Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KONSELING GIZI

UNTUK PENYAKIT HEPATITIS

DI SUSUN OLEH:
NAMA : ZARKIYAN HERLAN SARAJI
KELAS : A
NIM : P07131117036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI DIPLOMA D IV JURUSAN GIZI
2018/2019
PERENCANAAN KONSELING GIZI
1. Pengertian Konseling Gizi

Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk
menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan
permasalahan yang dihadapi. Setelah konseling diharapkan individu dan keluarga mampu untuk
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta
memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat.

Konseling yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor tentang
segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku makan klien. Hal ini dapat
dicapai kalau konselor dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien sehingga mampu dan mau
melakukan prilaku baru untuk mencapai status gizi optimal. Untuk itu konselor perlu menguasai
dan menerapkan keterampilan mendengar dan mempelajari dalam proses konseling.

2. Ciri-ciri Konselor yang Baik

 Ramah
 Berusaha mengenali kebutuhan klien
 Empati dan memberikan rasa nyaman
 Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan terbaik dalam situasi tertentu
 Memberi perhatian secara khusus
 Menjaga rahasia dan kepercayaan klien

3. Hal yang Boleh Dalam Konseling

a. Memberi saran alternatif pemecahan masalah


b. Meminta penjelasan
c. Menjelaskan dengan bahasa yang mudah
d. Merumuskan pembicaraan
e. Menjaga kerahasiaan

4. Hal yang Tidak Boleh Dalam Konseling

a. Membuat keputusan
b. Menilai, menegur,mencemooh,menertawakan,memojokkan,melecehkan
c. Menggunakan kata/istilah yang tidak dimengerti
d. Tidak punya waktu dan tergesa-gesa
e. Mengungkapkan rahasia pribadi
f. Membicarakan dengan pihak lain
g. Memaksa pendapat sendiri
5. Keterampilan Konseling Untuk Perubahan Perilaku

Akhir dari proses konseling gizi adalah terjadinya perubahan perilaku klien kearah yang
lebih baik. Terdapat beberapa teori tentang perubahan perilaku antara lain;

a. Laquatra dan Danish, menyatakan bahwa konseling untuk merubah perilaku terdiri dari
dua tahap. Tahap pertama dilakukan untuk mengembangkan hubungan yang kuat dan
saling peraya antara klien dan konselor. Tahap kedua menyangkut pembentukan strategi
perubahan prilaku.
b. Pavlov , et all, menyatakan bahwa pada prinsipnya manusia lahir dalam keadaan netral,
lingkungan dan pengalaman yang dialami akan membentuk prilakunya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam Konseling Gizi yaitu;

1. Analisa Kebutuhan

Analisa kebutuhan itu merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam melakukan
suatu kegiatan. Adapun hal-hal yang dibutuhakan dalam melakukan konseling gizi di antaranya:
ruang yang nyaman, alat peraga, media gambar, dan sebagainya.

2.Sasaran

Adapun sasaran konseling gizi adalah sebagai berikut:

a. Klien yang memiliki masalah kesehatan terkait dengan gizi (Hepatitis )


b. Klien yang ingin melakukan tindakan pencegahan
c. Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status giti optimal

3.Tujuan

Membantu klien untuk:

a. Mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi


b. Memahami penyebab terjadinya masalah
c. Mencari alternatif pemecahan maslah
d. Memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai baginya
e. Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien

Adapun spesifikasi perencanaan konseling gizi yaitu sebagai berikut:

1. Pembukaan

a) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

b) Mengidentifikasi masalah pasien yang dirujuk/pengalaman konseling pasien sebelumnya


c) Menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi

2. Assesment

a) Mengukur antropometri (BB,TB,PB,Tinggi lutut,Lpi,Lpa,dan lain-lain)

b) Mengidentifikasi pola dan mengukur asupan makanan (food frekuensi,dietary history)

c) Mengkaji data laboratorium yang berkaitan dengan penyakit pasien

d) Mencatat data klinis yang berkaitan dengan penyakit pasien

e) Mengkaji data sosekbud dan kepercayaan

f) Mengkaji pola aktivitas dan gaya hidup yang berkaitan dengan masalah gizi pasien

g) Mengkaji riwayat perubahan berat badan

h) Mengkaji riwayat penyakit pasien

i) Mengkaji riwayat peyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit pasien

Berikut merupakan contoh dari konseling gizi

Topik : Konseling gizi untuk diet Hepatitis

Adapun tahapan dalam melakukan konseling gizi pada diet konstipasi adalah sebagai berikut :

1. Membangun Dasar-dasar konseling

 Konselor gizi berdiri dan member ucapan salam


 Konselor gizi menjabat tangan klien sambil memperkenalkan diri
 Selanjutnya, konselor gizi meminta surat rujukan ( bila ada ), data laboratorium, dan hal-
hal lain yang terkait. Lalu konselor gizi melakukan identifikasi dengan melihat hasil
diagnosis medis yaitu klien didiagnosis Hepatitis.
 Berdasarkan diagnosis medis, konselor gizi menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi.
Berdasarkan diagnosis medis klien mengalami Hepatitis sehingga konselor menjelaskan
apa itu Hepatitis dan memberi tau klien bahwa tujuan konseling pada hari ini adalah
mendiskusikan pola makan yang tepat untuk seseorang yang mengalami Hepatitis. Proses
konseling gizi akan berlangsung ± 60 menit meliputi pengkajian gizi melalui data
antropometri, data laboratorium, data klinis, data riwayat makan dan riwayat personal
serta penetapan diagnosis gizi dan implementasinya. Saya berharap klien bersedia
bekerjasama untuk keberhasilan proses konseling ini.

2. Melakukan Pengkajian Gizi ( Assessment Gizi )


Setelah konselor gizi menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi, selanjutnya konselor gizi
akan melakukan pengkajian gizi pada data-data yang ada pada klien.

 Konselor gizi melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data berat badan dan
tinggi badan digunakan untuk menghitung IMT. IMT pada seorang konstipasi bisa
kurang, bisa normal dan bisa lebih.
 Konselor gizi mengkaji data laboratorium. Data pemeriksaan radiologis yang menjadi
perhatian adalah tidak ada tanda keganasan.
 Konselor gizi mengkaji data kilinis yang berkaitan dengan diagnosis penyakit. Umumnya
terdapat kembung dan nyeri atau rasa tidak nyaman pada daerah abdomen.
 Konselor gizi melakukan identifikasi terhadap riwayat makan dengan metode food recall
/ food frequency. Hasil analisis food recall berupa asupan energy dan zat gizi
dibandingkan dengan kebutuhan energi dan zat gizi pada keadaan saat itu. Perhitungan
kebutuhan energy dan zat gizi pada tahap ini bisa sama atau berbeda dengan perhitungan
kebutuhan energi dan zat gizi saat implementasi gizi. Hasil yang biasanya diperoleh
adalah sebagai berikut :
Kuantitatif : Yaitu tingkat pemenuhan asupan energi dan zat gizi kurang dari kebutuhan.
Memiliki kebiasaan minum alkohol dan makanan yang berlemak

Kualitatif :

 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan


 Konselor gizi mengkaji data riwayat personal meliputi adanya riwayar penyakit
sebelumnya yang berupa gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, tidak nafsu
makanan, demam.

Ketika konselor gizi membuat diagnosis gizi dan rencana intervensi gizi, kurang lebih 10 menit,
klien dapat diminta untuk membaca brosur gizi tentang masalah Hepatitis.

3. Menetapakan Diagnosis Gizi

Berdasarkan hasil pengakajian gizi, maka ditetapkan diagnosis gizi sesuai dengan urutan
prioritas untuk semua domain sebagai berikut :

a) Domain intake
Asupan energy dan protein tidak adekuat berkaitan dengan menurunnya nafsu
makanan,adanya mual dan muntah dan ditandai dengan asupan energi dan protein <
100%.
b) Domain klinis
Penurunanan berat badan yang tidak dirancanakan berkaitan dengan infeksi pada hati
ditandai dengan berat badan saat ini lebih rendah dari berat badan sebelumnya.
c) Domain lingkungan
Pemahaman anjuran gizi yang terbatas berkaitan dengan kurangnya pemahaman tentang
makanan gizi seimbang ditandai dengan mengkonsumsi banyak makanan berlemak.

4. Melakukan Intervensi Gizi

a. Menyusun rencana intervensi


 Menetapkan tujuan diet berdasarkan problem pada diagnosis gizi, yaitu sebagai berikut,
 Meningkatkan asupan energi dan protein.
 Menurunkan asupan lemak.
 Lemak cukup.
 Pencegahan penurunan berat badan.
 Cairan 8-10 gelas per hari.
 Meningkatkan pemahaman tentang gizi seimbang

 Menghitung kebutuhan zat gizi dengan memperhatikan data status gizi, pemeriksaan
biokimia, data asupan makanan.
 Energi tinggi untuk mengatasi gizi kurang dan mencegah katabolisme protein
tubuh, dihitung menggunakan rumus haris benedict ditambah faktor stress 1,2 –
1,4 atau dengan rumus 30-35 Kkal/kg BB.
 Protein tinggi dan berikan secara bertahap dimulai dari 1-1,2 g/kg BB per hari.
 Lemak cukup 20-25% energi total
 Karbohidrat cukup. Hindari karbohidrat sederhana, utamakan karbohidrat
kompleks.
 Tinggi vitamin B kompleks
 Membatasi semua makanan yang banyak mengandung lemak seperti
gorengan,santan . serta makanan yang menimbulkan gas seperti kol, sawi , lobak.
 Menetapkan preskripsi diet yaitu DHI/II/III………. Kkal ( disesuaikan dengan hasil
standar makanan meliputi perhitungan kebutuhan energy, proporsi karbohidrat, lemak
dan protein ). Perhitungan zat gizi bahan makanan dapat menggunakan Nutriclin /
Nutrisurvey jika tersedia. Bentuk makanan MB (makanan biasa), frekuensi pemberian
makanan utama tiga kali dan makanan selingan 1-2 kali.
 Mengisi brosur anjuran makan sehari dengan menekankan pada perubahan pola makan
tinggi serat yang diberikan bertahap karena apabila langsung diberikan dalam jumlah
besar akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti keluhan kembung atau bahkan diare.
Bahan makanan tinggi serat tertentu dapat menimbulkan efek laxative.
b. Memperoleh komitmen
 Selanjutnya dijelaskan kepada klien dimulai dengan menginformasikan hasil pengkajian
gizi, menjelaskan tujuan diet, mendiskusikan perubahan pola makan, dan menjelaskan
cara penerapan diet. Mendiskusikan perubahan perilaku makan beresiko, misalnya
penggunaan obat pencahar dan mengkonsumsi bahan makanan yang menimbulkan
konstipasi atau kembung. Menyarankan untuk minum air hangat lebih sering dan
menganjurkan olah raga teratur dan kemungkinan berlatih defekasi dengan berada di
toilet selama 15 menit setelah makan pagi. Defekasi teratur harus diusahakan, tetap
defekasi setiap hari tidak berlaku bagi semua orang. Mendiskusikan hambatan yang
dirasa klien serta alternatif pemecahan masalah. Selama konsultasi gunakan alat bantu
food model, standar makan sehari, contoh menu dan daftar bahan makanan penukar.
 Selesai berdiskusi, konselor gizi melakukan pengukuran pemahaman klien terhadap apa
yang telah dijelaskan dengan cara menanyakan kembali hal yang telah didiskusikan.
Apabila masih ada yang kurang dimengerti pasien, konselor dapat mengulangi lagi
menjelaskan hal tersebut.
 Konselor gizi menganjurkan untuk kunjungan ulang dua minggu yang akan dating untuk
konseling gizi lanjutan atau sesuai kebutuhan.

5. Melakukan Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan intervensi yang telah diberikan maka konselor gizi harus
menetapkan hasil yang diharapkan pada kunjungan berikutnya sebagai berikut

 Peningkatan asupan energi dan protein


 Penurunan asupan lemak
 Perubahan berat badan
 Perubahan nilai Lab
 Perubahan klinis yaitu kurangnya keluhan demam, anoreksia,mual,nafsu makan dan
kuning.

Simpan data hasil konseling pada arsip sesuai SOP setempat.

6. Mengakhiri Konseling Gisi ( Terminasi )

Pada akhir sesi konseling gizi disepakati kunjungan berikutnya. Kemudian untuk konseling
selanjutnya, ingatkan klien tentang waktu kunjungan selanjutnya 24-48 jam sebelumnya (melalui
telepon). Berikan nomor kontak atau telepon konselor.

Anda mungkin juga menyukai