PENGEMBANGAN/MODIFIKASI MENU
PERKEDEL KENTANG DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Disusun Oleh :
Kelompok 1.
1. Hanan Fakhira Najib (J310170113)
2. Dyah Ayu Kharisma Sari (J310170134)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan modifikasi resep variatif untuk hidangan lauk nabati non diit.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan keanekaragaman masakan bagi pasien RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro
b. Meningkatkan nilai gizi pada masakan
c. Meningkatkan daya terima pasien terhadap masakan
C. Manfaat
1. Bagi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Sebagai referensi menu lauk nabati yang lebih
menarik dan bervariasi.
2. Bagi Mahasiswa Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
modifikasi pengembangan menu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
(Kemenkes RI, 2013).
(2) Tekstur dan Bentuk Makanan Tekstur dan bentuk makanan memiliki pengaruh terhadap daya
terima seseorang. Makanan yang memiliki tekstur atau konsistensi yang padat atau kental juga
mempengaruhi suatu daya tarik seseorang untuk memakannya (Widyastuti dan Pramono, 2014).
(3) Besar Porsi Besar porsi adalah seberapa besar makanan yang disajikan. Porsi makanan setiap
orangnya memiliki jumlah yang beragam dari individu lain terhadap lainnya. Besar porsi akan
mempengaruhi penampilan makanan dan daya tarik seseorang (Widyastuti dan Pramono, 2014).
(4) Penyajian Makanan Penyajian makanan atau yang disebut plating merupakan penyempurna
sajian makanan. Makanan akan tampak tidak menarik meskipun cara dan cita rasa tinggi tetapi
bila dalam penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik akan memberikan kesan tidak berarti
(Gumala dan Padmiari, 2010).
(5) Rasa Makanan Rasa makanan yang terdapat dalam makanan merupakan faktor yang
menentukan daya terima makanan setelah penampilan. Rasa makanan dipengaruhi oleh
rangsangan yang diterima dari makanan terhadap indra pengecap dan pencium. Rasa yang manis,
asin, pahit dan asam dari makanan berpengaruh dari jenis bahan makanan yang diolah. Berbagai
komponen yang berpengaruh dari rasa makanan :
a. Aroma
Aroma makanan sedap dan tidak sedap memiliki pengaruh terhadap sisa makanan.
Responden yang berpendapat aroma makanan yang tidak sedap memiliki peluang 8,2
kali dibandingkan makanan yang beraroma sedap (Lumbantoruan, 2012).
b. Bumbu
Bumbu terbuat dari berbagai jenis rempah rempah yang diolah untuk meningkatkan cita
rasa suatu masakan. Makanan dengan cita rasa yang enak dan lezat dapat menarik
seseorang untuk menikmati suatu hidangan (Widyastuti dan Pramono, 2014).
c. Keempukan Makanan
Keempukan makanan merupakan faktor dari rasa makanan dimana berpengaruh dengan
daya terima suatu makanan. Makanan yang memiliki tingkat keempukan yang sesuai
akan lebih mudah dicerna di dalam mulut, maka proses pengolahan sangat diperhatikan.
Seperti halnya daging yang keras bila dimasak dengan suhu dan waktu yang tidak sesuai
maka tidak akan mendapatkan hasil yang sesuai (Widyastuti dan Pramono, 2014).
d. Tingkat Kematangan Makanan
Tingkat kematangan suatu makanan bila dinyatakan telah layak dimakan, namun di
Indonesia tingkat kematangan dimaksudkan harus dimasak sampai benar-benar matang.
Berbeda di negara maju yang memiliki tingkat kematangan tertentu (Widyastuti dan
Pramono, 2014).
e. Suhu Suhu adalah suatu penunjuk panas atau dingin suatu keadaan. Suhu makanan
memiliki peranan penting dalam penyajian makanan terutama makanan yang berkuah
seperti soto, sop dan sayuran. Makanan yang dihidangkan dalam keadaan panas dapat
memancarkan aroma yang mampu menjadi daya tarik makanan untuk dikonsumsi
(Widyastuti dan Pramono, 2014)
2. 5 Definisi Bahan
1. Kentang
Kentang adalah tumbuhan yang bagian akar biasanya dimakan sebagai sayuran.
Perlakuan penyimpanan perlu dilakukan terhadap kentang segar pasca panen untuk
menghambat terjadinya kerusakan. Diantaranya perlakuan terhadap pemberian
pencahayaan karena cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kondisi dan mutu umbi kentang baik secara fisik maupun kimia, sehingga
berdampak pada daya simpan umbi kentang (Setyabudi dkk,2017).
2. Telur
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah
dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur
dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat,
dan lain sebagainya (Margono et al., 2000). Pada ruang terbuka (suhu kamar), telur segar
hanya mempunyai masa simpan yang pendek. Lama penyimpanan ini akan menentukan
kondisi telur.
3. Bawang merah
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta obat tradisonal (Balitbang Pertanian, 2006).
Bawang merah merupakan komoditas yang diusahakan petani dari dataran rendah
sampai dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar antara 25 ⁰C
sampai 30⁰C, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari penuh, tanah
gembur, subur cukup mengandung organik akan menghasilkan pertumbuhan dan
produksi terbaik (Istina, 2016).
4. Bawang putih
Bawang putih merupakan salah tanaman sayuran umbi yang banyak ditanam
diberbagai negara di dunia masyarakat pada umumnya hanya memanfaatkan bagian umbi
saja, utamanya hanya sebagai bumbu dapur. Hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa bawang putih memiliki potensi sebagai bahan baku obat-obatan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit (Samadi, 2000). Penyimpanan bawang putih lebi baik
disimpan dalam suhu ruang dan temat yang memiliki aliran udara yang baik agar tidak
terjadi pmbusukan pada bawang putih.
5. Garam
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal merupakan kumpulan
senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti
Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang
terdapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam,
sumber air dalam tanah (Mohi RA, 2014).
6. Merica
Merica atau lada merupakan tumbuhan merambat yang hidup pada iklim tropis dimana
bijinya sangat sering dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Aroma dan rasa lada sangat
khas, sehingga terkadang menjadi bagian dari bumbu dan resep masakan andalan,
penyimpanan merica lebih baik disimpan pada suhu ruang dan tidak lembab (Mediatani,
2015).
7. Pala
Pala merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda,
Maluku. Tumbuhan pala diambil bijinya untuk diperdagangkan khususnya sebagai
rempah-rempah. Biasanya pala digunakan sebagai bumvu masakan khas nusantara
(Fatimah, 2017).
Pala memiliki aroma yang menyengat sehingga banyak dijadikan bumbu masakan
khususnya pada makanan bersantan karena menjadikan masakan bersantan lebih terasa
gurih. Rempah biji buah pala sering digunakan sebagai bumbu masakan olahan daging,
ikan maupun bahan lain (Hariana, 2007).
8. Seledri
Seledri adalah tanaman yang banyak digunakan orang sebagai penyegar/penyedap
masakan, misalnya bakmi, sup, bakso, sayur bening dan sebagainya. Sayuran hijau ini
termasuk tanaman yang mudah tumbuh bila ditanam dimana saja, baik di dataran tinggi
maupun dataran rendah antara 0 sampai dengan 1200 meter di atas permukaan laut
(Haryato, 2009). Namun tanaman seledri tidak tahan terkena sinar matahari secara
langsung yang berlebihan karena menyebabkan tanaman menjadi pucat (Uluputty, 2015).
9. Minyak goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
diurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanhya digunakan untuk
menggoreng bahan makanan. Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester
asam lemak dengan gliserol yang akan membentuk gliserida, ester-ester tersebut biasa
disebut dengan trigliserida. Minyak goreng berfungsi sebagai medium pengantar panas,
penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng
ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein
yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan (Winarno,
2004).
10. Tahu
Tahu merupakan bahan pangan dengan kandungan protein yang sangat tinggi dan kadar
air yang terkandung mencapai 85%, sehingga tahu tidak dapat bertahan lama. Kerusakan
tahu ditandai dengan bau asam dan permukaannya berlendir. Perendaman tahu dalam air
yang diberi formalin akan membuat tahu menjadi lebih keras dan kenyal, sehingga
tekturnya tidak mudah hancur dan tahan terhadap mikroorganisme, sehingga awet dan
dapat bertahan hingga tujuh hari (Saptarini dkk, 2011)
BAB III
METODE PEMBUATAN
c. 55 gram Telur
f. 10 gram Seledri
h. 2 gram pala
j. ½ sdt Garam
2. Alat
a. Wajan
b. Pisau
c. Talenan
d. Kompor
e. Penghalus/ cobek
f. Baskom
Sajian 3 porsi
Perkedel Kentang Tahu adalah hasil modifikasi menu dari perkedel kentang. Perkedel
kentang tahu ini dibikin dengan bentuk yang menarik supaya dapat menarik daya napsu makan
pasien. Tekstur dari yang dihasilkan juga lembut sehingga tidak menyulitkan pasien saat
mengkonsumsinya. Cita rasanya yang gurih juga dapat membantu meningkatkan selera makan
pasien.
Berdasarkan hasil uji daya terima terhadap 5 responden dapat diketahui bahwa perkedel kentang
tahu untuk penilaian warna 100% (selurus panelis) menilai suka. Panelis mengatakan bahwa
perpaduan dengan tahu dan seledri membuat perkedel kentang tahu yang ada tidak sekedar coklat,
sehingga lebih menarik. Untuk aroma juga seluruh panelis (100%) menilai suka. Penilaian
terhadap rasa 20% menilai sangat suka dan 80% suka. Panelis yang menilai sangat suka
mengatakan bahwasannya rasanya sangat pas, tidak terlalu gurih atau asin, dan tidak terlalu
hambar. Kemudian untuk penilaian terhadap tekstur 40% menilai sangat suka dan 60% menilai
suka. Panelis merasa teksturnya sangat pas, meskipun lembut tetapi tidak mudah hancur.
Penilaian terhadap porsi 80% menilai suka dan 20% menilai netral. Panelis yang menilai netral
merasa bentuknya sedikit lebih besar dari perkedel biasanya. Pada penilaian kematangan juga
80% menilai suka dan 20% menilai netral. Secara keseluruhan, penilaian terhadap warna, rasa,
dan kematangan menu perkedel kentang tahu menunjukkan daya terima yang baik.
KESIMPULAN & SARAN
1. Kesimpulan
Modifikasi perkedel kentang tahu cocok diterapkan pada menu lauk nabati di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro karena tergolong murah dan tinggi nilai gizi. Unit cost modifikasi menu ini hanya
Rp. 3.500. Dari hasil uji daya terima juga keseluruhan penilaian baik dan menyukai modifikasi
perkedel kentang tahu ini.
2. Saran
Dalam pembuatan perkedel kentang tahu sebaiknya penggorengan kentang dilakukan satu kali
saja. Pada tahap penggorengan pertama bisa diganti dengan pengukusan untuk meminimalisir
penggunaan minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. Penyelenggaraan Makanan (Manajemen Sistem) Pelayanan Gizi Swakelolah dan Jasa Boga di
Instalasi Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Leutika;2012.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Unggas. Badan Litbang
Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Bakri, Bachyar, Ani Intiani, and Widartika. 2018. Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta:
Kemekes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Fatimah, Ria Nita. 2017. Mari Mengenal Bumbu Nusantara. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian kesehatan RI.
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Jakarta: Penebar Swadaya.
Haryoto, 2009. Bertanam Seledri Secara Polybag. Yogyakarta: kanisius.
Margono et al., 2000. Buku Panduan Teknologi Pagan. Pusat Informasi Wanita dan Pebangunan PDII-
LIPI Bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation (1993). Jakarta.
Media tani. 2015. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Lada. Jakarta:
Munifa,dkk.2015. Gizi Kuliner Dasar. Graha Ilmu, Jogjakarta
Mohi, R. A. 2014. Analisis Potensi Pengembangan Tambak Garam di Desa Siduwonge Kecamatan
Randangan Kabupaten Pohuwato. Universitas Negeri Gorontalo: Gorontalo.
Nuraini, N. 2016. Hubungan Suhu Makanan Dengan Sisa Makanan Pasien Dewasa Dengan Diet Lunak
Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. [online]. dari :
http://repository.unimus.ac.id/104/1/Skripsi%20- %20Full%20Text%201.pdf[27 Mei 2018]
Samadi, Budi, 2000. Usaha Tani Bawang Putih, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Saputri, Mega P, et al. 2017. Efektivitas Variasi Makanan Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Anak Usia
Prasekolah Di Kelurahan Kuningan Semarang Utara. [online]. dari:
http//ejournal.stikestelogorejo.ac.id/Inde.php/ilmukeperawatan/article/view/4 18 [26 Maret 2018]
Setyabudi, D. A., Wisnu, B., Sunarmani., Qanytah., dan Irfan B. J. 2017. Teknologi Penyimpanan Umbi
Kentang (Solanum tuberosum L.) Var. GM-05 dengan Rekayasa Pencahayaan untuk
Mempertahankan Kesegarannya. Jurnal Penelitian Pasca Panen Pertanian, 14(2): 116-124.
Uluputty, Muhammad Riadh. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Seledri (Apium grafeolend L.)
Pada Media Pasir Setelah Diberikan Gandasil D Dan Atonik. Jurnal Ilmu Budidaya
Tanaman, 4(1): 28-33.
Widyastuti M, dan Pramono. 2014. Manajemen Jasa Boga. Graha Ilmu: Yogyakarta