah, perusahaan dan
institusi-institusi lain yang menyelenggarakan penyelenggaraan makanan banyak. Pada
metode penimbangan makanan ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari.
Penilaian konsumsi pangan dengan metode Food Weighing merupakan metode survei
konsumsi pangan dengan teknik penimbangan dan pencatatan makanan yang dilakukan oleh
responden. Pada metode penilaian konsumsi pangan dengan metode Food Weighing
responden melakukan penimbangan semua makanan yang dikonsumsi dan mencatatnya pada
sebuah formulir yang telah disediakan. Metode ini membutuhkan kerjasama yang cukup
tinggi dengan responden, karena responden harus menimbang sekaligus mencatat makanan
yang dikonsumsi selama periode yang ditentukan. Apabila dalam periode tersebut responden
mengkonsumsi makanan di luar rumah, tentu responden juga harus membawa timbangan
makanan dan peralatan untuk mencatat makanan yang dikonsumsi selama berada di luar
rumah.
Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul data melakukan
penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang sisa makanan yang tidak
dikonsumsi oleh seseorang. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum
dikonsumsi dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi. Penimbangan makanan
dengan menggunakan timbangan makanan dan dicatat dalam satuan gram dengan tujuan
mengetahui bobot makanan yang dikonsumsi.

7
2.2 TUJUAN
Food weighing bertujuan untuk mengetahui angka kecukupan gizi kelompok, metode
pengukuran konsumsi makanan secara kuantitatif pada tingkat perorangan yang digunakan
untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung asupan zat
gizinya. Adapun kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat,
sedangkan kekurangan nya yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, mahal karena
membutuhkan peralatan dan ada kemungkinan responden merubah kebiasaan makan mereka
jika penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama.

2.3 SASARAN
Sasaran dari metode food weghing ini adalah individu dan juga dapat dipakai untuk suatu
institusi yang menyelenggarakan penyelenggaraan makanan, contohnya pada rumah sakit,
asrama, sekolah, perusahaan dan institusi-institusi lain yang menyelenggarakan
penyelenggaraan makanan banyak.

2.4 METODE
Penilaian konsumsi makanan dengan metode food weighing menggunakan metode
kuantitatif. Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Makanan ( DKBM ) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga
( URT ), Daftar Konversi Mentah Masak ( DKMM ) dan daftar penyerapan minyak. Pada
metode food weighing ini ahli gizi/ petugas pengumpul data melakukan penimbangan
makanan yang dikonsumsi dan menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh
seseorang selama 1 hari. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum
dikonsumsi dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi. Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan timbangan makanan dan dicatat dalam gram dengan tujuan mengetahui
bobot makanan yang dimakan.

Langkah – langkah pelaksanaan metode food weighing :


1) Petugas menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam
formulir yang telah disediakan
2) Setelah responden mengkonsumsi makananya, lakukan kembali penimbangan
sisa makanan yang tidak dikomsumsi oleh responden

8
3) Jumlah makanan yang dikomsumsi adalah berat makanan sebelum
dikomsumsi dikurangi dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi
4) Tentukan jenis dari bahan makanan yang tidak dikonsumsi
5) Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk setiap bahan makanan
6) Tentukan berat mentah dari bahan makanan
7) Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikomsumsi responden
Perlu diperhatikan disini adalah biasanya terdapat sisa makanan setelah
dimakan, makan perlu juga dihitung sisa tersebut untuk mengetahui jumlah
sesungguhnya yang dikonsumsi.

Metode food weighing mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan


dengan metode survei konsumsi pangan yang lain. Kelebihan dari metode food
weighing ini adalah:
a. Data yang dihasilkan akurat, karena responden menimbang dan mencatat
makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga dapat mengurangi bias
dari kesalahan estimasi baik oleh responden maupun pengumpul data.
b. Metode food weighing dapat menyediakan data secara kuantitatif sehingga
jumlah asupan zat gizi responden dalam sehari dapat diketahui.
c. Dapat mengurangi bias yang disebabkan karena keterbatasan ingatan
responden, karena dalam metode food weighing responden langsung
menuliskan makanan yang dikonsumsi.

Selain mempunyai kelebihan, metode food weighing juga mempunyai


kelemahan. Kelemahan dari metode food weighing ini adalah:
a. Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dengan responden, karena
responden diminta untuk menimbang dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama periode tertentu.
b. Metode food weighing sangat membebani responden karena responden
harus menimbang dan menuliskan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama periode penelitian. Jika ada sisa makanan, responden
juga harus melakukan penimbangan sisa makanan tersebut.
c. Keakuratan data konsumsi makanan tergantung kemampuan responden
dalam menimbang dan menuliskan bahan makanan, metode pengolahan
makanan dan perkiraan atau estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi.
9
d. Keakuratan data dari metode food weighing ini juga sangat tergantung dari
kejujuran responden dalam melaporkan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Sebagian responden mungkin tidak melaporkan beberapa
konsumsi makanan karena beberapa alasan, seperti pada saat
mengkonsumsi makanan di luar rumah.
e. Metode food weighing tidak cocok digunakan untuk responden yang buta
huruf.
f. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengumpulan data.

Penimbangan makanan sebaiknya dilakukan dalam setiap kali waktu makan


selama periode yang ditentukkan. Penimbangan makanan dilakukan untuk setiap jenis
makanan yakni bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan.

2.5 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam metode food weighing :
 Timbangan digital/ timbangan jarum
Timbangan makanan ada dua jenis, yaitu timbangan manual atau jarum dan
timbangan digital. Disarankan menggunakan timbangan digital menimbang
bahan pangan ini karena berat makanan yang ditimbang tidak terlalu besar.
Ketelitian timbangan digital yang digunakan bisa 1 gram atau 0,1 gram.
Prosedur menimbang bahan pangan dengan timbangan digital adalah sebagai
berikut :
1. Siapakan bahan yang akan ditimbang.
2. Tempatkan timbangan pada tempat yang datar, beri alas untuk
menempatkan bahan pangan. Alas dapat berupa plastik, piring kertas atau
sterofoam. Untuk minuman atau makanan yang berkuah dapat
menggunakan gelas atau mangkok plastik.
3. Tekan tombol on/off untuk menyalakan.
4. Setelah menunjukkan angka 0, tempatkan bahan pangan yang akan
ditimbang.
5. Timbangan akan menunjukkan angka berat bahan pangan.
6. Catat berat bahan pangan diformulir yang disediakan.

10
 Alat ukur makanan
Alat ukur makanan yang digunakan antara lain sendok ukur, yaitu sendok
dalam berbagai ukuran dan gelas ukur yang mempunyai garis-garis untuk
menunjukkan ukuran cairan dalam mililiter (ml).
 Alat makan
Alat makan yang harus disediakan antara lain sendok makan, sendok teh,
sendok nasi dalam berbagai ukuran, sendok sayur, gelas minum dan piring
makan.
 Pisau digunakan untuk memotong bahan makanan dalam berbagai bentuk
ukuran rumah tangga yang biasa digunakan.
 Talenan
Talenan dapat menggunakan talenan yang terbuat dari plastik atau kayu,
digunakan sebagai alas saat memotong bahan pangan. Sebaiknya pisahkan
talenan untuk makanan yang sudah diolah dengan bahan makanan yang masih
mentah.
 Formulir penimbangan
No. Nama Pangan (Makanan, Ukuran Rumah Berat (gr)
Minuman, Bahan Makanan) Tangga

URT merupakan takaran atau ukuran bahan makanan yang umum digunakan
dan dipahami oleh semua orang. Berikut ini beberapa contoh URT yang sering
digunakan.
bh = buah g = gram
bj = biji kcl = kecil
btg = batang ptg = potong
btr = butir sdg = sedang
bsr = besar sdm = sendok makan
gls = gelas (240 ml) sdt = sendok teh
kh = kandungan karbohidrat

 Daftar analisis zat gizi dan daftar penukar

11
Daftar analisis zat gizi digunakan untuk mengetahui nilai gizi makanan. Daftar
analisa zat gizi yang bisa digunakan antara lain Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM) dan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI).
 Kalkulator dan alat tulis
Sediakan kalkulator dan alat tulis untuk menghitung merat mentah dan
menghitung penyerapan minyak.

2.6 FORMULIR
Formulir food weighing

Nama Responden : Kode Responden:


Pengumpul Data :
Hari / Tanggal :

Waktu Nama Berat Sisa Jumlah Faktor Bahan Berat


Makan Hidangan Masak Makan makanan konversi Makanan Mentah
(gram) (gram) yang penyerapan Bahan
dikonsumsi minyak Makanan
(gram) (gram)

Penjelasan pengisian formulir food weighing:


 Waktu Makan
Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan,
misalnya pagi, siang atau malam. Waktu makan dapat juga diisi dengan
keterangan jam misalnya 07.00, 10.00, 12.00, 15.00, 19.00.
 Nama Hidangan
Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh
responden misalnya Nasi Goreng, Telur Dadar, Tempe Bacem, Sayur Kangkung,
dan lain-lain.

12
 Berat Masak
Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh
responden. Ditimbang sesaat sebelum disajikan pada responden. Berat makanan
ditulis dalam satuan gram.
 Sisa Makanan
Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh
responden. Sisa makanan ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Jika
semua makanan yang dihidangkan habis, maka sisa makanan adalah 0 gram.
 Jumlah Makanan yang Dikonsumsi
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum
dikonsumsi dikurangi dengan sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi
ditulis dalam satuan gram.
 Faktor Konversi Matang Mentah
Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang
mentah yang bisa diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah yang
keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman
Konversi Berat. Matang-Mentah Berat Dapat Dimakan (BDD) Dan Resep
Makanan Siap Saji dan Jajajan.
 Persentase Penyerapan Minyak
Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak
dari makanan bisa diperoleh dari daftar penyerapan minyak goreng yang
keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman
Perkiraan Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng.

Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang

2.7 TEKNIS PELAKSANAAN


Proses food weighing ini, semua makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi,
siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan ditimbang dalam keadaan
mentah (AP). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap santap serta makanan

13
pemberian. Selain itu dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula,
garam, merica, kopi, dan sebagainya pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan
malam atau keesokan harinya. Setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak
dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat
dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan
pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk
bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung
konsumsi aktual (Kusharto & Sa’diyah 2008).
Contoh cara mengisi formulir food weighing Seorang Ahli Gizi ingin mengetahui asupan
zat gizi sarapan pagi dari Pasien Ny.A yang tinggal di Asrama Perguruan Tinggi tempat
Mahasiswa tersebut menimba ilmu. Annisa melakukan metode food weighing untuk
mengukur asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada tanggal 26 Oktober 2020.
Sarapan pagi di Asrama tersebut disediakan sekitar jam 07.00 WIB. Menu sarapan
mahasiswa pada saat ahli gizi melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut: 1. Nasi
putih 2. Telur goreng 3. Tahu goreng Bening bayam 5. Pepaya
Ahli gizi melakukan penimbangan semua makanan atau hidangan tersebut menggunakan
timbangan digital sehingga diperoleh berat makanan tersebut sebelum dikonsumsi sebagai
berikut: 1. Nasi putih : 100 gram 2. Telur goreng : 50 gram 3. Tahu goreng : 80 gram 4.
Bening bayam : 100 gram 5. Pepaya : 130 gram
Setelah Pasien Ny.A mengkonsumsi sarapannya, sebagian dari hidangan atau makanan
tersebut ada yang habis dan sebagian masih ada sisanya. Makanan yang tidak bersisa adalah
telur goreng, tahu goreng dan pepaya. Sedangkan nasi putih dan bening bayam masih bersisa.
Untuk mengetahui berat makanan sisa, maka Ahli Gizi melakukan penimbangan terhadap
makanan sisa tersebut dengan berat makanan sisa sebagai berikut: 1. Nasi putih : 20 gram 2.
Bening bayam : 30 gram. Pengisian formulir food weighing seperti tabel berikut:

Contoh Pengisian Formulir food weighing

Nama Responden : Ny. A Kode Responden:01


Pengumpul Data : Ahli Gizi
14
Hari / Tanggal : 26 Oktober 2020

Waktu Nama Berat Sisa Jumlah Faktor Faktor Bahan Berat


Makan Hidangan Masak Makanan makanan Konversi konversi Makanan Mentah
(gram) (gram) yang mentah penyerapan Bahan
dikonsumsi masak minyak Makanan
(gram) (gram)
1 2 3 4 5 6 7 8
Pagi Nasi 100 20 80 0,4 - Beras 32
07.00 Telur grg 50 0 50 0,9 8% Telur 45
Minyak 4
Bening 100 30 70 1,1 - Bayam 77
Bayam
Tahu grg 80 0 80 1,1 5% Tahu 88
Minyak 4
Pepaya 130 0 100 - - Pepaya 130

Penjelasan pengisian formulir food weighing:


1. Waktu makan
Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan, yaitu jam
07.00 WIB.
2. Nama hidangan
Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh responden yaitu
nasi putih, telur goreng, tahu goreng, bening bayam, pepaya.

3. Berat Masak
Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh responden.
Ditimbang sesaat sebelum disajikan pada responden, nasi putih : 100 gram; telur
goreng: 50 gram, tahu goreng : 80 gram; bening bayam: 100 gram dan pepaya : 130
gram.
4. Sisa Makanan
Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. Sisa
makanan ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Makanan yang bersisa
adalah nasi putih : 20 gram dan bening bayam : 30 gram, sedangkan makanan yang
lainnya dikonsumsi sampai habis.

15
5. Jumlah makanan yang dikonsumsi
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi
dikurangi dengan sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah sebagai
berikut :
a. Nasi putih = 100 – 20 = 80 gram
b. Telur goreng = 50 -0 = 50 gram
c. Tahu goreng = 80 -0 = 80 gram
d. Bening bayam = 100 – 30 = 70 gram
e. Pepaya = 130 -0 = 130 gram.
6. Faktor konversi matang mentah
Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang mentah
yang bisa diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah yang keluarkan
oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Konversi Berat
MatangMentah Berat Dapat Dimakan (BDD) Dan Resep Makanan Siap Saji dan
Jajajan. Daftar konversi mentah matang adalah sebagai berikut :
a. Nasi putih : 0,4
b. Telur goreng : 0,9
c. Tahu goreng : 1,1
d. Bening bayam : 1,1
e. Pepaya : - (karena dikonsumsi langsung tanpa proses pengolahan atau pemasakan).
7. Persentase penyerapan minyak
Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak dari
makanan yang digoreng. Persentase penyerapan minyak dapat diperoleh dari Daftar
penyerapan minyak goreng yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014
dalam Buku Pedoman Perkiraan Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng.
Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang. Persentase minyak
untuk telur ayam goreng adalah 8% dan untuk tahu goreng adalah 5%. Jumlah minyak
terserap adalah sebagai berikut.
a. Jumlah minyak terserap untuk telur goreng 8/100 x 50 gram = 4 gram
b. Jumlah minyak terserap untuk tahu goreng 5/100 x 80 gram = 4 gram.
8. Bahan makanan
Bahan makanan diisi dengan bahan makanan yang digunakan dalam hidangan. Jika di
dalam hidangan terdapat beberapa bahan, diuraikan bahan makanan yang terdapat
dalam hidangan tersebut. Bahan makanan untuk menu sarapan di atas adalah:
16
a. Nasi putih : beras
b. Telur goreng : telur dan minyak
c. Tahu goreng : tahu dan minyak
d. Bening bayam : bayam dan air (air tidak ditulis karena tidak mengandung kalori)
e. Pepaya.
9. Berat mentah bahan makanan
Berat mentah bahan makanan diisi dengan berat mentah bahan makanan. Berat
mentah bahan makanan diperoleh dengan mengalikan berat matang dikalikan faktor
konversi matang mentah.
Berat mentah = berat matang x faktor konversi
Berat mentah = 50 x 0,9 = 45 gram
a. Nasi putih : beras
Berat mentah beras = 100 x 0,4 = 40
c. Telur goreng : telur
Berat mentah telur = 50 x 0,9 = 45 gram
e. Tahu goreng : tahu
Berat mentah tahu = 80 x 1,1 = 88
g. Bening bayam : bayam
Berat mentah bayam = 70 x 1,1 = 77
i. Pepaya = 130 gram

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei konsumsi
pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh
responden. Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul data

17
melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang sisa
makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang.
Pola konsumsi pangan dapat dilihat dari distribusi pangan melalui food weighing.
Hal yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan yang dikonsumsi dan dihitung
kandungan gizinya serta tingkat kecukupan. Agar bahan pangan yang dikonsumsi
dapat memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan.
Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi dikurangi
dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.

3.2 SARAN
1. Saran
Penilaian konsumsi pangan dengan metode food weighing sangat
memerlukan ketelitian dalam penimbangan makanan. Pemilihan bahan pangan
untuk suatu menu sebaiknya berpedoman kepada bahan makanan beragam dan
berimbang. Selain itu, metode ini cukup rumit, tidak praktis, dan membutuhkan
waktu yang lama sehingga perlu kesabaran dalam proses pengambilan data.

Daftar Pustaka

Supariasa, I Dewa Nyoman, et al., Penilaian Status Gizi, (Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC,2002)

18
Kementerian Kesehatan RI.2014. Pedoman Konversi Berat Matang-Mentah, Berat
Dapat Dimakan (BDD) dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajanan. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI.2014. Buku Foto Makanan Survei Konsumsi Makanan


Individu. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI..

Kementerian Kesehatan RI.2014. Pedoman Umum Survei Konsumsi Makanan


Individu.Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI..

Kementerian Kesehatan RI.2014. Perkiraan Jumlah Garam dan Penyerapan Minyak


Goreng. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Sirajuddin, Mustamin, Nadimin, Rauf S.2015. Survei Konsumsi Pangan. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

LAMPIRAN

Formulir food weighing

Nama Responden : Kode Responden:


19
Pengumpul Data :
Hari / Tanggal :

Waktu Nama Berat Sisa Jumlah Faktor Bahan Berat


Makan Hidangan Masak Makan makanan konversi Makanan Mentah
(gram) (gram) yang penyerapan Bahan
dikonsumsi minyak Makanan
(gram) (gram)

20

Anda mungkin juga menyukai