Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENYULUHAN

BAHAYA JAJAN SEMBARANGAN

Disusun oleh :
Fildzah Yamami Rizal (090100004)
Regina Marhadisony (090100371)

PUSKESMAS PEKAN LABUHAN


SEKOLAH XXXXX
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

KATA PENGANTAR

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
penyuluhan ini dengan judul Bahaya Jajan Sembarangan.
Penulisan makalah penyuluhan ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di
Puskesmas Pekan Labuhan, Departemen Ilmu Kesehatan Masyrakat, Ilmu
Kedokteran Pencegahan, Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada temanteman dan pihak-pihak lain yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan makalah penyuluhan ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah penyuluhan ini bermanfaat. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN.....
1.1.

Latar

Belakang.. 4

..........
1.2.

3
4
5

Tujuan....... 5
...

1.3.

Manfaat.....

...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,.........

2.1. Definisi........................................................

2.2.Jenis Makanan dan Jajanan..........................................................................

2.3.Macam-Macam Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Bahan Tambahan


Makanan ............................................................................................................

2.4. Dampak Bahan Kimia Bagi Kesehatan.......................................................

13

2.5. Cara Memilih Jajanan Sehat ................................................................... 17


2.6. Pencegahan.............................................................. 20
BAB III KESIMPULAN...... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22

BAB 1
PENDAHULUAN

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


1.1.

Latar Belakang
Sebagian besar anak-anak di Indonesia menyukai jajanan. Jajanan adalah

segala jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, toko-toko dan swalayan.
Anak-anak banyak menyukai jajanan yang berwarna mencolok atau bentuknya
menarik, ditambah dengan rasa yang manis dan gurih, tapi ternyata makanan
tersebut tidak aman untuk dikomsumsi. Pada zaman modern ini, banyak juga
orang tua yang tidak memantau pola makan dan jajanan yang dikonsumsi anakanaknya, jadi jangan sembarang menjajankan anaknya.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi
penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anakanak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.Tumbuh berkembangnya anak usia
sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas
yang baik serta benar.
Pencapaian gizi seimbang masih merupakan masalah yang cukupberat. Pada
hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya
pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada (Irianto,2004).
Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupanmakanan
pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.Sering timbul
masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benardan menyimpang.
Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyakorgan organ dan sistem
tubuh anak. Foodborne diseases atau penyakitbawaan makanan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama dibanyak negara. Penyakit ini
dianggap bukan termasuk penyakit yang seriusuntuk jangka pendek, sehingga
seringkali kurang diperhatikan baik olehorang tua, masyarakat atau instansi yang
terkait dengan masalah ini(Anonim, 2007).
Makanan yang baik dan aman bagi kesehatan salah satu syaratnya adalah
memenuhi standar kesehatan, yaitu menggunakan bahan tambahan makanan yang
tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan dan bahkan disarankan untuk
tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan. Bahan
tambahan makanan adalah bahan kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


makanan atau yang secara alami bukan merupakan bahan baku yang berfungsi
menambah cita rasa, warna, tekstur serta memperpanjang umur kualitas makanan.
1.2.

Tujuan
Tujuan

dari

pembuatan

makalah

penyuluhan

ini

adalah

untuk

mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran siswa/i Sekolah XX Kelurahan


Pekan Labuhan tentang pentingnya mengetahui Bahaya Jajan Sembarangan,
mempererat hubungan dengan siswa/i Sekolah XX Kelurahan Pekan Labuhan
dalam hal memberikan penyuluhan, dan untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas Pekan
Labuhan, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan,
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
1.3.

Manfaat
Makalah penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

penulis dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat
secara umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam
mengenai Bahaya Jajan Sembarangan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

2.1. Definisi
Menurut FAO, jajanan (street food) didefisinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan
dan di tempat-tempat keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan adalah makanan
dan minuman yang di olah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
di sajikan sebagai makanan siap santap untukdujual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (KEPMENKES 942 Th
2003).
Jajanan sehat adalah jajanan yang bergizi dan tidak mengandung zat-zat
berbahaya. Jajanan yang sehat dapat membuat tubuh terhindar dari penyakit.
2.2. Jenis Makanan dan Jajanan
Jenis makanan menurut winarno dan mulyati(2003:22) di bagi menjadi 4
kelompok :
1. makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam dll
2. sneck atau penganan, seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dll
3. golongan minuman seperti cendol, es teh, dawet, es cream, dll
4. buah-buahan
2.3. Macam-Macam Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Bahan Tambahan
Makanan
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat
adiktif atau bahan tambahan makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara
ilmiah, zat adiktif makanan didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Zat adiktif
makanan yang dimaksud dalam hal ini adalah pengawet, penyedap, pewarna,
pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti
gumpal.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


Dilihat dari sumbernya, zat adiktif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain-lain. Selain itu dapat juga disintesis dari bahan kimia
yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan
kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain.
Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih
stabil, dan lebih murah, akan tetapi walaupun demikian ada kelemahannya yaitu
sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya
bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang
terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Zat adiktif atau bahan tambahan
makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut
adalah beberapa contoh zat aditif yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah :
1) Bahan Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan yang
mempunyai sifat rusak, akan tetapi tidak jarang produsen menggunakannya pada
makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau
memperbaiki tekstur. Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan banyak
digunakan adalah benzoat, yang umumnya dalam bentuk natrium benzoat atau
kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Pengggunaan pengawet dalam
makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet
mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk
mengawetkan pangan yang lain karena pangan mempunyai sifat berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan
pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang
bersifat pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan
lainnya maupun mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan
bahan makanan, misalnya pembusukkan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet
pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk
bersama pangan yang dikonsumsi.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


Apabila pemakaian bahan makanan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi
kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian besar bagi pemakainya, baik
yang bersifat langsung misalnya keracunan, maupun yang bersifat tidak langsung
atau kumulatif misalnya apabila pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik.
Penggunaan bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan adalah
penggunaan boraks dan formalin.
a. Boraks
Boraks adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa.
Fungsinya hampir sama dengan pestisida. Boraks berbentuk serbuk kristal putih
tanpa bau dan mudah larut dalam air. Boraks digunakan secara illegal dalam
industri makanan bakso dan kerupuk, karena mampu memberi efek bagus pada
tekstur makanan. Bakso dengan boraks menjadi kenyal, renyah, dan tahan lama.
Kerupuk dengan boraks pun lebih renyah dan empuk. Di Jawa Barat boraks
dikenal dengan nama pijer, di Jawa Tengan dan Jawa Timur dikenal dengan
nama bleng dan digunakan sebagai tambahan makanan untuk pengenyal
ataupun pengawet.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

b. Formalin
Formalin merupakan bahan kimia dalam industri kayu lapis, dan digunakan
sebagai bahan disinfektan pada rumah sakit. Formalin digunakan secara illegal
untuk bahan pengawet. Deteksi formalin kualitatif maupun kuantitatif secara
akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi
kimia. Namun, ada beberapa ciri pangan berformalin yang dapat membantu
membedakan dari makanan tanpa formalin:

1. Mie basah berformalin


Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan
lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Tidak lengket dan mie
lebih mengkilap dibandingkan mie yang lain.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


2. Tahu berformalin
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan
lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Tahu terlampau keras,
kenyal namun tidak padat.
3. Ikan Segar atau Hasil Laut Berformalin
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius). Warna
insang merah tua dan tidak cemerlang dan warna daging putih bersih.
Ada beberapa jenis bahan pengawet yang banyak digunakan dalam masyarakat,
yaitu :
a. Zat Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hydrogen
peroksida, nitrat, dan nitrit. Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel
mikroba membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim
membentuk hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernafasan.
Penggunaan garam nitrat dan nitrit yaitu umumnya pada proses curing daging
untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti
Clostridium botulinum, yaitu suatu bakteri yang dapat memproduksi racun yang
mematikan. Akan tetapi sekarang ini nitrit dan nitrat tidak hanya digunakan pada
daging tetapi pada ikan dan keju. Penggunaannya pun semakin luas dikarenakan
selain sebagai pembentuk warna dan bahan pengawet antimikroba, juga berfungsi
sebagai pembentuk factor sensori lain, yaitu aroma dan cita rasa (flavour).
b. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet lebih banyak dipakai daripada yang anorganik karena bahan ini
lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun
bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah
asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida.

10

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


2) Perwarna
Penampilan makanan termasuk bentuk dan warnanya dapat menambah daya
tarik dan menggugah selera, oleh karenanya, sejak lama penggunaan pewarna
makanan telah dikenal luas di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Masyarakat tradisional Indonesia biasa menggunakan bahan-bahan alami sebagai
pewarna makanan, misalanya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna
hijau. Namun seiring perkembangan teknologi dan tuntutan zaman, penggunaan
pewarna makanan alami mulai diganti dengan pewarna makanan sintesis karena
penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih murah.
Berdasarkan sumbernya, secara garis besar dikenal dua jenis zat pewarna yang
termasuk kedalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu :
a. Pewarna Alami
Banyak warna bagus yang dimiliki oleh tanaman dan hewan dapat digunakan
sebagai perwarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang banyak
mengandung nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan
bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya.
Kelompok tanaman atau hewan yang memiliki warna alami dan dapat digunakan
dalam tambahan makanan, diantaranya :
1. Karamel, berasal dari gula yang dipanaskan dengan air dan dapat
menghasilkan warna coklat;
2. Anthosianin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan dapat
menghasilkan warna jingga, merah, dan biru;
3. Tannin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan
warna bening atau tidak berwarna;
4. Batalain, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan
warna kuning dan merah;
5. Xanthon, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan
warna kuning;
6. Klorofil, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam lipida dan air dan
menghasilkan warna hijau dan coklat;
7. Heme, berasal dari hewan dan menghasilkan warna merah dan coklat.

11

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


b. Pewarna Sintesis
Zat pewarna buatan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut
sebagai permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus
menjalani pengujian dan prosedur penggunaanya, yang disebut proses sertifikasi.
Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis
media terhadap zat warna tersebut. Di Indonesia peraturan mengenai penggunaan
zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
mengenai bahan tambahan pangan. Penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk
sembarang bahan pangan walaupun sudah ada peraturan yang mengaturnya masih
seringkali terjadi, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk
mewarnai bahan pangan. Pewarna tekstil tersebut yang banyak digunakan adalah :
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan bahan pewarna sintetis dalam industri tekstil dan
kertas, yang secara illegal digunakan untuk pewarna makanan. Makanan yang
menggunakan bahan ini bisa dikenali dari warna merah mencolok yang tidak
wajar, banyak terdapat titik-titik warna karena tidak homogen dan tidak pudar
apabila terkena panas (digoreng atau direbus). Rhodamin B berupa serbuk kristal
berwarna merah keunguan, dan ketika dilarutkan dalam air akan berubah merah
berpendar yang membangkitkan selera. Biasanya digunakan pada industri
kerupuk, terasi, dan makanan kecil untuk anak-anak.
2. Methanyl Yellow (pewarna kuning)
Metanil Yellow adalah pemberi warna kuning, yang digunakan untuk industri
tekstil dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk, bisa pula berupa padatan. Biasanya
digunakan secara illegal pada industri mie, kerupuk dan jajanan berwarna kuning
mencolok. Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara
lain makanan berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar serta banyak
memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Hal ini jelas sangat
berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna
tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu

12

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat
pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan
jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan, selain itu warna dari zat
pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.
Ada beberapa bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan dalam makanan di
Indonesia dengan penggunaan yang tidak berlebihan, yaitu :
1. Amaran (Amaranth : Cl Food Red 9)
2. Biru berlian (Brilliant blue FCF : Cl)
3. Eritrosin (Food red 2 Erithrosin : Cl)
4. Hijau FCF (Food red 14 Fast green FCF : Cl)
5. Hijau S (Food green 3 Green S : Cl.Food)
6. Indigotin (Green 4 Indigotin : Cl.Food)
7. Ponceau 4R (Blue I Ponceau 4R : Cl)
8. Kuning (Food red 7)
9. Kuinelin (Quineline yellow Cl. Food yellow 13)
10. Kuning FCF (Sunset yellow FCF Cl. Food yellow 3
11. Riboflavina (Riboflavina)
12. Tartrazine (Tartrazine)
2.4. Dampak Bahan Kimia Bagi Kesehatan
Banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara
terus menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal
mungkin. Dikarenakan hal tersebutlah maka perlu diadakan pengujian terlebih
dahulu sebelum makanan tersebut diedarkan ke masyarakat luas atau dikonsumsi.
Pengujian bahan kimia berbahaya atau toksisitas pada suatu bahan makanan
biasanya dilakukan melalui tiga macam percobaan yang dilakukan pada hewan.
Pertama, penentuan dosis suatu bahan. Kedua, penentuan dosis maksimum yang
dapat ditolerir yaitu dosis harian maksimum saat hewan dapat bertahan hidup
untuk periode 21 hari, dengan tujuan pengujian ini adalah untuk menunjukkan
bahan organ yang diperiksa memperlihatkan adanya efek keracunan. Ketiga,
pengujian pemberian makanan selama 90 hari, dimana setelah 90 hari percobaan

13

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


dapat diketahui gejala tidak normal pada hewan percobaan sehubungan dengan
makanan yang diberikan. Hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat menunjukkan
atau menetapkan dosis atau ambang batas wajar penggunaan bahan tambahan
makanan untuk dikonsumsi manusia.
Penggunaan bahan kimia berbahaya atau bahan tambahan makanan tersebut
apabila melebihi ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif bagi
kesehatan, diantaranya :
1. Penggunaan Bahan Pengawet
Penggunaan zat pengawet yang berlebihan dapat mengurangi daya tahan tubuh
terhadap penyakit, penggunaan bahan pengawet di satu sisi menguntungkan
karena bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat
pantogen yaitu yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan
lainnya maupun mikroba yang bersifat nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan. 6 Bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya
yaitu belerang yang dioksidasi yang dapat menyebabkan luka pada usus, selain itu
penggunaan nitrit dan nitrat pada daging kalengan dan keju dapat menyebabkan
kanker, hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa yang tergolong sebagai
racun, apabila terserap oleh darah akan mengubah hemoglobin menjadi nitrose
haemoglobin atau methaemoglobin yang tidak mampu lagi untuk mengangkut
oksigen. Penderita penyakit ini terlihat dari tanda-tanda perubahan pada kulit yang
berubah menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila kandungan methaemoglobin lebih tinggi dari 70%.
2. Penggunaan Bahan Pewarna pada Makanan
Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam makanan walaupun memiliki dampak
positif bagi produsen dan konsumen, yaitu dapat membuat suatu makanan lebih
menarik, meratakan warna makanan dan mengembalikan warna dari bahan dasar
yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menumbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberi efek negatif bagi kesehatan
manusia. Beberapa hal yang dapat menimbulkan dampak negatif tersebut apabila
terjadi :

14

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

a. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam
jumlah kecil, namun berulang.
b. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam
jangka waktu lama.
c. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-hari, dan
keadaan fisik.
d. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna
sintesis secara berlebih.
e. Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan.
Efek kronis yang dapat ditimbulkan dari pewarna sintesis ini adalah apabila
dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker hati.
3. Penggunaan MSG
A. Chinese Restaurant Syndrome
Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang
gejalanya cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing.
Pasien itu mengalami kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran.
Masakan cina memang dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah
gejala serupa yang dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut
Chinese Restaurant Syndrome.
Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih dugaan
sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi
vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika
diserap. Konon menyantap 2 12 gram MSG sekali makan sudah bisa
menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam
Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.

15

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


B. Kerusakan Sel Jaringan Otak
Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada
tikus putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 4 mg per gram
berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan
otak. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur
dalam makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.
Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-asam
aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan
pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan
penurunan transmisi signal dalam otak (Anonimous 2006).
C. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut
pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan
suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal
masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk
senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang
lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin,
dan metionin juga dapat mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara
memasak amat berpengaruh.
D. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat
umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi
MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa
peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan
senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut
ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama
Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin (Winarno 2004).

16

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior


2.5. Cara Memilih Jajanan Sehat
- Bersih
- Jauh dari tempat sampah, got, debu dan asap kendaraan bermotor
- Tertutup
- Tidak bekas dipegang-pegang orang
- Tidak terlalu manis dan berwarna mencolok
- Masih segar
- Tidak digoreng dengan minyak goreng yang sudah keruh
- Tidak mengandung zat pemanis, zat pengawet, zat penyedap, dan zat pewarna
buatan
- Bau tidak apek atau tengik
- Tidak dibungkus dengan kertas bekas atau Koran
- Dikemas dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman
- Lihat tanggal kadaluwarsa

17

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

Contoh jajanan tidak sehat:


- Es mambo berwarna mencolok dan terlalu manis pemanis buatan dan
pewarna pakaian
- Permen pemanis buatan dan pewarna pakaian
- Bakso bahan pengenyal
- Chiki/ makanan ringan menggunakan MSG sebagai penambah rasa, zat
pewarna dan pemanis buatan
- Gorengan pakai minyak goreng bekas dipakai berkali-kali sehingga minyak
sudah berwarna sangat keruh
- Cakwe, cilok dan bakso goreng pakai saus/ sambal berwarna merah cerah dan
terbuat dari bahan-bahan yang telah busuk
- Kue berwarna mencolok pewarna pakaian
- Es sirup/ minuman berwarna mencolok tidak higienis, memakai air mentah,
dan terdapat zat pewarna pakaian

18

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

19

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

2.6. Pencegahan
Sarapan pagi adalah makanan yang paling penting dalam aktivitas harian.
Begitu pula pada anak-anak sekolah, sebab waktu sekolah penuh dengan aktifitas
yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Dengan mengkonsumsi 2
potong roti dan telur atau satu porsi bubur ayam. Atau bisa juga satu gelas susu
dan buah, anak-anak akan mendapatkan kalori yang cukup untuk aktivitas awal
hari mereka. Sebagai upaya agar anak-anak tidak sembarangan membeli jajanan,
mungkin perlu dipikirkan usaha dimana sekolah berusaha memberikan atau
memfasilitasi pemberian makanan ringan atau makan siang di lingkungan sekolah.
Orang tua juga bisa membekali makanan dari rumah, agar terjamin kebersihannya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah dan menjamin supaya anak tidak sembarangan
membeli jajanan.

20

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

BAB 3
KESIMPULAN
1. Tips aman dalam memilih makanan dapat dilakukan dengan mengamati
warnanya, mencolok atau tidak, cicipi rasanya, baui aromanya, amati
komposisinya, perhatikan kualitasnyadan terdaftar di BPOM.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jajan diantaranya

yaitu

karakteristik anak, pola makan keluarga, sekolah, tetangga dan dari iklan.
3. Bahan berbahaya yang terkandung dalam jajanan antara lain borax,
formalin dan rhodamin B.

21

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bahan Pengawet dalam Jajanan Anak. http://ziah91.student.
umm.ac.id/2010/07/29/bahan-pengawet-dalam-jajanan-anak/.
Dr. Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinic (Klinik
Khusus Kesulitan Makan Pada Anak).
Riyadi, P.H, Azis N.B, Tri W.A. Analisis Kebijakan Keamanan Pangan Produk
Hasil Perikanan Di Pantura Jawa Tengah dan DIY. Staf Pengajar FPIK
UNDIP.
Suci, E.S. 2009. Gambaran Perilaku jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Atma jaya Jakarta. ISSN 20854242, Vol 1, 29-38.

22

Anda mungkin juga menyukai