PENDAHULUAN
Sebagai suatu profesi, ahli gizi selayaknya mempunyai etika, baik tertulis
maupun tidak tertulis. Seorang ahli gizi diharapkan senantiasa bersikap santun,
berbudi luhur, berkata halus, dan senantiasa lebih mendahulukan kepentingan
orang banyak dalam melaksanakan kegiatan profesi dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. Seorang ahli gizi profesional harus mengerti benar akan
pengertian customer service. Berkaitan dengan ahli gizi seharusnya memahami
benar akan pemikiran yang bersifat etis. Pemikiran etis sebenarnya harus menjadi
sesuatu yang melekat (built in) pada diri profesional. Misalnya perilaku
mempermalukan pasien dimuka orang adalah tidak etis, dan ini secara otomatis
sejiwa dengan perasaan atau etika kita sebagai ahli professional.
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah
satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam
Kepmenkes No. 374 Th. 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan
penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta
menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui
penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat,
serta memecahkan masalah gizi di masyarakat. Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.
1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
(1) Bagaimana prinsip-prinsip moral selama berhubungan dengan klien/pasien?
(2) Bagaimana prinsip-prinsip berpenampilan yang sesuai dalam berhadapan
dengan klien/pasien?
(3) Bagaimana sikap empati, sabar, menghormati, dan sopan dalam mengatasi
masalah klien/pasien di pelayanan gizi?
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui.
(1) Prinsip-prinsip moral selama berhubungan dengan klien/pasien?
(2) Prinsip-prinsip berpenampilan yang sesuai dalam berhadapan dengan
klien/pasien?
(3) Sikap empati, sabar, menghormati, dan sopan dalam mengatasi masalah
klien/pasien di pelayanan gizi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Moral berasal dari bahasa latin / mos / mores, yang berarti kebiasaan
adat. Kata / mos / mores, dalam bahasa latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam Bahasa Indonesia kata moral diterjemahkan
dengan arti susila, adapun pengertian moral yang paling umum adalah
tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum yaitu
berkaitan dengan makna yang baik dan wajar.
3
misalnya, seolah-olah minta supaya diwujudkan dalam bentuk
lukisan, komposisi music, atau cara lain. Dan apabila sudah jadi,
lukisan minta untuk dipamerkan dan music minta untuk
diperdengarkan tetapi pada nilai-nilai moral tututan ini lebih mendesk
dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan imbauan
dari hati nurani.
c.Mewajibkan
Berhubungan erat dengan nilai-nilai moral yang mewajibkan
kita untuk selau absolute dan dengan tidak bias ditawar-tawar. Nilai-
nilai lain sepatutnya diwujudkan atau seyogyanya di akui. Nilai estetis
umpamanya.
d. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan suatu jenis nilai yang bias
ditempatkan begitu saja disamping jenis-jenis nilai lainnya, Biarpun
nilai-nilai moral merupakan nilai-nilai tertingi yang harus dihayati
diatas semua nilai lainnya, seperti sudah menjadi jelas dari analisis
sebelumnya, namun itu tidak berarti bahwa nulai-nilai ini menduduki
jenjang teratas dari suatu hirarki nilai-nilai.
e. Norma moral
(1) Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga
memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Melibatkan
klien/pasien dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan
Asuhan Gizi.
4
(2) Benefesience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan klien/pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi klien/pasien
(kemurahan hati).
Prinsip kemurahan hati adalah:
a. Menghilangkan kondisi-kondisi yang sangat merugikan
b. Mencegah kerugian/kerusakan/kesalahan
c. Berbuat baik
(3) Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua
individu, setiap individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan
berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup
seseorang.
Agar justice tetap dilaksanakan, perlu:
a. Kontrak dengan pasien
b. Kebutuhan individu
c. Upaya individu
(4) Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi
orang lain/pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam
membangun suatu hubungan dengan orang lain. Kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap
otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang
sebenarnya.
(5) Fidelity
Prinsip moral yang menjelaskan kewajiban ahli gizi untuk tetap
setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan
saling percaya antara ahli gizi dan pasien. Kewajiban ini meliputi
menepati janji, menyimpan rahasia dan caring .
Caring memiliki arti:
a. Menjalin hubungan saling percaya antara ahli gizi dengan
klien/pasien
b. Memberi penghargaan pada klien/pasien
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah bagi pasien
d. Membuat klien/pasien sejahtera
5
2.2. Prinsip Pelayanan Prima sebagai Penampilan
6
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan ahli gizi ketika
menghadapi klien/pasien. Memberikan asuhan gizi, ahli gizi menggunakan
keahlian, kata-kata yang lembut, memberikan harapan, dan bersikap
sebagai media pemberi gizi. Sikap ini diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima
adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh
kesabaran, tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Memberikan pelayanan kesehatan, sikap tersebut harus dimiliki oleh
seorang ahli gizi karena sikap ahli gizi juga sangat berpengaruh terhadap
kepuasan klien/pasien. Sikap ahli gizi yang baik dan ramah dapat
menimbulkan rasa simpati klien/pasien terhadap ahli gizi.
7
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini sebaiknya berlandaskan
ilmu pengetahuan, prinsip dari teori ilmu gizi serta penampilan dan sikap
serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada
ahli gizi tersebut. Apabila ahli gizi terampil dalam memberikan asuhan
gizi, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari
asuhan yang diberikan ahli gizi tersebut.
8
Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecenderungan
berpikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh
pasien. Karenanya, simpati lebih bersifat subjektif dengan melihat "dunia
orang lain" untuk mencegah perspektif yang lebih jelas dari semua sisi yang
ada tentang isu-isu yang sedang dialami seseorang.
Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman di antara
orang yang terlibat komunikasi. Dengan demikian, empati bisa dikatakan
sebagai "kunci" sukses dalam berkomunikasi dan ikut memberikan
dukungan tentang apa yang sedang dirasakan klien/pasien sehingga secara
tidak langsung dapat membantu dalam mengatasi masalah klien/pasien.
9
rawat inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien
akan merasakan kenyamanan dalam proses asuhan gizi. Kenyamanan
yang diberikan yaitu dengan memperhatikan keramahan, cara
pencapaian, dan bagaimana timbal balik kepada klien/pasien saat
pelayanan gizi.
(3) Kejujuran
Kejujuran adalah kemampuan untuk mengatakan suatu kenyataan
sebagaimana adanya. Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya
dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki ahli gizi saat berhubungan
dengan klien/pasien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan
saling percaya antara ahli gizi dan klien/pasien. Kejujuran berarti ahli
gizi tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh dari klien/pasien
dalam kapasitasnya sebagai seorang professional tanpa persetujuannya,
kecuali jika klien/pasien merupakan korban atau subjek dari tindakan
kejahatan, maka perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan
dimana ahli gizi menjadi seorang saksi.
10
Dalam hal ini ahli gizi menanyakan kepada pasien atau kepada
keluarga nama panggilan atau kesukaan pasien. Ahli gizi memanggil
pasien/klien dengan nama yang disukai atau panggilan pasien/klien.
(7) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien
Ahli gizi memberikan pendidikan kesehatan yang merupakan
strategi untuk memampukan individu, keluarga, komunitas untuk
mengontrol kesehatan dan faktor yang mempengaruhi ( lingkungan,
kebiasaan, pola hidup) sehingga meningkatkan kualitas hidup sehat dan
merubah kondisi kesehatan. Hal ini karena pada hakekatnya pelayanan
dan asuhan gizi yang diberikan kepada klien/pasien adalah dalam bentuk
pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam
pemulihan dan peningkatan kualitas hidupnya.
11
BAB III
SIMPULAN
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap ahli gizi akan tercermin dalam
setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
asuha gizi. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral
serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam
memberikan asuhan gizi atau dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan
dan dihormati.
Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah baik dan buruk yang sesuai
dengan kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi moral sangat
berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan diri sendiri dan lingkungan
sosial. Dalam setiap pelayanan gizi terdapat prinsip-prinsip moral saat berhubungan
dengan pasien antara lain autonomi, benefesience (kemurahan hati), justice (keadilan),
veracity (kejujuran), fidelity (kesetiaan pada komitmen).
12
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun
Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Chaplin J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Doheny, et al. 1982. Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan. From
(www.kajianpustaka.com) diakses tanggal 8 September 2017
Maria J Wantah. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Usia Dini.
Jakarta: Departmen Pendidikan Nasional
Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org (Diakses pada tanggal 15 April
2015).
Potter, P.A dan Perry, A.G. 1990. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice.
St Louis: The Mosby Company
13