Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU MEMBUANG SAMPAH

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1) Aliva Ikma Yuhastari (P2.31.33.1.12.003)


2) Arif Ridwan (P2.31.33.1.12.007)
3) Devi Handika Hargiyanti (P2.31.33.1.12.008)
4) Ghina Akmalia (P2.31.33.1.12.018)
5) Larasati Wijayanti (P2.31.33.1.12.027)
6) Rhisma Hilda Prawita (P2.31.33.1.12.034)
7) Rifka Rosiyani (P2.31.33.1.12.035)
8) Widhy Reza Putra (P2.31.33.1.12.042)

TINGKAT 3 DIV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

2015
Perilaku Membuang Sampah

A. Alasan Membuang Sampah Sembarangan


Ada beberapa alasan perilaku membuang sampah sembarangan, diantara perilaku-
perilaku tersebut yaitu:

1. Kurangnya kesadaran diri dan kurang pengetahuan


Kesadaran diri masing-masing individu memang sangat diperlukan. Kadang kita tidak
sadar bahwa perilaku membuang sampah sembarangan itu tidak baik dan merusak
lingkungan. Ketidaksadaran tersebut bisa dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap pentingnya lingkungan yang bersih dan manfaat membuang
sampah yang benar.
2. Norma dari lingkungan sekitar
Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu
perilaku. Saat ini, membuang sampah sembarangan sudah menjadi pola perilaku di
masyarakat yang biasa atau legal karena semua orang melakukannya. Maka
perilaku membuang sampah sembarangan menjadi suatu bentukan perilaku yang
terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah
hal yang salah.
Dalam anggapan masyarakat pada umumnya membuang sampah
sembarangan sudah biasa, karena didalam pikiran mereka sampah yang
dibuang hanya sedikit, hanya sebuah plastic bungkus permen, namun
kenyataannya sesedikit apapun sampah yang dibuang, jika ada orang lain
yang melihat maka sudah tentu mereka akan meniru kita dan otomatis
sampah tersebut menjadi banyak.
3. Perceived Behavior Control
Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk
dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang
sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan.
Kebanyakan dari orang Indonesia adalah mencari alternative termudah,
sehingga apapun keputusannya akan diambil yang termudah begitu juga
dengam membuang sampah, jika dirasa tidak ada tempat sampah atau tidak
ada yang mengawasi makan sudah tentu orang tersebut dapat berpikiran
untuk membuang sampah sembarangan.
4. Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampah
Tempat yang asal mulanya dipenuhi banyak sampah, bisa membuat orang yakin
bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan di tempat itu. Jadi warga
sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di tempat tersebut.
Prilaku masyarakat indinesia yang sering ikut ikutan juga dapat menyebabkan
permasalahan sampah dapat menjadi buruk, karena jika seseorang sudah
melihat tempat tersebut kotor maka pasti dia akan beranggapan tempat
tersebut memang sudah kotor, apa salahnya membuang sampah disana.
5. Ketersediaan tempat sampah
Ini membuat orang menjadi kesulitan membuang sampah. Mungkin ada tempat
sampah, tetapi kurang memadai dan sangat jauh.
6. Kemalasan
Sikap ini didasarkan pada sikap dan pembawaan masyarakat, karena kemalasan
untuk bergerak membuang sampah pada tempatnya membuatnya lebih memilih
membuang sampah tidak pada tempatnya.
7. Menganggap pasti akan ada yang membersihkan
Beberapa orang berpikir bahwa pasti akan ada yang memungut sampah tersebut,
misalnya botol "Aqua", memang botol dan plastik dapat didaur ulang dan bernilai
harganya apabila dengan jumlah banyak dikumpulkan. Tetapi apakah salah
membuang sampah pada tempatnya, sehingga jika ada yang mencari botol bekas,
akan mempermudahnya.

1. Tujuan Adanya Perubahan Perilaku Pada Mahasiswa Yang Membuang Sampah


Sembarangan
1) Agar lingkungan kampus di sekitar menjadi bersih, nyaman, dan jauh dari kesan
kumuh
2) Agar terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
3) Meminimalisir timbulnya banjir akibat sampah
4) Meminimalisir penyebaran penyakit diare, kolera, tifus yang disebabkan karena virus
yang berasal dari banjir karena pengelolaan sampah yang tidak tepat
5) Untuk meminimalisir timbulnya penyakit DBD akibat pengelolaan sampah yang tidak
tepat seperti adanya genangan-genangan air di botol-botol bekas minuman
6) Agar tidak menimbulkan lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah yang
berserakan dimana-mana
7) Menghindari pencemaran air yang diakibatkan oleh cairan sampah atau air lindi yang
masuk ke dalam drainase atau sungai yang akan mencemari air.
8) Menghindari perubahan ekosistem perairan biologis yang diakibatkan karena
tercemarnya sungai akibat sampah

B. Proses Perubahan Berdasarkan Teori Dalam Membuang Sampah Mahasiswa


Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 Jurusan Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian Perubahan
Banyak definisi pakar tentang berubah, dua diantaranya yaitu :
1) Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang
berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987).
2) Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu
atau institusi (Brooten,1978).

2. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon
Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap
psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku,
media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil
dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut
terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap
dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: mengetahui, memahami,
menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak
dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak.
Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi
rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok,
dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap,
keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi
sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk
menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993)
perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan,
sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar
dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar.
Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku
terdahulu. Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu
masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau
masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai
bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan
sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia.
Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan
gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh
faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor
genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
perilaku manusia.

2. Cara Pembentukan Perilaku


1) Pembentukan perilaku dengan kebiasaan yaitu dengan cara membiasakan diri
untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku
tersebut.
2) Pembentukan perilaku dengan pengertian yaitu pembentukan perilaku yang
ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar
kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.
3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model yaitu pemimpin dijadikan
model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar
sosial (social learning theory) (suryani, 2003).

3. Strategi Perubahan Perilaku


1) Inforcement
Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan
2) Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi.
3) Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan
penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan).
4) Education
Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian
informasi atau penyuluhan-penyuluhan.

4. Proses Perubahan Perilaku


1) Perubahan Alamiah
Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan, maka kita sering
mengikuti perubahan itu tanpa banyak pikiran inilah yang disebut dengan
perubahan alamiah.
2) Perubahan Tercerna
Perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri.
3) Kesediaan Berubah
Sebagian orang sangat cepat untuk menerima suatu perubahan, tetapi sebagian
orang lain sangat lambat untuk menerima perubahan (Notoatmojo, 2003).

5. Teori Lawrence Green


Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku
tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan
dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Dan menurut
Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni:
1) Faktor Pendorong (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinyaperilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya.
Penerapannya: sebagai seorang mahasiswa jurusan Kesehatan Lingkungan,
pada dasarnya kitasudah memiliki basic ilmu tentang pengelolaan sampah. Maka
berlandaskan hal tersebut, sudah selayaknya menjadi faktor pendorong bagi
mahasiswa untuk menerapkan perilaku pengelolaan sampah yang baik dan benar
seperti membuang sampah pada tempatnya, pemilahan jenis sampah dan
pemanfaatan sampah terutama di lingkungan kampus Poltekkes Jakarta 2 Jurusan
Kesehatan Lingkungan.
2) Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu,
Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat
olahraga, makanan bergizi, uang dan sebagainya.
Penerapannya: dalam lingkungan pendidikan seperti kampus pastilah
menghasilkan komoditi sampah yang mayoritas didominasi oleh sampah kertas dan
sisa makanan. Maka dengan keadaan tersebut pastilah diperlukan fasilitas tempat
sampah dengan jumlah memadai untuk dapat menampung volume sampah dari
mahasiswa jurusan Kesehatan Lingkungan.
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-
kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya.
Penerapannya: mahasiswa tahu bahwa manfaat dari membuang sampah
pada tempatnya dan pemilahan terhadap jenis sampah bermanfaat terhadap
kebersihan lingkungan kampus dan sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir
volume sampah, juga sebagai upaya mempermudah pemanfaatan sampah. Namun
karena dilandasi oleh rasa acuh tak acuh dan jumlah tempat sampah yang kurang
maka, perilaku membuang sampah sembarangan dan tidak dipilahnya jenis
sampah tetap terjadi. Selain itu dipicu pula oleh teman-teman lain yang juga
melakukan hal serupa di lingkungan kampus, sehingga menganggap membuang
sampah sembarangan sebagai hal biasa.

Analisis perubahan perilaku :


Disimpulkam bahwa perilaku seseorang atau mahasiswa tentang kebersihan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari
mahasiswa yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku dosen dan petugas kebersihan lingkungan kampus terhadap kebersihan
juga akan mendukung dan memperkuatnya terbentuknya perilaku.
Mahasiswa yang tidak mau membuang sampah pada tempatnya di
lingkungan kampus dapat disebabkan karena mahasiswa tersebut tidak peduli akan
pentingnya kebersihan di lingkungan kampus (predisposing factor). Atau barangkali
juga karena tempat pewadahan sampah yang ada di lingkungan kampus tidak
memadai dan tidak strategis untuk penempatannya (enabling factor).
Sebab lain, mungkin dosen-dosen dan petugas kebersihan lingkungan
kampus tidak mendemonstrasikan dan mencontohkan perilaku membuang sampah
pada tempatnya (reinforcing factors).

6. Teori Snehandu B. Karr


Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kebersihan di lingkungan
kampus (behaviour intention)
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support)
3) Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas/saranakebersihan
(accessibility of information)
4) Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy)
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Analisis perubahan perilaku:


Seorang mahasiswa yang tidak mau membuang sampah pada tempatnya,
mungkin karena ia tidak ada minat dan niat dalam menciptakan lingkungan kampus
yang bersih dari sampah (behaviour intention), atau barangkali juga karena tidak
ada dukungan dari mahasiswa lainnya atau teman dekatnya (social support).
Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang
bahaya sampah yang dapat ditimbulkan dan manfaat dari suatu kebersihan
(accessibility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk
menentukan, misalnya harus mengikuti peraturan yang berlaku atau omongan
mahasiswa lain yang ia dengarkan(personal autonomy). Faktor lain yang mungkin
menyebabkan seorang mahasiswa ini tidak mau membuang sampah pada
tempatnya adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya
alasan penempatan tempat sampah yang jauh atau sampah yang dihasilkan seperti
bungkusan kecil saja sehingga timbulah rasa malas untuk membuangnya (action
situation).

7. Teori WHO
Pemikiran dan perasaan (thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

Analisis perubahan perilaku:


Disimpulkan bahwa perilaku membuang sampah seorang mahasiswa
ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang
dijadikan referensi dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung perilaku dan kebudayaan mahasiswa akan pentingnya kebersihan di
lingkungan kampus. Seseorang yang tidak mau membuang sampah pada
tempatnya mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan bahwa
membuang sampah sembarangan tidak menimbulkan sesuatu yang merugikan
bagi lingkungan dan rasa malas juga merupakan factor utamanya (thought and
feeling). Atau barangkali karena temannya juga membuang sampah sembarangan
sehingga tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Faktor
lain juga mungkin karena sumber daya yang diperlukan seperti waktu, tenaga dan
fasilitas atau tidak mempunyai biaya untuk pengadaan tempat sampah yang sesuai
dengan kapasitas dan cukup memadai untuk lingkungan kampus (resource). Faktor
lain lagi mungkin karena kebudayaan (culture), bahwa membuang sampah
sembarangan di lingkungan kampus merupakan masalah yang sepele atau tidak
mengganggu mahasiswa lainnya sehingga tidak peduli dengan kebersihan
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-arintikaa2-6548-3-babii.pdf
http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-perubahan-perilaku.html
http://www.bapelkescikarang.or.id/mengapa-orang-membuang-sampah-sembarangan.html
http://www.vininazihah.blogspot.in/2012/03/penyebab-orang-membuang-sampah.html
http://permasalahansampah.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai