Dosen Pembimbing :
Zulfiana Dewi,SKM,.M.P
Oleh :
ERNA
ELITRIA SAPITRI
RABIATUL ADAWIYAH
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gizi menyediakan makanan sesuai dengan jumlah dan macam zat gizi,
yang diperlukan konsumen secara menyeluruh. Makanan yang dipersiapkan dan disajikan
bercitarasa tinggi, yang memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi. Untuk mendapatkan
makanan tesebut, diperlukan pengembangan resep terhadap menu yang telah ada.
Pengembangan resep bisa melalui pembuatan masakan (makanan) baru, yang masih
menggunakan bahan makanan yang sama, sehingga tercipta menu yang lebih bervariasi
(Aritonang,2014).
Modifikasi resep sebagai salah satu cara untuk meningkatkan cita rasa makanan.
Menu yang telah ada dimodifikasi, sehingga dapat mengurangi rasa bosan/jenuh pasien
terhadap masakan yang sering disajikan. Demikian pula pengembangan resep untuk
meningkatkan nilai gizi masakan, sekaligus meningkatkan daya terima pasien. Modifikasi
resep dapat berupa modifikasi bahan pendukungnya, modifikasi bentuk, atau cara
pengolahannya. Dengan demikian, modifikasi resep dimaksudkan untuk : (1)
Meningkatkan keanekaragaman masakan bagi pasien ; (2) Meningkatkan nilai gizi pada
masakan; dan (3) Meningkatkan daya terima pasien terhadap masakan (Aritonang, 2014).
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengembangan resep makanan tinggi
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam.
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan
mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat
menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi
lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Kanker dapat dicegah dengan bantuan antioksidan. Pada penderita penyakit
kanker, sel kanker mengakibatkan adanya serangan radikal bebas dalam sel yang
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal yang
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (Swartz, 1979).
Antioksidan yang dihasilkan tubuh manusia tidak cukup untuk melawan
radikal bebas, untuk itu tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar (Dalimartha
dan Soedibyo, 1999).
Brokoli mengandung lebih banyak nutrisi dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Brokoli mengandung banyak vitamin C dan beta karotin yang merupakan antioksidan
yang sangat penting. Di Amerika Serikat brokoli telah menjadi sayuran favorit yang
menyehatkan dibanding kembang kol, kubis, dan sayuran hijau lainnya.
Para peneliti menilai bahwa brokoli dan sayuran hijau lain harus masuk ke daftar
diet tiap minggunya. Mengonsumsi makanan yang mengandung antioksidan tinggi dapat
mengurangi risiko kanker atau serangan jantung. Setengah cangkir brokoli yang telah
dimasak terdiri dari nutrisi yang sama banyaknya dengan nutrisi dari fitokimia
isothiocyanates.
Pada umumnya bolu kukus adalah kue berbahan dasar utama tepung dengan bahan
tambahan lainnya berupa telur, gula pasir, bahan pelembut (SP), dan air soda bening yang
kemudian dimatangkan dengan cara dikukus. Menurut Andriani (2012), faktor
keberhasilan dalam pembuatan bolu kukus adalah dengan cara mengaduk adonan dan
mengukus adonan, misalnya waktu pengadukan yang terlalu lama atau terlalu sebentar
ataupun pengukusnya tidak sempurna yang bisa membuat bolu kukus tidak mekar atau
mengembang.
Bolu kukus menjadi pilihan makanan yang akan dikembangkan resepnya menjadi
resep baru yang kaya akan antioksidan sebagai makanan selingan untuk pasien rumah
sakit yang membutuhkan asupan makanan kaya antioksidan karena disukai banyak orang
dan cara membuatnya yang mudah. Selain itu harga untuk 1 porsi bolu kukus juga cukup
terjangakau sehingga layak untuk di jadikan sebagai makanan selingan untuk pasien di
Rumah Sakit. Bolu kukus ini akan dimodifikasi menjadi bolu kukus brokoli yang tinggi
kandungan antioksidan.
Modifikasi ini dilakukan dengan cara penambahan bahan pada adonan bolu kukus
dengan bahan makanan yang tinggi antioksidan. Sehingga diharapkan akan meningkatkan
rasa, aroma, tekstur dan kenampakan, sehingga dapat meningkatkan selera makan pasien
serta dapat meminimalisir tingkat kebosanan pasien terhadap menu makanan selingan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana pengembangan resep untuk
makanan tinggi antioksidan.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk menghasilkan produk baru yang tinggi antioksidan berdasarkan resep yang
telah ada.
1.3.2 Untuk mengetahui daya terima produk baru yang tinggi antioksidan berdasarkan
resep yang telah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa
oksigen reaktifadalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu
oleh bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Sadikin (2001) berpendapat bahwa
serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya
reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas
senyawa radikal bebas mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun,
penyakit degeneratif, hingga kanker. Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi
penting, yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas dengan meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi, 1997).
Antioksidan dalam pangan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk,
mencegah ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
fisik lain yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi (Widjaya, 2003).
Antioksidan yang dihasilkan tubuh manusia tidak cukup untuk melawan radikal
bebas, untuk itu tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar (Dalimartha dan
Soedibyo, 1999). Antioksidan terdiri dari 2 Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu
antioksidan alam dan antioksidan sintetik (Cahyadi, 2006). Antioksidan alami banyak
terdapat pada tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan (Winarsi,2007),
sedangkan yang termasuk dalam antioksidan sintetik yaitu butil hidroksilanisol (BHA),
butil hidroksittoluen (BHT), propilgallat, dan etoksiquin (Cahyadi,2006)
Antioksidan alam telah lama diketahui menguntungkan untuk digunakan dalam
bahan pangankarena umumnya derajat toksisitasnya rendah (Cahyadi, 2006). Selain itu
adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari
antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternative yang sangat
dibutuhkan (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005).Antioksidan alami memiliki aktivitas
penangkapan radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) ekstrak gambir lebih tinggi
dibandingkan antioksidan sintetik Rutin dan BHT (Raufdkk, 2010). Turunan polifenol
sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron yang dimiliki radikalbebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
1. Faktor Penyebab
2. Faktor Resiko
2.4 Brokoli
Sayur Brokoli mengandung Folat, Vitamin C, Vitamin K, zat besi dan potasium
(kalium) tinggi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Berikut ini adalah
kandungan gizi atau nutrisi pada setiap 100 gram sayur brokoli.
Kalori 34 kcal –
Karbohidrat 6,6g –
Protein 2,8g –
Serat 1,7g –
Lemak 0,4g –
Vitamin A 31µg 3%
Vitamin E 0,78mg 5%
Bahan pembuat bolu terdiri dari tepung beras, telur, margarine, gula pasir, garam
dan baking powder. Untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan lebih jelas dari bahan
pembuat pancake.
1. Tepung Beras
Tepung beras merupakan produk pengolahan beras yang paling mudah
pembuatannya. Beras digiling dengan penggiling hammer mill sehingga menjadi
tepung (Apriliawan, 2015). Tepung Beras adalah bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Beras mengandung energi
sebesar 364 kilokalori, protein 7 gram, karbohidrat 80 gram, lemak 0,5 gram,
kalsium 5 miligram, fosfor 140 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di
dalam Tepung Beras juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,12
miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Tepung Beras, dengan jumlah yang dapat dimakan
sebanyak 100 %.
2. Telur
Telur merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan roti, kue
kering maupun cake, muffin dan sebagainya. Dalam pembuatan pancake telur
merupakan salah satu bahan yang penting karena mempunyai fungsi
mengembangkan adonan, memberikan nilai tambah gizi, warna, dan penambah
rasa. Telur dibedakan menjadi berbagai jenis antara lain telur ayam, telur itik,
telur angsa dan jenis telur unggas lainnya.
3. Margarin
Margarin terbuat dari lemak nabati dan digunakan sebagai pengganti
mentega (butter) karena memiliki komposisi hampir sama. Margarin dapat
digunakan dalam jumlah yang sama dengan mentega sepanjang kadar airnya
diperhatikan (Anni Faridah,dkk, 2008).
Fungsi margarine dalam pembuatan pancake adalah menambah nilai gizi,
melembutkan tekstur, memperkaya rasa, menjaga kelembaban pancake agar
tidak cepat kering dan meningkatkan volume pancake.
4. Gula
Gula merupakan bahan pemanis dalam pembutan suatu produk makanan,
seperti : kue, cookies, muffin dan lain-lain. Menurut Rusiana (2010:9), gula
adalah salah satu istilah yang sering diartikan sebagai karbohidrat yang
digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan
untuk menyatakan sukrosa.
Macam-macam Gula yang bisa digunakan dalam pembuatan pancake yaitu
gula pasir, gula kastor, dan brown sugar (bila ingin menghasilkan produk
pancake berwarna coklat). Gula yang baik adalah gula yang halus butirannya,
butiran mudah larut apabila masih ada gula yang belum larut butiran gula akan
membuat tekstur menjadi kasar (Suhardjito, 2006:120).
5. Baking powder
Baking powder merupakan bahan pengembang, yang terdiri dari campuran
Sodium Bicarbonat, Sodium Alumunium Fosfat, dan Monocalcium Fosfat.
Fungsi baking powder dalam pembuatan pancake yaitu sebagai bahan
pengembang yang dipakai untuk meningkatkan volumenya. Menurut Faridah
(2008:86), baking powder harus ditimbang secara tepat, bila baking powder
melebihi batas, maka akan menghasilkan kue yang keriput dan bantat,
sedangkan bila terlalu sedikit maka akan menghasilkan kue yang padat dan
berat.
6. Garam
Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium chlorida (>80%)
serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium
Chorida, dan lain-lain. Garam yang digunakan dalam pembuatan pancake
adalah garam dapur. Pemakaian garam lebih dari 1% dapat menghambat
fermentasi dan jangan mencampurkan garam dengan baking powder bersama-
sama, karena merupakan racun baking powder. Fungsi garam dalam pembuatan
pancake yaitu :
1) Pembangkit rasa bahan- bahan yang lain
2) Mengkontrol waktu fermentasi dari adonan pancake
3) Membantu menghindari pertumbuhan bakteri-bakteri dalam adonan.
4) Saat penimbangan, garam jangan sampai tercampur dengan baking
powder karena garam akan meracuni mikroba dalam baking powder bisa
mati.
7. Bahan tambahan lain
Selain bahan di atas, kami juga menambahkan vanili pada adonan pancake
untuk meningkatkan aroma menjadi lebih harum.
2.6 Makanan Enteral
Nutrisi enteral, juga disebut asupan tabung, adalah cara untuk memberikan
makanan melalui tabung yang ditempatkan di hidung, perut, atau usus kecil. Sebuah
tabung dalam hidung disebut tabung nasogastrik atau nasoantral. Sebuah tabung yang
masuk melalui kulit ke dalam perut disebut tabung gastrostomi atau gastrostomi
endoskopi perkutan (PEG). Sebuah tabung ke dalam usus kecil disebut tabung
jejunostomi atau jejunostomi endoskopi perkutan. Kontras dengan nutrisi parenteral.
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan
nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorbsi fungsi
nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan menunjang pasien
sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses infeksi, pada sakit kritis
saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia
Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa hambatan yang terjadi
diantaranya adalah:
Sinusitis
Esophagitis
Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan
Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu maksimal 4
jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah
terkontaminasi bakteri.
mudah diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar
30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas) atau
peptide.
Pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko diare
dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit pada saluran cerna, dan
merupakan control glikemik yang baik. Serat juga membantu fermentasi di usus besar
sehingga menghasilkan SCFA. SCFA menyediakan energy untuk sel epitel untuk
a) Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat dari beberapa
bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan blender.
Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap
kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa
Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat diberikan
langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien tak dapat makan
atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu:
a) Selang nasogastrik :
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui
Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen. Ukuran
selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai
maksimal 7 hari.
Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french, kecil
sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu
maksimal 14 hari.
Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-macam
Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7 french dan
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai untuk pasien
yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Kasus 1
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sidrap
Tanggal MRS : 02 November 2010
Tanggal Studi Kasus : 08 November 2010
Diagnosa Medis : Ca.Servix std II +Kemoterapi
Ruang Perawatan : Kamar 6 Kls III, Lontara 1 atas
B. Data Subjektif
Keluhan Utama
Batuk, gatal di bagian lengan atas, dan keputihan.
Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Ny.D seorang IRT dan suaminya seorang petani, Agama islam, Suku Bugis.
Kebiasaan Makan
Frekuensi makan 3 x sehari, semua makanan disukai, tidak ada makanan pantangan,
dan tidak ada alergi terhadap makanan
C. Data Objektif
- Antropometri
Umur = 42 tahun
BB = 60 kg
TB = 155 cm
BBI = 49,5 kg
- Pemeriksaan Laboratorium
Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Ket
Jenis
Pemeriksaan Hasil
BAK Lancar
BAB Baik
Respirasi 80 x/mnt
Suhu 36,6 oC
Nadi 20 x/mnt
- Riwayat Makan
Jumlah
Waktu
Bh.
Makan Menu Makanan URT Gram
Beras
Pagi Nasi Giling 1 gls 75
Kakap Rica-
Rica Kakap ½ ptg 40
30
Tempe Tempe 1 ptg
mendoan sdg 5
Tepung
terigu ½ sdm 5
Tepung ½ sdm 5
beras
½ sdt
Minyak
kelapa
2
Snack Biskuit (LRS) Biskuit keping 20
Beras 1½
Siang Nasi Giling gls 100
Minyak
Kelapa 1 sdt 5
Sup kc.
Merah Kc. Merah ¼ gls 25
Nangka 1/6
muda gls 15
Kc.panjang ¼ gls 25
Beras 1½
Malam Nasi giling gls 100
Telur rendang Telur ayam ½ bj 35
1870,9 62,59
Asupan kkal gr 29,6 gr 335 gr
1884,4 41,88
Kebutuhan kkal gr 31,4 gr 306 gr
%
Kebutuhan 99,283 149,4 94,3 109
Bahan :
4 sdm margarine
125 ml susu cair
Langkah :
1. Panaskan kukusan dan siapkan loyang lalu olesi loyang dengan mentega
2. Tuang tepung beras yg sudah diayak sebelumnya kedalam kuning telur. Aduk hingga
rata namun jangan overmix (Adonan A)
3. Mixer air perasan lemon dan putih telur dengan memasukkan gula secara bertahap (3x),
hingga stiff peak (Adonan B)
4. Tuang Adonan B ke dalam Adonan A secara bertahap (3x) tambahkan susu . Aduk balik
rata jgn sampai ada endapan dibawahnya.
5. Tuang ke loyang dan kukus selama -+ 30 menit
6. Angkat dan dinginkan,keluarkan dr loyang setelah dingin lalu potong-potong
Bahan A :
Bahan B :
Bahan C :
3 butir putih telur
4 sdm margarine
Langkah :
1. Panaskan kukusan dan siapkan loyang lalu olesi loyang dengan mentega
2. Blender bahan A hingga lembut.
3. Tuang bahan A kedalam kuning telur. Aduk rata.
4. Tuang tepung beras yg sudah diayak sebelumnya. Aduk hingga rata namun jangan
overmix
5. Mixer bahan C dgn memasukkan gula secara bertahap (3x), hingga stiff peak.
6. Tuang bahan C ke dalam Bahan B secara bertahap (3x). Aduk balik rata jgn sampai
ada endapan dibawahnya.
7. Tuang ke loyang dan kukus selama -+ 30 menit
8. Angkat dan dinginkan,keluarkan dr loyang setelah dingin lalu potong-potong
Resep Lama
Nama Bahan Berat (g) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Tepung beras 110 400,4 7,7 0,55 88
Telur ayam 162 262,44 20,736 18,63 1,134
Gula pasir 100 364 0 0 94
Margarine 15 108 0.09 12.15 0.06
jumlah…5.. porsi 1134.84 28.52 31.33 183.194
jumlah/porsi 226.96 5.70 6.26 36.63
Nama Bahan Berat (g) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Brokoli 100 34 2,28 0,37 6,64
Tepung beras 90 327,6 6,3 0,45 72
Telur ayam 162 262,44 20,736 18,63 1,134
Gula pasir 100 364 0 0 94
Mentega 10 72,5 0,05 8,16 0,14
Fiber crème 30 1 0 0,06 0,13
jumlah…5.. porsi 1061.54 29.366 27.67 174.044
jumlah/porsi 212.308 5.87 5.52 34.80
3.6 Kasus II
Deskripsi Kasus
• Nama : Ny. J
• Umur : 51 Tahun
• Jenis Kelamin : Wanita
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : SMA
• Sosial Ekonomi : Menengah kebawah
• Agama : Islam
• Riwayat penyakit : Hipertensi dan didiagnosis kanker serviks 1 tahun lalu
• Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
• Obat : Cefotamine (antibiotik) dengan dosis 3x1 hari
Os merasa lemah yang semakin memberat sejak 3 hari SMRS, karena telah melewati
kemoterapi ke-19 kali. Setelah menjalani radiasi pasien mengeluarkan darah dari organ
kemaluannya, os juga mengalami diare 7 kali sehari. Os telah didiagnosis kanker serviks 1 tahun
yang lalu dan sempat di rawat di RS Dharmis. Riwayat penyakit 4 tahun yang lalu adalah hipertensi
dan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Saat masuk rumah sakit, os didiagnosis kanker
serviks susp fistula rektovagina dengan GEA. Selama di rawat di RS, Os diberikan obat cefotamine
dengan dosis 3x1 hari yang berfungsi sebagai antibiotik.
Antropometri
- BB = 44.8 kg
- TB = 146 cm
- IMT = 21.03 kg/m
Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Klinis
Energi = BMR x FA x FS
= 1881 kkal
Protein (13 %) = 13% x 1881/4
= 61,1 gr
= 62,7 gr
= 268 gr
Snack (10 %)
= 10 % x 1881
= 188,1 kkal
Data dianalisis
Bahan : Bolu kukus, Bolu kukus brokoli, formula awal, dan formula modifikasi
a. Alat :
Jangka Sorong 1 Buah
b. Cara Kerja :
1. Mengamati bentuk Bolu kukus
2. Mengukur daya kembang Bolu kukus
Bahan uji yang digunakan adalah Bolu kukus, Bolu kukus brokoli, formula awal,
dan formula modifikasi. Bahan kimia kualitas farmasetis yang digunakan yaitu
aquadest; bahan kimia kualitas teknis berupa ethanol dan deionized water; bahan kimia
kualitas pro analitik (E.Merck) berupa metanol dan ninhidrin; bahan kimia kualitas pro
analitik (Sigma Chem.Co) berupa rutin dan DPPH; bovine serum albumine (BSA)
Alat :
Alat yang digunakan antara lain : blender, corong Buchner ,mikro pipet 50-200
µL,vortex, sentrifuge, magnetic stirrer, vacuum rotary evaporator, waterbath,
spektrofotometer UV-Vis, neraca analitik ketetlitian 0,1 mg, serta alat-alat uang lazim
digunakan di laboratorium.
http://ahmadchem.blogspot.com/2010/07/menghalau-kanker-dengan-brokoli.html?m=1
https://www.scribd.com/doc/316070722/Laporan-Roti-Kukus
https://widyarsy.wordpress.com/tag/makalah-kwh-bolu-kukus/
https://www.scribd.com/document/330669488/Makalah-Pemberian-Nutrisi-Enteral