Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DAN PROFESI

“PRINSIP ETIKA DAN NORMA”

OLEH
NAMA : KOMANG WINDAYANI
NIM : P07131217073
KELAS : DIV B SEMESTER V

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmatnya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Prinsip Etika dan Norma”.
Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin. Saya menyadari
sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “Prinsip Etika dan Norma” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Denpasar, Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Norma ...................................................................................... 3
2.2 Prinsip-prinsip Etika dan Norma dalam Pelayanan Gizi ............................................ 3
2.3 Prinsip-prinsip Etika dan Norma dalam Berpenampilan ............................................ 3

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handal dan profesional serta tanggap
dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional. Oleh
karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai ahli gizi professional di
Indonesia yang berkesinambungan dan mempunyai daya saing internasional. Kode etik adalah
aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait. Sedangkan ahli gizi adalah
seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam bidang makanan yang dikaitkan dengan
kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi
dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara
mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Hal tersebut mengacu pada keadaan negara
tersebut dan tujuan dari ahli gizi negara tersebut dalam menyelesaikan masalah gizinya.
Sebagai calon ahli gizi, seseorang perlu memahami kode etik ahli gizi dari Indonesia agar bisa
mulai membiasakan sikap ahli gizi pada dirinya.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara
dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.
Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.
Sebagai suatu profesi, ahli gizi selayaknya mempunyai etika, baik tertulis maupun
tidak tertulis. Seorang ahli gizi diharapkan senantiasa bersikap santun, berbudi luhur, berkata
halus, dan senantiasa lebih mendahulukan kepentingan orang banyak dalam melaksanakan
kegiatan profesi dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Seorang ahli gizi professional
harus mengerti benar akan pengertian “customer service”. Berkaitan dengan ahli gizi
seharusnya memahami benar akan pemikiran yang bersifat etis. Pemikiran etis sebenarnya
harus menjadi sesuatu yang melekat (“built in”) pada diri professional. Misalnya perilaku
mempermalukan pasien dimuka orang adalah tidak etis, dan ini secara otomatis sejiwa dengan
perasaan atau etika kita sebagai ahli professional.

4
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara
dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika dan norma ?
2. Apa saja prinsip-prinsip etika dan norma dalam pelayanan gizi ?
3. Apa saja prinsip-prinsip etika dan norma dalam berpenampilan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika dan norma
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika dan norma dalam pelayanan gizi
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika dan norma dalam berpenampilan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Norma


1. Pengertian Etika
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa.
Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Istilah moral berasal
dari kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk jama‟ dari mos, yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup. Sedangkan dalam bahasa
Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia disebut tata susila. “K Bertens” dalam buku etikanya menjelaskan lebih
jelas lagi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan,
adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah adat
kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup
yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Kebiasaan hidup yang baik ini
lalu dibekukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang di sebarluaskan, dikenal,
dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini pada
dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami sebagai ajaran
yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia, yaitu
perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act
as the performance index or reference for our control system". Etika adalah refleksi dari
apa yang disebut dengan self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Drs.O.P SIMORANGKIR menjelaskan etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dan Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat, etika adalah Teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang
dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Satu lagi pengertian Etika
menurut Drs.H. Burhanudin Salam adalah Cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

6
 Etika dibedakan menjadi :
a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjdai pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika
umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
c. Etika individual Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap diri sendiri
d. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan,
sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap
lainnya.

2. Pengertian Moral
Adapun kata “moral” berasal dari bahasa Latin, mores, jamak dari mos yang
berarti kebiasaan, adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral
diartikan sebagai: (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban,
menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1041). Secara umum
makna moral ini hampir sama dengan etika, namun jika dicermati ternyata makna
moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi mental seseorang yang membuatnya
untuk bersikap dan berperilaku baik atau buruk. Jadi, makna moral lebih aplikatif jika
dibandingkan dengan makna etika yang lebih normatif. Dalam pandangan umum dua
kata etika dan moral ini memang sulit dipisahkan. Etika merupakan kajian atau filsafat
tentang moral, dan moral merupakan perwujudan etika dalam sikap dan perilaku nyata
sehari-hari.
Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari

7
baik atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral adalah
moralitas, amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality) sebenarnya sama
dengan moral (Inggris: moral), namun moralitas bernuansa abstrak. Moralitas bisa juga
dipahami sebagai sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Kata amoral dan immoral memiliki makna yang
sama, yakni lawan dari kata moral. Amoral berarti tidak bermoral, tidak berakhlak
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53). Sedang kata immoral tidak termuat dalam Kamus
Bahasa Indonesia. Kata ini adalah kata Inggris yang berarti tidak sopan, tunasusila,
jahat, dan asusila (Echols & Shadily, 1995: 312). Dalam berinteraksi di tengah-tengah
masyarakat, etika dan moral sangat diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang
damai, rukun, dan tenteram (etis dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara
mendalam berbeda, namun dalam praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak
dibedakan. Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting
selama hasilnya sama, yakni bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat
diwujudkan dan nilai-nilai negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.

Beberapa pengertian tentang norma menurut para ahli :


1. John J. Macionis: norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat
untuk memandu perilaku anggota-anggotanya.
2. Robert Mz. Lawang: norma adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan baik
dan pantas sehingga sejumlah anggapan yang baik dan perlu dihargai sebagaimana
mestinya.
3. Hans Kelsen: norma adalah perintah yang tidak personal dan anonim.
4. Soerjono Soekanto: norma adalah suatu perangkat agar hubungan antar masyarakat
terjalin dengan baik.
5. Isworo Hadi Wiyono: norma menurut norma adalah peraturan atau petunjuk hidup
yang memberi ancar-ancar perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan
mana yang harus dihindari.
6. Antony Gidden: norma adalah prinsip atau aturan konkret yang seharusnya
diperhatikan oleh masyarakat.

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang


bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.
Namun masih ada segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam

8
masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pendidikan,
ekonomi dan lain-lain.

2.2 Prinsip-prinsip Etika dan Norma dalam Pelayanan Gizi


 Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa dan Negara
 Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat
 Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur serta sehat sentosa
 Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.

a. AHLI GIZI SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL


Profesi gizi dan profesi kesehatan lain, dalam sejarahnya merupakan cabang dari
profesi kedokteran. Profesi gizi dituntut untuk mampu menunjukkan profesionalisme yang
lebih tinggi bila ingin ditempatkan sejajar dengan profesi lain. Sebagai tenaga profesi yang
melakukan kegiatan/praktik kegizian tentunya mempunyai pedoman yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya tumpang tindih kewenangan antar profesi kesehatan.
Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan(body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Sebagai
profesi, ahli gizi dituntut memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan: asuhan gizi klinik, penyelenggaraan makanan institusi, pelayanan
gizi masyarakat, penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih sebagai konsultan gizi.
b. CIRI-CIRI AHLI GIZI PROFESIONAL
Sebagai ahli gizi profesional, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup.

9
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif.
10. Otonomi dalam melakukan tindakan.
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karier.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik.
13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi).

2.3 Prinsip-prinsip Etika dan Norma dalam Berpenampilan


a. Prinsip Keindahan
Mendasari sesuatu dengan rasa senang terhadap keindahan dengan menunjukkan sesuatu
yang indah dalam berprilaku. Prinsip keindahan meliputi:
a. Sikap atau pembawaan
Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula.Dalam hal ini,
penampilan fisik seseorang memegang peranan penting:Cara berjalan, cara
berbicara, cara makan, cara duduk, cara berdiri.
b. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh :
- Hal yang terkait dengan bahasa tubuh seperti cara memandang, yaitu pandangan
mata saat melihat atau berbicara dengan lawan bicara
- Sikap tubuh, meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah (alis mata, bibir).
- Senyuman
Cara mudah supaya orang tertarik dan suka melihat kita ialah tidak lain dan tidak
bukan “SENYUMLAH”. Senyum memberikan daya tarik yg cukup hebat.
Senyum mampu menawan setiap hati yang memandang. Biasanya apabila kita
senyum pada orang, orang akan tersenyum kembali kepada kita. Seseorang akan
merasa dihargai apabila kita tersenyum kepadanya, sekaligus akan memberikan
tanggapan baik kepada kita.
c. Kepribadian
Penampilan diri tidak bisa lepas dari kepribadian, kepribadian adalah suatu
pencerminan sikap, karakter, watak diri pribadi seseorang yang dapat dilihat dari
tingkah lakunya dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Penampilan
Penampilan diri yang perlu di perhatikan.
1. Penampilan tubuh
- Bau Badan

10
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau badan:
a. menghindari makanan yang bebau tajam.
b. makan teratur dengan memperbanyak sayuran dan buah-buahan.
2. Bau Mulut
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau mulut :
 Menjaga kebersihan gigi.
 Menghindari penyakit lambung.
 Menjauhi makanan yang berbau merangsang.
3. Kebersihan Kuku
Usahakan agar panjang kuku sama dan ujungnya tidak kuning bahkan hitam,
usahakan rutin memotong kuku bila telah tubuh sedikit panjang.
4. Tata rambut
Gaya atau tata rambut disesuaikan dengan bentuk muka, potongan rambut yang
pendek biasanya lebih terlihat rapi daripada gondrong atau gimbal.
5. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal penting agar memberikan penampilan yang segar dan
prima. Kesehatan harus dijaga dengan cara :
a. Makan dan tidur dengan teratur
b. Jangan terlalu tegang dan lelah
c. Olahraga yang teratur disesuaikan dengan kondisi tubuh
d. Pandangan hidup yang optimistis

b. Prinsip Persamaan
Persamaan terhadap hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras serta persamaan
dalam berbagai bidang lainnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang atau kepada masyarakat.
- Moral diartikan sebagai: (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan kondisi mental
yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia
berkorban, menderita, menghadapi bahaya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Marzuki, M.Ag, 2013. Etika dan Moral dalam Pembelajaran. Tersedia di :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-marzuki-mag/49-etika-dan-moral-
dalam-pembelajaran-marzuki-2013.pdf (diakses pada 7 Agustus 2019)

Tambunan, Allen Lawrence. Pengertian Etika dan Moral. Tersedia di:


https://www.kompasiana.com/allentambunan/551b555a813311ee7e9de582/pengertian
-etika-dan-moral (diakses pada 7 Agustus 2019)

Anonim. 2011. Pengertian Etika dan Moral. Tersedia di :


http://eprints.walisongo.ac.id/6956/3/BAB%20II.pdf (diakses pada 7 Agustus 2019)

Nucifera, Arenga. 2011. Etika Profesi Gizi. Tersedia di :


http://arenganucifera.blogspot.com/2016/04/etika-profesi-gizi.html (diakses pada 7
Agustus 2019)

13

Anda mungkin juga menyukai