Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

ETIKA PROFESI (GIZI)

Dosen Pengampu : Sri Siswati,

Oleh

Kelompok 6

Miftakhul Huda (1611216064)

Arica (1611216065)

Cladya Atika (1611216067)

Tantri Shinta Putri (1611216068)

Ratih Alfadhia Putri (1611216070)

Wahyu Agung P. (1611216072)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
ETIKA PROFESI GIZI

A. Definisi

Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir sama bunyinya, namun berbeda

artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan atau adat, sedangkan yang

kedua dari kata ethos, yang artinya perasaan batin atau kencenderungan batin yang

mendorong manusia dalam perilakunya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika dijelaskan

dengan membedakan tiga arti sebagai berikut :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak)

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.

Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam

setiap tingkah laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan.

“Nilai” dimaksudkan kondisi atau kualitas suatu benda atau suatu kegiatan yang

membuat eksistensinya, pemilikannya, atau upaya mengejarnya menjadi sesuatu yang

diinginkan oleh individu-individu masyarakat. Nilai tidak selalu bersifat subjektif,

karena ia tetap mengacu pada konteks sosial yang membentuk individu dan yang pada

gilirannya dipengaruhi olehnya. Aspek nilai inilah yang menjadikan etika sebagai

suatu teori mengenai hubungan antar pribadi dan membedakannya dari nilai-nilai

intelektual atau estetis semata-mata. Nilai etis secara logis dapat diwujudkan dalam

hubungannya antara manusia dengan sesama manusia


B. Pengertian Etika

Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau

adat. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the

performance index or reference for our control system.

Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala

sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu

sendiri. Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral menyangkut akhlak

manusia. Misalnya, perbuatan seseorang dikatakan melanggar nilai-nilai moral dapat

diartikan pula bahwa perbuatan tersebut melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang

berlaku di masyarakat.

C. Fungsi Etika

Menurut Bertens, (1994) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma

moral yang menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam mengatur

perilakunya.

Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah kode etik.Etika

mempunyai arti lagi yaitu ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika disini sama artinya

dengan filsafat moral.

D. Macam-Macam Etika

Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap

dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika Deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan

tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

Etika normatif, yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang

seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etika Normatif juga memberi

penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan

dilakukan.

E. Pembagian Etika

Etika umum mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana seharusnya

manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis, teori-teori etika dan

prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolok

ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat pula dianalogkan

dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori etika.

Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan.

Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam

kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral. Namun,

penerapan itu dapat juga berwujud Bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan

dalam kehidupan terhadap sesama.

F. Syarat Menjadi Ahli Madya Gizi Profesional

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.

2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.

3. Keberadaanya diakui dan diperlukan oleh masyarakat


4. Mempunyai kewenangan yang di sahkan atau diberikan oleh pemerintah

5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas

6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur

7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah

8. Memiliki etika ahli gizi

9. Memiliki standar praktek

10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai

kebutuhan pelayanan

11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi

G. Ahli Gizi sebagai tenaga Profesional

Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti

pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian

kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikan

pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010).

RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan

mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk

memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugas

melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi kronis

(ADA, 2007).

Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat

2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan


3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah

4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku

5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya

6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya

8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup

9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif

10. Otonomi dalam melakukan tindakan

11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir

12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik

13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi)

H. Penyebab peran ahli madya gizi tidak maksimal

1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup

semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.

2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara

ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.

3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height

caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan

timbangan berat badan.

4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya

sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.


5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga

memungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.


KODE ETIK AHLI GIZI (PERSAGI, 2010)

Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan

memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya

perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.

Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi olehfalsafah dan nilainilai

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

A. Kewajiban Umum

1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan

kecerdasan dan kesejahteraan rakyat

2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan

budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri

3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.

4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.

5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam

menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan

dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.

6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak

lain atau membuat rujukan bila diperlukan.

7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban

senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.


8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya

berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B. Kewajiban Terhadap Klien

1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi

pelayanan gizi atau di masyarakat umum.

2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien

masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal

dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.

3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik

setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan

diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak

menunjukkan pelecehan seksual.

4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.

5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan

klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.

6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa

berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat

1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,

informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan

termasuk makanan dan terapi gizi/diet.

2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah

gizi di masyarakat.

4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan

meningkatkan status gizi masyarakat.

5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang

sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.

6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban

hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan

bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan

optimal di masyarakat.

7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban

senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau

menyesatkan masyarakat.

D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja

1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara

optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu

sebagai mitra kerja di masyarakat.

2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau

disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,

kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.

3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi

dan mitra kerja.

E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri


1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh

profesi.

2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam

menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka

terhadap perubahan lingkungan.

3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan

pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat

orang lain yang benar.

4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh

kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai

dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli

gizi diperkerjakan).

5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk

melawan hukum.

6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.

7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau

kebesaran seseorang.

8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

F. Tanggung jawab dan kewajiban Ahli Gizi terhadap profesi

1. Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi Gizi dengan menunjukan Sikap,

perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan kepentingan pribadi


a. Ahli Gizi tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan etika

profesi gizi seperti:

1) Meminta imbalan yang berlebihan untuk jasa yang diberikan

2) Mencantumkan nama sebagai penanggung jawab,penulis,atau konsultan suatu

kegiatan yang a sendiri sama sekali tidak terlibat

3) Mencantumkan namanya sebagai Ahli Gizi dalam iklan yang isinya

menyesatkan

4) Menggunakan nama organisasi profesi untuk kepentingan pribadi yang

merugikan organisasi. Misalnya menggunakan nama PERSAGI tanpa izin

organisasi untuk kegiatan atau usaha pribadi

b. Ahli Gizi dapat memberikan pelayanan gizi hendaknya menerapkan standar

praktek setinggi-tingginya atas dasar kemanusiaan tana membedakan asal,suku

bangsa,agama dan tingkat sosial ekonomi

c. Ahli Gizi dituntut bersikap disiplin, jujur, ramah, sopan, menghargai orang lain

dan tidak menyombongkan diri.

2. Ahli Gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan kerja sama yang

baik.

Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak lepas

dengan profesi lain. Ahli Gizi hendaknya menjalin hubungan kerja sama yang serasi

dengan profesi dan organisasi lain untuk peningkatan status gizi masyarakat.

Dalam menjalin kerjasama ini seorang Ahli Gizi hendaknya menghargai wewenang dan

pendapat profesi lain sebagai masukan bagi upaya perbaikan gizi.


DAFTAR PUSTAKA

1. https://intanwellisyaputri.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai