Disusun Oleh:
Lisa Nurmarlinda 6511418047
Rachma Mia Yuniar 6511418053
Padilla Nur Utami 6511418058
Maya Mariza 6511418063
Ria Nur Aziza Rahmah 6511418068
Intan Lovitasari 6511418073
Phinta Rhodella 6511418078
Jihan Salma Azhaar Firdaus 6511418083
Dosen Pengampu :
Yanesti Nuravianda Lestari, S.Gz., M.Gizi
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PERENCANAAN PENYELENGGARAAN MAKANAN INSTITUSI
4
2.2.2 Pembelian Bahan Makanan
Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan
penyediaan macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen/pasien sesuai ketentuan/kebijakan yang berlaku.
Pembelian bahan makanan merupakan prosedur penting untuk memperoleh
bahan makanan, biasanya terkait dengan produk yang benar, jumlah yang
tepat, waktu yang tepat, dan harga yang benar (Depkes RI, 2013).
Pembelian bahan makanan pada jasa Travel R dilakukan dengan cara
pembelian untuk waktu yang akan datang melalui pemasok. Pembelian
dilakukan dengan pemesanan yang dilakukan sebelumnya dan dikelompokan
berdasarkan bahan kering dan bahan basah. Pemesanan bahan makanan
memuat nama bahan makanan, kualifikasi, jumlah, keterangan dan
penanggung jawab penyelenggaraan makanan. Kegiatan pemesanan bahan
makanan khususnya bahan makanan segar dilakukan setiap hari (harian)
dimana bahan makanan yang dipesan hari ini merupakan bahan makanan yang
akan digunakan untuk pengolahan menu keesokan harinya. Pemesanan bahan
makanan kering dilakukan satukali dalam seminggu. Dalam melakukan
pemesanan bahan makanan kering, terlebih dahulu dilihat stok gudang sebagai
pertimbangan dalam pemesanan bahan makanan tersebut.
5
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam Penerimaan Bahan Makanan yaitu
(Kemenkes RI, 2018):
a. Jumlah bahan makanan yang dieterima harus sama dengan jumlah bahan
makanan yang ditulis dalam faktur pembelian dan sama jumlahnya dengan
daftar permintaan institusi
b. Mutu bahan maknan yang diterima harus sama dengan spesifikasi bahan
makanan yang diminta pada saat kontrak pengertian penerimaan bahan
makanan
c. Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi
memeriksa, meneliti, mencatat dan melaporkan macam, kualitas dan
jumlah bahan maknan yang sesuai dengan pesanan.serta spesifikasi yang
telah ditetapkan dan perjanjian jual beli.
d. Harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur pembelian harus sama
dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam penawaran bahan
makanan.
6
3) Bahan makanan diatur berdasarkan alphabeta atau berdasarkan
frekuensi penggunaan.
4) Bahan makanan berbau menyengat ditempatkan terpisah.
Penyimpanan bahan makanan dalam jasa trevel R akan disesuaikan dengan
bahan makanannya dan suhu penyimpanan. Dengan ketentuannya yaitu :
1. Untuk bahan makanan kering akan disimpan pada suhu ruang.
2. Untuk bahan makanan basah, lauk hewani akan disimpan di dalam
freezer.
3. Untuk buah akan disimpan pada suhu ruang, atau juga dapat langsung
digunakan.
4. Untuk sayuran dan lauk nabati akan disimpan didalam lemari es atau
juga dapat langsung digunakan.
5. Untuk durasi waktu penyimpanannya tergantung dari jenis bahan
makanan. Untuk bahan basah akan disimpan 1 hari dan bahan kering
biasanya akan lebih lama.
2.2.5 Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan penanganan bahan
makanan yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya.. Sebagai acuan penerapan
langkah-langkah dalam persiapan bahan makanan serta bumbu-bumbu
sebelum dilakukan kegiatan pengolahan. Berikut rincian tujuan serta kebijakan
persiapan bahan makanan pada Travel R :
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
persiapan bahan makanan serta bumbu-bumbu
sebelum dilakukan kegiatan pengolahan.
Kebijakan 1. Penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi
harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keamanan pangan serta keselamatan customer.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas
wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja).
3. Penyelenggaraan makanan dilakukan sesuai
dengan pola menu yang telah ditentukan dalam
peraturan pemberian makan di Jasa Travel R.
7
Prosedur 1. Lihat daftar menu dan jumlah konsumen pada
hari tersebut.
2. Menyiapkanapkan trolly dan wadah untuk
pengambilan bahan makanan ke gudang bahan
makanan
3. Melakukan timbang terima bahan makanan
dengan petugas administrasi dengan melakukan
penimbangan bahan makanan.
4. Bawa bahan makanan ke ruang persiapan.
5. Bersihkan bahan makanan dan perlakukan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Masukkan ke dalam wadah selanjutnya dibawa
ke ruang pengolahan
Unit terkait Semua unit yang terkait dengan persiapan bahan
makan di Travel R
8
c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan
yangrusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta
mengurangi risiko pencemaran makanan.
d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas
dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua
bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
e. Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan.
b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa
atau garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak
mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti :
(1) Timah Hitam (Pb)
(2) Arsenikum (As)
(3) Tembaga (Cu)
(4) Seng (Zn)
(5) Cadmium (Cd)
(6) Antimon (Stibium)
(7) dan lain-lain
c) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun.
d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin
harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber
pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan).
2) Wadah penyimpanan makanan
a) Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk mencegah
pengembunan (kondensasi).
b) Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta makanan
basah dan kering.
3) Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.
9
4) Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Eschericia coli (E.coli) dan
kuman lainnya.
5) Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan
mudah dibersihkan.
f. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan
yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan
prioritas.
g. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 900C
agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi
tidak hilang akibat penguapan.
h. Prioritas dalam memasak
1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng-gorengan
yang kering
2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir
3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak pada kulkas/lemari
es
4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam
keadaan panas
5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena
akan menyebabkan kontaminasi ulang
6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit atau sendok
7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci
10
1) daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam
keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan
rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
2) jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah
warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.
3) makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan
mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik, tercium
aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta tidak bernoda
dan tidak berjamur.
b. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan
sesuai peraturan yang berlaku.
c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi
digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :
1) Makanan dikemas
a). Mempunyai label dan merk
b). Terdaftar dan mempunyai nomor daftar
c). Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung
d). Belum kadaluwarsa
e). Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan
2) Makanan tidak dikemas
a). Baru dan segar
b). Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur
c). Tidak mengandung bahan berbahaya
11
4) Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam
keadaan dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya.
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak
dan harus selalu higienis.
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan
bertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan.
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang
mencair (kondensasi).
6) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan
diaturagar makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada
suhu 400C
2.2.9 Higiene Sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara,
meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk menjaga kebersihan
tangan, mencuci piring untuk menjaga kebersihan piring. Sedangkan sanitasi
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar
tidak dibuang sembarangan.
Hygine dan sanitasi pada Jasa travel R dalam proses pengelolaan bahan
makanan dari produsen hingga ke konsumen yaitu selalu menyediakan tempat
untu penyimpanan hingga pengolahan bahan untuk selalu bersih dan para
peegawai yang bertugas selalu menjaga kebersihan diri hingga makanan
sampai kepada konsumen. Makanan nantinya akan disajikan dalam box yang
didalamnya terdapat beberapa lembar tissue, air mineral gelas, dan sarung
tangan plastic beserta sendok makan. Sarung tangan plastic bertujuan untuk
digunakan konsumen ketika ingin memakan tidak menggunakan alat bantu
12
makan. Tissu berfungsi untuk mengelap tangan atau mulut ketika selesai
makan.
2.2.10 Kontrol Produksi
1 . Routing
Routing adalah langkah pertama dalam perencanaan produksi dan kontrol.
Routing dapat didefinisikan sebagai proses penentuan jalur (rute) pekerjaan
dan urutan operasi. Routing perbaikan yang digunakan:
b. Para manusia, mesin, bahan, dan hal lain yang akan digunakan
mulai dari pegawai semua pakaian atau atribut yang pegawai pakai diwajibkan
bersih dan tidak memakai barang yanag mudah lepas dan masuk ke dalam
makanan. Pegawai yang bertugas dalam proses pengolahan hingga menjadi
produk harus menggunakan atribut kebersihan yang disediakan perusahaan.
d. Tempat produksi
Tempat yang digunakan untuk produksi diharuskan bersih dan sesuai dengan
standar operasional yang berlaku.
13
Singkatnya, routing yang menentukan ‘Apa’, ‘Berapa banyak’, ‘Dengan yang’,
‘Bagaimana’ dan ‘Dimana’ untuk menghasilkan. Routing mungkin sama
baiknya antara yang sederhana atau kompleks. Hal ini tergantung pada sifat
produksi. Dalam produksi terus menerus lebih baik memakai yang otomatis,
memakai routing yang sederhana. Namun, dalam job order, routing kompleks
diperlukan.
Routing dipengaruhi oleh faktor manusia. Oleh karena itu, harus mengenali
kebutuhan manusia, keinginan dan harapan. Hal ini juga dipengaruhi oleh
layout, karakteristik peralatan, dan lain sebagainya. Tujuan utama dari routing
untuk menentukan (fix) terbaik dan termurah urutan operasi dan untuk
memastikan bahwa urutan ini dapat diterapkan di pabrik.
2 . Penjadwalan
Penjadwalan adalah langkah kedua dalam perencanaan produksi dan kontrol.
Muncul setelah routing.
Penjadwalan berarti:
15
2.2.12 Alur Kerja, Alur Material dan Alur Konsumen
Alur Pembuatan Produk
Pembelian dan
penyimpanan bahan baku
TQM memiliki 10 pilar utama yang dikutip oleh M.N Nasution dalam buku Manajemen
Mutu Terpadu (Nasution, 2002). Maka dalam institusi transportasi ini, rencana TQM yang
akan dilakukan yaitu :
16
bahan baku, proses pembuatan, cita rasa, hingga sampai ke pelanggan. Beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan :
a. Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dengan bersikap ramah dan
siap menerima kritik saran
b. Memberikan produk dengan kualitas terbaik. Baik dari segi rasa, penampilan,
dan kualitas bahan baku yang dipilih
c. Memberikan ketepatan waktu dalam menyajikan makanan kepada pelanggan
d. Bersedia melakukan return jika terjadi kesalahan atau kekurangan pada
makanan yang disajikan sebagai bentuk tanggung jawab
e. Memberikan harga yang sesaui bagi para pelanggan yang setia
3. Pendekatan Ilmiah
Perusahaan melakukan pertemuan dengan pelanggan atau mengadakan survey
untuk mengetahu keinginan pelanggan. Hal ini dapat menjadi sebuah pemecahan
masalah untuk rencana kedepannya agar sesuai dengan fakta dilapangan dan teori
yang konkrit. sehingga rencana masa depan disusun tidak hanya berdasarkan
perkiraan tapi juga dengan langkah yang jelas dan terukur.
5. Kerjasama Tim
17
Kerja sama dalam sebuah tim dapat mempengaruhi bagaimana kualitas yang
dihasilkan. Dalam sebuah tim baiknya masing - masing divisi menyamaratakan beban
kerja yang di anut dan menjalin hubungan personal dengan baik. selain dengan pihak
dalam perusahaan, kerja sama dengan pihak luar seperti dengan pemasok juga perlu
dilakukan demi memperlancar kegiatan usaha.
9. Kesatuan Tujuan
Semua karyawan memiliki tujuan yang satu, yaitu mengataskan kualitas dan kepuasan
konsumen diatas unsur apapun. Dengan begitu kualitas produk yang ditawarkan dapat
bertahan dalam waktu yang lama
Strength (Kekuatan)
Kekuatan yang dimaksud adalah suatu keunggulan dalam sumber daya, ketrampilan
dan kemampuan lainnya yang relative terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
dilayani oleh perusahaan. Misalnya dalam hal sarana dan prasarana yang dimiliki
serta fasilitas yang ditawarkan.
Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimaksud juga bisa berupa sumber daya manusia yang ada,
ketrampilan dan kemampuan yang secara serius berdampak pada kualitas yang dapat
menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Weakness dapat berupa berbagai
kekurangan dalam perusahaan yang apabila dapat diatasi dengan baik akan
memperlancar kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Opportunity (Peluang)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Peluang yang bersifat positif apabila dimanfaatkan secara optimal akan
berperan besar dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Treats (Ancaman)
Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Sebagai contoh yaitu pesatnya persaingan penyedia jasa layanan
transpotasi darat saat ini.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait analisis setiap unsur dalam analisis swot,
Rangkuti (2008) membagi unsur – unsur ini dalam kuadran yang digambarkan pada diagram
Kuadran 3
Kuadran 4
sebagai berikut :
O
T
19
W
S
Kuadran 2
Kuadran 1
Gambar 2.5.1 Diagram Kuadran Analisis SWOT
Setiap matriks SWOT memiliki empat kuadran kemungkinan strategi yang berbeda yaitu :
Kuadran ini merupakan situasi dimana perusahaan memiliki kekuatan internal dalam
menghadapi berbagai ancaman. Perusahaan menggunakan Strength (kekuatan) untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi. Strategi ini
memaksa perusahaan untuk menutup kelemahannya dengan melakukan perubahan
dan mengejar peluang yang tersedia.
Kuadran ini memposisikan perusahaan pada peluang yang besar terhadap pasar
namun disaat yang bersamaan perusahaan juga mengalami kelemahan internal. Fokus
strategi pada kuadran ini yaitu strategi turn-round dengan meminimalkan masalah
dalam internal perusahaan kemudian merebut kembali pasar yang lebih baik.
Kuadran ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan karena
perusahaan sedang menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Tindakan
penyelamatan agaar dapat terlepas dari krisis yang lebih besar adalah strategi difensif.
Strategi ini akan mendukung untuk mempertahankan performa perusahaan.
20
Jika upaya penyelenggaraan makanan bagi konsumen Travel R mempunyai kekuatan
yang handal tetapi menghadapi ancaman yang serius dari luar, maka pengelola
penyelenggaraan makanan bagi konsumen Travel R perlu merubah sistem dan strategi agar
dapat mengatasi permasalahan ini, dengan cara mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki
sambil memikirkan jalan keluar untuk ancaman yang dihadapi.
Strength (kekuatan) yang ada dalam penyelenggaraan makan bagi konsumen Travel R
yaitu :
1. Travel R merupakan penyedia jasa transportasi darat antar provinsi yang sudah
tidak diragukan lagi kredibilitasnya, hal ini dapat memperkuat posisi Travel R
sebagai penyedia jasa transportasi darat pilihan konsumen.
2. Dengan sarana dan fasilitas yang lengkap dan baik pada akhirnya akan menjaga
kepercayaan konsumen untuk tetap memilih Travel R sebagai penyedia jasa
transportasi di setiap perjalanan yang mereka lakukan.
3. Travel R selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen.
Dimulai dengan memastikan keramahan, kesopanan, dan kerapian para pegawai
saat berhadapan dengan konsumen. Respon cepat tanggap dalam memenuhi
kebutuhan konsumen juga merupakan langkah yang dilakukan sebagai upaya
dalam memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen travel R.
4. Travel R memiliki petugas penyelenggaraan makanan yang handal dan
profesional.
5. Dengan pengadaan makan melalui manajemen penyelenggaraan makan mandiri
bagi konsumen Travel R, maka akan lebih dapat dipastikan jaminan mutu dan
kualitas makanan yang disajikan.
6. Sarana dan prasarana yang lengkap dalam proses penyelenggaraan makan.
7. Kepraktisan dan kemudahan dalam pembiayaan.
21
8. Pemilihan menu makan dan packaging disesuaikan untuk konsumen dalam
perjalanan sehingga tidak merepotkan konsumen saat mengonsumsinya.
Weakness (kelemahan) yang ada dalam penyelenggaraan makan bagi konsumen
Travel R yaitu :
1. Karakteristik konsumen yang beragam, dari berbagai kelompok usia, jenis
kelamin dan latar belakang sehingga sulit menyediakan menu yang sesuai dengan
selera setiap konsumen.
2. Keterbatasan dalam perhitungan kebutuhan kalori rata-rata makanan yang
disesuaikan untuk kelompok usia dewasa saja.
Opportunity (peluang) yang ada dalam penyelenggaraan makan bagi konsumen
Travel R yaitu :
1. Seiring dengan kuatnya brand image yang dimiliki Travel R sebagai penyedia jasa
layanan transportasi darat pilihan konsumen, hal ini turut menjamin posisi Travel
R dalam pangsa pasar khususnya di bidang jasa penyedia layanan transportasi
darat.
2. Dari segi bisnis, masih sangat jarang ditemui perusahaan sejenis yang
memberikan fasilitas makan bagi para pengguna Travel.
3. Pengguna Travel dalam perjalanan panjang cenderung memilih hal – hal praktis
dan efisien, sehingga para pengguna akan cenderung menikmati penawaran
fasilitas makan yang diadakan oleh perusahaan Travel R.
Treats (ancaman) yang ada dalam penyelenggaraan makan bagi konsumen Travel R
yaitu :
Biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan makan terus
meningkat, sedangkan diperlukan pertimbangan yang hati-hati dan matang apabila
hendak menaikan biaya bagi penumpang Travel R, sebab hal ini akan berdampak
pada risiko menurunnya pangsa pasar akibat persaingan harga dengan perusahaan jasa
penyedia layanan transportasi darat yang lain.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pembuatan penyelenggaran bahan makan untuk Jasa Travel R harus memiliki rincian
yang tepat. Sehingga tidak ada devisit dalam penyelenggaraannya. Jasa Travel R
memiliki kendala apabila jumlah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah
penumpang yang ada, maka jelas akan menambah beban biaya nutk produksi. Sehingga
perhitungan untuk konsumen lebih diteliti lagi.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak hal yang harus dipelajari untuk menyempurnakan makalah
penyelenggaraan bahan makanan ini, sehingga diharapkan masukkan dan saran sangat
diperluka untuk membantu mengembangkan kemampuan penulis dalam membuat suatu
penyelenggaraan bahan makanan selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Gizi Masyarakat.
Depkes RI, Jakarta.
Kemenkes RI. 2018. Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
24