Anda di halaman 1dari 7

KONSELING GIZI

“PENATALAKSANAAN KONSELING GIZI PENYAKIT TBC”

A. Judul Konseling : Penatalaksanaan Konseling Gizi Penyakit TBC

B. Tujuan Konseling :
1. Tujuan Umum
Tujuan konseling gizi ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis masalah,
dan memberi alternatif pemecahan masalah pada klien
2. Tujuan Khusus
Pada akhir konseling gizi diharapkan klien dapat :
a. Dapat mengidentifikasi, menganalisis masalah dan menemukan alternatif
pemecahan masalah dengan konselor
b. Dapat termotiviasi dan memiliki komitmen untuk merubah pola hidup dan
perilaku menjadi lebih baik dalam proses konseling
c. Dapat meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik

C. Sasaran Konseling :
Sasaran dalam konseling gizi ini adalah klien yang mengalami penyakit TBC dan
membutuhkan diet khusus untuk memenuhi asupan zat gizi.

D. Materi Konseling :
a. Pengertian penyakit TBC
b. Penyebab penyakit TBC
c. Tanda dan Gejala penyakit TBC
d. Pencegahan penyakit TBC

E. Metode Konseling :
Metode yang digunakan dalam konseling adalah komunikasi dua arah atau
interpersonal dengan klien.

F. Media/ Alat Konseling :


Media atau alat konseling yang digunakan dalam konseling ini adalah leaflet
mengenai Diet TETP pada Penderita TBC

G. Paparan Kasus :
Seorang anak laki-laki umur 7.5 tahun merupakan anak dari seorang buruh pabrik,
BB 10,6 kg, TB 99 cm, menurut ibunya sejak 6 bulan yang lalu sering terserang
demam, tidak dibawa ke dokter tapi hanya diberi obat penurun panas yang dibeli di
apotik. Imunisasi yang diberikan sudah lengkap kecuali BCG. Anak ini tinggal
dirumah kontrakan yang salah satu anak pemilik rumah tersebut menderita TBC. Dua
minggu yang lalu anak tersebut panas tinggi, dibawa ke dokter dan disarankan untuk
dirawat di RS. Ayahnya berpenghasilan Rp 450.000 per bulan, keadaan rumah berada
di pemukiman kumuh dekat tempat sampah yang tidak mempunyai ventilasi dan
jendela jarang dibuka rumah tidak terawatt dan kotor. Hasil pemeriksaan klinis dan
fisik : Kaku kuduk, sianosis, muntah-muntah, perut kejang, sesak nafas, batuk dan
pilek. Hasil pemeriksaan laboratorium : HB 10 gr/ dl, albumin 3,5 mg %, globulin
3,5 mg %, total protein 7,5 mg %, alkali phospat 11,6 unit, cholesterol 322 mg %,
creatinin 0,62 mg %.

H. Langkah Konseling
1. Membangun Dasar-Dasar Konseling
Pada tahap ini konselor menciptakan hubungan yang baik dan nyaman agar klien
lebih nyaman dalam menguraikan masalahnya. Terciptanya hubungan baik dapat
berdasarkan saling percaya, terbuka, dan jujur. Dalam langkah ini konselor dapat
menunjukkan diri sebagai profesional dan kompeten untuk melakukan konseling
gizi. Dasar-dasar konseling gizi ini dapat terbangun dengan penuh kehangatan,
menyambut dengan ramah, memberi salam, dam menyampaikan kata yang
menyenangkan.
Ada beberapa hal yang perlu dipelihara dalam hubungan konseling :
 Kehangatan, artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu
demikian hangat dan bergairah,bersemangat. Kehangatan disebabkan adanya
rasa bersahabat,tidak formal,serta membangkitkan nsemangat dan rasa humor.
 Hubungan yang empati,yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien,dan
memahami akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya.
Contoh ucapan salam seperti :
“Selamat pagi bu, ada bisa saya bantu ?”
Konselor harus dapat menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya bahwa dirinya
adalah orang yang dapat dipercaya dan kompeten dalam membantu klien. Waktu
konseling berlangsung kurang lebih 30 menit, dan berikan kesan bahwa konselor
bersedia meluangkan waktu. Setelah hubungan terbangun, maka konselor dapat
melanjutkan ke langkah berikutnya, yaitu menggali permasalah sehubungan
dengan masalah kesehatan dan gizi.
2. Menggali Permasalahan
Menggali suatu permasalahan gizi dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data berupa data antropometri, biokimia, klinis dan fisik, riwayat
makan dan riwayat personal. Perubahan statis dapat terdektsi dengan menggunakan
komponen pengkajian gizi. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
standar buku (nilai normal) sehingga dapat dikaji dan diidentifikasi berapa besar
masalahnya.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang
lengkap dan sesuai dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi terkait dengan masalah
asupan gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi. Terjadinya
masalah gizi disebabkan adanya ketidaksesuaian antara asupan gizi dengan kebutuhan
tubuh. kondisi ini erat kaitannya dengan kondisi penyakit, fungsi organ, merokok,
social ekonomi dan lingkungan.

3. Memilih solusi
 Diagnosis Gizi
Langkah ini merupakan langkah identifikasi terhadap masalah yang dialami
klien. Identifikasi ini merupakan diagnosis awal dari masalah, penyebab
masalah dan tanda/ gejala yang dialami. Contoh kasus TBC diatas, masalah
yang terjadi adalah penyakit TBC dengan penyebab virus mycobakterium
tubercolosis, yang merupakan penyebab TBC. Penularan virus terjadi secara
airborne (melalui perantara udara), kontak yang erat dan kontak langsung
dengan orang yang menderita TBC dan tandanya yaitu dahak bercampur
darah/batuk darah Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada, demam/meriang lebih
dari sebulan, berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas, badan
lemah dan lesu, nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
 Intervensi Gizi
Intervensi gizi dalam konseling gizi merupakan serangkaian kegiatan yang
terencana secara khusus dengan tujuan untuk mengatasi masalah gizi klien
sehingga mendapatkan kesehatan yang optimal. Intervensi gizi terdiri dari :
a. Memilih rencana diet
Rencana diet tersebut dipilih berdasarkan tujuan diet dan perskripsi
diet, kebutuhan energy dan zat gizi masing-masing individu klien,
merencanakan contoh menu, perubahan pola makanan yang dapat
dilakukan.
b. Tujuan diet
Tujuan diet hendaknya jelas, dibuat secara realistis, dapat diukur, dan
dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu.
c. Preskripsi diet
Preskripsi diet disebut juga dengan pengaturan makanan mencakup
kebutuhan gizi individu. Hal penting dalam preskripsi diet yaitu jenis
diet yang diberikan, bentuk makanan (padat, lunak, cair), serta
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
d. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi
Perhitungan kebutuhan energy adalah perhitungan jumlah energy yang
dibutuhkan seseorang untuk berbagai kegiatan selama 1x24 jam
e. Menyusun menu
Berdasarkan preskrilpsi diet dan kondisi klien dilakukan penyusunan
contoh menu satu hari 3 kali makan utama ( pagi, siang, dan sore) serta
kali snack diantara waktu makan pagi dan diantara makan siang dan
sore.

4. Memilih Rencana

Dalam tahap ini konselor membentuk komitmen dengan klien dalam menentukan rencana
atau intervensi yang sesuai dengan perskripsi diet.Memilih rencana yang dimaksud yaitu
megubah rencana diet klien sesuai dengan penyakit yang dialami. Hubungan dan
pemahaman yang baik akan memudahkan terjadinya proses perubahan perilaku makan
sesuai kesepakatan pasien. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang diberikan oleh
konselor dengan mempertimbangkan ide-ide dari klien. Diet yang diberikan adalah diet
TETP ( Tinggi Energi Tinggi Protein). Pemberian diet TETP memiliki tujuan 1.
Memberikan makanan adekuat untuk meningkatkan berat badan normal. 2. Memberikan
makanan tinggi energi dan protein secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien
untuk mencapai keadaan gizi optimal. 3. Menurunkan asupan kolestrol dari makanan. 4.
Memperbaiki kerusakan jaringan atau luka pada paru. 5. Meningkatkan kadar Hb. 6.
Menetralkan neuritis. 7. Mencegah dehidrasi.

5. Memperoleh komitmen
Komitmen dibentuk untuk melaksanakan preskripsi diet dan aturan lainnya.
Komitmen klien dapat diperoleh dengan cara konselor memberikan dukungan,
motivasi, dan meyakinkan bahwa perubahan yang dilakukan untuk perubahan kondisi
klien, memberikan arahan yang jelas agar klien dapat menjelaskan aturan diet dan
komitmen yang sudah disepakati, dan memberikan informasi untuk kunjungan ulang
apabila diperlukan.
Proses melakukan perubahan kebiasaan makan merupakan proses yang tidak
menyenangkan sehingga konselor perlu membantu klien untuk mengatasinya.
Konselor memberikan dukungan dan pemahaman serta membangun rasa percaya diri
klien untuk melakukan perubahan diet sesuai dengan anjuran yang telah disepakati
bersama.

6. Monitoring dan Evaluasi


a. Monitoring Perkembangan
Tujuan dari dilakukan monitoring adalah untuk mengetahui pelaksanaan
intervensi sesuai komitmen dan mengetahui tingkat keberhasilan. Konselor
dapat bertanya apakah tingkat keberhasilan tercapai, apa faktor pendukung dan
faktor penghambat. Saat melakukan monitoring perkembangan selama
konseling konselor menanyakan beberapa hal tentang pemahaman diet yang
telah diberikan.
b. Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah evalausi hasil. Evaluasi hasil
bertujuan melihat keberhasilan atau kegagalan. Evaluasi hasil terdiri dari dua
evaluasi yaitu: evaluasi proses dan evaluasi dampak. Evaluasi proses adalah
bagaimana proses konseling berlangsung,interaksi antara konselor dan
klien,waktu pelaksanaan, metode, partisipasi klien.

 Monitoring dan Evaluasi


1. Memonitor asupan makanan klien apakah sudah sesuai dengan kebutuhan
atau tidak
2. Memonitor berat badan klien apakah meningkat, menurun atau tetap
3. Memonitor jenis makanan yang diberikan apakah sesuai dengan anjuran
atau tidak.
4. Memonitor klien apakah melakukan aktivitas fisik atau tidak
5. Memonitor klien apakah bisa mengurangi makanan kebiasaannya
I. Lampiran Materi
1) Pengertian Penyakit TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri
ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam
propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia
berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan
TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC
pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

2) Penyebab penyakit TBC


Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.

3) Tanda dan Gejala penyakit TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala Sistemik/Utama
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
2. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
3. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
4. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
5. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala Khusus
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

4) Pencegahan penyakit TBC


Untuk mencegah penularan penyakit TBC dapat dilakukan dengan cara:
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan
Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;
a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas
atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

Anda mungkin juga menyukai