Arnisam, SKM,M.kes
NIP. 196812311991032006
KATA PENGANTAR
1. Direktur RSUD Meuraxa Banda aceh yang telah memberikan izin untuk
pelaksanaan praktik kerja lapangan di RSUD Meuraxa Banda aceh.
2. Kepada Diklat dan ka. Penunjang Medis RSUD Meuraxa Banda Aceh beserta
staf yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan praktik
kerja lapangan di RSUD Meuraxa Banda aceh.
3. Ibu Arnisam, SKM.M.kes selaku coordinator praktik kerja lapangan bidang
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (MSPMI) yang telah
memberikn bimbingan dan arahan dalam pelaksaan praktik kerja lapangan.
4. Bapak ,Ir.H. Abdul Hadi, MP selaku Pembimbing Akademik Prodi Diploma
lll Gizi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksaan
praktik kerja lapangan .
5. Ibu Fitri Aisyah, S.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi dan Ibu Ratna Dewi, S.Tr.
Gz , selaku Clinical Instruktur beserta staf gizi yang telah banya memberikan
bimbingan dan arahan selama melakukan praktik kerja lapangan bidang
Manajemen Penyelenggaraan Makanan Institusi di RSUD Meuraxa Banda
Aceh.
6. Teman - teman seperjuangan yang telah memberikan informasi dan kerja
sama yang baik sehingga laporan Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi (MSPMI) di RSUD Meuraxa Banda Aceh ini dapat
dilaksanakan dengan waktu yang sudah ditetapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat vital dari sistem
pelayanan paripurna terhadap pasien di rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit
adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien untuk mencapai kondisi yang
optimal dalam memenuhi kebutuhan gizi orang yang sakit untuk keperluan
metabolisme tubuhnya, peningkatan kesehatan ataupun mekoreksi kelainan
metabolisme dalam rangka meningkatkan upaya penyembuhan pasien rawat inap dan
rawat jalan. Mengingat pentingnya hal tersebut perlu disadari dengan sepenuhnya
bahwa peranan dan fungsi dari pelayanan gizi di dalam rumah sakit sangatlah
penting, baik dalam segi pelaksanaan rujukan maupun dalam melaksanakan
intervensi gizi secara paripurna atau general terhadap pasien di dalam sebuah rumah
sakit (Depkes, 2013).
Instalasi gizi merupakan bagian atau unit kerja di Rumah Sakit yang tidak
kalah pentingnya dengan pelayanan lain di rumah sakit, karena merupakan
bagian yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien melalui
makanan yang disajikan dan asuhan gizi. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi
yang ditinjau secara individu mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang,
yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi
pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individu asupan
makannya (RSUD Dr. M. Ashari, Pemalang).
Penyelengaraan makanan dan wawancara dengan ahli gizi dan penjamah makanan
di instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh memiliki suatu sistem penyelengaraan
makanan meliputi rangkaian kegiatan dari mulai penerimaan bahan makanan sampai
hingga pendistribusian makanan ke pasien dalam rangka untuk mencapai status gizi
kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Hal tersebut memerlukan
Manajemen Sistem Penyelengaraan Makanan rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis manajemen sistem penyenggaraan makanan di Instalasi
Gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pelayanan gizi kepada klien sesuai dengan prinsip moral dan
etika
b. Mengindentifikasi jenis, jumlah, tupoksi dan kualifikasi ketenagaan
c. Menghitung food cost /Unit cost makan dan harga jual makanan untuk
berbagai kelas pelayanan atau perawatan.
d. Menghitung Indeks biaya lain yang sesuai (overhead cost, labor cost,
biaya lainnya, biaya pemeriksaan mutu makanan, dan cost benefit)
e. Melakukan kajian biaya makan.
f. Menyusun standar makanan sesuai kebutuhan klien
g. Menyusun menu 10 hari bagi klien sesuai standar (standar porsi, standar
resep, standar bumbu, standar kualitas) minimal 1 bentuk makanan
(lunak/biasa)
h. Melakukan perhitungan kebutuhan bahan makanan pada periode tertentu
i. Mengidentifikasi kegiatan pengadaan bahan makanan (pemesanan,
pembelian, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanandan
pencatatan pelaporan) minimal 1 hari untuk setiap mahasiswa
j. Mengidentifikasi kegiatan produksi makanan (mulai persiapan,
pengolahan dan evaluasi hasil pengolahan)
k. Mengidentifikasi kegiatan distribusi, transportasi dan penyajian makanan
(sesuai kasus)
l. Melakukan modifikasi resep makanan/formula dan uji cita rasa / uji
organoleptik
m. Identifikasi sarana dan prasarana (desain-layout dapur dan peralatan serta
perlengkapan dapur)
n. Melakukan uji daya terima/ sisa makanan
o. Mengkaji penerapan higiene sanitasi dan keamanan makanan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
]Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai
pembelajaran dalam melakukan penelitian sebagai aplikasi dari teori ilmu
pengetahuan yang telah didapat selama pendidikan.
Penyejian makanan
di ruang (6)
Distribusi makanan Persiapan dan pengolahan
(5) makanan (4)
b. Tujuan
Tersedsianya ketentuan tentang macam konsumen, standar
pemberian makanan, macam dan jumlah makanan konsumen
sebagai acuan yang berlaku dalam penyelenggaraan makanan RS
penyusunan penentuan pemberian makanan RS ini berdasarkan :
a) Kebijakan RS setempat
b) Macam konsumen yang dilayani
c) Angka kecukupan gizi yang mutakhir dan kebutuhan gizi
untuk diet khusus.
d) Standar makanan sehari untuk makanan biasa dan diet
khusus
e) Penetapan menu dan pola makan
f) Penetapan kelas perawatan
g) Pedoman pelayanan gizi rumah sakit yang berlaku
b. Tujuan :
Tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan
seseorang sehari sebagai alat untuk merancang kebutuhan
macam dan jumlah bahan makanan dalam penyelenngaraan
bahan makanan.
c. Langkah penyususnan standar bahan makanan seorang
sehari
Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di
rumah sakit dengan memperhitungan kesediaan dan
ketersediaan dana di rumah sakit.
3. Perencanaan menu
a. Pengertian
Menurut Depkes RI (1991), menu adalah serangkaian rincian
hidangan disiapkan untuk setiap waktu makan perencanaan
menu merupakan suatu kegiatan kritis, artinya menu yang
ditampilkan mempunyai dampak pada kegiatan
penyelenggaraan makanan selanjutnya. Selain itu perencanaan
menu akan menjadi factor penentu dan citra dari institusi
penyelenggaraan makanan.
b. Tujuan
Perencanaan menu adalah tersedianya menu sesuai dengan
tujuan system penyelenggaraan makanan, baik komerisal
maupun non komersial. Berdasarkan buku pedoman PGRS
Depkes RI (2003), syarat-syarat yang harus dimiliki untuk
menyusun penyusunan melakukan menu antara lain :
1) Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2) Standar porsi dan standar resep
3) Standar bumbu
2) Persyaratana teknis
a) Pengaturan ruang
b) Ruang pengolahan makanan tidak boleh di paki sebagai
ruang tidur.
3) Ventilasi/penghawaan
a) Apabila bangunan tidak mempunyai ventilasi alam
yang cukup, harus menyediakan ventilasi buatan untuk
sirkulasi udara.
b) Pembuangan udara kotor atau asap harus tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
4) Tempat cuci tangan dan tempat cuci peralatan
Tersedia tempat cuci tangan dan tempat cuci peralatan yang
terpisah dengan permukaan halus dan mudah dibersihkan
5) Penyimpanan makanan
Untuk tempat penyimpanan bahan pangan dan makanan jadi
yang cepat membusuk harus tersedia minimal 1 (satu) buah
lemari es (kulkas).
b. Jasaboga golongan A2
1. Kriteria
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan
pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan
memperkejakan tenaga kerja
2. Persyaratan teknis
a) Memenuhi persyaratan teknis jasaboga golongan A 1.
b) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut :
Pengauturan ruang
Ruang pengolahan makanan harus dipisahkan dengan
dinding pemisah yang memisahkan tempat pengolahan
makanan dengan ruang lain.
Ventilasi/penghawaan
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan
alat pembuangan asap yang membantu pengeluaraan
asap dapur sehingga tidak mengotori ruang
Penyimpanan makanan
Untuk penyimpanan bahan pangan dan makanan yang
cepat membusuk harus tersedia minimal 1 (satu) buah
lemari es (kulkas)
Ruang ganti pakaian
Bangunan harus dilengkapi dengan ruang/tempat
penyimpanan dn ganti pakaian dengan luas yang
cukup serta fasilitas ruang ganti pakaian
berada/diletakkan di tempat yang dapat mencegah
konstaminasi terhadap makanan.
c. Jasaboga golongan A3
1. Kriteria
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan
pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan
memperkerjakan tenaga kerja.
2. Persyaratan teknis
a. Memnuhi persyaratan teknis jasaboga golongan A2
b. Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:
Pengaturan ruang
Ruang pengolahan makanan harus terpisah dari
bangunan untuk tempat tinggal
Ventilasi penghawaan :
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan
alat pembuangan asap atau cerobong asap atau dapat
pula dilengkapi dengan alat penangkap asap
(smokedhood).
c. Ruang pengolahan makanan
Tempat memasak makanan harus terpisah secara jelas
dengan temnpat penyimpanan makanan matang
Harus tersedia lemari penyimpanan dingin yang
dapatb mencapai suhu -500C dengan kapasitas yang
cukup untuk melayani kegiatan sesuai dengan jenis
makanan/bahan makanan yang digunakan.
d. Alat angkut dan wadah makanan
Tersedia kendaraan khusus pengangkut makanan
dengan kontruksi tertutup dan hanya dipergunakan
untuk mengangkut makanan siap saji
Alat/tempat angkut makanan harus tertutup sempurna,
dari bahan kedap air, permukaan halus dan mudah
dibersihkan
Pada setiap kotak (box) yang dipergunakan sekali pakai
untuk mewadahi makanan, harus mencatumkan nama
perusahaan, nomor sertifikat layak hygine sanitasi
Jasaboga yang menyajikan makanan tidak dengan
kotak, harus mencatumkan nama peusahaan nomor izin
usaha serta nomor sertifikat layak hygine sanitasi di
tempat penyajian yang mudah diketahui umum.
2. JASABOGA GOLONGAN B
a. Kriteria
Jasaboga yang melayani kebnutuhan masyarakat khusus untuk asrama
jamaah haji, asrama transit, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta
angkutan umum dalam negeri dengan pengolahan yang menggunakan
dapur khusus dan memperkejakan tenaga kerja.
b. Persyaratan teknis
1) Memenuhi persayaratan teknis jasabogagolongan A3
2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:
a) Halaman
Pembuangan air kotor harus dilengkapi dengan pengankap
lemak (greasetrap) sebelum di lairkan ke bak penampungan air
kotor (septitank) atau tempat pembungan lainnya.
b) Lantai
Pertemuan antara lain dan dinding tidak terdapat sudut mati
dan harus lengkung (conus) agar mudah dibersihkan
c) Pengaturan ruang
Memiliki ruang kantor dan ruang untuk belajar/khusus yang
terpisah dari ruang pengolahan makanan
d) Ventilasi/penghawaan
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan
penangkapn asap (hood, alat pembuangan asap dan cerobong
asap).
e) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
1. Fasilitas pencucian dari bahan yang kuat, permukaan halus
dan mudah dibersihkan
2. Setiap peralatan di bebas hamakan sedikitnya dengan
larutan kaporit 50 ppm atau air panas 80o C selama 2 menit
3. Tempat cuci tangan
Setiap ruang pengolahan makanan harus ada minimal 1
(satu) buiah tempat cuci tangan dengan air mengalir yang
diletakkan dekat pintu dan dilengkapi dengan sabun.
4. Ruang pengolahan makanan
Tersedia ruang tempat pengolahan makanan harus ada
minimal 1 (satu) buah tempat penyimpanan bahan
makananan.
Tersedia lemari pendingin yang dapat mecapai suhu
-50o C sampai -10oC dengan kapasitas yang cukup
memadai sesuai dengan jenis makanan yang digunakan
.
3. JASA BOGA GOLONGAN C
a. Kriteria
Jasaboga yang melayani alat angkutan umum internasional dan
pesawat udara dalam pengolahan yang menggunakan dapur khusus
dan memperkerjakan tenaga kerja.
b. Persyaratan
1) Memenuhi persyaratan jasaboga golongan B
2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:
a. Ventilasi/penghawaan
1. Pembuangan asap dilengkapi dengan penangkap asap
(hood), alat pembuang asap, cerobong asap, saringan
lemak yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan
secara berskala.
2. Ventilasi ruangan dilengkapi dengan alat pengatur suhu
ruangan yang dapat menjaga kenyamanan ruangan.
c. Fasilitas pencucian alat dan bahan
1. Terbuat dari bahan logam tahan karat dan tidak larut dalam
makanan seperti stainless steel.
2. Air untuk keperluan pencucian peralatan dan cuci tangan harus
mempunyai kekuatan tekanan sedikitnya 15 psi (1,2 kh/cm2)
1. Pengertian Pengembangan
a. Membuat variasi dari resep lama menjadi resep baru baik penampilan,
maupun cara pemasakan
b. Meningkatkan cita rasa, bentuk, dan penampilan serta nilai gizi.
1. Sumber bahan makanan; tidak semua bahan makanan dengan jenis yang sama
memberikan hasil yang sama, karena karena kualitas bahan seperti produk
alam dengan tempat tanam yang berbeda akan berbeda kualitasnya, Iklim di
suatu wilayah serta produk dengan pabrik yang berbeda. Hal ini dapat
diantisipasi dengan spesifikasi bahan makanan yang jelas pada.
2. Bila makanan di produksi dalam jumah banyak alat dan bahan dasar memasak
yang digunakan, tidak dijelaskan dalam resep tersebut seperti kualitas bahan
dasar alat. Alat dapur yang terbuat dari bahan almunium tentu berbeda dengan
bahan dasar besi berlapis baja, stainlesteel atau kaca tahan panas.dalam hal
penerimaan hasil paparan sumber panas ketika meamasak. Ukuran alat masak,
misalnya panci juga tidak disebutkan besar, kecil, tinggi atau rendah.
Perbedaan besar alat akan berbeda besarnya panas yang diberikan, paparan
panas yang di dapat secara otomatis akan berbeda.
3. Besarnya Panas dan lama pemberian panas serta bahan bakar yang digunakan.
Ada banyak jenis bahan bakar untuk memasak, walaupun bahan bahan bakar
yang umum dan dijadikan patokan dasar secara umum memasak adalah
sumber gas. Bahan bakar lain yang bisa digunakan untuk memasak ; minyak
tanah. Bara arang, briket batu bara, kayu bakar serta listrik melalui kumparan
plat yang di alirkan sumber panas dari litrik tersebut.
4. Penjelasan rinci terhadap persiapan memasak, baik bahan makanan utama
maupun bumbu yang di gunakan, istilah baku yang digunakan dalam sebuah
teknik masak atau persiapan memasak yang harus diketahui sendiri juru
masak.
5. Penjelasan lain yang tidak dapat di ilustrasikan misalnya masalah kekentalan
sebuah adonan, tingkat ke tekstur yang pas untuk hasil masakan.
6. Permasalahan ini dapat terjawab dengan pengalaman dari pengguna resep
tersebut.
Dalam buku-buku kuliner terdapat berbagai cara susunan resepnya, ada yang
singkat saja ada yang sangat detil, penulisan tersebut bergantung dari buku resep
tersebut diperuntukkan pada siapa pembacanya, Jika saudara ingin menyusun resep
pada pemasak pemula tidak ada salahnya menulis secara rinci dari jenis resep ini
masuk katagori resep yang bagaimana, bahan yang digunakan urut berdasarkan cara
memasak, atau ditulis terpisah pada kelompok bahan yang akan di buat perlakuan,
serta di dalam cara membuat di jelaskan cara mempersiapakan bahan dan memasak
apa, bagaimana berapa lama dan sebagainya, Penulisan ini beresiko menjadi panjang.
Pada penulisan resep di tingkat profesional, umumnya singkat karena ada
istilahistilah yang baku dalam Kuliner, misalnya potong Julinne wortel, lakukan
simmering dan sebagainya.
Beberapa saran yang dipetimbangkan dalam mencipta, menyusun resep baru adalah
sebagai berikut:
7. standar resep
1. Pengawasan Kualitas
Dengan resep yang standart maka akan terjamin hasil masakan akan sama dan
konsisten hasilnya dengan pemasak yang berbeda setiap harinya.
2. Pengawasan atas Biaya, Jumlah, dan porsi
Dapat digunakan untuk menghitung biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan
makanan, serta dapat digunakan utuk memastikan besar porsi yang harus
disajikan.
Pada prinsipnya resep yang baik adalah mudah untuk dibaca dan di
praktekkan. Resep harus memudahkan siapapun yang memasak, dan komunikatif.
Ada banyak cara penulisan resep masakan. Resep memuat berbagai informasi yang
diperlukan untuk membuat sebuah hidangan oleh karenanya dalam resep terdapat:
1. Cara sentralisasi
2. Cara desentralisasi
1. Swakelola
2. Out-Sourching
3. Sistem kombinasi
3. Ketenagaan
Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi kunci
dalam keberhasilan kegiatan penyelenggraan di rumah sakit. Berbagai fungsi dan
keberhasilan kegiatan penyelenggaraan rumah sakit meliputi fungsi perencanaan, dan
penentuan kebutuhan staff (staffing), rekuitmen, seleksi, pengembangan dan
pembinaan karir, penilaian kinerja serta sistem imbal jasa (Depkes RI, 2007). Jenis
tenaga dan jumlah tenaga Jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan
makanan, pada umumnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
Tenaga yang diperlukan dalam kegiatan meliputi tenaga profesi gizi, tenaga
profesi non-gizi serta tenaga pelaksanan teknis. Tenaga profesi gizi dibutuhkan untuk
memastikan kualitas pelayanan gizi yang diberikan kepada konsumen, antara lain
semua permintaan dan modifikasi diet dapat dipenuhi, semua makanan (diet dan
nondiet) dapat diproduksi sesuai kebutuhan pasien.
Sedangkan, tenaga profesi non gizi dan tenaga pelaksana teknis dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan pelayan gizi kepada konsumen, misalnya makanan
dapat diberikan sesuai ketentuan yang berlaku (peraturan pemberian makanan),
kepuasan konsumen terhadap makanan yang diberikan, makanan dapat diproduksi
dan disajikan sesuai dengan keinginan konsumen.
Tenaga profesi gizi adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan gizi (D1
gizi dan D4 gizi) serta S1/S2 gizi yang berpengalaman di bidang penyelenggaraan
makanan. Tenaga profesi non-gizi adalah tenaga profesi lain yang dibutuhkan untuk
kelancaran kegiatan penyelenggaraan makanan seperti akuntan, perhotelan,
administrasi, teknik, dsb. Sedangankan tenaga pelaksanan teknis meliputi tenaga
dengan latar belakang pendidikan tataboga (SMKK), SMA/SMP dan sebagainya.
2. Supervisor
Petugas gizi yang berperan sebagai juru masak, perbekalan, pranata komputer
dan ketatausahaan.
4. Staffing
a. Hygiene
1) Evaluasi
2. Visi
3. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan
dan kepuasan pasien.
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
4. Prinsin-Prinsip Pelaksanaan
b. Ketenagaan Gizi
Ketenagaan gizi mengacu kepada buku panduan pelayanan gizi
rumah sakit terbitan Kementerian Kesehatan RI.
Sarana, Peralatan Perlengkapan yaitu dengan memerlukan
perlengkapan yang memadai, antara lain ruangan penyediaan
makanan beserta perlengkapannya, ruangan konseling gizi,
ruangan pengawai serta ruang kepala instalasi gizi.
Kesehatan dan keselamatan kerja yaitu memiliki sasaran yang
merupakan petugas gizi agar dapat menghindari terjadinya
kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain
yaitu system kerja yang terorganisir, dikerjakan sesuai prosedur,
tempat kerja yang aman dan nyaman,beban kerja yang
proposional, pemeriksaan kesehatan berkala serta perilaku petugas
yang positif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Anggaran adalah anggaran yang dikeluarkan untuk makan pasien
dan pegawai (petugas jaga) berasal dari dana APBA pemerintah
Aceh dan dana BLUD.
b. Distribusi Ketenagaan
Kualifikasi Umum
Kualifikasi Khusus
Evaluasi
Pendidikan dan pelatihan
Orientasi karyawa baru
Orientasi umum
Orientasi khusus
Seminar
Pelatihan
f. Pengaturan Jaga
Hari kerja di RSUD Meuraxa Banda Aceh adalah 6 hari kerja dalam
seminggu dan jam kerja standar rumah sakit adalah 7 jam dalam
sehari. Pengaturan tenaga kerja di instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda
Aceh ini berdasarkan pada shift dan non shift. Tenaga di instalasi gizi
RSUD Meuraxa Banda Aceh saat ini terdiri dari penjamah makanan
dengan 3 shift (pagi, dan siang).
3. Food Cost/ Unit Cost Makan dan Harga Jual Makanan Untuk
Berbagai Kelas
a. Food Cost/ Unit Cost Makan
Food Cost makanan pasien adalah cara menghitung ketentuan harga
suatu makanan yang dihitung berdasarkan jumlah pasien, dan unit cost
bahan makanan pasien dijumlahkan dan dikalikan pemmakaian bahan
makanan persemester, bahan makanan tersebut dihitung jumlah
harganya.
Dalam menetapkan biaya pelayanan gizi unit cost makanan
berbagai kelas sudah di sesuaikan dengan standar teori yaitu dihitung
berdasarkan jumlah pasien dan dikalikan dengan frekuensi pemakaian
bahan makanan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun. Agar mencapai sasaran yang dikehendaki
atau tidak, melalui penilaian, pengelolaan dapat memperbaiki rencana
sebelumnya dan membuat rencana program baru. Evaluasi
menekankan penilaian terhadap masukan, proses, luaran dan dampak
untuk menilai relevansi kecukupan , kesusuian dan kegunaan.
Pada instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh evaluasi
pelaksanaan kegiatan dilakukan minimal setiap 1 tahun sekali.
Evaluasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ada.
c. Penyajian Makanan
Makanan yang sudah di olah maka akan di bawa ke ruang penyajian
makanan. Penyajian makanan dilakukan di ruang penyajian makanan,
makanan di sajikan didalam plato stainleessteel, piring dan juga kotak.
Penyajian makanan disajikan sesuai dengan jenis diet yang tertera di
tiket atau sesuai dengan jenis diet pasien.
Penyajian makanan dilakukan di atas meja penyajian, dan apabila
semuanya sudah disajikan sesuai dengan jenis diet pasien maka
makanan yang sudah disajikan akan ditutup agar tidak terkontaminasi
lagi dan setelah tutup maka makanan tersebuta akan disusun di rak
penyajian.
Tempat penyajian makanan juga disesuai kan dengan jenis ruang
yang berada di RSUD Meuraxa Banda Aceh, seperti plato
stainleessteel untuk ruang Al-Bayan, Humaira, Arafa, dan Asy-Syifa,
plato biru untuk ruang Senarai, Piring keramik putih polos untuk ruang
Ar-Rahman, piring keramik berbunga untuk ruang Marwah, dan kotak
untuk ruang Raudah, ICU, ICCU, IGD dan Pinere.
12. Modifikasi Resep Makanan/Formula dan Uji Cita Rasa/Uji
Organoleptik
Pengembangan resep adalah upaya memodifikasi standar resep yang
ada untuk menciptakan makanan baru yang berbeda baik warna, bentuk,
tekstur, aroma, maupun rasa dengan tetap memperhatikan prinsip dasar
dan resep awalnya. Makanan dan mengandung nilai gizi yang sesuai
standar.
Tujuan pengembangan resep yaitu adalah sebagai berikut :
a. Membuat variasi dari resep lama menjadi resep baru baik penampilan,
maupun cara pemasakan
b. Meningkatkan cita rasa, bentuk, dan penampilan serta nilai gizi sesuai
standar
Telah dilakukan modifikasi resep oleh Mahasiswa D-III Gizi dengan
beberapa topik pembuatan makanan biasa yang dilakukan di instalasi Gizi
di RSUD Meuraxa Banda Aceh adalah sebagai berikut yaitu :
a. Pembuatan sop bakso sayur dengan penambahan bakso yang dibuat
dari sayuran untuk pasien yang kurang menyukai sop sayur biasa.
b. Pembuatan bola-bola tahu brokoli yaitu tahu yang di buat dengan
bentuk bulat dan di tambahkan brokoli, bola-bola tahu brokoli untuk
pasien yang kurang menyukai lauk nabati yang hanya di gorang atau
pun di tumis.
c. Pembuatan perkedel dengan penambahan kacang hijau didalamnya,
perkedel kacang hijau untuk pasien yang kurang menyukai lauk nabati.
d. Pembuatan bening bayam merah dengan penambahan tauge
didalamnya, bening bayam merah untuk pasien yang kurang menyukai
sayuran atau tidak menyukai bening bayam yang biasanya
e. Pembuatan telur dadar sayuran, yaitu telur yang di goreng dengan
penambahan sayuran didalamnya, telur dadar sayuran di buat bagi
yang tidak menyukai lauk hewani.
Dari hasil modifikasi resep pembuatan makanan biasa dengan
penambahan sayuran bahwa modifikasi makanan biasa dengan
penambahan sayuran terdapat zat gizi vitamin, serat dan mineral serta
bertambah energy dan protein dari formula makanan biasa yang lama.
Hasil uji dari pembuatan makanan biasa modifiksi dengan penambahan
sayuran didapatkan dengan tekstur yang sesuai dengan keinginan yaitu
memiliki tekstur yang baik, memiliki banyak warna seperti warna orange,
hijau, putih, merah dan lain-lainnya, aroma dan rasa enak.
Dari hasil uji daya terima modifikasi resep makanan biasa dengan
penambahan sayuran didapatkan hasil bahwa tekstur telah sesuai untuk
dikonsumsi, memiliki variasi warna, aroma dan rasa enak. Makanan biasa
dengan penambahan sayuran ini sendiri memiliki kandungan vitamin,
lemak, protein, serat dan mineral yang baik bagi tubuh dan kesehatan.
No Uraian Bobot %
LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS
1. Halaman bersih, rapi, kering dan berjarak sedikitnya 1 1
500 m dari sarang lalat/tempat pembuangan sampah
serta tercium bau/aroma busuk/tidak sedap yang
berasal dari sumber pencemaran.
2. Konstruksi bangunan kuat, aman, terpelihara, bersih 1 1
dan bebas dari barang-barang yang tidak
berguna/barang sisa.
3. Lantai rapat air, kering, terpelihara, dan mudah 1 1
dibersihkan.
4. Dinding, langit-langit dan perlengkapannya dibuat 1 1
dengan baik, terpelihara dan bebas dari debu.
5. Bagian dinding yang kenak percikan air dilapisi bahan 1 0
yang kedap air.
6. Pintu dan jendela dibuat dengan baik dan kuat. Pintu 1 1
dibuat dengan digeser, membuka dengan mendorong
dengan tangan dengan cara di geser ke samping dan
dipasang alat menahan lalat dan bau-bauan. Pintu
dapur yang berhubungan keluar membuka ke arah
keluar.
PENCAHAYAAN
7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak 1 1
menimbulkan bayangan.
PENGHAWAAN
8. Ruang kerja maupun peralatan dilengkapi ventilasi 1 1
yang baik sehingga diperoleh kenyamanan dan
sirkulasi udara.
AIR BERSIH
9. Sumber air bersih yang aman jumlahnya cukup dan air 5 1
bertekanan.
AIR KOTOR
10. Pembuangan air kotor dari dapur, kamar mandi, wc, 1 1
dan air hujan, lancar, baik dan kering.
FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET
11. Cukup jumlah, nyaman dipakai dan mudah 3 3
dibersihkan.
12. Tersedia bak/tong sampah yang cukup untuk 2 1
menampung sampah, dibuat anti lalat, tikus dan
dilapisi kantong plastic yang selalu diangkat setiap kali
penuh.
RUANG PENGOLAHAN
13. Tersedia lantai yang cukup untukk pekerja pada 1 1
bangunan yang terpisah dari tempat tidur/tempat
mencuci pakaian.
14. Keadaan ruangan bersih dari barang yang tidak 1 1
berguna, dan barang tersebut tersimpan rapi di
gudang.
KARIYAWAN
15. Sama kariyawan yang berkerja bebas dari penyakit 5 1
infeksi. Penyakit kulit, bisul, luka terbuka dan ISPA.
16. Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong pendek, 5 3
bebas kosmetik, dan perilaku yang hygiene.
17. Pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut pendek 1 0
dan tubuh tanpa perhiasan.
MAKANAN
18. Sumbernya, keutuhan dan tidak rusak. 5 4
19. Bahan yang terolah dalam wadah/kemasann asli 1 1
terdaftar, berlebel, tidak kadarluasa.
PELINDUNG MAKANAN
20. Penanganan makanan yeng pontesial bahaya pada 5 4
suhu,, cara dan waktu yang memadai selama
penyimpanan, peracikan, persiapan, penyajian dan
pengangkutan makanan, serta melunakan makanan
beku sebelum dimasak/thowing.
21. Penanganan makanan yang pontensial berbahaya 4 4
karena tidak ditutup/disajikan ulang.
PERATAN MAKAN DAN MASAK
22. Pelindungan terhadap peralatan makan dan masak 2 1
dalam cara pembersihan, penyiapan, penggunaan dan
pemeliharaannya.
23. Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak 2 1
kembali.
24. Proses pencucian tahap mulai pembersihan sisa 5 4
makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan.
25. Bahan racun/peptisida disimpan tersendiri ditempat 5 1
yang aman. Terlindung, menggunakan label/tanda
yang jelas untuk digunakan.
26. Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan 4 0
peliharaan dan hewan pengaggu lainnya.
Jumlah 65 51
KHUSUS GOLONGAN A.I
27. Ruangan pengolahan makanan tidak dipakai untuk 1 1
ruangan tidur.
28. Tersedianya 1 buah lemari es (kulkas) 4 4
Jumlah 70 56
KHUSUS GOLONGAN A II
29. Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat 1 1
pembuangan asap.
30. Fasilitas pencucian dilengkapi dengan 3 bak 2 1
pencucian.
31. Tersedia kamar ganti pakaian dan di lengkapi dengan 1 1
penyimpanan pakaian/masker.
Jumlah 74 59
KHUSUS GOLONGAN A III
32. Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi dengan 1 0
grease trap ( penangkap lemak ).
33. Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat 1 1
penyiapan makanan matang.
o
34. Lemari penyimpanan dingin dengan suhu -5 C 4 4
dilengkapi dengan tremometer pengontrol.
35. Tersedianya kendaraan pengangkut makanan khusus. 3 3
Jumlah 83 67
KHUSUS GOLONGAN B
36. Sudut lantai dan dinding konus 1 1
37. Tersedianya ruangan belajar 1 0
38. Alat pembuangan asap di lengkapi filter 1 1
39. Dilengkapi saluran air panas untuk pencucian 2 2
40. Lemari pendingin dapat mencapai suhu 10oC 4 4
Jumlah 92 75
KHUSUS GOLONGAN C
41. Ventilasi dilengkapi dengan alat pengatur suhu. 1 0
42. Air keran bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2) 2 2
43. Lemari penyimpanan dingin tersedia untuk tempat 4 4
jenis bahan dengan suhu yang sesuai dengan
kebutuhan.
44. Rak pembawa makanan dan alat dilengkapi dengan 1 1
roda pengerak.
Jumlah 100 82
Hasil :
A. Kesimpulan
1. Instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh menggunakan sistem
penyelenggaraan makanan jenis swakelola yang mana instalasi gizi
bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan
makanan.
2. Penyelenggaraan makanan untuk pasien di RSUD Meuraxa Banda Aceh
mengacu pada peraturan pemberian makanan rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh pempinan rumah sakit.
3. Penyusunan standar bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh
disusun oleh ahli gizi di instalasi RSUD Meuraxa Banda Aceh yang mana
penyusunan standar bahan makanan sehari berdasarkan hasil pengumpulan
data mengenai jenis diet dan jumlah pasien pada tahun sebelumnya.
4. Perencanaan menu di instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh yakni
menggunakan menu dengan standar siklus menu 11 hari dan periode
penggantian menu selama 1 tahun yang ditanggung jawab oleh kepala
instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh.
5. Perencanaan kebutuhan bahan makanan di instalasi gizi di RSUD
Meuraxa Banda Aceh dihitung setahun sekali. Perhitungan kebutuhan
bahan makanan diperkirakan dengan jumlah rata-rata pasien pertahun.
6. Perencanaan anggaran di RSUD Meuraxa Banda Aceh dilakukan oleh tim
perencanaan di instalasi gizi yaitu semua koordinator pelayanan gizi yang
di koordinasikan oleh kepala instalasi gizi. Anggaran atau dana nantinya
diperoleh dari jasa layanan rumah sakit.
7. Pengadaan bahan makanan di instalasi gizi RSUD Meuraxa Banda Aceh
ada ditetapkan spefikasi bahan makanan. Perhitungan bahan makanan
dilakukan oleh petugas instalasi gizi yang pengadaannya dilakukan dua
kali dalam seminggu.
8. Pemesanan bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh sudah sesuai
dengan standar pesyaratan dari Depkes RI 2000 yaitu adanya kebijakan
rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan, adanya surat perjanjian
dengan bagian rekanan, adanya spesifikasi bahan makanan dan adanya
daftar pesanan bahan makanan.
9. Pembelian bahan makanan di instalasi gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh
dilakukan dengan menggunakan jasa reakanan yang telah ditetapkan oleh
pihak menajemen yang ada di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
10. Penerimaan bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh dilakukan
oleh tim bagian penerimaan bahan makanan dengan petugas bagiaan
penerimaan sabanyak satu orang yang dilakukan diruang penerimaan
bahan makanan pada saat penerima bahan makanan tidak sesuai
spesifikasi yang telah di tetapkan oelh rumah sakit maka akan di
kemablikan untuk figanti.
11. Penyimpanan bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh sudah
sesuai dengan standar Depkes RI 2007 yang mana penyimpanan bahan
makanan dibedakan anatara bahan makanan basah dan bahan makanan
kering.
12. Penyaluran bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh dilakukan
oleh dengan menghitung jumlah kebutuhan bahan makanan sesuai dengan
jumlah pasien, standar porsi dan menu pada hari pengolahan makanan
dicatat pada kartu stok pengeluaran bahan makanan.
13. Persiapan bahan makanan di instalasi gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh
dilakukan oleh 3 orang petugas yang ada diruang persiapan. Pada
persiapan bahan ,makanan sudah memenuhi standar yaitu pada proses
persiapan bahan makanan seperti sayur dicuci terlebih dahulu sebelum di
potong dan pada persiapan bahan makanan telah menggunakan standar
resep, standar bumbu, standar porsi, jadwal persiapan dan jadwal
pemasakan. Akan tetapi belum sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan di rumah sakit.
14. Pengelolahan bahan makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh dilakukan
setelah bahan makanan sudah dipersiapkan untuk diolah. Petugas
pengolahan makanan terlebih dahulu mempersiapkan alat pengolahan dan
pengecekan alat pengolahan.
15. Pendistribusian makanan di RSUD Meuraxa Banda Aceh menggunakan
sistem sentralisasi yaitu makanan disajikan sesuai dengan jenis diet
kedalam plato stainles steel dan juga plato yang ditutup dengan plastik
wrap serta snack dengan wadah plastik yang di distribusikan
menggunakan trolyy sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
16. Pencatatan dan pelaporan di instalasi gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh
dilakukan pada setiap bulan makanan masuk dan keluar. Sisa makanan
pasien, jumlah bentuk makanan pasien, stok bahan makanan yang tersisa
dan jumlah bahan makanan yang dipesan serta pelaporan dilakukan pada
saat bahan masuk dan sisa makanan di laporkan setiap bulannya.
Sedangkan evaluasi pada isntalasi gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh
pelaksanaan kegiatan dilakukan minimal setiap satu tahun sekali.
Eavaluasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang diterapkan di
RSUD Meuraxa Banda Aceh.
17. Dari hasil kelayakan fisik untuk hygiene dan sanitasi makanan di RSUD
Meuraxa Banda Aceh menggunakan form uji kelayakan fisik untuk
hygiene sanitasi makanan jasa boga mendapatkan 80,72% menurut nilai
golongan A III.
18. Di instalasi gizi di RSUD Meuraxa Banda Aceh ada dilakukannya
HACCP namun belum sistematis dan tidak tertulis.
B. Saran
1. Bagi pihak rumah sakit sebaiknya lebih memerhatikan insttalasi gizi serta
kualitas dari instalasi gizi dikarenakan instalasi gizi adalah bagian penting
dalam proses pelayanan kesehatan serta sarana untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien dalam bentuk pemberian makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, (2003). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta .
Depkes RI, (1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia.
Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Depkes RI, (2000). Prinsip- prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan, Jakarta
Kemenkes RI, (2013). Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Jakarta.