Oleh :
KELOMPOK 3
Aulia Shafarina 1710912220010
Badria Anggraina 1710912320008
Puspita Ayu Amalia 1710912220030
Sri Ikhza Muliyani 1710912220039
Yulia Muthmainnah 1710912220043
2018
Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Smp
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana,
Mengetahui,
Ketua PSKM FK Unlam
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
penyuluhan ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan pada kami serta
Bapak Fauzie Rahman, SKM., MPH selaku koordinator mata kuliah promosi
kesehatan yang telah memberikan banyak pembekalan kepada kami. Kami
menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dikemudian hari. Kami berharap laporan ini
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Banjarbaru, 12 Desember 2018
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii
RINGKASAN ............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Analisis Situasi .......................................................................................... 1
B. Permasalahan Mitra................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
BAB III SOLUSI DAN TARGET LUARAN ................................................................ 14
BAB IV METODE PELAKSANAAN .......................................................................... 15
A. Bentuk Kegiatan ..................................................................................... 15
B. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................ 15
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 15
D. Sasaran Kegiatan .................................................................................... 16
E. Kegiatan pokok ....................................................................................... 16
BAB V PELAKSANAAN PERGURUAN TINGGI ....................................................... 19
BAB VI BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .............................................................. 22
A. Biaya Kegiatan Skill Lapangan ............................................................... 22
B. Jadwal Kegiatan Skill Lapangan ............................................................ 23
BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 24
A. Hasil kegiatan ........................................................................................ 24
B. Analisis ................................................................................................... 28
iv
C. Evaluasi Kegiatan .................................................................................. 29
BAB VIII PENUTUP................................................................................................... 1
A. Kesimpulan............................................................................................... 1
B. Saran ......................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Pembagian Tugas……………………………………...…............. 16
6.1. Rincian Biaya dan Alokasi Dana Kegiatan Penyuluhan................. 22
6.2. Rancangan Anggaran Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan... 22
6.3. Jadwal Kegiatan………………………………………….............. 23
7.1. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pre-Test dan Post-Test Siswa
Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru................................... 25
7.2 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Positif Siswa
Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru................................... 26
7.3 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Negatif
Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru......................... 27
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
7.1 Grafik nilai pre-test dan post-test siswa kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru ………..........................….. 24
7.2 Grafik rata-rata nilai kuisioner sikap siswa kelas 9B
SMP Muhammadiyah Banjarbaru.................................... 26
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
RINGKASAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Saat ini terdapat beberapa masalah gizi remaja yang utama di Indonesia,
akan tetapi persentase yang sering terjadi saat ini adalah Anemia Gizi Besi
(AGB) pada remaja. Masa remaja/pubertas adalah tahap umur yang datang
setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang
cepat dan merupakan masa yang penting karena adanya proses kematangan
organ reproduksi manusia. Pada remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi
terkena anemia dibandingkan remaja laki-laki karena mengalami masa
menstruasi dan mengejar masa tumbuh, selain itu remaja putri suka
membatasi asupan makanan untuk kepentingan penampilan. Anemia
merupakan suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
tergolong rendah dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
berdampak buruk pada pembangunan kesehatan, sumber daya manusia,
sosial dan ekonomi (1, 2).
Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88% dengan angka kejadian anemia pada remaja putri terutama di
negara-negara berkembang mencapai 53,7%. Prevalensi anemia di Indonesia
menurut WHO sebesar 37% lebih tinggi dari prevalensi anemia di dunia.
Prevalensi nasional anemia di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (2013),
yaitu mencapai 21,7%. Proporsi kejadian anemia di Indonesia menurut
karakteristik jenis kelamin perempuan lebih mendominasi jika dibandingkan
dengan laki-laki, presentasi pada perempuan 23,9% dan laki-laki 18,4% serta
berdasarkan karakteristik umur 5-14 tahun 26,4% kejadian anemia dan umur 15-
21 tahun 18,4% kejadian anemia. Menurut Kemenkes RI (2013), menyebutkan
anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan bila prevalensinya ≥20%
(2, 3).
1
2
B. Permasalahan Mitra
SMP Muhammadiyah Banjarbaru merupakan tempat yang tepat dalam
menyampaikan informasi dan edukasi tentang upaya pencegahan anemia
pada remaja. Dalam hal ini siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang
dijadikan sasaran adalah anak dengan rentang umur 14-15 tahun. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan adanya perubahan sikap
terkait upaya pencegahan anemia pada remaja agar dapat menciptakan
masyarakat yang sehat dan produktif serta meningkatkan derajat kesehatan
yang ada. Pada anak yang berusia 14-15 tahun perlu diberikannya sebuah
edukasi yang dapat menggambarkan masalah seusianya karena pada usia
tersebut seorang anak memerlukan pengalaman yang nyata agar dapat
menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka lihat.
Terdapat beberapa permasalahan yang dapat memicu kejadian anemia
pada remaja seperti lokasi sekolah yang berada diperkotaan dan berada di
dekat dengan jalan raya. Hal tersebut dapat memicu kejadian anemia karena
pada daerah perkotaan adanya migrasi penduduk yang berakibat terjadinya
perubahan gaya hidup seperti dari banyaknya industri makanan, penurunan
pengetahuan akan kebutuhan makanan. Selain itu, SMP Muhammdiyah
Banjarbaru memiliki jadwal sekolah yang fullday sehingga asupan gizi yang ada
dalam tubuh tidak dapat dipantau oleh orang tua sehingga risiko kekurangan
zat besi besar terjadi karena remaja masih belum dapat mengkontrol
kebutuhan gizi pada dirinya. Dengan jadwal sekolah yang padat dan beragam
aktivitas dilakukan mengakibatkan siswa-siswi mudah kelelahan sehingga
memicu adanya anemia pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Anemia
Anemia merupakan penyakit permasalahan gizi yang rentan terjadi pada
kelompok remaja. Terutama pada remaja putri, hal tersebut disebabkan
seorang remaja putri mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk
pertumbuhan dan peningkatan kehilangan akibat menstruasi. Diketahui
sebanyak 22,7% remaja putri mengalami anemia gizi besi. Selain itu, pada
kondisi remaja yang suka membatasi konsumsi makanan untuk
memperhatikan bentuk tubuh juga akan mempercepat terjadinya anemia gizi
besi dikarenakan asupan makanan kurang (8).
Keadaan anemia dikalangan remaja baik pada remaja laki-laki atau
perempuan tidak boleh untuk dibiarkan. Umumnya kelompok remaja berada
dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan energi, protein dan zat gizi lain
yang lebih banyak dibanding dengan kelompok lain. Sehingga jika hal tersebut
tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan akan
berdampak pada timbulnya beberapa masalah seperti kematian ibu,
melahirkan bayi secara prematur, dan bayi yang dilahirkan mengalami gizi
kurang. Selain itu, anemia gizi besi juga dapat menyebabkan tinggi badan lebih
pendek, cepat lelah, konsentrasi belajar menurun, aktivitas fisik terganggu
sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas belajar
(8).
Anemia juga dapat mempengaruhi pada usia reproduktif pada masa
yang akan datang. Remaja perempuan pada dasarnya berbeda dengan wanita
usia reproduksi yang lebih tua, termasuk dalam kebutuhan gizi, durasi
menstruasi. Pada wanita tua reproduksi tahun menstruasi ditemukan menjadi
faktor resiko untuk anemia selain itu pendapatan keluarga, keterpaparan
dengan rokok juga dapat menjadi faktor pada wanita tua. Akan tetapi faktor
4
5
bahwa tubuhnya sendiri belum memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut. Citra
tubuh berhubungan secara tidak langsung dengan anemia gizi besi, dimana
citra tubuh mempengaruhi perilaku makan. Perilaku makan berkaitan dengan
pemilihan makanan.
3. Usia
Remaja putri pada kisaran usia 13-15 tahun memiliki kecenderungan
untuk mengalami anemia 2,73 kali lebih besar dibandingkan remaja putri yang
berusia 10-12 tahun. Hal ini karena remaja usia 13-15 tahun kebanyakan sudah
mengalami menstruasi, sehingga kecenderungan anemia lebih besar
dibandingkan usia di bawahnya (kurang lebih 50% belum menstruasi). Remaja
terutama yang telah mengalami menstruasi, dibandingkan dengan yang belum
menstruasi, lebih rentan terhadap anemia. Saat menstruasi terjadi
pengeluaran darah dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan zat besi yang
terkandung dalam hemoglobin, salah satu komponen sel darah merah ikut
terbuang melalui darah menstruasi.
4. Kepatuhan meminum tablet tambah darah
Tablet tambah darah diminum 1 tablet per hari ketidakteraturan minum
tablet darah akan menimbulkan dampak peningkatan kadar Hb yang tidak
sesuai batas normal. Keteraturan mengkonsumsi tablet tambah darah diukur
dari jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan
frekuensi konsumsi per hari. Suplementasi tablet tambah darah merupakan
upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia.
5. Status gizi yang kurang
Remaja putri yang berstatus gizi kurus cenderung untuk mengalami
anemia sebesar 8,32 kali lebih besar dibandingkan yang berstatus gizi gemuk.
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat antara konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi atau keadaan fisiologik akibat dari
tersedianya zat gizi dalam tubuh. Pada dasarnya anemia dipengaruhi secara
langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat
8
besi selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Secara umum makanan berkaitan
erat dengan yang baik, maka status gizi juga normal, sebaliknya bila makanan
yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan
nilai gizinya dan dapat menimbulkan anemia. Semakin buruk status gizi
seseorang maka semakin rendah kadar Hb nya. Seperti kurangnya konsumsi
dan sayuran, buah-buahan serta lauk pauk akan meningkatkan terjadinya
anemia, meskipun konsumsi nasi atau kacang-kacangan dalam jumlah yang
cukup. Hal tersebut karena kebutuhan zat besi tidak terpenuhi.
Terkait dengan sarapan pagi, sebuah hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sarapan pagi dengan
kejadian anemia pada remaja putri. Sarapan adalah kegiatan makan dan
minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi
sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif. Dampak dirasakan remaja
apabila sarapan tidak baik maka pada saat proses belajar menjadi kurang
konsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya.
Remaja putri yang sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam
perkembangan kognitif di sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan.
C. Gejala Anemia
Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia
pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik
tertentu. Gejala ini timbul ketika kondisi tubuh kekurangan oksigen sehingga
mekanisme tubuh manusia memacu untuk mengurangi kadar Hb. Gejala-gejala
tersebut ialah (11):
1. Kelopak mata pucat
Hal yang paling mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata
yaitu ketika anda meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian
bawah mata. Bagian dalam kelopak mata tersebut akan berwarna pucat.
9
2. Mudah lelah
Merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih dapat
diketahui kalau jumlah sel darah merah rendah. Pasokan energi tubuh sangat
tergantung pada oksidasi dan sel darah merah. Semakin rendah sel darah
merah maka tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.
3. Mual
Penderita anemia akan lebih sensitif untuk mengalami gejala pagi atau
mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara
terus-menerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan darah,
hal tersebut dapat menimbulkan sakit kepala.
5. Ujung jari pucat
Pada dasarnya daerah ujung jari akan berwarna kemerahan akan tetapi
jika seseorang mengalami anemia maka ujung jari tersebut akan berwarna
putih atau pucat.
6. Sesak napas
Jumlah darah yang rendah akan menurunkan tingkat oksigen dalam
tubuh. Hal ini dapat membuat penderita anemia sering merasa sesak napas
atau sering terengah-engah saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti
berjalan.
7. Denyut jantung tidak teratur
Palpitasi adalah istilah untuk denyut jantung yang teratur, terlalu kuat
atau memiliki kecepatan yang abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan
oksigen, denyut jantung akan meningkat. Hal ini menyebabkan jantung
berdebar tidak teratur dan cepat.
8. Wajah pucat
Penderita anemia akan terlihat pucat, kulit pada penderita pun akan
menjadi putih kekuningan.
10
9. Rambut rontok
Ketika kulit kepala tidak mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh.
Penderita akan mengalami penipisan rambut dengan cepat.
10. Menurunnya kekebalan tubuh
Ketika tubuh memiliki energi yang sangat lemah, kekebalan atau
kemampuan tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun sehingga penderita
anemia akan mudah jatuh sakit.
D. Dampak Anemia
Dampak anemia pada remaja sangat merugikan karena membuat lesu,
lemah, kurang semangat belajar, rentan terhadap penyakit, yang dapat
menurunkan prestasi belajar. Pada remaja yang anemia, kemampuan
penyerapan oksigen berkurang karena kurangnya jumlah sel darah merah
yang salah satu fungsinya dalam tubuh adalah mengikat oksigen. Hal ini akan
mempengaruhi kekuatan didalam tubuh kita sehingga kemampuan aktivitas
fisik yang bersifat ketahanan tubuh berkurang (15).
Dampak dari penyakit anemia yang nantinya akan berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari, yaitu (16):
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
3. Menurunkan kemampuan fisik.
4. Mengakibatkan muka pucat.
5. Berkurangnya daya pikir dan konsentrasi
6. Berkurangnya semangat belajar dan bekerja
7. Menurunnya kebugaran tubuh
8. Menurunnya produktivitas kerja
9. Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit
11
10. Dapat mengakibatkan kelahiran bayi prematur (bayi lahir dengan berat
badan rendah)
Dampak dari anemia mungkin tidak dapat langsung terlihat, tetapi dapat
berlangsung lama dan mempengaruhi kehidupan remaja selanjutnya. Pada
siklus hidup manusia, remaja putri (10-19 tahun) merupakan salah satu
kelompok yang rawan terhadap anemia. Remaja putri ternyata lebih tinggi
anemia mengalami di banding remaja putra. Selain itu, secara khusus anemia
yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka
adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi (17).
Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi pada remaja putri
yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu memenuhi
zat-zat gizi pada dirinya dan pada janinnya sehingga dapat meningkatkan
terjadinya resiko kematian ibu, kematian bayi, bayi lahir prematur, risiko
melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada laki-laki dia
tidak bisa beraktifitas yang terlalu berat, contohnya seperti kuli bangunan itu
akan berkibat dia bisa pingsan (15).
Melihat dampak yang terjadi dikalangan remaja putri dan putra akibat
kejadian anemia sangat merugikan pada masa yang akan datang, maka
pencegahan maupun penanggulangan masalah anemia perlu ditingkatkan.
Pastikan kebutuhan zat besi remaja terpenuhi pada saat ini untuk mencapai
pertumbuhan yang optimal (15).
terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya
zat besi dalam jumlah yang cukup sesuai. Selain itu juga perlu meningkatkan
sumber pangan nabati yang kaya zat besi, walaupun penyerapannya lebih
rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari
hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu.
2. Penambahan bahan makanan dengan zat besi
Penambahan bahan makanan adalah menambahkan satu atau lebih zat
gizi kedalam makanan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Makanan yang sudah ditambahkan dengan bahan makanan yang mengandung
vitamin dan lainnya di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak
goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain juga
dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga dengan
bubuk tabur gizi yang biasanya itu ditaburkan pada makanan.
3. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan
terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan
untuk meningkatkan kadar hemoglobin (protein yang mengandung zat besi)
secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di
dalam tubuh. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri
merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan
zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan
meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.
Pengetahuan yang kurang akan zat gizi menyebabkan kurangnya
kecukupan mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi yang
berakibat rendahnya kadar hemoglobin. Untuk itu dalam upaya penurunan
13
kejadian anemia pada remaja perlu ditingkatkan kerja sama lintas program dan
lintas sektoral, seperti penyebar luasan informasi faktor-faktor yang diduga
berhubungan dengan anemia. Kemudian bagi pihak sekolah agar remaja yang
memiliki tingkat asupan zat gizi yang kurang, disarankan untuk memenuhi
kecukupan zat gizi. Hal ini penting untuk melakukan perubahan perilaku, yang
mana dalam mendidik masyarakat terutama anak SMP tentang perilaku
preventif atau pencegahan dan perubahan gaya hidup yang berhubungan
dengan anemia sangat dibutuhkan. Melakukan tindakan pencegahan dan
langkah-langkah yang manfaatnya lebih besar, maka akan memilih perilaku
pencegahan untuk keluar dari risiko kejadian Anemia pada remaja.
BAB III
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
A. Solusi
Solusi yang dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan tentang upaya
pencegahan anemia pada remaja melalui penyuluhan kepada siswa-siswi
SMP Muhammadiyah Banjarbaru.
b. Memberikan informasi tentang upaya pencegahan anemia pada remaja.
c. Menghimbau siswa-siswi untuk merubah sikap dan berupaya mencegah
anemia pada dirinya sendiri dan orang yang ada sekitarnya.
B. Target Luaran
Target luaran yang diharapkan sebagai berikut:
a. Meningkatnya pengetahuan siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru
mengenai upaya pencegahan anemia pada remaja smp.
b. Mengubah sikap siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru mengenai
upaya pencegahan anemia pada remaja smp.
14
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
A. Bentuk Kegiatan
Kegiatan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan metode problem based
learning dan diskusi (tanya jawab), dan untuk medianya dengan menggunakan
media video sebagai alat bantu penyuluhan.
B. Pelaksanan Kegiatan
Dalam pemberian materi juga diselingi dengan pertanyaan kepada siswa
dan siswa di kelas untuk mengukur apakah para siswa bisa menangkap apa
yang di jelaskan oleh pemateri. Dengan memberikan contoh itu di harapkan
membuat siswa ingat dengan materi yang telah disampaikan. Sebelum dan
sesudah penyampaian materi diberikan latihan (pre-test dan post-test) selama
10 menit dalam pre-test dan 10 menit untuk post-test kepada siswa-siswi untuk
mengukur tingkat pengetahuan tentang pencegahan anemia pada remaja.
Setelah itu, kami mengadakan sesi quiz (tanya jawab) dan diskusi selama 20
menit dan membagikan hadiah serta pemberian kenang-kenangan kepada
pihak sekolah SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang telah menyediakan waktu
dan tempat untuk kegiatan penyuluhan kami. Acara ditutup dengan salam dan
foto bersama dengan Kepala Sekolah dan siswa- siswi SMP Muhammadiyah
Banjarbaru.
15
16
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan dari penyuluhan ini adalah siswa-siswi kelas 9B dengan
jumlah 30 orang, guru dan kepala sekolah SMP Muhammadiyah Banjarbaru.
Sasaran primer penyuluhan ini adalah peserta didik kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru. Sasaran sekunder penyuluhan ini adalah guru
SMP Muhammadiyah Banjarbaru, orang tua peserta didik, tenaga penyuluh,
dan dosen pendamping. Sasaran tersier penyuluhan ini adalah Kepala Sekolah
SMP.
E. Kegiatan pokok
a. Perencanaan
Dimulai dengan menentukan tujuan penyuluhan Pencegahan Anemia
pada Remaja, menyusun rencana kegiatan, mengidentifikasi segala
kemudahan dan hambatan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan,
mengembangkan rencana untuk pencapaian tujuan kegiatan, serta
mempersiapkan media penyuluhan berupa video untuk melakukan kegiatan
penyuluhan yang akan berlangsung.
b. Pengorganisasian kegiatan
Mengalokasikan dan mengatur sumber-sumber daya, seperti sumber
daya keuangan, fisik, dan manusia. Pengaturan sumber daya bertujuan untuk
merumuskan, menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur kegiatan
penyuluhan yang dilakukan.
Tabel 4.1. Pembagian Tugas
No Nama Koordinator Tugas
1. Sri Ikhza Muliyani Acara Merencanakan kegiatan
penyuluhan dari pembuka
sampai penutup.
2. Puspita Ayu Amalia Sarana dan Mempersiapkan ruangan dan
Prasarana keperluan untuk proses
penyuluhan.
17
c. Pelaksanaan di lapangan
Pelaksanaan dilakukan di kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru
dengan metode problem based learning melalui skenario dan penggunaan
media video kepada sasaran, diskusi tanya jawab, jargon, dan permainan yang
berkaitan tentang upaya pencegahan anemia pada remaja serta pre-test dan
post-test.
d. Pelaporan
Pada tahap ini penyuluh akan melakukan evaluasi program dalam bentuk
evaluasi input, proses dan output. Evaluasi input meliputi pertimbangan
tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya mencapai
suatu program. Pertanyaan evaluasi input yang diajukan mencakup:
a. Apakah hadiah yang diberikan kepada siswa dan siswi kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru berdampak jelas pada hasil penyuluhan pre-
test dan post-test?
b. Sumber-sumber daya manakah yang benar-benar mempunyai kontribusi
yang paling dominan?
c. Bagaimana reaksi siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru
terhadap materi pembelajaran penyuluhan mengenai pencegahan anemia
18
19
20
b. Pengeluaran
Tabel 6.2. Rancangan Anggaran Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan
No. Komponen Total
1. Alat tulis Kantor Rp. 123.500,00
2. Perlengkapan Rp. 125.000,00
3. Konsumsi Rp. 217,850,00
4. Transportasi Rp. 12.000,00
Sub Total Rp 478.350,00.
Jadi total pengeluaran kegiatan penyuluhan adalah sebesar Rp
478.350,00. Dengan jumlah total uang semula pada tabel pemasukan adalah
Rp 500.000,00, maka tersisa uang sebesar Rp. 21.650,00.
22
23
A. Hasil kegiatan
Peserta dalam kegiatan penyuluhan ini yaitu siswa-siswi kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru yang berjumlah sebanyak 30 orang dengan
persentase kehadiran siswa-siswi sebesar 100%. Keberhasilan kegiatan yang
telah dilakukan dapat dilihat dari terjadinya peningkatan pengetahuan dan
perubahan sikap dari kuisioner yang telah diberikan.
90
80
70
60
50
30
20
10
0
Pre-Test Post-Test
Gambar 7.1. Grafik nilai pre-test dan post-test siswa kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru
24
25
Tabel 7.1 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pre-Test dan Post-Test Siswa Kelas
9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru
Pre-test Post-test
Soal Benar Salah Benar Salah
% % % %
1 90 10 90 10
2 80 20 63,3 36,7
3 33 67 76,6 23,4
4 43 57 70 30
5 30 70 73,3 26,6
6 83 17 90 10
7 53 47 63,3 36,7
8 30 70 56,7 43,3
9 60 40 66,7 33,3
10 30 70 80 20
11 63,3 36,7 80 20
12 80 20 66,7 36,7
13 76,6 23,4 90 10
14 90 10 83 17
15 46,7 53,3 43 57
16 40 60 73,3 26,6
17 56,7 43,3 93,3 6,7
18 63,3 36,7 93,3 6,7
19 80 20 93,3 6,7
20 53,3 46,7 80 20
Hampir semua aspek pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh siswa
setelah dilakukan penyuluhan. Bisa dilihat dati tabel 4.1 bahwa kebanyakan
siswa masih banyak salah menjawab pada soal nomor 8 yang menanyakan
mengenai kadar Hb pada remaja putra yang terkena anemia. Dari hasil post-
test terlihat bahwa rata-rata siswa menjawab bahwa kadar Hb remaja putra
yang anemia sama dengan kadar Hb pada remaja putri. Terjadi beberapa
penurunan jumlah jawaban pada nomor 2, 12 dan 14 yang masing-masing
terkait tentang tanda dan gejala dari anemia, dampak anemia pada remaja laki-
laki, dan makanan yang merupakan sumber zat besi.
26
90
80
70
60
50
30
20
10
0
Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Gambar 7.2 Grafik rata-rata nilai kuisioner sikap siswa kelas 9B SMP
Muhammadiyah Banjarbaru
Tabel 7.2 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Positif Siswa Kelas
9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru
Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Aspek
SS S N TS STS SS S N TS STS
Penilaian Sikap
% % % % % % % % % %
1 0 30 16.6 26.7 26.7 73.3 16.7 10 0 0
2 20 0 50 30 0 80 13.3 6.7 0 0
3 0 0 46.6 26.7 26.7 73.3 20 6.7 0 0
5 0 0 93.3 0 6.7 40 26.7 33.3 0 0
6 0 6.7 86.6 6.7 0 53.3 26.7 20 0 0
7 0 10 43.3 46.7 0 33.4 46.7 13.3 3.3 3.3
8 53.4 23.3 23.3 0 0 46.7 20 26.6 6.7 0
9 3.3 3.3 93.4 0 0 80 13.3 6.7 0 0
27
Rata-rata siswa pada awalnya lebih banyak memilih jawaban netral yang
kemudian setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan pola jawaban pada
aspek sikap positif yang cenderung menjawab pilihan sangat setuju dan setuju.
Pada hasil kuisioner sikap setelah penyuluhan masih ditemukan beberapa
aspek sikap yang memiliki persentase netral yang cukup tinggi yaitu pada
aspek nomor 5, 8 dan 19. Pada aspek tersebut menyatakan tentang sikap
siswa terhadap konsumsi tablet tambah darah, sarapan untuk mencegah
anemia, dan tidak mengabaikan jika ada yang terkena anemia disekitar kita.
Adapun aspek yang paling banyak dijawab siswa dengan jawaban sangat
setuju ialah aspek nomor 1, 3 dan 9. Pada aspek tesebut menyatakan tentang
sikap terkait konsumsi makanan yang mengandung zat besi, konsumsi
makanan dengan gizi seimbang dan memberikan dukungan terhadap teman
yang terkena anemia.
Tabel 7.3 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Negatif Siswa Kelas
9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru
Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Aspek Penilaian
SS S N TS STS SS S N TS STS
Sikap
% % % % % % % % % %
4 0 60 33.4 3.3 3.3 3.3 0 10 30 56.7
10 3.3 56.7 40 0 0 10 3.3 13.4 40 33.3
11 0 0 93.3 6.7 0 10 10 3.3 43.4 33.3
28
Pada aspek sikap negatif awalnya pilihan siswa masih dominan di pilihan
netral yang mana setelah penyuluhan pola jawaban didominasi oleh pilihan
sangat tidak setuju dan tidak setuju. Aspek sikap negatif yang paling banyak
dipilih oleh siswa dengan sangat tidak setuju ialah pada aspek nomor 4. Aspek
nomor 4 menyatakan tentang sikap jika menemukan gejala anemia maka
didiamkan saja. Walaupun rata-rata siswa sudah menjawab dengan pilihan
yang tepat, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang menjawab dengan
pilihan setuju dan sangat setuju yang bertolakbelakang dengan penyataan
sikap negative pada kuisioner.
B. Analisis
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan
tema “Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja” di SMP Muhammadiyah ialah
materi penyuluhan disampaikan dengan video animasi mengenai anemia yang
mana media audio-visual seperti video ini memiliki tingkat penerimaan sebesar
83% dan daya ingat sebesar 50%. Setelah penanyangan video, materi kembali
dipertegas dengan menjelaskan kembali secara verbal hal-hal yang perlu
digaris bawahi dari video tersebut. Hal ini membantu siswa dengan lebih cepat
sebab penyampaian informasi dengan teknik repitisi seperti ini dapat
mempertegas dan memperkuat suatu pesan sehingga audiens dapat
menentukan sikap tertentu dalam waktu singkat. Siswa-siswi kemudian diajak
untuk melakukan analisis skenario masalah terkait anemia yang kemudian
didemonstrasikan oleh perwakilan kelompok. Metode pembelajaran seperti ini
29
2. Faktor Penghambat
Dalam melakukan proses penyuluhan selain adanya faktor pendukung
juga terdapat faktor penghambat. Faktor penghambat yang kami temukan
adalah tidak adanya pengeras suara sehingga beberapa murid kesulitan untuk
mendengar dengan jelas apa yang telah disampaikan. Faktor penghambat
lainnya adalah pencahayaan yang kurang dan keadaan yang cukup panas di
ruangan kelas, hanya ada satu dalam tersedianya kipas angin sehingga
beberapa siswa kurang fokus saat penyampaian materi.
C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi formatif
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik, baik oleh penyuluh yang
telah siap dengan kondisi sekitar maupun dengan siswa siswi yang juga riang
dan antusias terhadap kegiatan ini. Pada kegiatan ini penyuluh memberikan
edukasi tentang pencegahan anemia pada remaja dngan cara memberikan
informasi mengenai pengertian anemia, bahaya anemia pada remaja, dampak
anemia pada remaja serta dampaknya dikemudian hari, dan cara mencegah
anemia. Dalam pelaksanaannya sumber daya dari para penyuluh sangat
dominan karena melakukan interaksi dengan siswa siswi dalam pemberian
materi. Selain itu, sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh panitia,
seperti video dengan tema anemia serta motode problem-based learning yang
belum pernah dilakukan sebelumnya menjadi salah satu faktor penunjang
untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap mengenai
pencegahan anemia.
Dalam pelaksanaannya, sebenarnya kegiatan sedikit tertunda karena ada
beberapa kendala salah satunya karena alat transportasi yang tidak cukup
30
untuk membawa prasarana untuk penyuluhan. Selain itu kondisi kelas tidak
terlalu mendukung untuk diadakannya pemberian materi karena kondisinya
cukup panas dengan jumlah kipas angin yang hanya 1 buah, jendela yang
tertutup rapat sehingga membuat suasana kelas menjadi sesak dan sumpek.
Para penyuluh mencoba untuk mengontrol kondisi kelas dengan
membersihkan dan merapikan kelas sebelum melakukan penyuluhan. Untuk
jadwal sendiri penyuluh mencoba mempercepat dengan menyatukan
beberapa agenda yang telah di jadwalkan. Selain itu, kondisi siswa-siswi yang
semangat dan antusias juga menambah ramai dan serunya kegiatan
berlangsung. Siswa-siswi tetap fokus dalam memperhatikan materi yang
diberikan, aktif saat adanya diskusi berdasarkan skenario masalah dan antusias
saat mendemonstrasikan hasil diskusi serta aktif menjawan saat dilakukan
pelemparan soal untuk di jawab, Siswa-siswi juga dapat mengerjakan dengan
baik soal pre-test, post-test serta kuisioner sikap yang diberikan penyuluh
sebagai alat pengukur pemahaman terhadap materi yang telah di sampaikan
dalam proses kegiatan penyuluhan.
2. Evaluasi sumatif
Dari pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat dari meningkatnya
pengetahuan siswa-siswi serta terjadinya perubahan sikap mengenai
pencegahan anemia, ini terbukti dengan mampunya siswa-siswi menjawab
pertanyaan yang diberikan langsung secara tepat dan benar serta adanya
peningkatan nilai pre-test, post-test, dan kuisioner sikap. Berdasarkan hasil
pre-test, post-test dan kuisioner sikap yang telah diberikan, dapat diketahui
bahwa siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru telah belum
memiliki pengetahuan serta sikap yang baik mengenai pencegahan anemia
sebelum penyuluhan diadakan. Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar serta
siswa siswi aktif dalam setiap agenda yang direncanakan.
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari kegiatan penyuluhan dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai dengan jadwal kegiatan.
Penyuluhan yang dilakukan menggunakan metode Problem Based Learning,
dengan media audio-visual yang diharapkan akan meningkatkan pengetahuan
dan dapat merubah sikap dari hasil pemaparan. Terlihat darii hasil pre-test
bahwa para peserta masih memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang.
Setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan
perubahan sikap yang bisa dilihat dari hasil post-test yang kemudian
dibandingkan dengan nilai pre-test dan didapatkan terjadinya peningkatan
pengetahuan dan sikap dari rata-rata nilai keduanya masing-masing sebesar
20,66% dan 29,70%. Akan tetapi, pada kegiatan penyuluhan berlangsung
terdapat beberapa kendala yang dapat mengganggu proses penyuluhan
seperti sarana dan prasarana yang kurang akan tetapi kendala tersebut dapat
diatasi.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil kegiatan terdapat beberapa kendala yang dapat
mengganggu kegiatan penyuluhan. Kurangnya perlengkapan sarana dan
prasarana yang mendukung baik dari penyedia maupun pelaksana. oleh
karena itu diharapkan pada pelaksanaan selanjutnya kegiatan dapat lebih
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, terkait waktu pelaksaan
kegiatan diharapkan dapat memilih waktu penyuluhan yang tepat umumnya
seperti pada pagi hari agar ke efektifan pesan dapat diterima secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
5. Paradia RA, Puspa S, Ari IS, Merry W. Hubungan anemia dengan status gizi
pada remaja putri. The Southeast Asian Journal of Midwifery 2017; 3(1): 27-
32.
8. Sari HP, Endo D, Dian A. Anemia gizi besi pada remaja putri di wilayah
Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia 2016; 8 (1) : 16-31.
9. Sekhar DL, dkk. Differences in risk factors for anemia between adlescent
and adult women. Journal Of Women’s Health 2016; 25(5) : 505–513.
11. Handayani W, Andi SH. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem hematologi. Jakarta; Salemba Medika: 2012.
12. Jaelani M, Betty YS, Emy Y. Faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada remaja putri. Jurnal Kesehatan 2017; 8(3): 358 – 368.
15. Masthalina H, Yuli L, Yuliana PD. Pola konsumsi (faktor inhibilitor dan
enhancer Fe) terhadap status anemia remaja putri. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 2015; 11(1):80-86.
17. Wibowo CDT, Harsoyo N, Afiana R. Hubungan antara status gizi dengan
anemia pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah
3 Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 2013; 1(2): 1-4.
19. Khodijah LA, dkk. Pengaruh pendidikan gizi metode peer educator
terhadap perubahan perilaku remaja putri pada pencegahan anemia
defisiensi besi di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
2018; 6(4): 206-213.
20. Sefaya KT, dkk. Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan
tingkat kecukupan gizi terkait pencegahan anemia remaja. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 2018; 5(1): 272-282.
21. Hasyim NA, dkk. Pengetahuan risiko, perilaku pencegahan anemia dan
kadar hemoglobin pada remaja putri. PROFESI (Profesional Islam) 2018;
15(2): 28-33.
22. Kaimudin NI, dkk. Skrining dan determinan kejadian anemia pada remaja
putri Sma Negeri 3 Kendari tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat 2017; 2(6): 1-10.
23. Ghaderi N, dkk. Effect of education based on the health belief model (hbm)
on anemia preventive behaviors among Iranian Girl Students. Int J Pediatr
2017; 5(6): 5043-5052.