Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Etika Profesi
dosen pengampu

oleh
FASILMI PUTRI (P173311170
SYLVIA NURIANDINI A.P (P17331117063)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kelapangan dan kemudahan sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen
mata kuliah Etika Profesi. Makalah ini berisi tentang prinsip-prinsip moral selama
berhubungan dengan klien/pasien, prinsip-prinsip berpenampilan sesuai dengan
kondisi dalam berhadapan dengan pasienn, sikap empati dalam mengatasi
masalah klien di pelayanan gizi, sikap sabar, menghormati, dan sopan dalam
mengatasi masalah klien di pelayanan gizi.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1) Ibu Agustina Indri Hapsari, SST, M.Gizi selaku dosen Mata Kuliah Gizi
Kulilneri yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam penulisan
makalah ini;
2) Ibu Nelly Olifa Ilyas, DAN, M.Kes selaku dosen Mata Kuliah Gizi Kulineri;
3) Ibu Widartika, SKM, MPH selaku dosen Mata Kuliah Gizi Kulineri;
4) Ibu Yanti selaku dosen Mata Kuliah Gizi Kulineri;
5) Rekan-rekan kelas 1-B yang telah memberikan motivasi dan saran; dan
6) Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Cimahi, 9 Oktober 2018

Penulis

2
3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuatkeputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk
juga ahli gizi yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktek profesional.(Doheny et all, 19 !".
Profesi ahli gizi mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi ahli gizi untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut
tentunyasetiap keputusan dari tindakan asuhan gizi harus mampu
dipertanggungjawabkandan dipertanggunggugatkan dan setiap pengambilan
keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga denganmempertimbangkan etika.
Sebagai suatu profesi, ahli gizi selayaknya mempunyai etika, baik tertulis
maupun tidak tertulis. Seorang ahli gizi diharapkan senantiasa bersikap santun,
berbudi luhur, berkata halus, dan senantiasa lebih mendahulukan kepentingan
orang banyak dalam melaksanakan kegiatan profesi dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. Seorang ahli gizi profesional harus mengerti benar akan
pengertian customer service. Berkaitan dengan ahli gizi seharusnya memahami
benar akan pemikiran yang bersifat etis. Pemikiran etis sebenarnya harus
menjadisesuatu yang melekat ('built in)" pada diri profesional. Misalnya
perilakumempermalukan pasien dimuka orang adalah tidak etis, dan ini secara
otomatis sejiwa dengan perasaan atau etika kita sebagai ahli professional.
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan
salahsatu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis
didalam kepmenkes No. / 0h. ! , maka seorang ahli gizi harus selalu
melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan
sertamenemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui
penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat,serta
memecahkan masalah gizi di masyarakat. Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa berta4%a kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 19/7 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip moral selama berhubungan dengan
klien/pasien?
2. Apa saja prinsip-prinsip berpenampilan sesuai dengan kondisi dalam
berhadapan dengan pasien?
3. Bagaimana sikap empati dalam mengatasi masalah klien di pelayanan
gizi?
4. Bagaimana sikap sabar, menghormati, dan sopan dalam mengatasi
masalah klien di pelayanan gizi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip moral selama


berhubungan dengan klien/pasien.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip berpenampilan sesuai dengan kondisi
dalam berhadapan dengan pasien.
3. Untuk mengetahui sikap empati dalam mengatasi masalah klien di
pelayanan gizi.
4. Untuk mengetahui sikap sabar, menghormati, dan sopan dalam
mengatasi masalah klien di pelayanan gizi.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Moral


a. Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain
(Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut
pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau
menolak asuhan keperawatan yang diberikan.

b. Kebenaran (Veracity) à truth


Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan
sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran
merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan
pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang
sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan
bahwa pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Contoh :
Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien
dirawat.

c. Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip
moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip
dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
SAK

d. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)

Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang


lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.

e. Kemurahan Hati (Benefiecence)

Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan


yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit
diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan
dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat

6
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat
harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.

f. Kesetiaan (fidelity)

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi
janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada
suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan.
Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama
pada pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam
memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan
kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional. Contoh: Bila perawat sudah berjanji
untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.

g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan
semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak
tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain,
kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hukum.

h. Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas, berhubungan
dengan hukum legal.(Webster’s, 1998). Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi
tentang penyakit dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya.

2.2 Prinsip-Prinsip Berpenampilan Sesuai dengan Kondisi Dalam Berhadapan


Dengan Pasien

Penampilan merupakan keseluruhan dari cara berpakaian, berbicara, gerak-gerik,


sikap dan perilaku dengan tujuan agar dapat membuat Pelanggan terkesan. Penampilan ini
harus dijaga dengan baik dan prima selama jam kerja.

1. Sikap dan Perilaku. Pada saat berhubungan dengan Pelanggan seringkali sikap dan perilaku
kita diperhatikan oleh Pelanggan, terutama sikap yang menolong dan peduli terhadap
kebutuhan Pelanggan.

2. Cara berpakaian. Cara kita berpakaian harus serasi antara baju dan celana termasuk
menghindari menggunakan warna yang terkesan berlebihan.

3. Cara berbicara. Berbicara dengan Pelanggan harus jelas, singkat, dan tidak bertele-tele.
Janganlah berbicara mengenai hal-hal yang bukan pada pokok bermasalahan dan hindari
pembicaraan yang mengejek Pelanggan.

4. Gerak-gerik. Pada saat melayani Pelanggan, kita harus memperhatikan atau menjaga
gerak-gerik anggota badan karena hal ini akan selalu diperhatikan oleh Pelanggan pada saat

7
kita memberikan pelayanan. Oleh karena itu kita harus menghindari gerak-gerik yang dapat
membuat curiga Pelanggan kita, misalnya tatapan mata yang sinis

5. Cara bertanya. Dalam memberikan pelayanan, kita juga harus mengetahui sifat-sifat
Pelanggan yang berbeda-beda terutama dalam hal bertanya kepada Pelanggan

2.3 Sikap Empati Dalam Mengatasi Masalah Klien di Pelayanan Gizi

Untuk memahami kondisi pasien, seorang tenaga kesehatan harus memiliki sifat
peduli dan empati. Johnson dkk. (1983) memberikan definisi empati sebagai kecenderungan
untuk memahami kondisi atau keadaan pikiran orang lain. Sedangkan menurut Hoffman
(2003) empati adalah suatu respon afeksi yang sepertinya dialami, tidak harus sama dengan
situasi afeksi orang lain, tetapi lebih jelas dirasakan bagi situasi orang lain daripada situasi
diri sendiri.
Untuk bisa berempati, seorang dalam pelayanan gizi harus bisa mengamati dan
menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingdren
(1973) ketepatan dalam berempati tergantung pada kemampuan seseorang untuk
menginterpretasikan informasi-informasi yang diberikan oleh orang lain tentang
situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka.
Menurut Staub (1978), Setiap orang mempunyai kemampuan berbeda-beda
dalam berempati. Reaksi empati terhadap orang lain sering kali berdasarkan pada
pengalaman masa lalu. Seseorang biasanya akan merespon pengalaman orang lain
secara lebih empatik apabila ia mempunyai pengalaman yang mirip dengan orang
tersebut, dan juga sebaliknya. Orang yang lebih empatik akan lebih toleran, ramah
dan mampu mengendalikan diri dalam situasi tertentu, serta mempunyai jiwa penolong yang
tinggi (altruistik).

2.4 Sikap Sabar, Menghormati, dan Sopan Dalam Mengatasi Masalah Klien di
Pelayanan Gizi

a. Sikap Sabar kepda klien / pasien

b. Menghormati klien / Pasien

1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi
atau di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau
sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien
yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi
dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan
seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien
mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.

8
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa
berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

c. Sopan kepada klien / pasien

9
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, simpulan makalah ini adalah sebagai berikut.

3.2 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan makanan. Grafina Mediacipta. Yogyakarta

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Edisi Revisi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

.Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah
Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.

Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org

11

Anda mungkin juga menyukai