Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan


prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat
keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua
profesi termasuk juga ahli gizi yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan
tercermin dalam standar praktek profesional.(Doheny et all, 1982).

Profesi ahli gizi mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang


berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi ahli gizi untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan asuhan gizi harus mampu dipertanggungjawabkan
dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak
hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.

Sebagai suatu profesi, ahli gizi selayaknya mempunyai etika, baik tertulis
maupun tidak tertulis. Seorang ahli gizi diharapkan senantiasa bersikap santun,
berbudi luhur, berkata halus, dan senantiasa lebih mendahulukan kepentingan
orang banyak dalam melaksanakan kegiatan profesi dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. Seorang ahli gizi profesional harus mengerti benar akan
pengertian customer service. Berkaitan dengan ahli gizi seharusnya memahami
benar akan pemikiran yang bersifat etis. Pemikiran etis sebenarnya harus menjadi
sesuatu yang melekat (built in) pada diri profesional. Misalnya perilaku
mempermalukan pasien dimuka orang adalah tidak etis, dan ini secara otomatis
sejiwa dengan perasaan atau etika kita sebagai ahli professional.

Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah
satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam
Kepmenkes No. 374 Th. 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan
penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta
menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui
penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat,
serta memecahkan masalah gizi di masyarakat. Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
(1) Bagaimana prinsip-prinsip moral selama berhubungan dengan klien/pasien?
(2) Bagaimana prinsip-prinsip berpenampilan yang sesuai dalam berhadapan
dengan klien/pasien?
(3) Bagaimana sikap empati, sabar, menghormati, dan sopan dalam mengatasi
masalah klien/pasien di pelayanan gizi?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui.
(1) Prinsip-prinsip moral selama berhubungan dengan klien/pasien?
(2) Prinsip-prinsip berpenampilan yang sesuai dalam berhadapan dengan
klien/pasien?
(3) Sikap empati, sabar, menghormati, dan sopan dalam mengatasi masalah
klien/pasien di pelayanan gizi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Prinsip-Prinsip Moral

2.1.1 Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin / mos / mores, yang berarti kebiasaan
adat. Kata / mos / mores, dalam bahasa latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam Bahasa Indonesia kata moral diterjemahkan
dengan arti susila, adapun pengertian moral yang paling umum adalah
tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum yaitu
berkaitan dengan makna yang baik dan wajar.

Berikut ini beberapa pengertian moral menurut para ahli, pengertian


moral menurut Chaplin (2006), Moral mengacu pada akhlak yang
sesuaidengan peraturan sosial atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan
yang mengatur tingkah laku.

Pengertian moral menurut Hurlock (1990) moral adalah tata cara


kebiasaan dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya.

Pengertian moral menurut Wantah (2005) moral adalah sesuatu yang


berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar
salah dan baik buruknya tingkah laku.Dari tiga pengertian moral di atas
dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah
baik dan buruk yang sesuai dengan kesepakatan sosial yang mendasari
tindakan atau pemikiran. Jadi moral sangat berhubungan dengan benar
salah, baik buruk, keyakinan diri sendiri dan lingkungan sosial.

2.1.2 Ciri-Ciri dan Nilai Moral

a.Bertanggung jawab berkaitan dengan tanggung jawab kita.


Nilai moral berakitan dengan pribadi manusia. Tetapi hal yang
sama dapt dikatakan juga tentang nilai-nilai yang lain. Yang
khususnya menandai nilai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan
dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral
mengakibatkan seseotang bersalah atau tidak bersalah, karena ia
bertanggung jawab.

b. Berkaitan dengan hati nurani


Semua nilai minat untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu
mengandung semacam undangan atau himbauan. Niali estetis,

3
misalnya, seolah-olah minta supaya diwujudkan dalam bentuk
lukisan, komposisi music, atau cara lain. Dan apabila sudah jadi,
lukisan minta untuk dipamerkan dan music minta untuk
diperdengarkan tetapi pada nilai-nilai moral tututan ini lebih mendesk
dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan imbauan
dari hati nurani.

c.Mewajibkan
Berhubungan erat dengan nilai-nilai moral yang mewajibkan
kita untuk selau absolute dan dengan tidak bias ditawar-tawar. Nilai-
nilai lain sepatutnya diwujudkan atau seyogyanya di akui. Nilai estetis
umpamanya.

d. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan suatu jenis nilai yang bias
ditempatkan begitu saja disamping jenis-jenis nilai lainnya, Biarpun
nilai-nilai moral merupakan nilai-nilai tertingi yang harus dihayati
diatas semua nilai lainnya, seperti sudah menjadi jelas dari analisis
sebelumnya, namun itu tidak berarti bahwa nulai-nilai ini menduduki
jenjang teratas dari suatu hirarki nilai-nilai.

e. Norma moral

Ada banyak sekali macam norma misalnya ada norma yang


menyangkut benda dan norma lain yang menyangkut tingkah laku
manusia. Contoh tentang norma yang menilai benda. Ada 3 macam
norma umum yaitu : norma kesopanan atau norma etiket, norma
hokum dan norma moral.
Norma moral bersifat objektif dan universal
(1)Objektifitas norma moral
(2)Universal norma moral
(3)Menguji norma moral
(4)Norma dasar terpenting : martabat manusia.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Moral Saat Berhubungan dengan Klien/Pasien

(1) Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga
memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Melibatkan
klien/pasien dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan
Asuhan Gizi.

4
(2) Benefesience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan klien/pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi klien/pasien
(kemurahan hati).
Prinsip kemurahan hati adalah:
a. Menghilangkan kondisi-kondisi yang sangat merugikan
b. Mencegah kerugian/kerusakan/kesalahan
c. Berbuat baik

(3) Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua
individu, setiap individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan
berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup
seseorang.
Agar justice tetap dilaksanakan, perlu:
a. Kontrak dengan pasien
b. Kebutuhan individu
c. Upaya individu

(4) Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi
orang lain/pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam
membangun suatu hubungan dengan orang lain. Kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap
otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang
sebenarnya.

(5) Fidelity
Prinsip moral yang menjelaskan kewajiban ahli gizi untuk tetap
setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan
saling percaya antara ahli gizi dan pasien. Kewajiban ini meliputi
menepati janji, menyimpan rahasia dan caring .
Caring memiliki arti:
a. Menjalin hubungan saling percaya antara ahli gizi dengan
klien/pasien
b. Memberi penghargaan pada klien/pasien
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah bagi pasien
d. Membuat klien/pasien sejahtera

5
2.2. Prinsip Pelayanan Prima sebagai Penampilan

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Prima

Hakekat dasar dari pelayaan kesehatan adalah memenuhi kebutuhan


dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan yang apabila berhasil
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Pelayanan kesehatan prima adalah pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan asuhan gizi profesional yang memiliki mutu, kualitas, bersifat
efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan klien/pasien. Pelayanan prima,
sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau
masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap
pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan
demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek
penting dan wajar dalam setiap transaksi.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima

(a) Kemampuan (Ability)


Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi
kemampuan dalam bidang gizi yang ditekuni, melaksanakan komunikasi
yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga
kesehatan lain.
Ahli gizi harus mempunyai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih
lagi pada saat ini ketika ahli gizi dituntut untuk menjadi seorang
profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya
sebatas bidang ilmu gizi, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari ahli
gizi sangat berguna untuk memberikan pelayanan asuhan gizi yang
profesional. Menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan
untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar.
Seorang ahli gizi dikatakan terampil apabila telah dapat memberikan
pelayanan asuhan gizi dengan baik dan benar. Baik dan benarnya ahli gizi
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi mengacu pada dasar
pendidikannya, akan tetapi keterampilan seorang ahli gizi bukan hanya
tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya namun pengalaman
dalam melakukan pelayanan asuhan gizi juga sangat berpengaruh (Zulkifli,
1999).

(b) Sikap (Attitude)

6
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan ahli gizi ketika
menghadapi klien/pasien. Memberikan asuhan gizi, ahli gizi menggunakan
keahlian, kata-kata yang lembut, memberikan harapan, dan bersikap
sebagai media pemberi gizi. Sikap ini diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima
adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh
kesabaran, tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Memberikan pelayanan kesehatan, sikap tersebut harus dimiliki oleh
seorang ahli gizi karena sikap ahli gizi juga sangat berpengaruh terhadap
kepuasan klien/pasien. Sikap ahli gizi yang baik dan ramah dapat
menimbulkan rasa simpati klien/pasien terhadap ahli gizi.

(c) Penampilan (Appearance)


Penampilan ahli gizi adalah penampilan baik berupa fisik maupun
nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari
pihak lain. Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam
20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,
1993)
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadiaan,
status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Ahli gizi yang
memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik ahli gizi dapat mempengaruhi
persepsi klien/pasien terhadap pelayanan atau asuhan gizi yang diterima,
karena tiap klien/pasien mempunyai citra bagaimana seharusnya
penampilan seorang ahli gizi. Penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan ahli gizi tetapi mungkin akan lebih sulit bagi
ahli gizi untuk membina rasa percaya terhadap klien/pasien.

(d) Perhatian ( Attention)


Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap klien/pasien, baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan klien/pasien
maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan ahli
gizi, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menjadi beban bagi orang
lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan.
Kondisi yang diderita oleh klien/pasien terjadi bukan hanya kelemahan
fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada
kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh ahli
gizi kepada pasien, diyakini dapat mempercepat proses penyembuhan
kejiwaannya sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi.

(e) Tindakan (Action)

7
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini sebaiknya berlandaskan
ilmu pengetahuan, prinsip dari teori ilmu gizi serta penampilan dan sikap
serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada
ahli gizi tersebut. Apabila ahli gizi terampil dalam memberikan asuhan
gizi, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari
asuhan yang diberikan ahli gizi tersebut.

(f) Tanggung jawab (Accountability)


Ahli gizi merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan
berinteraksi langsung dengan klien/pasien, baik itu klien sebagai individu,
keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan
gizi dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika profesi
gizi.
Agar seorang ahli gizi dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
maka ahli gizi harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari yaitu :
ahli gizi membantu klien/pasien untuk mencapai tingkat kesehatan
optimum dengan cara memberikan asuhan gizi, ahli gizi membantu
meningkatkan autonomi klien/pasien mengekspresikan kebutuhannya, ahli
gizi mendukung martabat kemanusiaan dan berperilaku sebagai advokat
bagi klien/pasien, ahli gizi menjaga kerahasiaan klien/pasien, dan bekerja
dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1. Mengutamakan pelanggan
2. Sistem yang efektif
3. Melayani dengan hati nurani
4. Perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

2.3. Sikap Empati dalam Mengatasi Masalah Klien/Pasien

2.3.1 Pengertian Empati

Seorang ahli gizi dengan empatinya akan membantu klien/pasien.


Ahli gizi berkeharusan bersikap baik dan santun kepada seluruh
klien/pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia
sekalipun. Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar
dan tepat dalam segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Sikap ahli gizi
kepada klien/pasien disesuaikan dengan usia pasien. Hal ini menguatkan
bahwa kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh
ahli gizi agar asuhan gizi lebih efektif.
Empati merupakan perasaan "pemahaman" dan "penerimaan" ahli
gizi terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan
"dunia pribadi pasien". Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif, dan
tidak dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain.

8
Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecenderungan
berpikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh
pasien. Karenanya, simpati lebih bersifat subjektif dengan melihat "dunia
orang lain" untuk mencegah perspektif yang lebih jelas dari semua sisi yang
ada tentang isu-isu yang sedang dialami seseorang.
Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman di antara
orang yang terlibat komunikasi. Dengan demikian, empati bisa dikatakan
sebagai "kunci" sukses dalam berkomunikasi dan ikut memberikan
dukungan tentang apa yang sedang dirasakan klien/pasien sehingga secara
tidak langsung dapat membantu dalam mengatasi masalah klien/pasien.

2.3.2 Perilaku Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan


untuk berdedikasi bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis,
pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien
(Florence Nightingale, 1860).

Perilaku caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaandan niat


baik. Perilaku caring menolong klien meningkatkan positif dalam aspek
psikologis, spiritual dan sosial. Caring sebagai suatu Moral Imperative
(bentuk moral) sehingga ahli gizi harus terdiri dari orang orang yang
bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai manusia. Caring
juga sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi atau
perasaan kasihan.

Berikut perilaku caring:


(1) Mendengar dengan penuh perhatian
Ahli gizi berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa
yang disampaikan oleh klien. Sikap yang diperlukan untuk menjadi
pendengar yang baik adalah pandang klien saat sedang berbicara, tidak
menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan yang tak perlu anggukan
kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau umpan balik,
condongkan tubuh ke arah lawan bicara. Hal itu karena mendengar
adalah suatu tingkat keterlibatan emosi di dalam berkomunikasi dengan
pasien yang diekspresikan secara non verbal melalui cara memandang,
mengangguk bahkan sentuhan apabila dianggap sentuhan itu tepat.

(2) Memberikan kenyamanan


Rasa nyaman timbul apabila seseorang merasa diterima apa
adanya. Klien/pasien yang membutuhkan kenyamanan baik di ruang

9
rawat inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien
akan merasakan kenyamanan dalam proses asuhan gizi. Kenyamanan
yang diberikan yaitu dengan memperhatikan keramahan, cara
pencapaian, dan bagaimana timbal balik kepada klien/pasien saat
pelayanan gizi.

(3) Kejujuran
Kejujuran adalah kemampuan untuk mengatakan suatu kenyataan
sebagaimana adanya. Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya
dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki ahli gizi saat berhubungan
dengan klien/pasien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan
saling percaya antara ahli gizi dan klien/pasien. Kejujuran berarti ahli
gizi tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh dari klien/pasien
dalam kapasitasnya sebagai seorang professional tanpa persetujuannya,
kecuali jika klien/pasien merupakan korban atau subjek dari tindakan
kejahatan, maka perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan
dimana ahli gizi menjadi seorang saksi.

(4) Tanggung jawab


Tanggung jawab utama seorang ahli gizi adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan
mengurangi penderitaan. Oleh karena itu ahli gizi harus meyakini bahwa:
a) Kebutuhan terhadap pelayanan gizi diberbagai tempat sama.
b) Pelaksanaan asuhan gizi dititik beratkan pada penghargaan terhadap
kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau asuhan gizi
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, ahli gizi
mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait. Terdapat 2 dimensi
tanggung jawab yang perlu diperhatikan yaitu tanggung jawab terhadap
tindakan sendiri dan berbagai tanggung jawab dengan orang lain. Tiap
keputusan yang dibuat selalu memperhatikan prinsip prinsip yang
menjunjung tinggi kesehatan / kesejahteraan manusia. Tanggung jawab
ini meliputi sikap ahli gizi yang jujur, tekun didalam melaksanakan tugas,
mampu mencurahkan waktu dan perhatian, suportif dalam tugas,
konsisten serta tepat dalam bertindak.

(5) Memberikan informasi sehingga pasien dapat memberi keputusan


tepat
Ahli gizi memberikan informasi yang akurat tentang asuhan gizi
yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga sesuai dengan batas
kemampuan dan kewenangannya. Ahli gizi membantu klien/pasien
memahami informasi yang relevan sehingga klien/pasien dapat menjalani
asuhan gizinya dengan baik.

(6) Memanggil klien/pasien dengan namanya

10
Dalam hal ini ahli gizi menanyakan kepada pasien atau kepada
keluarga nama panggilan atau kesukaan pasien. Ahli gizi memanggil
pasien/klien dengan nama yang disukai atau panggilan pasien/klien.
(7) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien
Ahli gizi memberikan pendidikan kesehatan yang merupakan
strategi untuk memampukan individu, keluarga, komunitas untuk
mengontrol kesehatan dan faktor yang mempengaruhi ( lingkungan,
kebiasaan, pola hidup) sehingga meningkatkan kualitas hidup sehat dan
merubah kondisi kesehatan. Hal ini karena pada hakekatnya pelayanan
dan asuhan gizi yang diberikan kepada klien/pasien adalah dalam bentuk
pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam
pemulihan dan peningkatan kualitas hidupnya.

(8) Memberikan rasa puas kepada pasien/klien.


Kepuasan pasien adalah perasaan senang dan puas individu
karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa
pelayanan kesehatan. Banyak aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
diantaranya adalah sikap pendekatan staf pada pasien, kualitas perawatan,
prosedur administrasi dan fasilitas yang disediakan rumah sakit. Wujud
kinerja dalam memberikan kepuasan kepada pasien ini tercermin dari
kecepatan, kemudahan, keramahan, kenyamanan, kompetensi dalam
memberikan penanganan keluhan yang memuaskan
kepada klien/pasien.

11
BAB III

SIMPULAN

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap ahli gizi akan tercermin dalam
setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
asuha gizi. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral
serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam
memberikan asuhan gizi atau dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan
dan dihormati.

Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah baik dan buruk yang sesuai
dengan kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi moral sangat
berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan diri sendiri dan lingkungan
sosial. Dalam setiap pelayanan gizi terdapat prinsip-prinsip moral saat berhubungan
dengan pasien antara lain autonomi, benefesience (kemurahan hati), justice (keadilan),
veracity (kejujuran), fidelity (kesetiaan pada komitmen).

Penampilan sejatinya menjadi merupakan hal yang penting saat berhadapan


dengan klien/pasien, penampilan ahli gizi saat berhadapan dengan klien/pasien terdiri
dari penampilan fisik dan non fisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri serta
mencerminkan ahli gizi yang professional. Pelayanan prima merupakan sebuah
bentuk penampilan yang diberikan kepada klien/pasien yang memiliki prinsip-prinsip
yaitu kemampuan (ability), sikap (attitude), penampilan (appearance), perhatian (
attention), tindakan (action), tanggung jawab (accountability).

Empati merupakan perasaan "pemahaman" dan "penerimaan" ahli gizi


terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan "dunia pribadi
pasien". Dengan demikian, empati bisa dikatakan sebagai "kunci" sukses dalam
berkomunikasi dan ikut memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan
klien/pasien sehingga secara tidak langsung dapat membantu dalam mengatasi
masalah klien/pasien. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, dan merupakan
bentuk dari sikap empati, menghargai dan menghormati klien/pasien dalam pelayanan
gizi. Perilaku caring antara lai mendengar dengan penuh perhatian, memberikan
kenyamanan, kejujuran, tanggung jawab, memberikan informasi sehingga pasien
dapat memberi keputusan tepat, memanggil klien/pasien dengan namanya,
memberikan pendidikan kesehatan pada klien, memberikan rasa puas kepada
pasien/klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun
Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Jakarta:


Erlangga

Chaplin J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Doheny, et al. 1982. Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan. From
(www.kajianpustaka.com) diakses tanggal 8 September 2017

E.B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Kepmenkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


374/MENKES/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi . Jakarta: Menteri Kesehatan
RI

Maria J Wantah. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Usia Dini.
Jakarta: Departmen Pendidikan Nasional

Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org (Diakses pada tanggal 15 April
2015).

Potter, P.A dan Perry, A.G. 1990. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice.
St Louis: The Mosby Company

Zulkifli, dkk. 1999. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

13

Anda mungkin juga menyukai