1. Komersil
Penyelenggaraan makanan komersial didirikan untuk umum dan beroperasi
untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan institusi komersil yaitu untuk
menghidangkan makanan sebaik-baiknya, memberikan pelayanan yang
memuaskan, memberikan kenyamanan dengan harga yang sesuai sehingga
knsumen merasa puas. Dalam hal ini produsen bertujuan untuk mendapatkan
untung yang sebesar-besarnya dengan modal tertentu.
Contoh : restoran, cafetaria, catering, pedagang kaki lima.
Klasifikasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
2. Semi Komersil
Institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri untuk
melengkapi pelayanan aktivitas mereka dalam mencapai tujuan utamanya.
Institusi ini mungkin mendapat atau tidak mendapat keuntungan.
Contoh : penyelenggaraan makanan di jasa transportasi, seperti
penerbangan, kereta dan bus.
Klasifikasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
3. Non Komersil
Institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri dengan tujuan utama
sebagai pelayanan dan bukan keuntungan. Tujuannya adalah untuk memberikan
pelayanan kepada konsumen dengan cara memberikan makanan yang baik dan bergizi
sehingga tepelihara kesehatan yang optimal.
Contoh : rumah sakit, asrama, panti asuhan, panti jompo.
Klasifikasi Institusi Penyelenggaraan
Makanan Banyak
Pelayanan gizi institusi industri atau tenaga kerja, adalah suatu bentuk
penyelenggaraan makanan banyak yang sasarannya adalah para tenaga
kerja, seperti di pabrik, perusahaan ataupun perkantoran. Tujuannya
adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan stamina pekerja sebaik-
baiknya, agar terciptanya produktivitas kerja yang maksimal.
Karakteristiknya :
a) Standar makanan yang disediakan diperhitungkan sesuai dengan
beban kerja dan lama pekerjaan serta pertimbangan reaksi kerja
(untuk pekerja berat 2800 kkal dan pekerja sedang 2500 kkal)
b) Pada saat pabrik tidak berproduksi maka pemberian makanan
ditiadakan atau diganti bahan lain.
c) Diperlukan tenaga khusus yang mengelola serta melayani makanan
di ruang makan.
d) Jumlah yang dilayani biasanya tetap, atau sedikit sekali mengalami
perubahan.
e) Pelayanan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara :
- sistem kafetaria (porsi diatur)
- sistem catu (lauk pauk diporsikan, nasi dan sayur ambil sendiri )
- sistem prasmanan ( ambil sesuai kebutuhan & selera)
- sistem kotak (untuk kerja dilapangan)
f) Macam hidangan tergantung kemampuan perusahaan
g) Penyediaan untuk tamu perusahaan dilakukan tersendiri atau
terpisah dengan untuk karyawan.
C
O
N
T
O
H
2. PENYELENGGARAAN MAKANAN PADA PELAYANAN KESEHATAN
Contoh institusi sosial adalah: panti asuhan, panti jompo, panti tuna-
netra atau lembaga lain yang sejenis yang menampung masyarakat tidak
mampu.
Karakteristik penyelenggaraan makanan institusi sosial
• a. Sifat Institusi
Komersial, Non komersial atau semi komersial menentukan
harga daya beli. Semi komersial dan nonkomersial disebut
Institusional
d. Tipe konsumen
Bayi, anak2, keluarga, siswa SD/ SMP/SMU/ Mahasiswa/
Dewasa/ Lansia. menentukan kecukupan gizi dan macam hidangan
yang ditawarkan.
Lanjutan
e. Macam Menu
1. Institusional :
- Makan pagi/makan siang/makan malam/ menu sehari
2. Komersial :
- Makanan kecil/Kue2/ Roti
- Makanan pesta/ arisan / pelatihan
- Jajanan
f. Pola Menu
- Indonesia/oriental/kontinental
Penyelenggaraan Makanan karyawan/pekerja
1. Kecukupan gizi didasarkan kepada beban kerja ( lama kerja dan
tekanan ) , makan siang 30-35% %. usia produksi
2. Pola makan : 1 kali makan + selingan
3. Macam menu sederhana.
4. Pemberian makan merupakan insentif.
5. Jumlah konsumen relatif tetap
6. Cara pelayanan cafetaria
Penyelenggaraan Makanan di Asrama
1. Tujuannya untuk mencapai status gizi optimal
2. Mempunyai anggota dg kelompok yang relatif homogen (
umur , suku, mahasiswa )
3. PM dapat bersifat non komersial/ semi komersial
4. Pola makan 3x ( utama) dg/tanpa mak. Selingan.
Penyelenggaraan Makanan di Sekolah
1. Dapat berfungsi sebagai pendidikan gizi.
2. Makanan dalam bentuk makanan lengkap dan snack.
3. Dapat dikelola secara non komersial/ komersial
4. Kecukupan gizi disesuaikan dengan kelompok umur dan
type konsumen.
Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit
1. Merupakan bagian dari sistem pel. Kes RS dan dapat dikelola secara
out sourhing (pihak ke 3).
2. Macam konsumen bervariasi.
3. Jumlah konsumen tidak tetap.
4. Menu disusun berdasarkan kelas perawatan, macam diet dan
makanan.
5. Pola makan dan pola menu disesuaikan dengan daya terima pasien.
6. Tenaga spesifik ( Dietisien )
Identifikasi kebutuhan klien dibagi berdasarkan:
1. Nilai Gizi
• Pemenuhan nilai gizi klien, dikaitkan dengan sasaran kelompok
masyarakat mana yang akan mendapatkan pelayanan oleh kita. Bila
konsumen adalah remaja, maka mereka membutuhkan kebutuhan
gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen usia yang
lebih tua. Tambahan pelayanan menjadi nilai lebih saat kita
mencantumkan nilai gizi pada setiap makanan yang disajikan,
sehingga dengan demikian kita dapat sekaligus mengedukasi
masyarakat.
2. Cita Rasa
• Pilihan atau preferensi makanan didefinisikan sebagai keinginan klien
dan tergantung individu, budaya dan asal daerah.
Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama (Moehyi, 1992), yaitu :
1. Penampilan Makanan: Meliputi warna, tekstur, porsi serta
penyajian makanan.
2. Rasa Makanan: Meliputi aroma, bumbu, keempukan, kerenyahan,
tingkat kematangan serta temperatur makanan.
3. Sosial Budaya
• Dalam merencana menu, Manajer Penyelenggaraan
Makanan harus memperhatikan keinginan klien yang akan
dilayaninya. Penduduk dalam setiap wilayah memiliki
kebiasaan dan budaya yang berbeda sehingga harus
dievaluasi sebelum menentukan menu.
4. Ekonomi
• Penetapan harga pada makanan sangat penting, harus disesuaikan
dari daya beli konsumen. Bila konsumen yang akan kita layani berasal
dari golongan ekonomi yang kurang beruntung, maka prinsip
penetapan harga harus rendah, namun sebaliknya bila konsumen
adalah golongan tinggi maka tidak perlu khawatir dengan penetapan
harga yang tinggi.
TERIMA KASIH