Disusun :
ii
BAB V PENUTUP............................................................................................................ 13
A. Simpulan .............................................................................................................. 13
B. Saran..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………….15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
disebabkan oleh Diabetes Mellitus. Penyakit gagal ginjal kronik berkembang
secara perlahan, progresif, semakin memburuk sehingga ginjal tidak mampu
bekerja sesuai fungsinya. Deteksi dini dan pengobatan PGK diperlukan untuk
menurunkan angka kejadian ESRD dan penyakit kardiovaskuler. Penyakit ginjal
kronik pada sebagian besar keadaan tidak dapat dicegah. Pasien mungkin dapat
melindungi ginjal dari kerusakan atau memperlambat laju kerusakan ginjal
dengan mengontrol penyakit yang mendasari, seperti diabetes dan hipertensi.
Gejala penyakit ginjal biasanya muncul ketika penyakit sudah dalam stadium
lanjut (Krause, 2017).
Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, perjalanan penyakit secara
alamiah terjadi sampai pasien memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi
ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK)
atau chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK).
Hemodialisis bertujuan untuk membuang sisa metabolisme tubuh,
mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan serta homeostasis kalsium dan
fosfor, sehingga hemodialisis berguna untuk memperpanjang kelangsungan hidup
dan memperbaiki kualitas hidup penderita (Sidabutar et al., 1992). Pada umumnya
terapi pengganti yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah hemodialisis
(Kresnawan, 2005).
Oleh karena itu, perlu adanya pemberian edukasi melalui penyuluhan kepada
pasien PGK dengan terapi hemodialisis mengenai cara pengaturan makan yang
tepat bagi penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta diharapkan dapat :
a. Peserta paham mengenai hemodialisis
b. Peserta paham mengenai tujuan diet penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
c. Peserta paham mengenai syarat diet penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
d. Peserta paham mengenai pengaturan makanan penyakit ginjal kronis
dengan hemodialisis
e. Peserta paham mengenai cara mengelola makanan bagi pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
f. Peserta paham mengenai cara-cara untuk mengatasi rasa haus pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
g. Peserta paham mengenai pembagian makan dalam sehari pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
C. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dengan
tanya jawab
D. Sasaran
Pasien dan keluarga dengan terapi hemodialisis di Instalasi Rawat Jalan.
E. Tempat
Ruang Hemodialisis
F. Waktu
Hari/ tanggal : Jum’at, 24 November 2017
Jam : 09.00 – 10.30 WIB
3
G. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Power point
2. Leaflet
3. LCD
4. Papan tulis putih
5. Microphone
H. Jumlah Audiens
Jumlah audiens yang hadir saat dilaksanakannya penyuluhan adalah sebanyak 13
orang.
4
BAB II
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Hemodialisis
Manajemen pada pasien gagal ginjal tahap akhir salah satu terapinya
adalah hemodialisia. Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dengan
menggunakan ginjal buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan
di dalam tubuh. Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah,
seperti toksin ureum dan kalium, atau zat pelarutnya, yaitu air atau serum darah
(Suwitra, 2006). Kesuksesan hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien. Pada
populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan 60%, ketidakpatuhan diet
57%, waktu dyalisis terhambat 19%, ketidakpatuhan obat 9%. Pasien hemodialisa
harus membatasi asupan cairan untuk mencegah overload cairan karena overload
cairan kronis dapat mengakibatkan hipertensi, akut paru edema, gagal jantung
kongestif, dan prematur kematian.
Hemodialisa dapat menyebabkan beberapa komplikasi, karena penyakit
yang mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses
selama menjalani hemodialisa tersebut atau dapat disebut juga komplikasi akut
hemodialisa (Rahardjo et al., 2006).
5
C. Syarat diet Hemodialisis
1. Energi 30-35 kkal/kg BBI/hari
2. Protein 1-1,2 gr/kgBBI/hari, 50 % protein hewani dan 50 % protein nabati,
utamakan protein bioavabilitas tinggi
3. Asupan lemak 25% dari total energi
4. Asupan kalsium 1000 mg/hari
5. Natrium diberikan sesuai dgn jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 1 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap ½
liter urin (HD).
b. 1 – 4 + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap ½
liter urin (CAPD).
6. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam, yaitu :
a. 2 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap 1
liter urin (HD).
b. 3 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk tiap 1
liter urin (CAPD).
7. Batasi asupan makanan sumber fosfor Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB
ideal/hari seperti kacang-kacangan, dan susu.
8. Jumlah asupan cairan = jumlah urin 24 jam + (500 – 750)
6
2. Bahan Makanan Dibatasi
a. Bahan makanan tinggi kalium bila hiperkalemia : alpukat, air kelapa,
pisang, belimbing, durian, nangka, kalian, daun singkong, paprika,
bayam, daun pepaya, kacang tanah, kacang ijo, kacang kedelai, cokelat,
kentang, ubi, singkong.
b. Air minum dan kuah sayuran yang berlebihan.
c. Bila hiperfosfatemia : susu, keju, yougurt, oatmeal, roti gandum, hati ayam
3. Bahan Makanan Dihindari
a. Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi perlu mengurangi
garam dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti
minuman bersoda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan, bumbu instan.
b. Sayuran mentah/lalapan. Semua jenis sayuran harus direbus
terlebih dahulu
7
F. Cara Mengatasi Rasa Haus (Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Bandung, 2014).
1. Mengunyah permen karet untuk merangsang air liur
2. Makan 1 slice jeruk manis
3. Mengemut es batu
4. Berkumur
5. Kurangi makanan dengan citarasa asin dan juga pedas
G. Contoh Kasus
Nama : Ny.T Umur : 51 th
BB : 75 kg TB : 163 cm
IMT : 28,2 kg/m2 BBI : 56,7 kg
Kebutuhan Gizi Sehari :
Energi : 1984,4 kal Lemak : 52,3 gram
Protein : 56,7 gram Karbohidrat : 315 gram
8
H. Contoh Menu Makanan bagi Pasien CKD dengan Hemodialisa
9
BAB IV
EVALUASI
A. Evaluasi Struktur
Lokasi untuk presentasi kurang strategis. Beberapa pasien tidak bisa
memperhatikan materi yang ditampilkan melalui slideshow.
B. Evaluasi Proses
Peserta dapat menerima umpan balik dengan bertanya kepada penyaji.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta :
1. Apakah yang dimaksud dengan hiperkalemia pada pasien hemodialisis ?
Jawaban : hiperkalemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi kalium
dalam darah lebih dari 5 mEq/L darah. Biasanya konsentrasi kalium yang
tinggi lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Adapun
gejala hiperkalemia antara lain, mual, muntah, badan lelah dan otot terasa
lemah, kesemutan. Bahkan pada kasus hiperkalemia parah, kerja jantung
dapat menurun dan mengakibatkan pasien hilang kesadaran atau bahkan
mengalami kematian.
2. Mengapa pasien hemodialisis harus membatasi makanan sumber fosfat ?
Jawaban : Mengonsumsi makanan sumber fosfat terlalu berlebihan dapat
mengakibatkan hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia adalah kondisi dimana
konsentrasi fosfat dalam darah lebih dari normal. Hiperfosfatemia merupakan
masalah yang serius, karena hemodialisis tidak efektif dalam membuang
kelebihan fosfat di dalam tubuh. Pada pasien hemodialisis yang mengalami
hiperfosfatemia, konsentrasi kalsium darahnya akan menurun. Hal ini akan
merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormone paratiroid yang
akan meningkatkan konsentrasi kalsium darah. Apabila hal ini dibiarkan
berlanjut, simpanan kalsium di dalam tulang akan berkurang sehingga
mengakibatkan nyeri pada tulang hingga berkurangnya kepadatan tulang.
10
Adapun gejala hiperfosfatemia meliputi, timbul rasa gatal yang hebat dan
muncul ruam-ruam pada kulit, serta timbul rasa nyeri pada tulang.
3. Apakah pasien hemodialisis boleh mengonsumsi susu ? susu jenis apa yang
baik dikonsumsi oleh pasien hemodialisis ?
Jawaban : Diperbolehkan sesuai dengan anjuran. Apabila nafsu makan pasien
kurang, maka disarankan untuk mengonsumsi susu merk Neprishol-D yang
khusus diformulasikan untuk pasien dengan program hemodialisis.
Kandungan gizi dalam susu Neprishol-D akan membantu untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien HD. Namun apabila nafsu dan daya terima makan
pasien baik, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi susu tersebut dikarenakan
kebutuhan gizi pasien sudah terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi sesuai
anjuran diet.
4. Saya sangat menyukai udang. Biasanya saya mengolah udang laut menjadi
rempeyek yang digunakan sebagai lauk saat makan. Kebiasaan saya yang
seperti itu baik atau tidak ?
Jawaban : Semua jenis bahan makanan yang berasal dari laut mengandung
natrium. Dan udang laut adalah sumber bahan makanan yang mengandung
natrium cukup tinggi. Pasien hemodialisis dianjurkan untuk membatasi dan
bahkan menghindari bahan makanan sumber natrium untuk mencegah
terjadinya hipernatremia (mengakibatkan penurunan kesadaran atau kejang,
sering merasa haus dan muncul bengkak di kaki/tangan).
5. Saya biasa mengganti nasi dengan kentang. Kira-kira seberapa porsi kentang
yang pas untuk dikonsumsi ?
Jawaban : satu penukar nasi adalah 100 gram atau jika diukur dengan alat
rumah tangga adalah sebanyak ¾ gelas. Satu penukar kentang adalah 210
gram atau setara dengan 2 buah kentang. Nilai gizi satu penukar bahan
makanan karbohidrat adalah 175 kkal energi, 4 gram protein dan 40 gram
karbohidrat. Jadi, mengonsumsi 2 buah kentang sama dengan mengonsumsi
¾ gelas nasi. Namun, kentang termasuk dalam kategori bahan makanan tinggi
kalium. Perlu dilakukan proses pengolahan khusus untuk mengurangi dan
atau menghilangkan kadar kalium yang terkandung dalam kentang. Adapun
11
prosedur mengelola makanan tinggi kalium adalah dengan mengupas dan
memotong kentang, cuci pada air mengalir, rendam dalam air (banyaknya air
10 kali bahan makanan) pada suhu 50-600 celsius (air hangat) selama ± 2 jam,
buang air rendaman, cuci kembali pada air mengalir selama beberapa menit
dan yang terakhir, masaklah kentang dengan proses perebusan (banyaknya air
5 kali bahan makanan).
6. Di leaflet dianjurkan untuk mengolah makanan dalam bentuk tidak berkuah
misalnya dengan dibakar. Apakah saya boleh mengonsumsi sate daging ?
Jawaban : memang dianjurkan untuk mengolah makanan dalam bentuk tidak
berkuah. Namun cara memasak harus benar-benar diperhatikan dengan
melihat kondisi pasien. Membakar bahan makanan di atas api secara langsung
tidak dianjurkan karena akan menimbulkan zat karsinogenik yaitu
nitrosamine yang terbentuk dalam pembakaran bahan makanan atau
pemanasan minyak yang berkali-kali dengan suhu tinggi (minyak jelantah).
Daging yang dikonsumsi baiknya adalah daging tanpa lemak untuk mencegah
peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
C. Evaluasi Hasil
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah 13 orang. Dan masing-
masing peserta diharapkan mampu :
1. Peserta paham mengenai hemodialisis
2. Peserta paham mengenai tujuan diet penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
3. Peserta paham mengenai syarat diet penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
4. Peserta paham mengenai pengaturan makanan penyakit ginjal kronis dengan
hemodialisis
5. Peserta paham mengenai cara mengelola makanan bagi pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
6. Peserta paham mengenai cara-cara untuk mengatasi rasa haus pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
7. Peserta paham mengenai pembagian makan dalam sehari pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis
12
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan penyuluhan dengan judul “Pengaturan Makan pada
Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis” yang dilaksanakan pada Jum’at, 24
November 2017 pukul 08.30 – selesai yang bertempatkan di Ruang Hemodialisis
RSUP Dr. Kariadi Semarang, jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang.
Penyuluhan dilakukan sekitar ±20 menit. Pada akhir sesi penyuluhan terdapat
3 peserta yang bertanya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan. Setelah
mendapat jawaban dari penyuluh, peserta dirasa sudah mampu memahami tentang
pengaturan makan atau diit pada penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis.
B. Saran
Mahasiswa yang melakukan kegiatan PKRS akan lebih baik
memepersiapkan kembali materi dan media untuk penyuluhan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011. Penyakit Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis.
Price, slyvia Anderson, Lorraine Mc Carty Wilson. Editor edisi bahasa Indonesia
Huriawati Hartanto… [ et al.]. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : ECG.
Sudoyo, Aru. W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5 .
Jakarta. Internal Publishing.
Walalangi, R.G. and Sahelangi, O., 2015. Pola Makanpasien Hipertensi Dengan
Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado.
Gizido-Jurnal Ilmiah Gizi, 7(2).
14
1