Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALIS

RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Praktek Kerja


Lapangan bidang Gizi Klinik Program Studi Diploma IV Gizi
Poltekkes Kemenkes Semarang

Disusun :

1. Noviana Luthfi Jayanti P1337431214022


2. Risca Ariyana P13374312140

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN GIZI

TAHUN AKADEMIK 2017


i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 3
C. Metode ................................................................................................................... 3
D. Sasaran ................................................................................................................... 3
E. Tempat ................................................................................................................... 3
F. Waktu ..................................................................................................................... 3
G. Media ..................................................................................................................... 4
H. Jumlah Audiens ...................................................................................................... 4
BAB II MATERI PENYULUHAN .................................................................................... 5
A. Pengertian Hemodialisis......................................................................................... 5
B. Tujuan Diet pada Pasien Hemodialisis .................................................................. 5
C. Syarat diet Hemodialisis ........................................................................................ 6
D. Pengaturan Makan pada Pasien CKD dengan Hemodialisa ................................... 6
1. Bahan Makanan Dianjurkan .............................................................................. 6
2. Bahan Makanan Dibatasi .................................................................................... 7
3. Bahan Makanan Dihindari .................................................................................... 7
E. Cara Mengelola Makanan ...................................................................................... 7
F. Cara Mengatasi Rasa Haus..................................................................................... 8
G. Contoh Kasus ......................................................................................................... 8
H. Contoh Menu Makanan bagi Pasien CKD dengan Hemodialisa ........................... 9
BAB IV EVALUASI ........................................................................................................ 10
A. Evaluasi Struktur .................................................................................................. 10
B. Evaluasi Proses .................................................................................................... 10

ii
BAB V PENUTUP............................................................................................................ 13
A. Simpulan .............................................................................................................. 13
B. Saran..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………….15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah


dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan
cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potassium dan fosfat
tetap stabil, serta memproduksi hormone dan enzim yang membantu dalam
mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap
kuat (Price, 2005).
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat
global dengan prevalensi dan insidensi gagal ginjal yang meningkat, prognosis
yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes
mellitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada
stadium tertentu. Hasil systematic review dan meta analysis yang dilakukan oleh
Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut
hasil Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian
peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada
tahun 2010. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2013 angka prevalensi penyakit
ginjal kronik di Indonesia yaitu sebesar 0,2% (Riskesdas, 2013).
Penyakit Ginjal Kronik adalah suatu keadaan klinis dimana fungsi ginjal
mengalami penurunan yang bersifat ireversibel yang pada suatu derajat dimana
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal
ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal (Sudoyo, 2009).
Penyakit Ginjal Kronik meruapakan faktor risiko untuk stadium akhir
penyakit ginjal (ESRD) dan penyakit jantung. Lebih dari 40% dari insiden ESRD

1
disebabkan oleh Diabetes Mellitus. Penyakit gagal ginjal kronik berkembang
secara perlahan, progresif, semakin memburuk sehingga ginjal tidak mampu
bekerja sesuai fungsinya. Deteksi dini dan pengobatan PGK diperlukan untuk
menurunkan angka kejadian ESRD dan penyakit kardiovaskuler. Penyakit ginjal
kronik pada sebagian besar keadaan tidak dapat dicegah. Pasien mungkin dapat
melindungi ginjal dari kerusakan atau memperlambat laju kerusakan ginjal
dengan mengontrol penyakit yang mendasari, seperti diabetes dan hipertensi.
Gejala penyakit ginjal biasanya muncul ketika penyakit sudah dalam stadium
lanjut (Krause, 2017).
Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, perjalanan penyakit secara
alamiah terjadi sampai pasien memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi
ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK)
atau chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK).
Hemodialisis bertujuan untuk membuang sisa metabolisme tubuh,
mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan serta homeostasis kalsium dan
fosfor, sehingga hemodialisis berguna untuk memperpanjang kelangsungan hidup
dan memperbaiki kualitas hidup penderita (Sidabutar et al., 1992). Pada umumnya
terapi pengganti yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah hemodialisis
(Kresnawan, 2005).
Oleh karena itu, perlu adanya pemberian edukasi melalui penyuluhan kepada
pasien PGK dengan terapi hemodialisis mengenai cara pengaturan makan yang
tepat bagi penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilaksanakan penyuluhan, pasien terapi hemodialisa dan


keluarga dapat mengetahui pengaturan makanan yang tepat.

2
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta diharapkan dapat :
a. Peserta paham mengenai hemodialisis
b. Peserta paham mengenai tujuan diet penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
c. Peserta paham mengenai syarat diet penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
d. Peserta paham mengenai pengaturan makanan penyakit ginjal kronis
dengan hemodialisis
e. Peserta paham mengenai cara mengelola makanan bagi pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
f. Peserta paham mengenai cara-cara untuk mengatasi rasa haus pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
g. Peserta paham mengenai pembagian makan dalam sehari pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis

C. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dengan
tanya jawab

D. Sasaran
Pasien dan keluarga dengan terapi hemodialisis di Instalasi Rawat Jalan.

E. Tempat
Ruang Hemodialisis

F. Waktu
Hari/ tanggal : Jum’at, 24 November 2017
Jam : 09.00 – 10.30 WIB

3
G. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Power point
2. Leaflet
3. LCD
4. Papan tulis putih
5. Microphone

H. Jumlah Audiens
Jumlah audiens yang hadir saat dilaksanakannya penyuluhan adalah sebanyak 13
orang.

4
BAB II

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Hemodialisis

Manajemen pada pasien gagal ginjal tahap akhir salah satu terapinya
adalah hemodialisia. Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dengan
menggunakan ginjal buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan
di dalam tubuh. Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah,
seperti toksin ureum dan kalium, atau zat pelarutnya, yaitu air atau serum darah
(Suwitra, 2006). Kesuksesan hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien. Pada
populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan 60%, ketidakpatuhan diet
57%, waktu dyalisis terhambat 19%, ketidakpatuhan obat 9%. Pasien hemodialisa
harus membatasi asupan cairan untuk mencegah overload cairan karena overload
cairan kronis dapat mengakibatkan hipertensi, akut paru edema, gagal jantung
kongestif, dan prematur kematian.
Hemodialisa dapat menyebabkan beberapa komplikasi, karena penyakit
yang mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses
selama menjalani hemodialisa tersebut atau dapat disebut juga komplikasi akut
hemodialisa (Rahardjo et al., 2006).

B. Tujuan Diet pada Pasien Hemodialisis


1. Mencukupi kebutuhan zat gizi sesuai kebutuhan perorangan agar status gizi
optimal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolisme protein tidak berlebihan.

5
C. Syarat diet Hemodialisis
1. Energi 30-35 kkal/kg BBI/hari
2. Protein 1-1,2 gr/kgBBI/hari, 50 % protein hewani dan 50 % protein nabati,
utamakan protein bioavabilitas tinggi
3. Asupan lemak 25% dari total energi
4. Asupan kalsium 1000 mg/hari
5. Natrium diberikan sesuai dgn jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 1 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap ½
liter urin (HD).
b. 1 – 4 + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap ½
liter urin (CAPD).
6. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 2 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap 1
liter urin (HD).
b. 3 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap 1
liter urin (CAPD).
7. Batasi asupan makanan sumber fosfor Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB
ideal/hari seperti kacang-kacangan, dan susu.
8. Jumlah asupan cairan = jumlah urin 24 jam + (500 – 750)

D. Pengaturan Makan pada Pasien CKD dengan Hemodialisa


1. Bahan Makanan Dianjurkan (Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011)
a. Bahan makanan sumber karbohidrat seperti : nasi, roti putih, mie, sagu,
jagung, makanan yang terbuat dari tepung-tepungan, madu dan lainnya.
b. Bahan makanan sumber protein : telur, ayam, daging, ikan, susu skim
sesuai anjuran.
c. Buah-buahan : jambu biji, sawo, pir, mangga, manggis, melon, salak,
stroberi, apel, dan lainnya.
d. Sayur-sayuran : tomat, gambas, labu siam, brokoli, terung, tauge kedelai,
kangkung, buncis, kacang panjang, wortel, jamur sesuai jumlah anjuran.

6
2. Bahan Makanan Dibatasi
a. Bahan makanan tinggi kalium bila hiperkalemia : alpukat, air kelapa,
pisang, belimbing, durian, nangka, kalian, daun singkong, paprika,
bayam, daun pepaya, kacang tanah, kacang ijo, kacang kedelai, cokelat,
kentang, ubi, singkong.
b. Air minum dan kuah sayuran yang berlebihan.
c. Bila hiperfosfatemia : susu, keju, yougurt, oatmeal, roti gandum, hati ayam
3. Bahan Makanan Dihindari
a. Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi perlu mengurangi
garam dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti
minuman bersoda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan, bumbu instan.
b. Sayuran mentah/lalapan. Semua jenis sayuran harus direbus
terlebih dahulu

E. Cara Mengelola Makanan


1. Makanlah secara teratur, porsi kecil sering
2. Untuk membatasi jumlah cairan , masakan lebih baik dibuat dalam bentuk
tidak berkuah misalnya: ditumis, dikukus, dipanggang, dibakar, digoreng.
3. Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu seperti
bawang, jahe, salam, dll.
4. Cara untuk mengurangi kalium dari bahan makanan : cucilah sayuran, buah
dan bahan makanan lain yang telah dikupas dan dipotong-potong kemudian
rendam bahan makanan dalam air pada suhu 50-60 derajat celcius (air
hangat) selama 2 jam, banyaknya air 10 kali bahan makanan. Air dibuang dan
bahan makanan dicuci dalam air mengalir selama beberapa menit. Setelah itu
masaklah. Lebih baik lagi jika air yang digunakan untuk memasak
banyaknya 5 kali bahan (Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011)

7
F. Cara Mengatasi Rasa Haus (Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Bandung, 2014).
1. Mengunyah permen karet untuk merangsang air liur
2. Makan 1 slice jeruk manis
3. Mengemut es batu
4. Berkumur
5. Kurangi makanan dengan citarasa asin dan juga pedas

G. Contoh Kasus
Nama : Ny.T Umur : 51 th
BB : 75 kg TB : 163 cm
IMT : 28,2 kg/m2 BBI : 56,7 kg
Kebutuhan Gizi Sehari :
Energi : 1984,4 kal Lemak : 52,3 gram
Protein : 56,7 gram Karbohidrat : 315 gram

Pembagian Makanan Sehari :


Pagi Jam 07.00
Berat (gr) *URT
Nasi 100 ¾ gls
Ayam tanpa kulit 40 1 ptg sdg
Tahu 50 1 bj bsr
Sayuran B 100 1 gls
Minyak 5 1 sdt
Gula pasir 15 1 sdm
Selingan jam 10.00 : kue lapis
Siang jam 12.00
Nasi 200 1 ½ gls
Bandeng 40 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran B 100 1 gls
Mangga 90 ¾ bh sdg
Minyak 10 2 sdt
Selingan jam 15.00 : klepon ubi
Malam Jam 18.00
Nasi 200 1 ½ gls
Telur ayam 55 1 btr
Tahu 50 1 bj bsr
Sayuran B 100 1 gls
Apel malang 75 1 bh sdg
Minyak 10 2 sdt
Selingan jam 21.00 : pisang rebus

8
H. Contoh Menu Makanan bagi Pasien CKD dengan Hemodialisa

PAGI SIANG MALAM


 Nasi putih  Nasi putih  Nasi putih
 Ayam bumbu bistik  Bandeng panggang  Telur semur
 Pepes tahu bumbu rujak  Tumis tahu dan
 Tumis kacang panjang  Tempe bolognaise unclang
 Gulai terong dan  Ca wortel, buncis
kacang panjang  Apel malang
 Mangga

Selingan (10.00) Selingan (15.00) Selingan (21.00)


Kue Lapis Klepon Ubi Pisang Rebus

9
BAB IV

EVALUASI

A. Evaluasi Struktur
Lokasi untuk presentasi kurang strategis. Beberapa pasien tidak bisa
memperhatikan materi yang ditampilkan melalui slideshow.

B. Evaluasi Proses
Peserta dapat menerima umpan balik dengan bertanya kepada penyaji.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta :
1. Apakah yang dimaksud dengan hiperkalemia pada pasien hemodialisis ?
Jawaban : hiperkalemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi kalium
dalam darah lebih dari 5 mEq/L darah. Biasanya konsentrasi kalium yang
tinggi lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Adapun
gejala hiperkalemia antara lain, mual, muntah, badan lelah dan otot terasa
lemah, kesemutan. Bahkan pada kasus hiperkalemia parah, kerja jantung
dapat menurun dan mengakibatkan pasien hilang kesadaran atau bahkan
mengalami kematian.
2. Mengapa pasien hemodialisis harus membatasi makanan sumber fosfat ?
Jawaban : Mengonsumsi makanan sumber fosfat terlalu berlebihan dapat
mengakibatkan hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia adalah kondisi dimana
konsentrasi fosfat dalam darah lebih dari normal. Hiperfosfatemia merupakan
masalah yang serius, karena hemodialisis tidak efektif dalam membuang
kelebihan fosfat di dalam tubuh. Pada pasien hemodialisis yang mengalami
hiperfosfatemia, konsentrasi kalsium darahnya akan menurun. Hal ini akan
merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormone paratiroid yang
akan meningkatkan konsentrasi kalsium darah. Apabila hal ini dibiarkan
berlanjut, simpanan kalsium di dalam tulang akan berkurang sehingga
mengakibatkan nyeri pada tulang hingga berkurangnya kepadatan tulang.

10
Adapun gejala hiperfosfatemia meliputi, timbul rasa gatal yang hebat dan
muncul ruam-ruam pada kulit, serta timbul rasa nyeri pada tulang.
3. Apakah pasien hemodialisis boleh mengonsumsi susu ? susu jenis apa yang
baik dikonsumsi oleh pasien hemodialisis ?
Jawaban : Diperbolehkan sesuai dengan anjuran. Apabila nafsu makan pasien
kurang, maka disarankan untuk mengonsumsi susu merk Neprishol-D yang
khusus diformulasikan untuk pasien dengan program hemodialisis.
Kandungan gizi dalam susu Neprishol-D akan membantu untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien HD. Namun apabila nafsu dan daya terima makan
pasien baik, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi susu tersebut dikarenakan
kebutuhan gizi pasien sudah terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi sesuai
anjuran diet.
4. Saya sangat menyukai udang. Biasanya saya mengolah udang laut menjadi
rempeyek yang digunakan sebagai lauk saat makan. Kebiasaan saya yang
seperti itu baik atau tidak ?
Jawaban : Semua jenis bahan makanan yang berasal dari laut mengandung
natrium. Dan udang laut adalah sumber bahan makanan yang mengandung
natrium cukup tinggi. Pasien hemodialisis dianjurkan untuk membatasi dan
bahkan menghindari bahan makanan sumber natrium untuk mencegah
terjadinya hipernatremia (mengakibatkan penurunan kesadaran atau kejang,
sering merasa haus dan muncul bengkak di kaki/tangan).
5. Saya biasa mengganti nasi dengan kentang. Kira-kira seberapa porsi kentang
yang pas untuk dikonsumsi ?
Jawaban : satu penukar nasi adalah 100 gram atau jika diukur dengan alat
rumah tangga adalah sebanyak ¾ gelas. Satu penukar kentang adalah 210
gram atau setara dengan 2 buah kentang. Nilai gizi satu penukar bahan
makanan karbohidrat adalah 175 kkal energi, 4 gram protein dan 40 gram
karbohidrat. Jadi, mengonsumsi 2 buah kentang sama dengan mengonsumsi
¾ gelas nasi. Namun, kentang termasuk dalam kategori bahan makanan tinggi
kalium. Perlu dilakukan proses pengolahan khusus untuk mengurangi dan
atau menghilangkan kadar kalium yang terkandung dalam kentang. Adapun

11
prosedur mengelola makanan tinggi kalium adalah dengan mengupas dan
memotong kentang, cuci pada air mengalir, rendam dalam air (banyaknya air
10 kali bahan makanan) pada suhu 50-600 celsius (air hangat) selama ± 2 jam,
buang air rendaman, cuci kembali pada air mengalir selama beberapa menit
dan yang terakhir, masaklah kentang dengan proses perebusan (banyaknya air
5 kali bahan makanan).
6. Di leaflet dianjurkan untuk mengolah makanan dalam bentuk tidak berkuah
misalnya dengan dibakar. Apakah saya boleh mengonsumsi sate daging ?
Jawaban : memang dianjurkan untuk mengolah makanan dalam bentuk tidak
berkuah. Namun cara memasak harus benar-benar diperhatikan dengan
melihat kondisi pasien. Membakar bahan makanan di atas api secara langsung
tidak dianjurkan karena akan menimbulkan zat karsinogenik yaitu
nitrosamine yang terbentuk dalam pembakaran bahan makanan atau
pemanasan minyak yang berkali-kali dengan suhu tinggi (minyak jelantah).
Daging yang dikonsumsi baiknya adalah daging tanpa lemak untuk mencegah
peningkatan kadar kolesterol dalam darah.

C. Evaluasi Hasil
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah 13 orang. Dan masing-
masing peserta diharapkan mampu :
1. Peserta paham mengenai hemodialisis
2. Peserta paham mengenai tujuan diet penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
3. Peserta paham mengenai syarat diet penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
4. Peserta paham mengenai pengaturan makanan penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
5. Peserta paham mengenai cara mengelola makanan bagi pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
6. Peserta paham mengenai cara-cara untuk mengatasi rasa haus pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
7. Peserta paham mengenai pembagian makan dalam sehari pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis

12
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan penyuluhan dengan judul “Pengaturan Makan pada
Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis” yang dilaksanakan pada Jum’at, 24
November 2017 pukul 08.30 – selesai yang bertempatkan di Ruang Hemodialisis
RSUP Dr. Kariadi Semarang, jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang.
Penyuluhan dilakukan sekitar ±20 menit. Pada akhir sesi penyuluhan terdapat
3 peserta yang bertanya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan. Setelah
mendapat jawaban dari penyuluh, peserta dirasa sudah mampu memahami tentang
pengaturan makan atau diit pada penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis.

B. Saran
Mahasiswa yang melakukan kegiatan PKRS akan lebih baik
memepersiapkan kembali materi dan media untuk penyuluhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI

Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011. Penyakit Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis.

Krause’s. 2017. Food and the Nutrition Care Process.Edisi ke-14.Canada :


Elsevier.

Kresnawan, Triyani. 2005. Penatalaksanaan Diet pada Penyakitt Ginjal kronik.


Jakarta : PERNEFRI & PGII.

Price, slyvia Anderson, Lorraine Mc Carty Wilson. Editor edisi bahasa Indonesia
Huriawati Hartanto… [ et al.]. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : ECG.

Sudoyo, Aru. W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5 .
Jakarta. Internal Publishing.

Suwitra K. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


et.al, 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal
Publishing.

Walalangi, R.G. and Sahelangi, O., 2015. Pola Makanpasien Hipertensi Dengan
Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado.
Gizido-Jurnal Ilmiah Gizi, 7(2).

14
1

Anda mungkin juga menyukai