Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN


STUNTING PADA BALITA DENGAN KACANG HIJAU DAN TELUR
REBUS DI WILAYAH RW VII KELURAHAN PEGIRIAN

Oleh :
Kelompok 4 / Kelas 5C
Syfa Wardatus Sholihkah 1130019072
Aldila Ayu Widya 1130019011
Novianti Fatimahtus Zahro 1130019022
Shelly Nursofya Lestari 1130019043
Idda Fauziyyah 1130019063
Erna Ni’matus Sa’diyyah 1130019070
Marshanda Catur Cahyaning C. 1130019084
Atika Farah Nabilla 1130019090
Shefila Ramadhani Nuriansyah 1130019116

Dosen Pembimbing :
Syiddatul Budury, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terkait status gizi pada anak masih menjadi permasalahan di
dunia, terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki masalah status gizi cukup tinggi. ndonesia masih
menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini
adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting). Stunting masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia dengan
prevalensi yang cukup tinggi. Stunting disebabkan oleh kekurangan asupan gizi
dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang merupakan
masa-masa pemenuhan gizi untuk balita. Standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) tahun 2005 menunjukkan, nilai z-scorenya kurang dari -
2SD dikatagorikan pendek, dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya
kurang dari -3SD (Kemenkes RI, 2016).
Data Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes RI, 2018) menunjukkan kasus stunting
di Indonesia masih tergolong tinggi dengan menyentuh angka 30,8% yang terdiri dari
11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek. Data stunting di provinsi Jawa Timur
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 tercatat sebesar 32,81% balita dengan gizi
sangat pendek dan pendek. Hal tersebut masih menjadi masalah kesehatan karena
masih melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO, dimana suatu wilayah dikatakan
mengalami masalah gizi akut bila prevalensi bayi stunting sama atau lebih dari 20%.
Sedangkan presentase bayi stunting di kota Surabaya pada tahun 2018 sebesar 8,92 %
( sangat pendek 2,04 % dan pendek sebesar 6,88%).4 .Dalam berita Jawa Pos (2019)
disebutkan bahwa di Surabaya Utara terdapat dua kecamatan dengan jumlah angka
stunting terbanyak yakni kecamatan Kenjeran dan kecamatan Semampir. Kecamatan
Semampir tercatat memiliki jumlah kasus stunting sebesar 1.399 anak. Sementara
prosentase bayi pendek di Indonesia saat ini masih lebih dari 29% dan ditargetkan
turun mencapai 19% pada tahun 2024. Pegirian merupakan salah satu kelurahan yang
berada di Kecamatan Semampir. Berdasarkan data puskesmad diketahui RW 07
merupakan RW dengan angka stunting terbanyak di kelurahan tersebut.
Universitas Nahdlatul ulama Surabaya melalui Program Studi S1 Keperawatan
semester 5 melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bentuk
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2 yang dilakukan oleh 9 mahasiswa
sebagai bentuk dari peran aktif menanggulangi masalah kesehatan anak di lingkungan
sekitar.
B. Nama Kegiatan
Kegiatan ini adalah kegiatan Pengabdian Masyarakat Keperawatan Anak.
C. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “Peningkatan Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Stunting
Pada Ibu Dan Balita Dalam Program Pelita (Peduli Bayi Dan Balita) Di Wilayah Rw
VII Kelurahan Pegirian”
D. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan adalah membentuk lingkungan sadar stunting pada balita dengan
program PELITA (peduli ibu dan balita) di wilayah RW VII Keluraha Pegirian.
E. Manfaat Kegiatan
1. Adanya peningkatan pengetahuan ibu balita dan keluarga tentang gizi
seimbang untuk balita, pentingnya ASI, MPASI, dan tumbuh kembang balita.
2. Adanya penurunan presentase balita yang mengalami stunting di wilayah RW
VII Keluarahan Pegirian.
3. Mengembangkan posyandu Peduli Ibu dan Balita (PELITA) di RW VII
Kelurahan Pegirian
F. Kegiatan
1. Permohonan Izin Pengabdian Masyarakat
2. Koordinasi dengan pejabat Pemerintahan setempat (Ketua RW dan Kader
Posyandu)
3. Observasi dan stategi penyelesaian masalah
4. Persiapan
5. Penyuluhan Kesehatan
6. Pembentukan Kader PELITA
7. Evaluasi Kegiatan
G. Sasaran
Kegiatan ini akan diikuti oleh :
1. Perwakilan dari keluarga terdampak stunting
2. Ibu hamil
3. Kader posyandu
H. Waktu dan Tempat
Untuk waktu dan tempat disesuaikan dengan jadwal santriwati yang longgar
dan tertera di bagian susunan acara.
I. Susunan Panitia
Pembimbing Syiddatul Budury, S. Kep, Ns. M.Kep

Ketua Pelaksana Syfa Wardatus Sholihkah 1130019072


Sekretaris Novianti Fatimahtus Zahro 1130019022
Bendahara dan Shelly Nursofya Lestari 1130019043
Konsumsi Idda Fauziyyah 1130019063
Sie Acara dan Aldila Ayu Widya 1130019011
Perlangkapan Erna Ni’matus Sa’diyyah 1130019079
Shefila Ramadhani Nuriansyah 1130019116
Sie Humas dan Atika Farah Nabilla 1130019090
Pubdekdok Marshanda Catur Cahyaning C. 1130019084
J. Susunan Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Permohonan Izin
Koordinasi dengan
Ketua RW dan Kader
Posyandu
Analisis situasi dan
penyusunan strategi
penyelesaian masalah
Pengkajian data umum
Pengkajian data fokus
Penyusunan intervensi
keperawatan (edukasi
kesehatan)
Persiapan penyuluhan
kesehatan
Penyuluhan Kesehatan
Audiensi dengan kader
posyandu
Evaluasi Kegiatan
Pembuatan Laporan

K. Anggaran Dana

No Uraian Satuan Total


Pemasukan
1. Iuran 9 mahasiswa Rp.100.000,- Rp900.000,-
TOTAL Rp900.000,-
Pengeluaran
1. Susu kotak 1 dos (40pcs) Rp95.000,-
2 Kue basah 20 pcs Rp3.000,- Rp60.000,-
3 Handsanitizer 500 ml Rp32.000
4 2 dos Santri 330 ml Rp25.000,- Rp50.000,-
5 Roti isi 2 (20 pcs) Rp4.500,- Rp90.000,-
6 Poster 3 lembar Rp65.000,- Rp195.000,-
7 Leaflet 25 lembar Rp5.000,- Rp125.000,-
8 Banner 2x1 meter 1 lembar Rp37.000,-
9 10 Bingkisan PELITA Rp20.000,- Rp200.000,-
TOTAL Rp884.000,-
Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Program Kesehatan Anak


Judul : Stunting
Hari/tanggal : Sabtu, 01 Januari 2021
Tempat : Balai Pertemuan RW VII Kelurahan Pegirian.
Sasaran : Keluarga, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui
Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang Stunting
Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Risiko Kesehatan pada Anak Stunting
d. Cara Pencegahan Stunting

A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan tentang Stunting diharapkan keluarga dapat
mengetahui dan memahami penyebab stunting dan cara pencegahanya.
b. Tujuan Khusus
Setelah di lakukan penyuluhan,di harapkan :
1. Keluarga Dapat Mengetahui Pengertian Stunting
2. Keluarga Dapat Mengetahui Penyebab Stunting
3. Keluarga Dapat Mengetahui Risiko Kesehatan Pada Anak Stunting
4. Keluarga Dapat Mengetahui cara pencegahan Stunting

B. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
C. MEDIA/ALAT
1. Leaflet
2. Poster
3. Power Point

D. PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahap Kegiatan
No Waktu Responsi Metode
Kegiatan Penyuluh
1 Orientasi 5’ 1. Mengucapkan a. Menjawab salam Ceramah
salam b. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan c. Memperhatikan Tanya
diri d. Brain storming jawab
3. Menjelaskan mengenai
tujuan kegiatan stunting
yang akan
dilakukan
2 Kegiatan 15’ 1. Menjelaskan a. Mendengarkan Ceramah
Penyuluhan pengertian b. Memperhatikan dan
stunting c. Menyimak tanya
2. Menjelaskan jawab
penyebab
stunting
3. Menjelaskan
risiko kesehatan
pada anak
stunting
4. Menjelaskan cara
pencegahan
stunting
3 Terminasi 15’ 1. Memberi a. Bertanya Ceramah
kesempatan pada b. Mendengarkan dan
keluarga untuk c. Memperhatikan Tanya
bertanya d. Menyampaikan Jawab
2. Memberi e. Menjawab salam
kesempatan pada
audiens untuk
mengulang poin
penting dari
penyuluhan
3. Beri pujian
4. Memberikan
kesimpulan dari
hasil penyuluhan
5. Mengucapkan
terimakasih dan
salam

E. MATERI
Terlampir
F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Keluarga ikut dalam kegiatan penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di balai RW dengan dihadiri
keluarga terdampak.
2. Evaluasi proses :
a. Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Keluarga terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil
a. 70% keluarga mampu menjelaskan pengertian Stunting
b. 65% keluarga mampu menyebutkan penyebab Stunting
c. 70% keluarga mampu menyebutkan Risiko Kesehatan Pada Anak
Stunting
d. 75 % keluarga mampu menjelaskan cara pencegahan Stunting
Lampiran 2 . Materi Penyuluhan

STUNTING (BALITA PENDEK)


1. Definisi
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan
gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal
seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Stunting adalah masalah
gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama,
umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0
sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan
minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran
WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan
perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan
mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu
faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

2. Penyebab Stunting
Secara umum, kekerdilan atau stunting ini disebabkan oleh gizi buruk pada
ibu, praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering mengalami
infeksi serta tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Stunting dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Pemberian nutrisi atau makanan yang buruk
Calon ibu yang tidak bisa menjaga asupan nutrisi makanannya ketika hamil,
memiliki resiko yang cukup besar untuk melahirkan anak dengan dengan
masalah kesehatan seperti stunting. Bahkan, dalam beberapa kasus, hal
seperti ini menyebabkan stunting menjadi penyakit turun-temurun. Tak
sampai disitu saja, pemberian nutrisi atau makanan terhadap bayi dimasa-
masa awal pertumbuhan, juga bisa menjadi penyebab stunting. Kurangnya
pemberian ASI eksklusif di 6 bulan awal menjadi salah satunya.
b. Infeksi yang berasal dari lingkungan sekitar
Kondisi lingkungan sekitar yang buruk menjadi salah satu faktor penyebab
munculnya beberapa masalah kesehatan. Stunting menjadi salah satunya.
Bayi yang sudah diberi nutrisi cukup melalui ASI namun hidup dikawasan
atau daerah yang tidak terjaga kehigienisannya, masih berpotensi cukup
besar untuk mengidap penyakit stunting. Kenapa? Sebab, infeksi yang
disebabkan oleh buruknya lingkungan sekitar dapat mengurangi kemampuan
usus untuk bekerja dengan baik. Dampaknya tentu saja langsung menuju ke
tumbuh kembang anak.
c. Kelahiran dengan berat badan yang rendah
Stunting bisa muncul jikalau calon ibu tidak dapat menjaga pola makannya
ketika masih hamil. Pola makan yang tidak dijaga, dengan kecenderungan
malas makan menjadi yang paling utama. Beberapa penelitian menyebut
bahwa bayi yang lahir dengan berat badan rendah (yang notabene hasil dari
kurangnya asupan nutrisi sang ibu), memiliki peluang yang cukup tinggi
untuk mengidap stunting. Untuk mencegahnya, para ibu bisa melakukan
pengecekan rutin terkait berat badannya setiap satu bulan sekali.
d. Kondisi ekonomi yang buruk
Sebuah penelitian yang dilakukan di Guatemala, menunjukkan bahwa
sebagian besar anak pengidap stunting disana, tidak mendapatkan
pendidikan yang layak dan hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk.
Tingkat ekonomi yang buruk tentu saja memiliki dampak yang sangat kuat
dengan pemberian nutrisi si calon ibu kepada calon anaknya. Dengan fakta
ini, kita bisa menyimpulkan apabila stunting biasa terjadi di negara atau
kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lambat atau tidak baik.
e. Penyebab lain
Anak yang terlahir dengan sindrom alkohol janin (Fetus Alcohol
Syndrome/FAS) juga dapat mengalami stunting. FAS merupakan pola cacat
yang dapat terjadi pada janin karena Sang Ibu mengonsumsi terlalu banyak
minuman beralkohol saat sedang hamil. Anak dengan FAS memiliki
sekelompok rangkaian gejala yang mencakup bentuk wajah yang berbeda
dari anak normal, pertumbuhan fisik terhambat, serta beberapa gangguan
mental.
3. Risiko Kesehatan pada Anak Stunting
Berikut adalah beberapa risiko kesehatan pada anak stunting :
a. Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan
konsekuensi berbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya
kemampuan mental dan kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi sekolah di
masa kecil, dan mengalami kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa yang
akhirnya mengurangi pendapatan, serta peningkatan risiko penyakit kronis
terkait gizi seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
b. Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan kematian
dini.
c. Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus
kekurangan gizi antargenerasi.
d. Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih kecil,
dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
4. Cara Mencegah Stunting
Stunting dapat di cegah dengan hal-hal berikut :
a. Seorang ibu harus mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan
nutrisi yang dibutuhkan selama menyusui.
b. Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Buah Hati, seperti memberikan ASI
eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia.
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum
makan, meminum air yang aman, mencuci peralatan makan dan peralatan
dapur, membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil, serta memiliki
sanitasi yang ideal (toilet yang bersih).
Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif ditambah dengan perilaku
hidup bersih dan sehat memegang peranan yang krusial bagi kesehatan ibu hamil,
terutama bagi janin. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekerdilan demi
kelangsungan hidup anak dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang yang
sehat, serta untuk memastikan anak tumbuh menjadi orang dewasa yang kuat,
terdidik, dan produktif
5. Penatalaksanaan Gizi Kurang
Adapun cara mengatasi gizi kurang adalah :
a. Pemberian makanan TKTP dengan ukuran yang telah dianjurkan dan
diberikan secara bertahap.
b. Tetap memberikan ASI sesuai dengan aturan secara terus-menerus bagi anak
dibawah usia 2 tahun.
c. Pemberian makanan tambahan.
d. Pemberian terapi cairan dan elektrolit bila perlu.
e. Kontrol berat badan secara rutin.
6. Makanan Tambahan untuk Anak Stunting
Untuk mencegah gizi bayi dan balita yang ditandai dengan berat badan kurang atau
dibawah garis merah, Kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan yang
komprehensif dalam upaya mengatasi masalah ini meliputi pencegahan, promosi atau
edukasi dan penanggulangan balita gizi buruk.Upaya pencegahan dilaksanakan melalui
pemantauan pertumbuhan di posyandu. Penanggulangan balita gizi kurang dilakukan
dengan pemberian makanan tambahan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Pemberian makanan tambahan bertujuan agar si balita selalu mendapatkan semua
jenis zat-zat gizi yang di butuhkan dalam jumlah yang sesuai dan tidak terjadi
penurunan berat badan. Jenis zat gizi yang dibutuhkan pada usia 1-5 tahun ini harus
mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral terutama zat besi, karena
zat-zat tersebut merupakan pembangun tubuh (Maryunani, 2010). Di masyarakat
umunya jenis makanan tambahan yang sering diberikan pada balita usia di atas 6 bulan
adalah nasi tim dan bubur susu (Puspitorini,2011).
Banyak juga orang tua mulai memperkenalkan makanan tambahan balita dengan
telur ayam ketika usianya sudah enam bulan untuk mempertahankan berat badan agar
tidak terjadi penurunana dan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi si bayi. Telur
menjadi bagian penting dari nutrisi yang di butuhkan anak, karena kaya akan zat besi,
protein, lemak, vitamin A, D, E, dan B12, serta folat. Telur juga merupakan sumber
kolin, yang memainkan peran penting dalam perkembangan otak bayi. Selain itu,
kuning telur dapat meningkatkan kadar zat besi pada bayi usia lebih dari 6 bulan (The
American Journal of Clinical Nutrition, 2013)
Zat besi di dalam telur berperan penting dalam membantu proses pembentukan sel-
sel baru, menunjang pertumbuhan yang optimal sedangkan untuk protein sebagai zat
pembangun sangat diperlukan bayi dan balita untuk pembuatan sel-sel baru dan
merupakan unsur pembentuk berbagai struktur organ tubuh seperti tulang, otot, gigi dan
lainlain. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan berat badan balita adalah besi,
protein, kalori dan lemak yang banyak terkandung dalam telur. Penyajian telur untuk
bayi baik diberikan dengan cara direbus karena kandungan gizi di dalam telur tidak
berubah, tetapi apabila disajikan dengan cara digoreng akan mempengaruhi kandungan
gizi dalam telur (Amalia, 2011)
Lampiran 3. Poster
Lampiran 4. Leaflet
Lampiran 5. Banner
Lampiran 6. Jurnal 1
Jurnal IMJ: Indonesia Midwifery Journal
Vol 3 No 2 Tahun 2020
e-ISSN 2580-3093
EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
MENGGUNAKAN KOMBINASI JUS KACANG HIJAU DAN TELUR AYAM
REBUS TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI STUNTING DI KABUPATEN
PANDEGLANG

Catur Erty Suksesty1, Hikmah2, Eka Mardiana Afrilia3

Universitas Muhammadiyah Tangerang catur_erty@y7mail.co

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK

Riwayat Stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi badan seorang


Artikel:
Tanggal di anak jauh lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan
Publikasi: anak seusianya. Berdasarkan riskesdas tahun 2018 diketahui
Maret 2020 prevalensi balita dengan tinggi badan sangat pendek dan
Kata kunci: pendek sebesar 30,8%. Masalah deficit energy dan protein
Nutritional Status tertinggi di kabupaten pandeglang dengan prevalensi diatas
Provision of 70%. Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu
additional food strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi.
Stunting Pemberian makanan pelengkap perpaduan jus kacang hijau dan
telur ayam rebus merupakan makanan padat energy dan protein
yang berasal dari bahan-bahan yang mudah didapatkan di
masyarakat dengan harga yang terjangkau. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui keefektivitas program pemberian
makanan tambahan kombinasi terhadap perubahan status gizi
anak stunting. Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia
12-59 bulan yang mengalami stunting di desa pakulurang
kabupaten pandeglang. Tekhnik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 24 balita
yang diberikan intervensi pemberian makanan kombinasi
selama 30 hari. Penelitian ini merupakan penelian kuasi
eksperimen dengan rancang one group pre and post test desing
yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efektifitas
kombinasi pemberian makanan tambahan dalam
meningkatkan status gizi anak stunting. Rancangan analisis
menggunakan uji T dan uji Chi-Square diperoleh 45,8%
balita yang mebnjalani perbaikan gizi setelah diberikan
kombinasi makanan tambahan. Terdapat hubungan yang kuat
antara intervensi yang dilakukan terhadap perubahan berat
badan balita dengan nilai Namun tidak terdapat
perbedaan perubahan tinggi badan balita yang
signifikan dengan nilai
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya dengan pemenuhan gizi yang baik. Anak
balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu
mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita
kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi balita sangat pendek dan
pendek sebesar 30,8%, sedangkan balita sangat kurus dan kurus sebesar 10,2%. 2 Stunting (kerdil)
adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur.
Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar
deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan
datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Masalah gizi utama yang dihadapi Provinsi Banten adalah masalah gizi kronis dengan
prevalensi masalah kependekan (status pendek dan sangat pendek) pada balita yang masih tinggi.
Disamping memiliki masalah gizi kronis, semua kabupaten/kota di Provinsi Banten juga
memiliki masalah gizi akut dengan prevalensi balita yang mengalami masalah kekurusan lebih
dari 10%. Secara umum prevalensi rumah tangga dengan defisit energi dan protein di Provinsi
Banten cukup tinggi dengan rata-rata di atas 50%. Hal ini menggambarkan bahwa masalah gizi
masyarakat di Provinsi Banten masih menjadi persoalan yang perlu mendapatkan perhatian dari
pemerintah daerah setempat. Masalah defisit energi dan protein paling tinggi di Kabupaten
Pandeglang, dengan prevalensi di atas 70%.4
Menerapkan praktik pemberian makan yang optimal sangat penting untuk menjaga
keberlangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Sekitar 32 persen bayi
diberikan ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupannya, salah satu angka yang terendah
di Indonesia. Prevalensi malnutrisi relatif tinggi, termasuk di wilayah perkotaan. Sekitar 16 persen
bayi lahir dengan berat badan rendah, dan sepertiga anak di bawah lima tahun mengalami stunting
(tinggi badan rendah dibanding usia) pada tahun 2013.
Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu
strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang
kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pemberian makanan tambahan
pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
terdiri dari pengukuran pertumbuhan fisik dan perkembangan individu di masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas hidup.
Pertumbuhan berat badan bayi terjadi sangat cepat yang berkaitan dengan masalah pertumbuhan
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi biasa diukur dengan ukuran berat.
Untuk meningkatkan kandungan gizi, bahan-bahan tersebut dapat disubstitusi dengan bahan
pangan lokal sumber protein dan vitamin. Salah satu bahan pangan lokal yang bernilai gizi tinggi
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan tambahan yang mudah dijangkau masyarakat
adalah kacang hijau. Kacang hijau (Phaseolus Radiatus) memiliki kandungan nutrisi diantaranya
karbohidrat yang merupakan komponen terbesar dari kacang hijau yaitu sebesar 62-63%.
Kandungan lemak pada kacang hijau adalah 0,7-1 gr/kg kacang hijau segar yang terdiri atas
73% lemak tak jenuh dan 27% lemak jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Berdasarkan jumlahnya,
protein merupakan penyusun utama kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25%
protein. Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%.
Selain kacang hijau salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu
dipenuhi dengan konsumsi telur. Kandungan gizi telur terdiri dari : air 73,7%, Protein 12,9 %,
Lemak 11,2% dan Karbohidrat 0,9%. Masyarakat Indonesia umumnya mencukupi kebutuhan
protein dengan mengkonsumsi telur. Manfaat telur begitu besar dalam kehidupan manusia
sehingga telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak- anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Kombinasi (Kacang Hijau dan
Telur) Terhadap Perubahan Status Gizi Balita Stunting di Kecamatan Koroncong Kabupaten
Pandeglang

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan one group pre and
post test desing yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efektifitas pemberian makanan
tambahan kombinasi terhadap peningkatan status gizi balita stunting. Penelitian dilakukan di
Desa Pakuluran Kecamatan Koroncong Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten pada bulan Juni
2019. Subjek penelitian adalah seluruh balita stunting yang berada di Desa Pakuluran sejumlah
24 balita.
Data yang dikumpulkan meliputi Identitas balita menggunakan kuesioner. Penelitian diawali
dengan dilakukannya pre-test yaitu menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan balita.
Pemberian makanan tambahan (PMT) kombinasi jus kacang hijau dan telur ayam rebus
dilakukan selama 30 hari di jam seling waktu makan. Masing- masing balita mendapatkan jus
kacang hijau yang sudah diformulasikan sebanyak 280 ml dan satu butir telur ayam rebus. Post-
tes dilakukan dengan mengevaluasi kembali berat badan dan tinggi badan balita setelah hari ke
30.
Rancangan analisis menggunakan uji T dan uji Chi-Square untuk mengetahui efektivitas
PMT kombinasi jus kacang hijau dan telur ayam rebus terhadap perubahan status gizi balita
stunting.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik Responden dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah balita yang berusia 12 sampai dengan 60 bulan. Jenis kelamin
antara laki-laki dengan perempuan masing-masing sebesar 50%. Balita yang tidak diberikan
ASI secara eksklusif lebih besar dibandingkan yang mendapatkan ASI eksklusif
yaitu sebnayk 58,3% dan balita yang memiliki riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 6% serta hanya ada satu ibu (4,2%) yang mempunyai pendidikan tinggi.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Jumlah
  N %
Umur
12-38 bulan 12 50,0
37-60 bulan 12 50,0
Jenis Kelamin  
Laki-laki 12 50,0
Perempuan 12 50,0
Riwayat ASI Eksklusif  
Ya 10 41,7
Tidak 14 58,3
Riwayat BBLR  
Ya 6 25,0
Tidak 18 75,0
Pendidikan Ibu  
Tinggi 1 4,2
Rendah 23 95,8
Jumlah 24 100

2. Status Gizi Subjek Penelitian Sebelum Dilakukan Intervensi


Status gizi kurang pada subjek penelitian sebesar 62,5% kategori BB/U dan status gizi
kurus sebesar 62,5% berdasarkan BB/TB. Seluruh subjek penelitian (100%) berstatus gizi
pendek kategori TB/U.
Tabel 2. Status Gizi Subjek Penelitian Sebelum Intervensi
Subjek Penelitian Jumlah
  N %
BB/U
Gizi Baik 9 37,5
Gizi Kurang 15 62,5
BB/TB  
Kurus 15 62,5
Normal 9 37,5
TB/U  
Pendek 24 100
Normal 0 0
Jumlah 24 100

3. Status Gizi Subjek Penelitian Setelah Dilakukan Intervensi


Setelah dilakukan intervensi dengan memberikan makanan tambahan kombinasi jus
kacang hijau dan telur ayam rebus kepada subjek penelitian selama 30 hari didapatkan
perubahan status gizi pada balita. Status gizi baik meningkat menjadi 54,2% dan balita
dengan gizi normal meningkat menjadi 45,8%. Serta sebanyak 2 balita yang berubah status
gizi menjadi normal berdasarkan kategori TB/U.
Tabel 3. Status Gizi Subjek Penelitian Setelah Intervensi
Subjek Penelitian Jumlah
  N %
BB/U
Gizi Baik 13 54,2
Gizi Kurang 11 45,8
BB/TB  
Kurus 13 54,2
Normal 11 45,8
TB/U  
Pendek 22 91,7
Normal 2 8,3
Jumlah 24 100
4. Pemberian Makanan Tambahan Kombinasi Jus Kacang Hijau dan Telur Ayam Rebus
terhadap Perubahan Gizi Balita Stunting
Tabel 4. Hubungan PMT Kombinasi Terhadap
Perubahan Status Gizi Balita Stunting

Pre test dan


N Correlation Sig
Post test

BB/U 24 -.497 .014


BB/TB 24 -.367 .078
TB/U 24 .00 .00

Tabel 5. Pengaruh PMT Kombinasi Terhadap


Perubahan Status Gizi Balita Stunting
Std.
Pre test Std.
Mea Error
dan Post Devia T df sig.
n Mea
test t Ion
n
.
BB/U -.167 .868 .177 -.941 23
357
.
BB/TB -.083 .830 .169 -.492 23
627
.
TB/U -.083 .282 .058 1.446 23
162

Uji t-test
Berdasarkan tabel 4 dan 5 diatas menunjukkan pemberian makanan tambahan kombinasi
jus kacang hijau dan telur ayam rebus memiliki kecenderungan positif terhadap perbaikan
status gizi balita berdasarkan kategori BB/U dan BB/TB, namun tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perubahan status gizi berdasarkan kategori TB/U.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Kombinasi yang diberikan pada balita stunting
bertujuan memberikan asupan yang tinggi terutama tinggi protein nabati dan hewani. Hal ini
dilakukan untuk memberikan perubahan pada status gizi balita stunting tersebut.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi dalam
waktu yang lama. Sehingga anak lebih pendek dari anak seusianya dan memiliki
keterlambatan berpikir. Kekurangan protein pada balita stunting akan memperburuk status
gizi balita tersebut dan akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan otak.
Masalah stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis dipengaruhi dari gizi calon
ibu, masa janin, masa balita, termasuk penyakit yang diderita pada masa balita. Pada
penelitian ini terdapat 25% balita stunting dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan 58,3% balita stunting yang tidak diberikan ASI eksklusif serta pendidikan ibu
rendah sebanyak 95,8%. Ketiga hal tersebut merupakn faktor penyebab kejadian stunting.
Perubahan status gizi menurut kategori BB/U pada balita stunting antara sebelum dan
sesudah pemberian PMT memberikan perubahan bagi status gizi balita stunting tersebut
memiliki gizi yang baik. Didapatkan dari 24 balita stunting, 11 diantaranya memiliki gizi
baik setelah dilakukan intervensi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar tahun 2017 bahwa terjadi
perubahan status gizi pada balita gizi buruk setelah dilakukan pemberian makanan
tambahan. Status gizi baik akan terjadi bila tubuh memperoleh cukup asupan zat gizi, hal ini
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Konsumsi protein secara optimal akan
membantu proses pertumbuhan tinggi badan pada balita. Sumber protein bisa didapat dari
hewan yang disebut protein hewani. Salah satu sumber protein hewani yaitu telur. Telur
merupakan protein hewani yang berkualitas tinggi mengandung asam amino esensial yang
lengkap.
Penelitian ini menggunakan telur ayam rebus sebagai kombinasi sumber protein hewani
yang diberikan pada balita stunting selama 30 hari. Telur ayam sangat mudah didapat dan
disukai hampir setiap individu termasuk balita. Asam amino yang terdapat dalam protein
akan berfungsi untuk membangun matriks tulang dan mempengaruhi pertumbuhan tulang
dengan memodifikasi sekresi dan aksi osteotropic hormon IGF-I sehingga berpotensi terjadi
peak bone mass. Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan status gizi dari stunting
menjadi tidak stunting berdasarkan kategori TB/U sebayak 2 balita.
Selain protein hewani tubuh juga membutuhkan sumber protein yang terdapat pada
tumbuhan yaitu protein nabati. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein
nabati. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Berdasarkan
jumlahnya, protein merupakan penyusun utama ke dua setelah karbohidrat. Protein ini terdiri
dari berbagai asam amino. Kacang hijau mempunyai nilai daya cerna protein yang cukup
tinggi, yaitu sebesar 81%. Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini selain pemberian
telur yaitu pemberian jus kacang hijau yang mudah dikonsumsi oleh balita.
Penelitian yang dilakukan oleh Dedes dkk tahun 2018 terbukti bahwa kurangnya asupan
protein nabati akan meningkatkan faktor resiko stunting pada anak usia 2-4 tahun. Hal ini
Fungsi lain dari protein adalah untuk mengatur keseimbangan air, pembentukkan ikatan-
ikatan esensial tubuh, memelihara netralitas tubuh, sebagai pembentuk antibodi, mengatur
zat gizi dan sebagai sumber energi.

KESIMPULAN
Setelah dilakukan pemberian makanan tambahan kombinasi protein nabati dan protein
hewani diperoleh balita yang mempunyai status gizi baik sebanyak 54,2% dan gizi kurang
sebanyak 45,8% .Hasil tersebut secara statistik menunjukkan pemberian makanan tambahan
kombinasi jus kacang hijau dan telur ayam rebus memiliki kecenderungan positif terhadap
perbaikan status gizi balita berdasarkan kategori BB/U dan BB/TB, namun tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan status gizi berdasarkan kategori TB/U
walaupun terdapat 2 balita dengan perubahan dari stunting menjadi normal.
Pemberian makanan tambahan yang dilakukan memberikan asupan secara optimal
khususnya asupan gizi protein. Mengedukasi pentingnya perbaikan gizi pada balita stunting
untuk membantu meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.

DAFTAR PUSTAKA
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/kota prioritas untuk penanganan anak kerdil (stunting). 2
WHO. (2010). Nutrition landscape information systems (NLIS): Country profiel indicators -
Interpretation Guide. Nutrition Landacape Information System, 1–51.
https://doi.org/10.1159/0003627 80.Interpretation
Kemenkes RI. (2009). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009. Retrieved from
www.depkes.go.id/.../profilkesehatan-indonesia/profilkesehatan-
indonesia2009.pdf%0A%0A
Ratna Noer, E., Rustanti, N., & Elvizahro, L. (2014). Karakteristik makanan pendamping
balita yang disubstitusi dengan tepung ikan patin dan labu kuning. 2(2), 82– 89.
De Lange, J. C. (2010). Factors contruting to malnutrition in children 0-60months admitted
to the hospital in Northern Cape. (May), 18–216.
Halim, L. A., Warouw, S. M., & Manoppo, J. I. C. (2018). Hubungan Faktor-Faktor Risiko
dengan Stunting pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK/PAUD Kecamatan Tumintang.
1, 1–8.
Hadiriesandi, M. (2016). Evaluasi Program Pemberian Makanan.
In Reply: BEHAVIOUR THERAPY. (1965). The British Journal of Psychiatry, 111(479),
1009–1010. https://doi.org/10.1192/ bjp.111.479.1009-a
Raju, D., & D’Souza, R. (2017). Child Undernutrition in Pakistan. What Do We Know?
(May).
Iskandar. (2017). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Modifikasi Terhadap Status Gizi
Balita( Effect of supplementary feeding modification on nutritional status of
toddler ). Ace Ratna Noer, E., Rustanti, N., & Elvizahro, L. (2014). Karakteristik
makanan pendamping balita yang disubstitusi dengan tepung ikan patin dan labu
kuning. 2(2), 82– 89.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The
Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 3(1), 163– 170.
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8). Alfabeta.
Bandung
Dahlan Sopiyudin, Statistik untuk kedokteran Dasar deskriptif, bivariat dan multivariate, PT
Salemba 2011
Lampiran 6. Jurnal 7

PENYULUHAN BALITA BGM DI DESA WARGA INDAH JAYA KECAMATAN


BANJAR AGUNG KABUPATEN TULANG BAWANG

Dainty Maternity¹, Yuli Yantina²


1,2 Prodi DIV Kebidanan
Email: denty.mf@gmail.com, yyantina42@gmail.com

ABSTRAK
Gerakan Masyarakat Peduli Gizi Balita (GEMPITA) yang artinya mengajak masyarakat
yang memiliki anak di bawah lima tahun (Balita) untuk memberikan makanan tambahan yang
cukup bagi anaknya agar kekurangan gizi tidak terjadi di dalam kelurga mereka. Berdasarkan
data terdapat 2 balita yang mengalami BGM. Sehingga diadakan penyuluhan mengenai gizi
balita yang dapat meningkatkan berat badan bayi agar tidak terjadi kekurangan gizi pada anak.
Penyuluhan ini diadakan agar ibu dapat mengerti dan menerapkan apa yang sudah dijelaskan.
Metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab agar masyarakat dapat lebih paham dari apa yang
sudah di jelaskan. Rekomendasi kegiatan ini adalah perlunya pemantauan secara berkala pada
berat badan dan tinggi badan balita untuk mengetahui balita tidak ada yang berada di BGM atau
pun mengalami kekurangan gizi.
Kata Kunci : Kacang Hijau, Telur Rebus, Balita, Status Gizi

ABSTRACT
The Community Care for Nutrition for Toddlers Movement (GEMPITA), which means
inviting people who have children under five years of age (toddlers) to provide adequate
supplementary food for their children so that malnutrition does not occur in their families.
Based on the data obtained, there are 2 toddlers who experience BGM. So that there is
counseling about the nutrition of toddlers which can increase the baby's weight so that there is
no malnutrition in children. This counseling is held so that mothers can understand and apply
what has been explained. Methods of lecturing, discussion, and question and answer so that the
public can better understand what has been explained. The recommendation for this activity is
the need for regular monitoring of the weight and height of children under five to find out that
none of them are in BGM or have malnutrition.
Keywords: Green Beans, Boiled Eggs, Toddler, Nutritional Statu
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu mengenal,
mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. Adapun
upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi yaitu dengan
cara menimbang berat badan secara teratur,menu makanan yang bervariasi,menggunakan
garam beryodium. (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).
Penimbangan balita merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemantauan
pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan setiap bulan bertujuan sebagai deteksi dini untuk
mencegah terjadinya gagal tumbuh kembang pada balita. Dengan rutin menimbang balita,
maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Jika diketahui berat badan anak
tidak naik atau jika ditemukan anak menderita suatu penyakit, dapat segera dilakukan upaya
pemulihan dan pencegahan, agar tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat
ditemukan, kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin cepat ditangani. Penanganan
yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi kurang atau gizi buruk akan
mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.
Persentase rata-rata balita umur 6-59 bulan yang ditimbang di Indonesia pada tahun 2019
adalah 73,86% anak per bulan. Persentase tertinggi terdapat di Provinsi Sumatera Utara
yaitu sebesar 96,69%, sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua yaitu
sebesar 30,11%. Di Provinsi Lampung Penimbangan Balita tercatat sebesar 79,83%. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2020).
Persentase balita kurus mendapat PMT di Indonesia tahun 2019 adalah 89,64%. Angka
ini belum memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 90%. Di Provinsi Lampung
persentase balita kurus sudah tercatat sebanyak 89,45% (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).
Dari hasil pendataan survey mawas diri pada awal bulan Maret 2021 terdapat adanya
kesenjangan data tentang berat badan bayi dengan umur bayi sebesar 100%, dan dari
wawancara saat kunjungan rumah serta saat melakukan kegiatan kelas ibu dan balita
terdapat 2 balita yang berat badan tidak sesuai dengan umur balita.
Ibu yang memiliki anak balita harus memperhatikan pola makanan yang bergizi dan
makanan tambahan pada anak agar anak tidak berada di posisi BGM atau bahkan sampai
kekurangan gizi. Untuk meningkatkan kandungan gizi, bahanbahan tersebut dapat
disubstitusi dengan bahan pangan lokal sumber protein dan vitamin. Salah satu bahan
pangan lokal yang bernilai gizi tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
tambahan yang mudah dijangkau masyarakat adalah kacang hijau. Kacang hijau (Phaseolus
Radiatus) memiliki kandungan nutrisi diantaranya karbohidrat yang merupakan komponen
terbesar dari kacang hijau yaitu sebesar 62-63%. Kandungan lemak pada kacang hijau
adalah 0,7-1 gr/kg kacang hijau segar yang terdiri atas 73% lemak tak jenuh dan 27% lemak
jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun
utama kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein pada
kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Selain kacang hijau salah satu
sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu dipenuhi dengan konsumsi telur.
Kandungan gizi telur terdiri dari : air 73,7%, Protein 12,9 %, Lemak 11,2% dan Karbohidrat
0,9%. (Suksesty, Catur Erty, dkk, 2020)
2. MASALAH
Alasan kami memilih tempat kegiatan karena di Desa Warga Indah Jaya Kecamatan
Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang didapatkan hasil bahwa banyak orang tua yang
belum mengetahui mengenai makanan tambahan yang mencukupi bagi balita.
PETA DESA WARGA INDAH JAYA TULANG BAWANG

3. METODE
Penelitian dilakukan di desa Warga Indah Jaya Tulang Bawang pada tanggal 8 April sampai
4 Mei 2021 dengan memberikan penyuluhan edukasi tentang manfaat kacang hijau dan telur
rebus terhadap peningkatan berat badan balita serta cara pengolahan aneka makanan olahan
kacang hijau dan telur kepada ibu yang memiliki anak balita.
a. Tujuan Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan adalah pre planning, persiapan penyajian dengan lcd, ppt.
b. Tahap Pelaksanaan tanggal 08 April 2021 jam 09.00 WIB
c. Acara ini dengan pemberitahuan kepada Kepala Kampung, Kepala Desa Warga Indah
Jaya untuk meminta izin mengadakan penyuluhan tentang gizi balita pada msayarakat
yang memiliki balita di desa Warga Indah Jaya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pelaksanaan dalam kegiatan penyuluhan mengenai gizi balita yang dilaksanakan
pada tanggal 08 April 2021 di Gedung Posyandu Warga Indah Jaya Kecamatan Banjar Baru
Kabupaten Tulang Bawang. Metode yang digunakan adalah ceramah, Tanya jawab atau
evaluasi.

Kacang Hijau
Kacang hijau (Phaseolus Radiatus) memiliki kandungan nutrisi diantaranya karbohidrat
yang merupakan komponen terbesar dari kacang hijau yaitu sebesar 62-63%. Kandungan
lemak pada kacang hijau adalah 0,7-1 gr/kg kacang hijau segar yang terdiri atas 73% lemak
tak jenuh dan 27% lemak jenuh, sehingga aman dikonsumsi. Berdasarkan jumlahnya,
protein merupakan penyusun utama kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung
20-25% protein. Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%
(Suksesty, Catur Erty, dkk, 2020).
Kacang Hijau dapat diolah menjadi beberapa olahan seperti :
a. Bubur kacang hijau

Bahan-bahan
1) 100 gram kacang hijau
2) 5 gelas air
3) 100 gram gula pasir
4) Garam (secukupnya)
5) 50 gram gula merah (potong halus)
6) Jahe (sesuai selera)
7) 100 ml santan kelapa
Cara membuat bubur kacang hijau
1) Cuci bersih kacang hijau, rendam kira-kira selama 30 menit
2) Rebus kacang hijau bersama 5 gelas air hingga mendidih dan empuk atau mekar
3) Tambah gula pasir, gula merah, jahe dan garam secukupnya
4) Rebus semua bahan hingga gula mencair dan meresap ke kacang hijau
5) Jika bubur kacang hijau dirasa sudah matang dan empuk sempurna, tambah santan
kelapa
6) Koreksi rasa dan tambahkan gula maupun garam untuk mendapatkan rasa yang
sempurna
7) Rebus dan aduk bubur kacang hijau sampai mendidih dan benar-benar matang
8) Angkat dan sajikan selagi masih hangat

b. Jus Kacang Hijau

Bahan-bahan
1) 250 gram kacang hijau
2) 750 ml air mineral
3) Es batu
Kuah santan didihkan:
1) 250ml santan kental, dari ½ butir kelapa parut
2) ½ sdt garam
Sirop gula, didihkan :
1) 150 gram gula pasir
2) 100 ml air mineral
Cara membuat jus kacang hijau
1) Rendam kacang hijau semalaman dan tiriskan
2) Rebus kacang hijau bersama air hingga matang dan tiriskan
3) Saat kacang hijau sudah tidak panas haluskan menggunakan blender hingga
mengental
4) Jus kacang hijau siap di sajikan ke dalam gelas
5) Tambahkan 2 sdm kuah santan dan 1 sdm sirop gula atau sesuai selera
6) Jika ingin jus kacang hijau dingin tambahkan es batu di dalam gelas

c. Puding Kacang Hijau

Bahan-bahan :
1) 1 bungkus agar-agar bening
2) 150 gram kacang hijau
3) 65 ml santan kelapa
4) 100 gram gula pasir
5) 50 gram gula jawa
6) 1/3 sdt garam 7) 500 ml air mineral
Cara membuat pudding kacang hijau
1) Rebus kacang hijau sampai empuk lalu tiriskan
2) Setelah dingin kacang hijau di blender sampai halus
3) Siapkan panci lalu masukkan kacang hijau, santan, gula jawa, gula pasir, garam
secukupnya, dan agar-agar aduk sebentar
4) Nyalakan api lalu masuk pudding sambil diaduk-aduk hingga mendidih
5) Tuangkan pudding ke dalam cap kecil lalu biarkan dingin dan simpan di dalam
kulkas
6) Setelah 30 menit pudding dapat disajikan dan di makan
Penimbangan Berat Badan Balita di Posyandu Warga Indah Jaya

Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Kacang Hijau dan Telur Rebus

5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan gerakan masyarakat peduli gizi balita (gempita ) di desa warga
indah jaya kecamatan banjar agung kabupaten tulang bawang adalah: adanya peningkatan
pengetahuan ibu tentang gizi balita yang dapat meningkatkan berat badan bayi agar tidak
terjadi kekurangan gizi pada anak.

6. DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Evi, dkk.2020.”Pengaruh Substitusi Yoghurt dan Tepung Kacang Hijau
(Phaseolus radiates) Terhadap Penilaian Organoleptik, Kandungan Protein dan
Kalsium Puding Silky Sebagai Makanan Tambahan Alternatif Untuk Anak
Stunting”.JSTP: Vol 5. No 3 P
Purhadi, dkk.”Pengaruh Pemberian Bubur Kacang Hijau Terhadap Perubahan Berat
Badan Balita Dengan Status Gizi Kurang di Wilayah Kerja PuskesmasTawangharjo
Kabupaten Grobongan”.Jurnal
Kemenkes RI.2020.”Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019”.Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Suksesty, Catur Erty, dkk.2020.”Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan
Menggunakan Kombinasi Jus Kacang Hijau dan Telur Ayam Rebus Terhadap
Perubahan Status Gizi Stunting di Kabupaten Pandeglang”.Jurnal IMJ:Vol 3
Iqmi, L. O., Yantina, Y., & Astari, N. (2019). Penyuluhan Pemilihan Alat Kontrasepsi
Keluarga Berencana (KB) di Dusun Margorejo II Desa Kurungan Nyawa Kabupaten
Pesawaran Tahun 2018. Jurnal Perak Malahayati, 1(1).
Lathifah, N. S., Isnaini, N., Yantina, Y., Retnowati, R., & Yustiana, L. (2021). Konseling
Kesehatan Reproduksi Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesuburan Dan Kesadaran
Kesehatan Prakonsepsi. JURNAL PERAK MALAHAYATI, 3(1), 51-60.
Susilawati, S., Lathifah, N. S., Astriana, A., & Yantina, Y. (2020). Agar-Agar Daun Kelor
Memperbanyak Asi Pada Ibu Nifas 0-3 Hari Di RSIA Santa Anna. JURNAL
KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), 3(2), 352-356.

Anda mungkin juga menyukai