Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JASA PANGAN

UJI KELAIKAN FISIK DI INSTALASI GIZI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO

DISUSUN OLEH:
1. Hanan Fakhira Najib (J310170113)
2. Dyah Ayu Karismasari (J310170134)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien demi kesembuhan dan kesehatan pasien. Rumah sakit
meningkatkan kesehatan melalui berbagai pelayanan salah satunya dengan pelayanan gizi.
Pelayanan gizi memiliki peranan penting seperti pelayanan medik lainnya. Pelayanan gizi di
rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh untuk memperbaiki dan
meningkatkan gizi (Kemenkes RI, 2013). Instalasi Gizi pada setiap harinya melakukan proses
pengolahan dengan menu yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan keadaan pasien. Untuk
dapat meningkatkan kesehatan pasien maka pelayanan yang diberikan harus diperhatikan
khususnya pada saat kontak dengan makanan.
Makanan mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh untuk membangun
dan mengganti jaringan, untuk bekerja, dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap
penyakit (Adams, 2001). Makanan yang diberikan kepada pasien harus bergizi dan aman.
Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung
mikroorganisme dan bahan kimia berbahaya yang diolah dengan tata cara yang benar sehingga
sifat dan zat gizinya tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia (Sari,
2012). Untuk dapat menghasilkan makanan yang aman maka perlu untuk memperhatikan
hygiene sanitasi selama pengolahan dan juga saat pengolahan.
Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya
kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan
peralatan agar aman dikonsumsi (permenkes, 2011). Penerapan higiene sanitasi
mempengaruhi keamanan pangan yang dihasilkan. Penjamah makanan dan lingkungan sekitar
memiliki peran penting dalam melindungi Kesehatan konsumen dari segala kontaminasi
makanan. Penanganan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang membahayakan
manusia seperti keracunan makanan atau timbulnya penyakit (Di et al, 2015). Sehingga
penerapan hygiene sanitasi ini sangat perlu diterapkan dan diperhatikan.
Oleh sebab itu pelayanan di instalasi gizi rumah sakit harus memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi yang ada pada peraturan mentri kesehatan RI nomor:
1096/Menkes/PER/VI/2011 sesuai golongan-golongannya. Maka dari itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana penerapan hygenie sanitasi di instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penilaian kelaikan fisik dan penerapan prinsip hygiene sanitasi di instalasi
gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas hygiene sanitasi penyelenggaraan makanan pasien di instalasi
gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
b. Mengetahui kesesuaian penyelenggaraan makanan pasien di di instalasi gizi RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
c. Mengetahui kualitas manajemen penyelenggaraan makanan pasien di instalasi gizi
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

C. Manfaat
1. Bagi instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Sebagai acuan untuk meningkatkan penerapan prinsip hygenie sanitasi di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro
2. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang system dan prinsip
hygenie sanitasi pada jasa boga
b. Untuk mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah dan
membandingkannya dengan kenyataan di lapangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan.
Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal dan tidak
mengandung bahan pencemar (Djarismawati et al, 2004). Makanan dan minuman yang dikonsumsi
tentunya perlu dikelola dengan baik dan benar agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit
akibat dari makanan atau yang dikenal dengan istilah foodborne disease. Bentuk pengelolaan
makanan yang baik dan benar yaitu dengan cara memperhatikan higiene dan sanitasi makanan.
Masalah sanitasi makanan sangatlah penting untuk diperhatikan, terutama di tempat-tempat umum
yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak (Septiani & Wulandari, 2020).
Salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan berupa penyelenggaraan makanan
untuk orang banyak adalah rumah sakit. Untuk menunjang kegiatan pelayanan medis, rumah sakit
biasanya juga melakukan kegiatan penyelenggaraan makanan yang berada di unit instalasi gizi. Di
rumah sakit, faktor makanan akan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena hal
tersebut menjadi salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien. Makanan yang
diberikan harus memenuhi unsur gizi dan juga keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-
komponen yang dapat menyebabkan penyakit. (Depkes,2004). Untuk mendapatkan makanan yang
sehat dan tidak membahayakan bagi para pasien, tentunya perlu diterapkan pula higiene sanitasi
makanan yang baik di rumah sakit (Septiani & Wulandari, 2020).
2.2 Pengertian Hygiene Sanitasi
Higiene sanitasi makanan menurut Permenkes RI No. 1096 tahun 2011 adalah suatu upaya
untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari
bahan makanan, orang, tempat dan peralatan yang digunakan. Hal tersebut bertujuan agar makanan
aman untuk dikonsumsi. Dalam pelaksanaan higiene sanitasi pengolahan makanan, terdapat 6 (enam)
prinsip utama penerapan yaitu mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
pengolahan makanan, penyimpanan makanan matang, pengangkutan makanan dan penyediaan/
penyajian makanan (Depkes, 2000).
2.3 Prinsip-prinsip Higiene Sanitasi
Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 1096 (2011) terdapat enam prinsip hygiene sanitasi makanan
dan minuman, yaitu :
1. Pemilihan bahan makanan
a) Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum
dihidangkan. Bahan mentah harus dipilih yang masih segar, tidak bernoda, tidak
berjamur dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa.
b) Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c) Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi diolah
untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut. Makanan olahan yang dikemas harus
mempunyai label dan merk yang terdaftar, kemasan tidak rusak atau kembung,
belum kadaluwarsa, dan kemasan yang digunakan hanya untuk satu kali penggunaan.
Sedangkan untuk makanan tidak dikemas harus baru, segar, tidak basi, tidak
busuk/rusak, tidak berjamur, dan tidak mengandung bahan berbahaya
2. Penyimpanan bahan makanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan terjadi
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus atau hewan lainnya, maupun bahan-
bahan yang berbahaya
b) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired
first out (FEFO), yaitu bahan yang digunakan terlebih dahulu adalah bahan makanan
yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa.
c) Wadah yang digunakan untuk menyimpan harus sesuai dengan jenis bahan makanan.
Untuk bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan
makanan yang kering harus disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab.
d) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :

No. Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan


< 3 hari ≤ 1 minggu > 1 minggu
1. Daging, ikan, udang -5º s/d 0ºC -10º s/d -5ºC > -10ºC
dan hasil olahnya
2. Telur, buah dan hasil 5º s/d 7ºC -5º s/d 0ºC >-5ºC
olahnya
3. Sayur, buah dan 10ºC 10ºC 10ºC
minuman
4. Tepung dan biji-bijian 25ºC atau 25ºC atau 25ºC
suhu ruang suhu ruang atau suhu ruang

3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses mengubah bentuk dari bahan mentah menjadi makanan
jadi/masak yang siap santap, dengan memperhatikan aturan cara pengolahan makanan yang
baik yaitu :
a) Dapur tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis hygiene
sanitasi untuk mencegah risiko terjadinya pencemaran terhadap makanan
b) Menu disusun dengan memperhatikan pemesanan dari konsumen; ketersediaan
bahan, jenis dan jumlahnya; keragaman variasi dari setiap menu; proses dan lama
waktu pengolahannya; serta keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait.
c) Bahan makanan disortir untuk memisahkan bagian bahan yang rusak dengan tujuan
untuk menjaga keawetan dan mutu makanan serta untuk mengurangi risiko terjadinya
pencemaran pada makanan
d) Tahapan dalam memasak harus sesuai. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan
pengolahan dan prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan, higienis,
dan semua bahan yang siap diamasak harus dicuci dengan air mengalir
e) Peralatan masak dan peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan harus
terbuat dari bahan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Wadah yang
digunakan untuk meyimpan makanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan dan
juga harus mempunyai tutup yang bias menutup sempurna dan dapat mengeluarkan
udara panas dari makanan untuk mencegah pengembunan (kondensasi). Keadaan
peralatan makanan pun harus utuh, tidak cacat dan mudah untuk dibersihkan
f) Pesiapan pengolahan makanan dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan dan
bahan makanan yang akan diolah sesuai dengan urutan prioritas.
g) Suhu dan waktu harus diatur dan diperhatikan jarena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pemasakan minimal 90ºC untuk
membunuh kuman pathogen dan waktu pemasakan tidak bolah terlalu lama agar
kandungan zat gizi tidak hilang
h) Prioritas dalam memasak
Didahulukan memasak makanan yang tahan lama, yaitu makanan yang digoreng dan
makanan kering. Makanan yang rawan seperti makanan berkuah dimasak paling
akhir.
i) Higiene penanganan makanan
Makanan diolah secara hati-hati dan seksama sesuai dengan prinsip hygiene sanitasi
makanan. Makanan ditempatkan dalam wadah tertutup dan hindari penempatan
makanan terbuka dengan tumpang tindih.
4. Penyimpanan makanan jadi/masak
a) Makanan tidak rusak, busuk, atau basi yang ditandai dengan perubahan rasa, bau,
warna dan aroma, berlendir, berjamur, atau adanya cemaran lain.
b) Memenuhi persyaratan bakteriologis, yaitu angka kuman E. coli pada makanan harus
0/gr contoh makanan.
c) Jumlah kandungan residu pestisida dan logam berat tidak boleh melebihi ambang
batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
d) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired
first out (FEFO), yaitu makanan yang dikonsumsi terlebih dahulu adalah makanan
yang disimpan terlebih dahulu dan makanan yang mendekati masa kadaluwarsa
e) Wadah untuk makanan harus berbeda untuk setiap jenis makanan jadi dan
mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi untuk
mengeluarkan uap air.
f) Makanan yang sudah jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.
g) Suhu makanan saat penyimpanan harus diperhatikan sebagai berikut :

No. Jenis Bahan Makanan Suhu penyimpanan


Akan segera Belum segera Disajikan
disajikan disajikan dalam waktu
lama
1. Makanan kering 25ºC s/d
30ºC
2. Makanan basah >60ºC -10ºC
(berkuah)
3. Makanan cepat basi >65,5ºC -5º s/d -1ºC
(santan, telur, susu)
4. Makanan disajikan 5ºC s/d 10ºC <10ºC
dingin
5. Pengangkutan makanan
a) Pengangkutan bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun.
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan
makanan yang higienis. Bahan makanan yang selama pengangkutan harus dalam
keadaan dingin diangkut dengan menggunakan alat pendingin agar bahan makanan
tidak rusak.
b) Pengangkutan makanan jadi/ masak/ siap santap
Makanan yang diangkut tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan diangkut
menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/ masak yang selalu
higienis. Setiap jenis makanan jadi ditempatkan di wadah masing-masing yang
bertutup. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, tidak berkarat dan ukuran wadah
memadai jumlah makanan yang akan ditempatkan dengan isi yang tidak boleh penuh
untuk menghindari terjadinya uap yang akan mencair (kondensasi). Suhu untuk
pengangkutan dalam waktu lama harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap
panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin pada suhu 40ºC
6. Penyajian makanan
a) Makanan dinyatakan layak untuk dikonsumsi apabila telah dilakukan uji organoleptik
dan uji biologis. Sedangkan uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan.
b) Tempat penyajian
Jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke tempat penyajian serta
hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi kondisi penyajian
c) Prinsip penyajian makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah yang terpisah dan tertutup agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Untuk makanan yang berkuah, kuah baru dicampur pada
saat menjelang dihidangkan untuk mencegah cepat rusak atau basi. Untuk makanan
yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam keadaan panas dengan, yaitu
sebelum ditempatkan dalam keadaan alat saji panas (food warmer/bean merry)
makanan harus berada pada suhhu >60ºC. Peralatan yang digunakan juga harus
higienis, utuh dan tidak cacat atau rusak.
d) Sampel atau contoh
Setiap menu makanana yang disajikan harus ada 1 porsi sampel makanan yang
disimpan sebagai bank sampel untuk konfirmasi bila terjadi gangguan atau tuntutan
konsunsumen.
2.4 Persyaratan Teknis Higiene dan Sanitasi
1. Bangunan
a) Lokasi
Lokasi jasaboga tidak dekat dengan sumber pencemaran, seperti tempat sampah
umum, WC umum, pabrik cat dan daerah sumber pencemaran yang lainnya.
1) Halaman Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia
tempat sampah yang bersih dan bertutup, tidak terdapat tumpukan barang-
barang yang dapat menjadi sarang tikus. Pembuangan air limbah diperlihara
agar tidak menimbulkan sarang serangga dan menjadi sarang masuknya tikus.
Untuk pembuangan air hujan lancer dan tidak terdapat genangan air.
2) Konstruksi Konstruksi bangunan harus aman, kokoh, serta bersih secara fisik
dan bebas dari barang-barang bekas yang ditempatkan sembarangan
3) Lantai Lantai harus kedap air, rata, tidak licin, tidak retak,
kemiringan/kelandaian cukup, dan mudah unutk dibersihkan.
4) Dinding Permukaan dinding dalam tidak lembab, rata, mudah dibersihkan
dan berwarna terang. Dinding dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter
dari lantai untuk dinding yang selalu terkena percikan air. Permukaan dinding
halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai
harus berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan dan tidak
menyembunyikan debu dan kotoran.
b) Langit-langit
Langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, permukaan bahannya rata,
berwarna terang, mudah dibersihkan, dan tidak menyerap air. Tinggi langit-langit
minimal 2,4 meter di atas lantai.
c) Pintu dan jendela
Pintu pada ruang pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan dapat
menutup sendiri. Pintu dan jendela ruang pengolahan juga dilengkapi dengan
peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai atau pintu rangkap yang dapat dibuka
dan dipasang untuk dibersihkan.
d) Pencahayaan
Untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan secara
efektif diperlukan intensitas cahaya yang cukup. Setiap ruang tempat pengolahan
makanan dan tempat cuci tangan minimal mempunyai intensitas cahaya sebesar 200
lux pada titik 90 cm dari lantai. Semua pencahayaan didistribusikan sedemikian rupa
agar tidak menimbulkan silau dan tidak menimbulkan bayangan
e) Ventilasi/ penghawaan/ lubang angin Ventilasi yang cukup dibutuhkan pada
bangunan dan ruangan tempat pengolahan agar terjadi sirkulasi/ peredaran udara.
Lingkungan tempat kerja harus dibuat dengan ventilasi yang baik (Winarno, 2004).
Ventilasi dibutuhkan minimal 20% dari luas lantai untuk mencegah ruangan panas,
menjaga kenyamanan dalam ruangan, serta membuang bau, asap dan pencemaran lain
dari ruangan.
f) Ruangan pengolahan makanan Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan
jumlah karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang pengolahan. Luas
lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2 m2 ) untuk setiap
orang pekerja. Ruangan pengolahan makanan juga tidak boleh berhubungan langsung
dengan toilet dan kamar mandi. Peralatan minimal yang harus ada di ruang
pengolahan makanan adalah meja kerja, lemari/tempat penyimpanan bahan makanan
jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya. Ruang
pengolahan makanan harus dibersihkan sebelum dan sesudah pengolahan makanan
(Sabarguna, 2011).
2. Fasilitas Sanitasi
a) Tempat cuci tangan
Terdapat tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan dan bahan
makanan. Tempat cuci tangan harus dilengkapi air mengalir dan sabun, alat
pengering, bak penampungan air, dan saluran pembuangan tertutup. Tempat cuci
piring harus ditempatkan di tempat yang yang mudah dijangkau dan dekat dengan
tempat bekerja. Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan jumlah karyawan
dengan perbandingan minimal 1 : 10.
b) Air bersih
Untuk seluruh kegiatan jasaboga, air harus tersedia cukup dengan kualitas air bersih
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Air merupakan
komoditi yang sangat penting untuk persiapan bahan pangan. Maka dari itu seluruh
air yang akan digunakan untuk tujuan minum dan memasak harus bebas dari bakteri
pathogen yang membahayakan kesehatan manusia (Winarno, 2004).
c) Jamban dan peturasan (urinoir) Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan
yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi. Jumlah jamban harus cukup, dengan
perbandingan sebagai berikut:
1 -10 orang karyawan : 1 buah jamban
11-25 orang karyawan : 2 buah jamban
26-50 orang karyawan : 3 buah jamban
Dengan setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 25 orang, ada penambahan
1 buah jamban.
Sedangkan untuk jumlah peturasan perbandingannya sebagai berikut :
1 – 30 orang karyawan : 1 buah peturasan
31 – 60 orang karyawan : 2 buah peturasan
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 30 orang, ada penambahan 1 buah
peturasan
d) Kamar mandi
Fasilitas kamar mansi harus dilengkapi dengan air mengalir dan saluran pembuangan
air limbah yang memenuhi peryaratan kesehatan. Jumlah kamar mandi harus
mencukupi kebutuhan, yaitu minimal 1 buah kamar mandi untuk untuk 30 orang.
Setiap ada penambahan karyawan sampai 20 orang, ada penambahan 1 buah kamar
mandi
e) Tempat sampah Tempat sampah yang digunakan harus terpisah antara sampah basah
(organik) dengan sampah kering (anorganik). Tempat sampah harus tertutup, tersedia
dalam jumlah yang cukup dan ditempatkan sedekat dengan sumber produksi sampah
namun tidak boleh sampai terlalu dekat dengan makanan untuk menghinsari
kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah
3. Peralatan
Tersedia tempat pencucian peralatan dan bahan makanan. Akan lebih baik jika tempat
pencucian peralatan terpisah dengan tempat pencucian bahan makanan. Seluruh peralatan
yang akan digunakan dan bersentuhan dengan bahan pangan harus dijaga agar dalam keadaan
yang sangat bersih Peralatan masak harus dicuci menggunakanan bahan pembersih. Setelah
dibersihkan, peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan
pada rak yang bersih
4. Ketenagaan
Tenaga atau karyawan harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
a) Memiliki sertifikat khusus higiene sanitasi makanan.
b) Berbadan sehat, dibuktikan dengan surat keterangan dokter
c) Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, TBC, hepatitis dan lain-lain atau
pembawa kuman (carrier).
d) Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku.
e) Semua kegiatan pengolahan makanan dilakukan dengan cara terlindung dari kontak
langsung dengan tubuh
f) Perlindungan kontak langsung dengan makanan menggunakan alat sarung tangan
plastic sekali pakai (disposal), penjepit makanan, sendok, dan garpu
g) Digunakan alat untuk melindungi pencemaran terhadap makanan, yaitu celemek,
tutup rambut, dan sepatu kedap air.
h) Perilaku yang harus ditaati selama bekerja mengelola makanan :
(1) Tidak merokok (2) Tidak makan atau mengunyah (3) Tidak memakai perhiasan,
kecuali cincin kawin yang tidak ada hiasannya (polos) (4) Tidak menggunakan
peralatan fasilitas yang bukan untuk keperluannya (5) Selalu mencuci tangan sebelum
bekerja, setelah keluar dari toilet, dan setelah bekerja (6) Selalu menggunakan
pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar (7) Pakaian kerja selalu bersih dan
tidak dipakai di luar tempat jasaboga
i) Tidak banyak berbicara selama bekerja dan menutup mulut pada saat batuk atau
bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari ruangan
j) Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan diolah maupun yang sudah
diolah
5. Makanan
Makanan yang dikonsumsi harus, bersih, higienis, sehat dan aman yaitu terbebas dari cemaran
fisik, kimia dan bakteri.
a) Cemaran fisik diantaranya adalah kekrikil, rambut, potongan lidi, dan isi staples.
Cemaran ini dapat diketahui dengan penglihatan secara seksama atau secara kasat
mata.
b) Cemaran kimia deperti pertisida, Seng, Tembaga, Timah Hitam, Arsenicum, dan
Cadmium. Makanan dapat dikatakan bebas dari cemaran kimia dengan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil pemeriksaan negatif.
c) Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E. coli) dan bakteri lainnya dapat dilakukan
uji pemeriksaan laboratorium dengan hasil pemeriksaan menunjukkan angka kuman
E. coli 0 (nol).
6. Pemeriksaan Higiene Sanitasi
Pemeriksaan higiene sanitasi digunakan untuk menilai kelaikan persyaratan teknis fisik yaitu
bangunan, peralatan dan ketenagaan maupun persyaratan makanan dari cemaran kimia dan
bakteriologis
a) Pemeriksaan fisik
(1) Golongan A1, minimal nilai 65, maksimal 70, atau 65-70%
(2) Golongan A2, minimal nilai 70, maksimal 74, atau 70-74%
(3) Golongan A3, minimal nilai 74, maksimal 83, atau 74-83%
(4) Golongan B, minimal nilai 83, maksimal 92, atau 83-92% (5) Golongan C,
minimal nilai 92, maksimal 100, atau 92-100%
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Cemaran kimia pada makanan adalah negative
(2) Angka kuman E. coli pada makanan 0/gr contoh makanan
(3) Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol) (4) Tidak ditemukan adanya carrier
(pembawa kuman pathogen) pada penjamah makanan yang diperiksa (usap
dubur/rectal swab)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Kegiatan uji laik fisik dilakukan pada tanggal 4 Februari 2021 bertempat di instalasi
gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

B. TIM PELAKSANA
1. CI : Siti N Bayuningsih, S.Gz
2. Pelaksana : Hanan Fakhira Najib (J310170113)
: Dyah Ayu Karismasari (J310170134)

C. PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat
dari foto-foto yang dikirimkan oleh CI
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dari kuesioner uji kelaikan fisik hygiene
sanitasi jasa boga (Kemenkes RI, Nomor: 2096/PER/VI/2011) dan diskusi
dengan CI secara online

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
UJI KELAIKAN FISIK
HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA
(KEMENKES RI, NOMOR : 1096/Menkes/PER/VI/2011)

Nama Institusi : RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten


Alamat Institusi
: Jalan KRT dr Soeradji Tirtonegoro No.1 . Tegalyoso, Klaten Selatan,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57424
Nama Pemeriksa 1. Hanan Fakhira Najib (J310170113)
2. Dyah Ayu Kharismasari (J310170134)
Tanggal Pemeriksa : 4 Februari 2021
Gol. Jasaboga :B

No Uraian Bobot X Nilai Nilai Keterangan


. Akhir
LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS
1. a. Halaman bersih, rapi, dan tidak becek 1 0-100 100 1
b. Halaman berjarak sedikitnya 500 meter 100
dari sarang lalat, tempat pembuangan
sampah dan tidak tercium bau busuk yang
berasal dari sumber pencemaran.

2. a. Konstruksi bangunan kuat dan aman 1 100 100 1


b. Konstruksi bangunan terpelihara,
bersih dan bebas dari barang-barang 100 100
yang tidak berguna dan barang sisa.
3. a. Lantai kedap air 1 0-100 100 1 Terdapat lantai yang
b. Lantai rata 100 sudutnya retak
c. Lantai tidak licin 100
d. lantai tidak retak dan terpelihara 90
100
e. lantai mudah dibersihkan.
4. a. Dinding dibuat dengan baik, terpelihara, 1 0-100 100 1
bebas dari debu, dan sarang laba-laba
b. Langit-langit dibuat dengan baik,
terpelihara, bebas dari debu dan sarang 100
laba-laba

5. Bagian dinding yang kena percikan air 1 0-100 60 1 Lapisan kedap air tidak
dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter sampai
dari lantai 2 meter

6. a. Pintu dibuat dengan baik dan kuat 1 0-100 100 1 Pintu tidak dibuat
b. Jendela dibuat dengan baik dan kuat 100 menutup sendiri, tidak
c. Pintu dibuat menutup sendiri 80 membuka kedua arah,
d. Pintu dibuat membuka kedua arah 80 dan tidak membuka
100 keluar
e. Pintu dipasang alat penahan lalat dan bau.
f. Pintu dapur membuka ke arah luar
80

PENCAHAYAAN
7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan 1 0-100 100 1
sedikitnya 10 fc pada bidang kerja dan tidak
menimbulkan bayangan.

PENGHAWAAN
8. a. Ruang kerja dilengkapi ventilasi yang baik 1 0-100 90 1 Dibeberapa tempat
sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak masih ada yang kurang
pengap ventilasi
b. Ruang peralatan dilengkapi ventilasi 100
yang baik sehingga terjadi sirkulasi udara
dan tidak pengap.

AIR BERSIH
9. a. Sumber air bersih dan aman 5 0/100 100 5
b. Sumber air jumlah cukup 0/100 100
c. Sumber air bertekanan 0-100 100
AIR KOTOR
10. a. Pembuangan air limbah dari dapur lancar, 1 0-100 100 1
baik dan tidak menggenang
b. Pembuangan air limbah dari kamar mandi 100
lancar, baik dan tidak menggenang
c. Pembuangan air limbah dari WC lancar,
baik dan tidak menggenang 100
d. Pembuangan air limbah dari saluran
air hujan lancar, baik dan tidak 100
menggenang
FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET
11. a. Cuci tangan jumlah cukup 3 0-100 100 3
b. Cuci tangan tersedia sabun 100
c. Cuci tangan nyaman dipakai 100
d. Cuci tangan mudah dibersihkan 100
100
e. Toilet jumlah cukup
100
f. Toilet tersedia sabun
100
g. Toilet nyaman dipakai 100
h. Toilet mudah dibersihkan
PEMBUANGAN SAMPAH
12. a. Tersedia tempat sampah yang cukup 2 0-100 100 2
b. Tersedia tempat sampah yang bertutup 100
c. Tersedia tempat sampah yang dilapisi 100
kantong plastik yang selalu diangkat
setiap kali penuh.
RUANG PENGOLAHAN MAKANAN
13. a. Tersedia luas lantai yang cukup untuk 1 0-100 100 1
pekerja pada bangunan dan terpisah
dengan tempat tidur
b. Tersedia luas lantai yang cukup untuk 100
pekerja pada bangunan dan terpisah
dengan tempat mencuci pakaian
14. Ruangan bersih dari barang yang tidak berguna. 1 0-100 100 1
(barang tersebut disimpan rapi di gudang)

KARYAWAN
15. Semua karyawan yang bekerja bebas dari penyakit 5 0/100 100 5
menular, seperti penyakit kulit, bisul, luka
terbuka dan infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA).
16. Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong 5 0/100 100 5
pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang higienis

17. a. Pakaian kerja dalam keadaan bersih, 1 0/100 100 1


termasuk penutup kepala
b. Tubuh bebas perhiasan 100
MAKANAN
18. a. Sumber makanan utuh 5 0-100 100 5
b. Sumber makanan tidak rusak. 0/100 100
19. a. Bahan makanan terolah dalam 1 0-100 100 1
kemasan asli
b. Bahan makanan terolah terdaftar, 100
berlabel dan tidak kadaluwarsa 0/100
PERLINDUNGAN MAKANAN
20. a. Penanganan makanan yang potensi 5 0/100 100 5
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu
yang memadai selama penyimpanan.
b. Penanganan makanan yang potensi 100
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu
yang memadai selama peracikan.
c. Penanganan makanan yang potensi 100
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu
yang memadai selama persiapan serta
melunakan makanan beku sebelum
dimasak (thawing)
d. Penanganan makanan yang potensi 100
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu
yang memadai selama persiapan
penyajian.
100
e. Penanganan makanan yang potensi
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu
yang memadai selama pengangkutan
makanan.
21. a. Penanganan makanan yang potensial 4 0/100 100 4
berbahaya karena tidak ditutup dan
disajikan ulang
PERALATAN MAKAN DAN MASAK
22. a. Perlindungan terhadap peralatan makan 2 0-100 100 2
dalam cara pembersihan, penyimpanan,
penggunaan, dan pemeliharaannya
b. Perlindungan terhadap peralatan masak
dalam cara pembersihan, penyimpanan, 100
penggunaan, dan
pemeliharaanya
23. a. Alat makan sekali pakai tidak dipakai 2 0/100 100 2
ulang
b. Alat masak yang sekali pakai tidak 0/100 100
dipakai ulang.
24. Proses pencucian melalui tahapan mulai dari 5 0/100 100 5
pembersihan sisa makanan, perendaman,
pencucian dan pembilasan.
25. a. Bahan racun / pestisida disimpan 5 0/100 100 5
tersendiri di tempat yang aman,
terlindung.
b. Bahan racun / pestisida menggunakan 100
label / tanda yang jelas untuk digunakan. 0/100

26. Perlindungan terhadap serangga, tikus, dan 4 0-100 100 4


hewan pengganggu lainnya.
JUMLAH 65 65
KHUSUS GOLONGAN A.1
27. Ruang pengolahan makanan tidak dipakai 1 0/100 100 1
sebagai ruang tidur.
28. Tersedia 1 (satu) buah lemari es (kulkas) 4 0/100 100 4
JUMLAH 70 70
KHUSUS GOLONGAN A.2
29. Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan 1 0/100 100 1
alat pembuang asap.
30. Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak 2 0/100 100 2
pencuci.
31. a. Tersedia kamar ganti pakaian 1 0/100 100 1
b. Tersedia tempat penyimpanan pakaian (loker) 100
JUMLAH 74 74

KHUSUS GOLONGAN A.3


32. Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi 1 0/100 100 1
dengan penangkap lemak ( grease trap)
33. Tempat memasak terpisah secara jelas dengan 1 0/100 100 1
tempat penyiapan makanan matang.
34. Lemari penyimpanan dingin dengan suhu - 5°C 4 0/100 100 4
dilengkapi dengan termometer
pengontrol.
35. Tersedia kendaraan khusus pengangkut 3 0/100 100 3
makanan

JUMLAH 83 83
KHUSUS GOLONGAN B
36. Pertemuan sudut lantai dan dinding lengkung 1 0 0 Sudut lantai dan
(konus). dinding tidak konus

37. Tersedia ruang belajar. 1 100 1


38. Alat pembuangan asap dilengkapi filter 1 100 1
(penyaring)
39. Dilengkapi dengan saluran air panas untuk 2 100 2
pencucian.
40. Lemari pendingin dapat mencapai suhu – 10 4 100 4
°C.
JUMLAH 92 91
KHUSUS GOLONGAN C
41. Ventilasi dilengkapi dengan alat pengatur 1
suhu.
42. Air kran bertekanan 15 psi. 2
43. Lemari penyimpanan dingin tersedia untuk tiap 4
jenis bahan dengan suhu yang sesuai
kebutuhan.
44. Rak pembawa makanan/alat dilengkapi 1
dengan roda penggerak.
JUMLAH 100

B. PEMBAHASAN
Penyelenggaraan makanan pada semua golongan jasa boga pasti memiliki tujuan yang
sama yaitu memberikan makanan yang sesuai dan aman. Agar dapat menghasilkan makanan
yang aman dan tidak membahayakan bagi kesehatan maka perlu dilakukannya perlindungan
yang dapat dilakukan dengen penerapan hygiene sanitasi. Setiap golongan jasa boga memiliki
persyaratan masing-masing yang perlu dipenuhi mengenai hygiene dan sanitasi. Instalasi gizi di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan salah satu jasa boga dengan golongan B yang
artinya ruang pengolahan sudah mengginakan dapur khusus, mempekerjakan tenaga kerja, dan
sudah memenuhi persyaratan teknis jasaboga golongan A3.
Dari hasil uji kelaikan fisik di instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro didapatkan
hasil sebesar 91/92 atau 91% yang mana hal ini menunjukkan bahwa di instalasi gizi RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro sudah memenuhi persyaratan keseluruhan.
1. Bangunan dan halaman sekitar
Halaman pada instalasi gizi bersih, rapi, dan tidak becek karena setiap harinya selalu
ada petugas kebersihan yang membersihkan sehingga kebersihannya terjaga. Kebersihan
halaman perlu diperhatikan karena halaman yang kotor dan becek dapat mengganggu
jalannya pegawai dan jika terinjak pegawai makan dapat mengotori ruangan-ruangan yang
didatangi pegawai. Lokasinya juga tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah
sehingga tidak menimbulkan bau busuk.
Konstruksi bangunan dan langit-langit di tempat penyelenggaraan makanannya dibuat
dengan tembok dan bahan yang kuat, sehingga aman dan tidak mudah roboh. Bangunan
yang rapuh akan menyebabkan seringnya kerusakan dan dapat menyebabkan kontaminasi.
Jendela-jendela yang ada jumlahnya tidak terlalu banyak, ada beberapa tempat yang tidak
ada jendela tetapi banyak bolongan atau celah sehingga sirkulasi udara tetap baik, dan ada
pula yang dirasa masih kurang ventilasinya. Ruangan-ruangan di instalasi gizi RSUP Dr
Soeradji Tirtonegoro juga sudah memiliki lampu-lampu yang memadai untuk penerangan,
sehingga meskipun memiliki tempatnya luas tetapi penerangannya sudah cukup, tidak
menimbulkan bayangan.
Pada bagian bangunan instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sudah memenuhi
syarat hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan saat
akan melakukan perubahan. Pada bangunan bagian dinding yang terkena percikan air sudah
dilapisi dengan bahan yang kedap air hanya saja belum memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Permenkes nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 dimana syarat yang harus dipenuhi
adalah bagian dinding yang terkena percikan air harus dilapisi dengan bahan yang kedap air
dengan tinggi minimal 2 meter dari lantai dan pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tinggi
yang ada tidak mencapai 2 meter. Pada bagian lantai juga sudah disusun dengan baik, lantai
kedap air, lantai tidak licin dan mudah dipelihara. Hanya saja ada beberapa bagian yang
lantainya sudah retak-retak, hal ini menunjukkan pada bagian lantai kurang terpelihara.
Lantai yang retak dapat menyebabkan tersandung, luka, dan hal-hal lainnya. Semua barang-
barang yang ada juga tersimpan dengan baik sesuai tempat-tempatnya. tidak ada yang
berserakan.
Pintu dan jendela disetiap ruangan juga dibuat dengan baik sehingga kuat. Tetapi pintu
yang ada tidak semuanya dibuat serupa, ada pintu-pintu yang tidak menutup sendiri Ketika
dibuka, ada juga pintu yang tidak membuka kedua arah, dan ada pintu yang tidak membuka
keluar. Akan tetapi semua pintu sudah dipasang dengan penahan lalat dan bau sehingga
tidak mengganggu ataupun mencemari.
2. Fasilitas Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya seperti menyediakan air untuk cuci tangan,
menyediakan tempat sampah supaya tidak membuang sampah sembarangan, dan lain-lain
(Marsanti, 2018). Di instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro juga sudah menyediakan
fasilitas sanitasi dengan baik dan cukup. Fasilitas cuci tangan juga sudah tersedia disetiap
ruangan yang dilengkapi wastafel, sabun cuci tangan dan tisu sekali pakai, dan tersedianya 3
toilet didalam satu ruang lingkup instalasi gizi.
3. Penyediaan air bersih dan pembuangan air kotor
Sumber air yang digunakan di instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah air yang
berasal dari PAM dan air tanah dan setiap sebulan sekali dilakukan pemeriksaan e-coli.
Pembuangan air juga selalu diperiksa setiap seminggu sekali dan apabila terjadi
penyumbatan atau mampet maka akan langsung perbaikan.
4. Hygiene Karyawan
Di Instalasi Gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro seluruh karyawan di instalasi gizi
sudah dipastikan tidak ada yang menggunakan perhiasan apapun saat bekerja karena sudah
menjadi aturannya seperti begitu. Setiap satu minggu sekali juga dilakukan sampling dari
tenaga pengolah dan pramusaji untuk pengecekan penggunaan APD serta kebersihan diri
penjamah makanan. Dilakukan juga medical check up rutin dan dipastikan juga tidak ada
yang memiliki penyakit menular.
Penerapan hygiene di era pandemi ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Di masa
pandemi ini APD benar-benar harus diperhatikan, pembatasan jumlah orang dalam suatu
ruangan (social distancing).
5. Bahan Makanan
Kondisi bahan makanan pada awal penerimaan bahan makanan selalu segar. Semua
bahan makanan yang datang selalu dilakukan pengecekan dan disesuaikan dengan
spesifikasi yang ada sehingga semua bahan dalam kemasan asli, terdaftar, berlabel, dan
tidak kadaluarsa.
6. Peralatan
Peralatan masak dan makan yang digunakan di instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
adalah peralatan yang dipakai ulang atau dicuci Ketika sudah selesai digunakan kecuali
peralatan makan untuk pasien dengan infeksi yang memakai peralatan sekali pakai supaya
tidak menyebabkan penularan. Pembersihan alat-alat yang ada dengan menggunakan dish
washer sehingga pembersihannya sudah dilakukan dengan baik yaitu pembersihan sisa
makanan, perendaman, pencucian hingga pembilasan.

Pada jasa boga dengan golongan B harus memenuhi persyaratan khusus yaitu:
1. Pembuangan air kotor harus dilengkapi dengan penangkap lemak (grease trap) sebelum
dialirkan ke bak penampungan air kotor (septic tank) atau tempat pembuangan lainnya.
Pada persyaratan ini instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sudah memenuhi
syarat karena sudah adanya penangkap lemak.
2. Pertemuan antara lantai dan dinding tidak terdapat sudut mati dan harus lengkung
(conus). Pada persyaratan ini instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro belum
memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pengamatan pertemuan antara lantai dan
dinding terdapat sudut mati
3. Memiliki ruang kantor dan ruang untuk belajar/khusus yang terpisah dari ruang
pengolahan makanan. Pada persyaratan ini instalasi gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
sudah memenuhi karena adanya perpustakaan gizi mini
4. Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan penangkap asap (hood), alat
pembuang asap dan cerobong asap. Pada persyaratan ini instalasi gizi RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro sudah memenuhi syarat
5. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan:
a. Fasilitas pencucian dari bahan yang kuat, permukaan halus dan mudah dibersihkan :
sudah memenuhi
b. Setiap peralatan dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau air
panas 80oC selama 2 menit : sudah memenuhi
c. Tempat cuci tangan
Setiap ruang pengolahan makanan harus ada minimal 1 (satu) buah tempat cuci
tangan dengan air mengalir yang diletakkan dekat pintu dan dilengkapi dengan sabun
: sudah memenuhi
d. Ruang pengolahan makanan
1) Tersedia ruang tempat pengolahan makanan yang terpisah dari ruang tempat
penyimpanan bahan makanan : sudah memenuhi
2) Tersedia lemari penyimpanan dingin yang dapat mencapai suhu –5 oC sampai –
10oC dengan kapasitas yang cukup memadai sesuai dengan jenis makanan yang
digunakan : sudah memenuhi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji kelaikan fisik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai jasa boga
golongan B dengan total skor 91 yang berarti bahwa jasa boga tersebut sudah memenuhi
syarat sebagai jasa boga golongan B

B. Saran
Berdasarkan hasil penilaian masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai. Masih
ditemukan beberapa bagian lantai yang retak, saran yang dapat diberikan sebagai
berikut:
1. Memperbaiki bagian lantai yang retak supaya tidak membahayakan petugas yang
sedang bekerja.
2. Menambah bagian dinding yang kena percikan air agar dilapisi bahan kedap air
menjadi setinggi 2 (dua) meter dari lantai.
3. Memberikan konus pada setiap pertemuan dinding dan lantai supaya mudah
dibersihkan
DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. dan Y. Moetarjemi. 2001. Dasar –Dasar Keamanan Makanan untuk


Petugas Kesehatan (Basic Food Safety for Health Workers). Jakarta: EGC
Di, M., Sunankalijaga, R., Demaktahun, K., Sonia, V., Koesyanto, H., & W, A. S.
2015. Evaluasi Penerapan Higiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan
Di Rsud Sunankalijaga Kabupaten Demaktahun 2013. Unnes Journal of
Public Health., 4(2), 124–131.
Kemenkes. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Departmen
Kesehatan RI.
Kemenkes. 2011. Kepmenkes No 1096/Menkes/PER/VI/2011Tentang Hygiene dan
Sanitasi. Jakarta: Departmen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. PP No.28 Tahun 2004, Tentang Keamanan, mutu dan
gizi pangan. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan
Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga, Depkes RI.
Jakarta
Djarismawati dkk, 2004. Artikel: Pengetahuan dan Perilaku Penjamah tentang
Sanitasi Pengolahan Makanan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Jakarta.
Sari, N., Marsaulina, I., & Chahaya, I. 2012. Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan
dan Perilaku Penjamah Makanan di KantinSekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu
tahun 2012.
Septiani, Putri Chaerina & Wulandari, Ritin Arminsih. Gambaran Higiene Sanitasi
Makanan dan Penerapan Prinsip Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) di Unit Instalasi Gizi Rumah Sakit X Tahun 2018. Jurnal Nasional
Kesehatan Lingkungan Global, Volume 1, Issue 1, Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai