Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit
mematikan di dunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama
kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015)
Di Indonesia perkembangan kasus HIV/AIDS sangat pesat dan sudah
menyebar ke berbagai wilayah, dari kota sampai ke desa. Virus HIV bukan
hanya menyerang kaum homoseksual, pekerja seks, pengguna narkoba, tapi
juga ibu-ibu rumah tangga maupun anak-anak.Temuan penting dalam dunia
kedokteran untuk menekan pengembangbiakan virus HIV adalah obat
Antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi secara teratur. Perilaku kepatuhan
dalam berobat merupakan salah satu cara untuk mempertahankan agar ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) dapat hidup lebih lama.Kedisiplinan dalam
mengkonsumsikan obat ini dapat membantu mempertahankan konsistensi
efektifitas ARV dalam tubuh penderita sehingga resistensi tidak terjadi dan
memperlambat berkembangnya virus dalam tubuh. ARV memang tidak bisa
mematikan virus HIV di dalam tubuh, tetapi dapat menekan pengembangbiakan
virus tersebut. Pada kondisi dimana ODHA seolah-olah sehat, virus tersebut
juga tak terdeteksi lagi (undetectable)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1.2.1 Apakah pengertian dari Odha dan Ohida ?
1.2.2 Bagaimana Terjadi Infeksi Nosokomial ?
1.2.3 Bagaimana asuhan Keperawatan ODHA dan OHIDA ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

1
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan
pasien denganOdha dan Ohida
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Odha dan Ohida
1.3.2.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Odha dan
Ohida

1.4 Manfaat Penulisan


Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat banyak pihak diantaranya: Bagi penulis,memberikan gambaran
mengenai odha dan ohida secara umum dan terperinci dan Bagi mahasiswa,
dimanfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai bahan referensi
terkait masalah odha dan ohida dan penerapannya pada bidang ilmu
Kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ODHA dan OHIDA


ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai
pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang
tersebut secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah virus penyebab
AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Diane,2002:1). Fungsi dari
sistem kekebalan tubuh itu sendiri sangat vital karena melindungi terhadap
segala penyakit. Bila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik atau
dirusak oleh virus maka akan berakibat kematian.HIV adalah sejenis parasit
yang hanya dapat hidup dalam sel tubuh manusia. Ukuran virus HIV kecil
sekali, untuk dapat menutupi satu titik saja, dibutuhkan sekitar 500.000.000
lebih virus HIV. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak semua orang
yang menderita infeksi HIV akan langsung menunjukan gejala klinis, dan ini
menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bahkan orang-orang yang
berada didekat mereka tidak mengetahui bahwa ia sudah terinfeksi virus
tersebut.
Menurut Kristina 2005 yang dikutip Syaiful 2000 mengatakan
bahwa Dalam bahasa inggris orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu disebut
PLWHA (People Living with HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia kategori ini
diberi nama ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan OHIDA (Orang yang
hidup dengan HIV/AIDS) baik keluarga serta lingkungannya.
2.2 Nosokomial
2.2.1 Pengertian
Infeksi nosocomial adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme
di dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi nosokomial adalah
infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam sejak mereka masuk rumah
sakit. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam
fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling
mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang
tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotic.

3
2.2.2 Etiologi
a. Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap
kuman tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus
influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman
langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat
menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
2.2.3 Patogenesis
Nosokomial disebabkan oleh virus, jamur, parasit; dan bakteri merupakan
patogen paling sering pada infeksi nosokomial. Patogen tersebut harus diperiksa
pada semua pasien dengan demam yang sebelumnya dirawat karena penyakit tanpa
gejala demam.8 Faktor predisposisi terjadinya infeksi nosokomial pada seseorang
antara lain :
a. Status imun yang rendah (pada usia lanjut dan bayi prematur).
b. Tindakan invasif, misalnya intubasi endotrakea, pemasangan kateter, pipa
saluran bedah, dan
trakeostomi.
c. Pemakaian obat imunosupresif dan antimikroba.
d. Transfusi darah berulang.
Penularan oleh patogen di rumah sakit dapat terjadi melalui beberapa cara :
1. Penularan melalui kontak merupakan bentuk penularan yang sering dan penting
infeksi
nosokomial. Ada 3 bentuk, yaitu:
a. Penularan melalui kontak langsung: melibatkan kontak tubuh dengan tubuh
antara pejamu yang rentan dengan yang terinfeksi.
b. Penularan melalui kontak tidak langsung: melibatkan kontak pada pejamu yang
rentan dengan benda yang terkontaminasi misalnya jarum suntik, pakaian, dan
sarung tangan.

4
c. Penularan melalui droplet, terjadi ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara, atau melalui prosedur medis tertentu, misalnya bronkoskopi.
2.2.4 Gejala Klinis
Tanda dan gejala sistemik infeksi nosokomial sama dengan infeksi lainnya,
yaitu demam, takikardia, takipneu, ruam kulit, dan malaise.8 Gejala dan tanda
tersebut timbul dalam waktu 48 jam atau lebih setelah pasien di rawat di rumah
sakit, atau dalam 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit. Sumber infeksi
nosokomial dapat dicurigai jika terdapat penggunaan alat dalam prosedur medis,
sebagai contoh pemasangan pipa endotrakeal yang dapat dihubungkan dengan
sinusitis, otitis, trakeitis, dan pneumonia; pemasangan kateter intravaskular dapat
menyebabkan flebitis; kateter Foley dapat dihubungkan dengan infeksi saluran
kemih oleh karena kandida.
2.2.5 Siklus terjadi infeksi nosocomial
Mikroorganinisme dapat hidup di manapun dalam lingkungan kita. Pada
manusia dapat ditemukan pada kulit, saluran pernafasan bagian atas, usus, dan
organ genital. Disamping itu mikroorganisme juga dapat hidup pada hewan,
tumbuhan, tanah, air, dan udara. Beberapa mikroorganisme lebih patogen dari yang
lain, atau lebih mungkin menyebabkan penyakit. Ketika daya tahan manusia
menurun, misalnya pada pasien dengan HIV/AIDS.
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis virus.
Jumlah (dosis) mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada
pejamu/host yang rentan bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko infeksi cukup
rendah ketika mikroorganisme kontak dengan kulit yang utuh dan setiap hari
manusia menyentuh benda di mana terdapat sejumlah mikroorganisme di
permukaannya. Risiko infeksi akan meningkat bila area kontak adalah membran
mukosa atau kulit yang tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat meningkat ketika
mikroorganisme berkontak dengan area tubuh yang biasanya tidak steril, sehingga
masuknya sejumlah kecil mikroorganisme saja dapat menyebabkan sakit. Agar
bakteri, virus dan penyebab infeksi lain dapat bertahan hidup dan menyebar,
sejumlah faktor atau kondisi tertentu harus tersedia. Faktor-faktor dalam penularan
Faktor-faktor penting dalam penularan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit dari orang ke orang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

5
a. Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan hidup tetapi
dapat atau tidak dapat berkembang biak. Pseudomonas bertahan hidup dan
berkembang biak dalam reservoir nebuliser yang
digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan pernafasan. Resevoir yang
paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan
rongga tubuh, cairan, dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu
menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau
binatang yang tidak menunjukan gejala penyakit tetapi ada mikroorganisme
patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya,
seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi.
Binatang, makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi
mikroorganisme infeksius. Untuk berkembang biak dengan cepat, organisme
memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang
tepat, pH, dan cahaya
b. Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak,
mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan
menyebabkan penyakit. Pintu keluar masuk mikroorganisme dapat berupa saluran
pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin, dan plasenta
c. Cara penularan (Mode of transmision)

6
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya;
darah/cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui
manusia, binatang, benda-benda mati, dan udara.
d. Portal masuk (Port of entry)
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian
rentang terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk
keluarnya mikroorganisme
e. Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme
patogen. Semakin virulen suatu mikroorganisme semakin besar kemungkinan
kerentanan seseorang. Resistensi seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan
dengan vaksin.
2.2.5 Pencegahan
Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi dan
terprogram, terdiri atas:
1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci
tangan, menggunakan sarung tangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi,
dan desinfeksi.
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan
menggunakan
antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.
Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :
1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam kuman. Kuman
tersebut dapat

7
berasal dari benda atau alat yang terkontaminasi, atau merupakan flora normal.
Kebiasaan cuci tangan sebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting dalam
upaya pencegahan infeksi. Kepatuhan mencuci tangan pada tenaga medis belum
optimal karena beberapa alasan, yaitu kurangnya peralatan yang tersedia, alergi
terhadap bahan pembersih tangan, kurangnya pengetahuan tenaga medis mengenai
prosedur cuci tangan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan.
2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotong pendek, kumis, dan janggut
harus dipotong pendek dan bersih serta rambut harus diikat.
3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yang mudah dicuci dan
didekontaminasi. Pakaian harus diganti setelah terpajan darah, menjadi basah
karena keringat berlebihan, atau terpajan cairan lainnya.
4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi pasien dan tenaga medis.
Penggunaan masker oleh tenaga medis saat bekerja di ruang operasi dan saat
merawat pasien imunokompromais memberikan perlindungan untuk pasien.
Tenaga medis harus memakai masker ketika merawat pasien dengan infeksi yang
ditularkan melalui udara, atau ketika melakukan bronkoskopi. Pasien dengan
infeksi yang ditularkan melalui udara harus menggunakan masker ketika berada di
luar ruang isolasi.
5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan tindakan bedah, merawat pasien
imunokompromais, dan saat melakukan tindakan invasif.
6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan spuit steril; jika
mungkin gunakan yang sekali pakai.
2.2.6 Pengendalian infeksi nosocomial
Pengendalian infeksi nosokomial bertujuan untuk menekan dan memindahkan
perkembangan infeksi pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit ataupun
mengurangi angka infeksi yang terjadi di rumah sakit. Sebagian infeksi nosokomial
ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara relatif murah, yaitu:
a. menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan
kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan
b. memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan
sterilisasi atau desinfektan tingkat tinggi.

8
c. meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya
sebagaiman kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen
penyebab infeksi sering terjadi
2.3 Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identifikasi Klien :
a. Nama : Tn.A
b. No. MR :969457
c. Tempat/ Tgl Lahir :Lubuk Basung, 13 Februari 1988
d. Umur : 29 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki –Laki
f. Status Kawin : Belum Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
i. Pekerjaan : Guru honorer
j. Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
k. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
l. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus
obat,susp TB, condidiasis oral, Diare kronis Gangguan Faal hepar
2. Identifikasi Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
c. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
d. Hubungan : Ibu Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari
RSUD Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB,dengan
keluhan demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu, diare,
badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan,bibir kering
dan pecah-pecah serta kehilangan berat badan yang signifikan.
2. Keluhan Saat Dikaji

9
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan
pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak
lemah dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien
mengatakan masih diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari
konsistensi cair, bewarna kuning.Pasien mengatakan nyeri dada disebelah
kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak,
pasien mengatakan skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di
rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan menurun,
Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien mengatakan tidak
ada keluhan pada paru
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien
mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual
saat makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun
2012, pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh
dengan lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam, pasien
berhubungan seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut dengan
homoseksual. Pasien mengatakan tidak minum alkohol, merokok, ataupun
narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta
penyakit TBC
4. Pola aktivitas sehari –hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1. Sehat
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien mengkonsumsi nasi
ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga mengkonsumsi buah
dan makanan tambahan seperti snack. Pasien mengatakan tidak memiliki
alergi makanan. Pasien minum air putih 6-7 gelas/hari. Pasien mengatakan
berat badan sebelum sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg dan berat badan
sekarang 31 kg.

10
2. Sakit
Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5 sendok dalam 1
kali makan.Pasien mengatakan sudah mengalami penurunan nafsu makan
sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di rawat di rumah pasien lebih
sering mengkonsumsi bubur kacang hijau dan susu. Pasien sulit untuk
makan karena sariawan dan bibir kering serta ada mual dan muntah. Saat
dirawat dirumah pasien minum 5-6 gelas dan minum susu 3 x 200 ml.
Pasien mengatakan saat dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4
sendok dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit Pasien
mendapatkan diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus tiga kali sehari.
Saat sakit pasien minum air putih 2 sampai 3 gelas ±600 cc perhari
b. Pola Eliminasi
1. Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak
bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5
kali sehari, pasien BAK dengan lancar
2. Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari, bewarna
kuning, konsistensi cair.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1. Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan tidur siang 1-
2 jam.
2. Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang ditemukan pasien saat
tidur yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta
berkeringat malam.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri
2. Sakit

11
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan bergerak di
dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua untuk aktivitas
makan dan minum, mandi serta toileting.
e. Pola bekerja
1. Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn selama 6 kali
dalam seminggu
2. Sakit
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa lemah dan letih,
pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi mengajar
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. Tinggi badan : 157 cm
2. Berat badan : 31 kg
3. IMT : 12,91 ( Berat badan kurang )
4. Lingkar lengan : 19 cm
5. Kesadaran : Composmentis Coperatif
6. Tekanan darah : 80/60 mmHg
7. Nadi : 89 x/i
8. Pernafasan : 19 x/i
9. Suhu : 36,0 C
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah
rontok, berketombe.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil
isokor, ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung

12
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat
serumen di kedua telinga
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak
terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
retraks dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
m. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi)
terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas

13
Pasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan sebelah kanan, akral
teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik, tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus
otot melemah .
1.3.1.3 Data Psikologis
a. Status Emosional
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan lesu.
Pasien mengatakan badan terasa leamah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk
dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c. Pola Koping
Koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam
menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di
deritanya.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih
banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki –laki yang berusia 29 tahun, belum
menikah dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa
malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan
tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain. Pasien
mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat in
1.3.1.4 Data Spiritual
Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien rajin
melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak melaksanakan
shalat.
1.3.5 Lingkungan tempat tinggal
a. Tempat pembuangan kotoran : WC + sepctic tang
b. Tempat pembuangan sampah : dikumpulkan lalu dibakar
c. Pekarangan : pasien mengatakan perkarangan rumah cukup luas

14
d. Sumber air minum : klien minum dengan air galon dan kadang-kadang
air sumur dengan di masak terlebih dahulu
e. Pembuangan air limbah : klien buang air limbah diselokan

2.3.1.5 Analisa Data


Data Masalah Penyebab
DS : Kekurangan Kehilangan
a. Pasien mengatakan badan terasa lemah volume cairan cairan aktif
b. Pasien mengatakan BAB cair
c. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari
d. Pasien merasakan sering haus
e. Pasien mengatakan jika suhu tubuh naik,
keringat sering banyak
DO :
a. Pasien tampak lemah
b. Bibir klien tampak kering
c. Turgor kulit Jelek
d. CRT > 3 detik
e. Kulit tampak kering
f. TD = 80/60 mmHg
g. N = 89 x/i
h. Pasien mendapatkan terapi IVFD Wida
KN-2

DS : Nyeri akut Agen cedera;


a. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah biologis
kanan bagian bawah dan punggung kanan
b. Pasien mengatakan nyeri terasa seperti
mendesak
c. Pasien mengatakan skala nyeri berkisar
antara 6 sampai 7
d. Pasien mengtakan nyeri terasa hilang
timbul

15
e. Pasien mengatakan posisi tidur lebih
senang miring ke kiri, agar tidak terasa
nyeri
Do:
a. Pasien tampak tidak bersemangat
b. Pasien tampak melindungi area nyeri
c. Nyeri pada abdomen kuadran atas
d. TD : 80/60 mmHg
e. N : 89 x/i
DS : Diare Proses Infeksi
a. Pasien mengatakan diare hilang timbul
sejak 1 minnggu sebelum masuk rumah
sakit
b. Pasien mengtakan konsentrasi BAB cair
c. Pasien mengatakan frekuensi diare 2
sampai 3 kali ssehari
DO:
a. Pasien tampak lemah
b. Bising usus 21 x/i
c. TD : 80/60 mmHg
d. N : 89 x/i
DS : Ketidak Faktor
a. Pasien mengatakan berat badan mengalami seimbangan biologis
penurunan drastis sejak 2 bula terakhir nutrisi
b. Pasien mengatakan tidak nafsu makan kurang dari
c. Pasien mengatakan penurunan nafsu makan kebutuhan
sudah sejak 2 bulan yang lalu tubuh
d. Pasien mengatakan makanan hanya
dihabiskan 2-3 sendok
e. Pasien mengtakan merasa mual jika makan
nasi
f. Pasien mengatakan kadang kadang muntah
DS:

16
a. Pasien tampak kurus
b. Berat Badan sekarang : 31 kg
c. Tinggi badan : 157 cm
d. IMT
e. Porsi makan tampak tidak habis
f. Bising usus 20 x/i Bibir kering
g. Terdapat sariawan
h. Tonus otot melemah
DS: Harga diri Gangguan
a. Pasien mengatakan merasa malu dengan rendah citra tubuh
kondisinya saat ini situasional
b. pasien mengatakan tidak percaya diri
dengan tubuhnya saat ini dan malu bertemu
dengan orang lain
c. pasien mengatakan pasrah dengan penyakit
yang dideritanya saat ini
d. Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien
lebih banyak diam dan sering menyendiri di
kamar
DO:
a. .Pasien tampak murung
b. Pasien tampak kurang bersemangat dalam
menjalani pengobatannya
c. Saat berkomunikasi pasien lebih banyak
merunduk
d. Saat bicara pasien sesekali menatap ke
lawan bicara

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
HIV/AIDS
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis

17
3. Diare berhubungan dengan Proses Infeksi
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan Gangguan citra tubuh.
2.3.3 Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
Kekurangan Setelah dilakukan Menajemen cairan:
volume cairan tindakan keperawatan 1)Jaga intake/ asupan
berhubungan diharapkan yang akurat dan catat
dengan keseimbangan cairan ouput
Kehilangan tidak terganggu dengan pasien
cairan aktif kriteria hasil : 2)Monitor status hidrasi
1. Tekanan darah (misalnya membran
tidak terganggu mukosa lembab,
2. Denyut nadi radial denyut nadi adekuat,
tidak terganggu dan tekanan darah
3. Keseimbangan ortostatik)
intake dan output 3)Monitor tanda tanda
dalam 24 jam vital
tidak terganggu 4)Beri terapi IV, seperti
4. Berat badan stabil yang ditentukan
Turgor kulit tidak 5)Distribusi cairan
terganggu selama 24 jam

kriteria hasil : Monitor cairan :


1. Turgor kulit tidak 1)Tentukan jumlah dan jenis
terganggu intake/asupan cairan serta kebiasaan
2. Membran mukosa eliminasi
lemba tidak 2)Tentukan faktor faktor yang
terganggu menyebabkan ketidak seimbangan
3. Intake cairan tidak cairan
terganggu 3)Periksa isi ulang kapiler

18
4. Output cairan 4)Periksa turgor kulit
tidak terganggu 5)Monitor berat badan
5. Perfusi jaringan 6)Monitor kadar serum albumin dan
tidak terganggu protein total
6. Tidak ada nadi 7)Monitor membran mukosa, turgor
cepat dan lemah kulit dan respon haus
7. Tidak ada
kehilangan berat
badan

Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgesik :


berhubungan tindakan keperawatan 1)Tentukan lokasi, karakteristik,
dengan agen diharapkan kontrol nyeri kualitas
cedera; dapat dipertahankan dan keparahan nyeri
biologis dengan sebelum mengobati
. kriteria hasil: pasien
1. Secara konsisten 2)Cek perintah
menunjukkan pengobatan meliputi obat, dosis, dan
menggunakan frekuensi obat
tindakan analgesik yang
pengurangan diresepkan
(nyeri) tanpa 3)Cek adanya riwayat
analgesik alergi obat
2. Secara konsisten 4)Pilih analgesik atau kombinasi
menunjukkan analgesik yang sesuai ketika
Menggunakan lebih dari satu
analgesik yang diberikan
direkomendasika
n Menajemen nyeri :
3. Melaporkan nyeri 1)Lakukan pengkajian
terkontrol Nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik,

19
Setelah dilakukan onset/durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri dapat intensitas atau
diatasi: beratnya nyeri dan faktor pencetus
1. Nyeri yang 2)Observasi adanya petunjuk nonverbal
dilaporkan mengenai ketidaknyamanan
tidak ada 3)Gunakan strategi komunikasi
2. Mengerang terapeutik
dan meringis Untuk mengetahui
tidak ada pengalaman nyeri dan
3. Menyeringit sampaikan
tidak ada penerimaan pasien
4. Ketegangan terhadap nyeri
otot tidak ada 4)Kaji bersama pasien
5. Tanda –tanda faktor-faktor yang dapat menurunkan
vital tidak atau memberatkan
mengalami nyeri
devisiasi 5)Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologilan nyeri
6)Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrolan
7)Mendukung istirahat tidur
8)Memberikan
informasi terkait
dengan diagnosa dan keperawatan
9)Mendorong keluarga
menemani pasien
10) Kaji tanda verbal dan
non verbal dari
ketidak nyamanan

20
Monitor tanda tanda vital :
1)Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
dan
Status pernafasan
dengan tepat.
Diare Setelah dilakukan Menajemen saluran cerna
berhubungan tindakan keperawatan 1)Monitor buang air besar termasuk
dengan Proses diharapkan eliminasi usus frekuensi, konsistensi,
Infeksi tidak terganggu bentuk, volume dan warna dengan cara
dengan kriteria hasil : yang tepat
1. Pola eliminasi 2)Monitor bising usus
tidak terganggu
2. Suara bising usus Menajemen diare
tidak terganggu 1)Tentukan riwat diare
3. Diare tidak ada 2)Ambil tinja untuk
Pemeriksaan kultur
Setelah dilakukan dan sensitifitas bila diare berlanjut
tindakan keperawatan 3)Instruksikan pasien atau anggota
diharapka tidak keluarga
terjadi keparahan untuk mencatat warna, volume,
infeksi, dengan frekuensi, dan
kriteria hasil : konsistensi tinja
1. Melaise tidak 4)Identifikasi faktor
ada yang bisa
2. Nyeri tidak menyebabkan diare (misalnya
ada medikasi, bakteri, dan
3. Depresi pemberian makan
jumlah sel lewat selang)
darah putih 5)Amati turgor kulit secara berkala
tidak ada
Monitor Elektrolit
1)Monitor serum elektrolit

21
2)Memonitor serum albumin dan kadar
protein total, sesuai
dengan indikasi
3)Memonitor ketidak
seimbangan asam basa
4)Identifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
5)Monitor ketidak
seimbangan asam basa
6)Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan elektrolit
7)Monitor adanya mual,
muntah dan diare

Terapi Intravena (IV)


1)Berikan pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2)Monitor kecepatan
aliran intravena dan
area intravena
selama
pemberian
infus
3)Monitor tanda vital

22
Ketidak Setelah dilakukan Menajemen nutrisi :
seimbangan nutrisi tindakan keperawatan 1)Tentukan status gizi pasien dan
kurang diharapkan status Kemampuan
dari kebutuhan nutrisi dapat ditingkatkan pasien
tubuh berhubungan dengan untuk memenuhi
dengan faktor kriteria hasil : kebutuhan gizi
biologis 1. Asupan nutrisi 2)Identifikasi adanya alergi atau
tidak intolerasi
menyimpang dari makanan yang
rentang normal dimiliki pasien
2. Asupan makanan 3)Monitor kalori dan asupan makanan
tidak
menyimpang dari Monitor nutrisi :
rentang normal 1)Lakukan
3. Pengukuran antropometri pada
Setelah dilakukan komposisi
tindakan keperawatan tubuh (misalnya
diharapkan status nutrisi : indeks masa tubuh)
Asupan nutrisi 2)Monitor kecendrungan
dapat ditingkatkan turun dan naiknya
dengan kriteria hasil : berat badan
1. Asupan kalori 3)Identifikasi perubahan
sebagian besar berat badan terakhir
adekuat 4)Monitor turgor kulit dan mobilitas
2. Asupan protein 5)Identifikasiadanya abnormalitas
sebagian besar rambut (misalnya kering, tipis, kasar
adekuat dan mudah
3. Asupan lemak patah)
sebagian besar 6)Monitor adanya mual muntah
adekuat 7)Identifikasi
4. Asupan abnormalitas eliminasi
karbohidrat bowel (misalnya
diare)

23
sebagian besar 8)Monitor diet dan asupan kalori
adekuat
5. Asupan vitamin 9)Identifikasi penurunan
sebagian besar nafsu makan
adekuat 10)Monitor adanya warna
6. Asupan mineral pucat, kemerahan dan jaringan
sebagian besar konjungtiva
adekuat yang kering
11)Identifikasi adanya
Setelah dilakukan ketidak normalan
tindakan keperawatan dalam rongga mulut
diharapkan terjadi (misalnya;inflamasi, kenyal, ompong,
peningkatan nafsu gusi
makan dengan kriteria berdarah; kering, bibir pecah-pecah,
hasil : bengkak,
1. Intake makanan merah tua, lidah kasar)
tidak terganggu 12)Lakukan pemeriksaan
2. Intake nutrisi laboratorium, monitor
tidak terganggu hasilnya(misalnya
3. Intake cairan tidak kolesterol, serum
terganggu albumin,nitrogen,
urin, selama 24 jam, hitung limfosit
Setelah dilakukan total
tindakan keperawatan dan nilai elektrolit)
diharapkan terjadi
peningkatan status nutrisi Pemberian nutrisi total
: asupan makanan dan parenteral :
cairan dengan kriteria 1)Pastikan isersi
hasil : intravena cukup paten untuk
1. Asupan makanan memberikan
secara oral nutrisi intravena
sebagian besar 2)Pertahankan
adekuat kecepatan aliran yang konstan

24
2. Asupan cairan 3)Monitor masukan dan
intravena outputcairan
sepenuhnya 4)Monitor kadar
adekuat albumin, protein total, elektrolit, profil
lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
5)Monitor tanda tanda vital

Harga diri Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh


rendah tindakan keperawatan 1)Tentukan harapan citra diri pasien
situasional diharapkan terjadi didasarkan pada tahap
berhubungan peningkatan harga diri perkembangan
dengan dengan kriteria hasil : 2)Tentukan perubahan
Gangguan citra 1. Verbalisasi fisik saat ini apakah berkontribusi pada
tubuh penerimaan diri cita
2. Penerimaan diri pasien
terhadap 3)Bantu pasien untuk mendiskusikan
keterbatasan diri perubahan -perubahan
3. Mempertahankan (bagian tubuh)
Posisi tegak disebabkan adanya
kontak mata penyakit dengan cara yang tepat
4. Mempertahankan 4)Monitor frekuensi dari
kontak mata pernyataan
5. Komunikasi mengkritisi diri
terbuka 5)Monitor pernyataan yang
mengidentifikasi
citra tubuh mengenai
ukuran dan berat
badan

Peningkatan koping :

25
1)Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberikan jaminan
2)Berikan suasana
penerimaan
3)Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan
dan prognosis

Peningkatan harga diri


1)Monitor penerimaan
pasien mengenai harga diri
2)Jangan mengkritisi
pasien secara negatif

2.3.4 Implementasi
Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf
Kekurangan volume cairan 1. Mencatat Intake dan Output Pasien
berhubungan dengan 2. Menilai status hidarasi dari
kehilangan cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3. Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4. Memberikan terapi IV
5. Menentukan faktor –faktor yang
menyebabkan ketidak seimbangan
cairan
6. Memerika CRT
7. Memeriksa turgor kulit
8. Memonitor kadar albumin

26
9. Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus

Nyeri akut berhubungan 1. Pengkajian nyeri secara


dengan agen cedera biologis komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2. Mencek perintah pengobatan
sebelum memberikan analgesik,
meliputi obat, dosis, dan frekuensi
obat analgesik yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik yang sesuai jika lebih
dari satu diberikan
5. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik,onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas,
beratnya nyeri dan faktor pencetus
6. Penggunaan komunikasi
terapeutik
7. Mengkaji faktor –faktor yang
dapat memperberat nyeri
8. Mengajarkan teknik non
farmakologi seperti relaksasi.
9. Mengevaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrolan nyeri
10. Menganjurkan
pasien untuk istirahat dan tidur
11. Memberikan informasi terkait
diagnosa dan keperawatan

27
12. Mendorong keluarga menemani
pasien
13. Mengkaji situasi yang memicu
kecemasan
14. Mengkaji tanda verbal dan non
verbal dari ketidak nyamanan
15. Mengukur TTV, yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh
Diare 1. Momonitor buang air besar
berhubungan termasuk frekuensi, konsistensi,
dengan Proses Infeksi bentuk, volume dan warna
2. Memonitor bising usus
3. Mengkaji riwayat diare
4. Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
5. Menilai turgor kulit
6. Monitor ketidak seimbangan asam
basa
7. Monitor adanya mual muntah
8. Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
9. Monitor adanya mual muntah dan
diare
10. Berikan terapi IV
11. Monitor kecepatan aliran IV
12. Monitor tanda- tanda vital
Ketidak 1. Menentukan status gizi
seimbangan 2. Mengkaji riwayat alergi
nutrisi kurang dari 3. Monitor kalori dan asupan
kebutuhan makanan

28
tubuh 4. Menentukan IMT
berhubungan dengan 5. Memonitor penurunan
faktor biologis berat badan
6. Memonitor turgor kulit
7. Memonitor rambut
8. Memonitor adanya mual muntah
9. Mengidentifikasi diare
10. Memonitor diet dan asupan kalori
11. Mengidentifikasi penurunan nafsu
makan
12. Memonitor konjungtiva
13. Mengidentifikasi rongga mulut
14. Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
15. Memastikan insersi intravena
cukup paten
16. Mempertahankan kecepatan aliran
infus
17. Memonitor intake dan output
cairan
18. Memonitor kadar albumin, protein
total, elektrolit, profil lipid,
glukosa darah dan kimia darah
19. Memonitor tanda- tanda vital
Harga 1. Menentukan harapan tentang citra
diri diri pasien
rendah 2. Menentukan perubahan fisik saat
situasional ini yang mempengaruhi citra tubuh
berhubungan dengan pasien
3. Membantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan bagian
tubuh

29
4. Memonitor frekuensi Dari
pernyataan pasien mengkritisi diri
5. Memonitor pernyataan pasien
tentang berat badan
6. Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7. Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8. Memonitor peneriamaan diri pasien
9. Tidak mengkritisi pasien

2.3.5 Evaluasi
Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan

Kekurangan volume S:
cairan berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan kehilangan lemah dan letih
cairan aktif - Pasien mengatakan hari ini BAB
2 kali
- Pasien mengatakan konsistensi
masih cair
- Paseien mengatakan warna fases
kuning
- Pasien mengatakan badan terasa
panas
O:
- Pasien tampak lemah
- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering

30
- Kulit tampak kering
- Denyut nadai cepat
N :102
TD : 80/70 mmHg
S : 37,8 c
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
- infus WIDA KN-2,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 2,8 gr/dl
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S :
berhubungan dengan - Pasien mengatakan nyeri dada di
agen cedera; biologis sebelah kanan bagian bawah
- Pasien mengatakan nyeri terasa
seperti mendesak
- Pasien mengtakan skala nyeri
berkisar antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul
- Pasien mengtakan posisi tidur
lebih nyaman miring ke kiri, agar
tidak terasa nyeri
O:
- Pasien tampak tidak bersemangat
- Pasien tampak meringis jika
daerah abdomen kuadran atas
saat di palpasi
- Pasien tampak melindungi nyeri
- TD: 80/60 mmHg
- N : 102 x/i

31
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Diare berhubungan S :
dengan Proses Infeksi - Pasien mengatakan BAB sudah 2
kali, konsistensi cair, warna
kuning, dan volumenya sedang
- Pasien mengatakan mengalami
diare sejak 1 minggu yang lalu,
diare hilang timbul
- Pasien merasa mual jika makan
nasi
O:
- Pasien tampak lemah
- TD : 90/60 mmHg
- N : 124 x/i
- Pasien tampak lemah Bising usus
16 x/i
- Turgor kulit jelek
- PH : 7,46
- Pasien mendapat terapi IVFD
WIDA KN-2
P : masalah belum teratasi
A : Intervensi dilanjutkan

32
Ketidak seimbangan S:
nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan tidak nafsu
kebutuhan tubuh makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan tidak merasa
faktor biologis mual dan muntah
- Pasien mengatakan masih diare
O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat badan kurang)
- Lingkar lengan : 19 cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak dihabiskan
- Konjungtiva anemis
- Bibir kering, terdapat sariawan,
dan kondidiasis oral
- Albumin 2,8
- Limfosit 9%
- Terpasang IVFD WIDA KN-2 8
tetes/menit Infuspaten
- Gula darah puasa
- 107 mg/dl
- TD : 80/60 mmHg
- N: 102 x/i
- RR : 19 x/i
- S : 37,8c
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Harga diri rendah S :
situasional - Pasien mengatakan berat
berhubungan dengan badannya sekarang berkurang
gangguan citra tubuh drastis

33
- Pasien mengatakan tidak percaya
diri dengan postur tubuhnya saat
ini
O:
- Pasien tampak banyak diam
- Saat berbicara pasien lebih
banyak menunduk
- Pasien hanya sesekali menatap
lawan bicara
- Pasien belum bisa
berkomunikasi terbuka
A:masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ODHA kepanjangannya Orang Dengan HIV AIDS yakni sebutan Untuk
orang-orang yang telah dinyatakan positif terkena HIV AIDS.OHIDHA
kepanjangannya Orang HIdup Dengan HIV AIDS. Istilah ini mencangkup pada
infected people (orang yang terinfeksi) dan affected people (masyarakat yang
terkena dampak).
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada odha
dan ohida.Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat
membawa manfaat bagi semua pembaca.

35
DAFTAR PUSTAKA

http://prosiding.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/pros/article/viewFile/3
23/103
http://repository.unpas.ac.id.pdf.com
Iswandi,F. asuhan keperawatan pada pasien dengan hiv aids di irna non bedah
.http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id.respiratori.pdf.com. Diaskes pada tanggal 16
oktober 2018
LH Nasution. 14 januari 2009.tinjauan pustaka infeksi
nosocomial.www.perdoski.or.id.doc.pdf.com. Diaskes pada tanggal 3 oktober 2018
Tinjauan pustaka infeksi nososkomial.http://digilib.unila.ac.id.pdf.com Diaskes
pada tanggal 3 Oktober 2018

36

Anda mungkin juga menyukai