Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Komunitas / Keluarga


Masalah kesehatan : Bulimia Nervosa
Topic : Pengetahuan Dan Penatalaksaan Terkait Bulimia Nervosa
(Gangguan Makan)
Sub Topik : Penanganan Dan Pencegahan Mengenai Penyakit Bulimia
Nervosa / Gangguan Makan
Sasaran : Keluarga/ Kelompok/ Masyarakat
Hari/ tanggal : 21 Juli 2018
Jam :10.00 – 10.45 WIB
Waktu : 30 - 45 Menit
Tempat :
A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga di lingkungan
masyarakat dapat mengetahui dan menginformasikan tentang Pengetahuan dan
Penanganan Mengenai Bulimia Nervosa (Gangguan Makan) sehingga dapat
membantu masyarakat dalam hal penanganan kasus tersebut.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan selama 30 menit keluarga dan
masyarakat mampu:
1. Menyebutkan pengertian bulimia nervosa dengan benar tanpa melihat catatan.
2. Menjelaskan penyebab bulimia nervosa dengan benar tanpa melihat catatan.
3. Menyebutkan tanda dan gejala bulimia nervosa.
4. Menyebutkan Pengaruh atau dampak dari bulimia nervosa.
5. Menerangkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan bulimia nervosa
C. STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa:
Pengetahuan Sikap Psikomotor

1. Ceramah 1. Dinamika 1. Demonstrasi


2. Tanya Jawab Kelompok 2. Redemonstrasi
2. Role Play

D. DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANAAN


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1 5 menit Pembukaan - Menjawab salam


- Mengucapkan salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan diri memperhatikan
- Membuat kontrak
pertemuan dan tujuan
penyuluhan
- Menyebutkan topic yang
akan disampaikan
2 10 menit Pelaksanaan - Menyimak dan
Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara berurutan
dan teratur

3 20 menit Materi - Menyimak dan


memperhatikan
Topic “Pengetahuan Dan
- Bertanya, dan
Penatalaksaan Terkait
menjawab pertanyaan
Gangguan Makan (Bulimia
Nervosa)” meliputi:
1. Definisi Bulimia
2. Penyebab Bulimia
3. Tanda dan gejala
4. Dampak Bulimia
5. Pencegahan dan
penanganan bulimia

Evaluasi
 Meminta keluarga/
kelompok/ masyarakat,
menjelaskan atau
menyebutkan kembali :
1. Definisi Penyakit Bulimia
Nervosa
2. Penyebab Terjadinya
penyakit Parkinson
3. Tanda dan gejala
penyakit parkinson
4. Dampak
5. Pencegahan dan
penanganan

Setelah itu petugas


penyuluhan Memberikan
penguatan atau
reinsforcement terhadap
jawaban atau pengetahuan,
sikap dan psikomotor untuk
melengkapi kemampuan
dalam menanggapi pokok
bahasan yang disampaikan

4 5 menit Penutup - Menjawab salam


- Memberikan kesimpulan
yang telah disampaikan
- Salam penutup

E. MEDIA PENYULUHAN
Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah:
- Materi
- SAP/RPP
- Leafleat /Lembar balik

F. METODE PENYULUHAN
- Ceramah
- Diskusi
- Tanya jawab

G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
- Peserta penyuluhan 8 orang
- Setting tempat teratur, berbentuk persegi panjang
- Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi proses :
- Selama proses berlangsung diharapkan pengunjung dapat mengikuti
seluruh kegiatan
- Selama kegiatan berlangsung diharapkan pengunjung aktif
3. Evaluasi hasil :
Pengunjung dapat:
- Menyebutkan defenisi Bulimia Nervosa dengan bahasa
sendiri.
- Menjelaskan mengenai penyebab Bulimia Nervosa dengan
bahasa sendiri.
- Menyebutkan 4 dari 8 tanda dan gejala Bulimia Nervosa
dengan bahasa sendiri.
- Menyebutkan 5 dari 10 dampak yang ditimbulkan oleh
Bulimia Nervosa dengan bahasa sendiri.
- Menerangkan Penatalaksanaan dan cara pencegahan
Bulimia Nervosa dengan bahasa sendiri, sesuai standar.

H. LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN


2.1 PENGERTIAN
Bulimia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “lapar seperti sapi jantan”.
Gangguan makan ini mencakup episode mengonsumsi makanan dengan jumlah
besar secara cepat kemudian diikuti dengan perilaku kompensatori seperti
muntah, puasa atau olahraga secara berlebihan untuk mencegah bertambahnya
berat badan. (Davidson, G.C.,Neale, J.M., Kring, A.M, 2010).

Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya
“extreme hunger” alias lapar yang amat sangat. Bulimia nervosa merupakan
gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya gangguan pola makan
ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang
dirangsang sendiri (FKM-UI 2007).

Bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang ditandai dengan usaha untuk
memuntahkan kembali secara terus-menerus apa yang telah dimakan
sebelumnya. Bulimia nervosa yaitu sebuah kelainan cara makan yang terlihat
dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus, sering terjadi
pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan
terhadap diri sendiri (Hetty,dkk, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa bulimia
nervosa adalah gangguan pola makan dengan cara mengkonsumsi makanan yang
banyak dan dalam jumlah yang besar yang diikuti dengan muntah yang memang
dirangsang sendiri.

2.2 PENYEBAB
Psikodinamika
Individu merefleksikan berhentinya perkembangan pada masa kanak – kanak
awal. Tugas perkembangan percaya, otonomi, dan perpisahan individu tidak
terpenuhi, dan individu tetap dalam posisi bergantung. Perkembangan ego
mengalami retardasi. Gejala ini sering di asosiasikan dengan hilangnya kontrol
yang dirasakan dalam beberapa aspek kehidupan dan mungki berpusat pada
ketakutan maturitas/intimasi seksual. Meskipun gangguan ini terutama
berpengaruh pada wanita, kira – kira 5%- 10% di derita oleh pria. Selain itu,
gangguan makan biasanya dikaitkan dengan depresi, ansietas, fobia, dan masalah
kognitif (Marilyn Doenges, 2007).

Biologis
Gangguan ini mungkin disebabkan oleh abnormalitas neuroendokrin dalam
hipotalamus. Gejala dikaitkan pada berbagai gangguan kimiawi yang secara
normal diatur oleh hipotalamus. Selanjutnya abnormalitas fisiologis dapat
menyulitkan individu dalam menginterpretasikan sensasi lapar dan kenyang
(Marilyn Doenges, 2007).

Dinamika keluarga
Masalah pengendalian menjadi factor yang memberatkan keluarga klien dengan
gangguan makan. Keluarga ini sering memiliki ayah yang pasif, ibu yang
dominan, dan anak yang terlalu bergantung. Terdapat nilai – nilai tinggi yang
menempatkan perfeksionisme dalam keluarga ini, dan anak percaya bahwa ia
harus menyenangkan orang lain dan memuaskan standar ini (Marilyn Doenges,
2007).

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis bulimia nervosa termasuk episode makan diikuti dengan
memaksakan diri untuk muntah. Episode makan dan muntah terjadi paling sering
pada sore atau malam hari dan dilakukan dengan sembunyi – sembunyi.
Beberapa klien mungkin menyalahgunakan obat pencahar dan juga diuretic.
Kharakteristik dari kepribadian yang khas dari klien bulimia berhubungan
dnegan depresi. Manifestasi fisik mungkin nyata, karena klien dengan bulimia
mungkin berberat badan normal tanpa berkurangnya simpanan lemak.
Manifestasi klinis yang kurang nyata adalah erosi enamel gigi karena seringnya
muntah dan iritasi esofagus dan tenggorokan (Joyce M.Black, 2014).
Manifestasi klinis yang lain:
- Berat badan sering kali normal; dapat sedikit berlebihan

- Perilaku binge-purge

- Oligomenorea atau amnorea

- Laserasi palatum, kalus pada jari atau dorsal dari tangan (Priscilla LeMone
dkk, 2016).
Kriteria untuk diagnosis bulimia nervosa:
1. Pesta makan rekuren sekurang – kurangnya dua kali seminggu selama 6
bulan.
2. Sering minum obat pencahar, olahraga berlebih, atau berpuasa sekurang –
kurangnya dua kali seminggu selama 3 bulan.
3. Perhatian berlebih terhadap bentuk atau berat badan.
4. Tidak adanya anoreaksia nervosa. (Teks Atlas kedokteran ked,2012)

2.4 DAMPAK DARI BULIMIA


Akibat yang ditimbulkan oleh Bulimia Nervosa adalah:
1. Pembengkakan kelenjar ludah di pipi
2. Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang
muntah

3. Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan
asam lambung

4. Kadar kalium yang rendah dalam darah.


5. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
6. Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan
7. Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan
borok, pecah atau penyempitan.

8. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan


disfungsi organ pencernaan.
9. Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara berlebih
(Hetty,dkk, 2016).
Dampak fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis
seseorang, sehingga masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah :
1. Perasaan tidak berharga
2. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
3. Mudah merasa bersalah
4. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain
5. Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
6. Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya
7. Minta perhatian orang lain
8. Depresi (sedih terus menerus)
9. Mudah mengalami perdarahan (karena hipokalemia atau disfungsi platelet)
10. Diare berdarah

2.5 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan pada bulimia nervosa adalah menerapkan sikap
dan fungsi terhadap makanan, berat badan, bentuk dan pola makan yang “sehat”,
atau sedikitnya tidak mengalami kecacatan secara fisik, sosial atau psikologis.
Tujuan ini sering sulit ditentukan, mengingat variasi sosiokultural dan
pentingnya kemungkinan penyebab berbagai factor tersebut.
Menurut M. Arif (2008) terapi umum pada bulimia nervosa yaitu:
- Psikoterapi rawat inap atau rawat jalan.
- Kelompok swabantu.
- Rehabilitasi obat.
- Diet seimbang.
- Observasi pola makan.
- Observasi aktivitas
Terapi pada bulimia bertujuan mengurangi atau mengeliminasi perilaku makan
binge dan purge. Kombinasi dari konseling dan terapi nutrisi, intervensi
psikososial, dan medikasi dapat digunakan. Konseling nutrisi diarahkan pada
penetapan pola makan yang teratur dan mendorong jadwal olahraga yang teratur.
Obat antidepresan seperti fluoksetin (Prozac) dapat bermanfaat bagi pasien
bulimia nervosa dan membantu mencegah kekambuhan. Terapi kognitif perilaku
juga digunakan untuk menangani bulimia, yang berfokus pada ke kekhawatiran
berlebihan akar berat badan, pola diet yang persisten, dan perilaku binge-purge
(Priscilla LeMone dkk, 2016).

Pada beberapa kasus, ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat
jalan tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti
bunuh diri dan penyalahgunaan zat, rawat inap di rumah sakit mungkin perlu
dilakukan. Di samping itu, pada kasus mengeluarkan makanan kembali yang
berat, gangguan metabolik dan elektrolit yang ditimbulkan mungkin sangat
memerlukan rawat inap di rumah sakit. Penatalaksanaan bulimia nervosa
menurut (Sadock, 2010):
1. Psikoterapi
Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah
persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong
pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih
obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang
salah terhadap makanan.
a. Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama
dalam pengobatan.
b. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta
diare: Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis
makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal
dirumah tanpa pengawasan.
c. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang
sudah membaik:
a) Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya
untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap
bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
b) Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa
lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
c) Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi
ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya
akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan.
d) Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini
mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif
adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien
terhadap penampilan dan berat badannya.

2. Farmakoterapi
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan
bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari
jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan
desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage,
Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).

3. Terapi psikis
Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian
besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri,
tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika
ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi
individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga
seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana
penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka.

4. Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai
tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan
yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia
nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada
tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan pengaturan
makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan
teratur.

5. Terapi Oral
a. Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak
menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium
fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau
magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut.
b. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat,
sebab akan meningkatkan resiko terjadinya karies.
c. Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi
saliva sintetik seperti glosodane
d. Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung flourida
untuk mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap
karies.
e. Menyikat gigi tiga kali sehari setelah melakukan flossing untuk
mengurangi plak pada gigi.

2.6 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-
tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa
gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan
mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan
dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan
sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan
yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara
umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali
keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda
antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan
orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai
keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis,
psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas tiga
bagian (Soetjiningsih, 2007):
1. Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti
murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka
yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program
pendidikan mengenai sikap dan perilaki terhadap remaja.
2. Program pencegahan sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan
kesehatan primer. Selain untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa
bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
a. Rajin berkonsultasi dengan dokter.
b. Tingkatkan rasa percaya diri.
c. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang
nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan.
d. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan
oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal.
3. Diet yang dianjurkan.
Pengaturan diet untuk penderita Bulimia Nervosa dilakukan secara bertahap
tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit
penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin,
dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya.
Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga
olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan
kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar
serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
Penyebab?? Apa Itu Bulimia
? Nervosa ?
Penyebab nya belum diketahui secara pasti. Bulimia nervosa adalah gangguan pola
Adapun factor yang menjadi penyebab makan yang ditandai dengan usaha untuk
yaitu: memuntahkan kembali secara terus-
1. Psikodinamika: Individu merefleksikan menerus apa yang telah dimakan
berhentinya perkembangan pada masa sebelumnya (Hetty,dkk, 2016).
kanak – kanak awal.
2. Biologis: Gangguan ini mungkin
disebabkan oleh abnormalitas neuro Bulimia Nervosa
-endokrin dalam hipotalamus.
(Gangguan Makan)
3. Dinamika keluarga: Keluarga ini sering
memiliki ayah yang pasif, ibu yang Disusun oleh:
dominan, dan anak yang terlalu bergantung ANISA FITRIANI
SA15005
Tanda Dan Gejala
- Berat badan sering kali normal; dapat
Program Studi S1 Keperawatan
sedikit berlebihan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
- Perilaku binge-purge Immanuel
- Oligomenorea atau amnorea
Bandung
2018
- Laserasi palatum, kalus pada jari atau
dorsal dari tangan (Priscilla LeMone
dkk, 2016).
Dampak Bulimia Komplikasi Pencegahan
Akibat yang ditimbulkan oleh Bulimia Menurut Priscilla LeMone dkk, 2016 Pencegahan terjadinya bulimia nervosa

Nervosa adalah: komplikasi yang ditimbulkan dari terdiri atas tiga bagian (Soetjiningsih,

1. Pembengkakan kelenjar ludah di pipi gangguan makan bulimia nervosa sebagai 2007):
berikut: 1. Program pencegahan primer
2. Jaringan parut di buku jari tangan
- Pembesaran kelenjar saliva Pencegahan ini langsung ditujukan pada
yang digunakan untuk merangsang
- Stomatitis kehilangan enamel gigi populasi berisiko tinggi. Pencegahan
muntah
- Ketidakseimbangan cairan, elektrolit, yang dilakukan dapat berupa program
3. Pengikisan email gigi akibat bulimia
dan asam-basa pendidikan mengenai sikap dan perilaku
yang sering muntah dan
- Distritmia terhadap remaja.
mengeluarkan asam lambung
- Robekan esofagus, rupture lambung. 2. Program pencegahan sekunder
4. Kadar kalium yang rendah dalam
Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi
darah. Penatalaksanaan dan intervensi dini, dengan memberikan
5. Gigi sensitive terhadap panas atau
Penatalaksanaan bulimia nervosa pendidikan pada petugas kesehatan di
dingin (Hetty,dkk, 2016).
menurut (Sadock, 2010): pusat pelayanan kesehatan primer.
1. Psikoterapi 3. Diet yang dianjurkan.
2. Farmakoterapi Pengaturan diet untuk penderita Bulimia
3. Terapi psikis Nervosa dilakukan secara bertahap
4. Terapi Nutrisi tergantung tingkat keparahan serta ada
5. Terapi Oral tidaknya komplikasi dengan penyakit
penyerta selain itu diperlukan juga
olahraga secara tepat dan teratur.

Anda mungkin juga menyukai