Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN OLEH: I MADE WIADNYANA PUTRA ( ) Ruang Kenanga

POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT Tk II dr. SOEPRAOEN MALANG 2014

KATA PENGANTAR 1

2 DAFTAR ISI LEMBAR

JUDUL...

1 KATA PENGANTAR...

2 DAFTAR ISI...

3 BAB I

3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Rumusan Masalah... 6 Tujuan... 6 BAB II PEMBAHASAN... 7


Pengertian... 7 Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan... 8 Konsep-Konsep Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit Aplikasi
Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Pusekesmas Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan
Kesehatan pada Individu dan Masyarakat SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP) Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem dalam
Pencapaian EEQ Manajemen Rumah Sakit di Indonesia dan Kebutuhan Data serta Informasinya Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan Tantangan Masa
Depan BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 3

4 Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat
pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan
perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan
dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem
informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga
data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada
akhir dekade 80 an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek
bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa
rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi
dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi
perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success
factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan
dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-
mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam
masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.
Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem
pelayanan kesehatan. Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas
dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup
pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik 4

5 dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga
berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk
bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan
bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada
akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang
menggunakannya. Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai
dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya
upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten
dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan
program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang
tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di
desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut
memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program
kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan
di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan
yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai
ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di
luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi
di pusat. 5

6 1.2 Rumusan Masalah a) Apa yang dimaksud manajemen SIK? b) Bagaimana peranan manajemen SIK?
c) Bagaimana konsep pengembangan SIK? d) Bagaimana aplikasi manajemen SIK di rumah sakit? e)
Bagaimana aplikasi manajemen SIK di puskesmas? f) Bagaimana system pelayanan kesehatan untuk
individu dan masyarakat? 1.3 Tujuan a) Mahasiswa mampu mengetahui pengertian manajemen SIK b)
Mahasiswa mampu mengetahui peranan manajemen SIK c) Mahasiswa mampu mengetahui konsep-
konsep pengembangan SIK d) Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di rumah sakit e)
Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di puskesmas f) Mahasiswa mampu mengetahui
system pelayanan kesehatan untuk indidu dan masyarakat. 6

7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk
mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam literature
lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua
tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan
alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi
terhadap pelaksanaan program-program kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu
pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan
sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja
dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art
teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat
waktu. 7

8 Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu : 1. Sistem informasi
manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam suatu organisasi untuk
mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan
manajemen (Kristianto,2003). 2. SIM adalah sebuah system manusia atau mesin yang terpadu
(integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002). 3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan
bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi
pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing)
dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang
berguna danmempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun
dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan
(Sutanta,2004) 2.2 Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Menurut WHO, sistem informasi
kesehatan merupakan salah satu dari 6 building block atau komponen utama dalam sistem kesehatan di
suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah: 1. Service delivery
(pelaksanaan pelayanan kesehatan). 2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis,
vaksin, dan teknologi kesehatan). 3. Health worksforce (tenaga medis). 4. Health system financing
(system pembiayaan kesehatan). 5. Health information system (sistem informasi kesehatan). 6.
Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah) Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, 8

9 penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan


pemantauan hingga proses evaluasi. Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum
meliputi : a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi lingkungan
dan factor resiko) b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta. c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical d. System administrative, meliputi system pembiayaan,
keuangan, system kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain e.
Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati, komponen tersebut tidak
hanya tanggung jawab sector kesehatan semata, tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistic vital
kependudukan, data kelahiran, data kematian. System pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas
kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam
proses manajemen di segala bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin
dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan. World Health Organization
menilai bahwa investasi system informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain : a. Membantu
pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan, memantau
perkembangan dan meningkatkannya. b. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang
efektif, evaluasi, dan inovasi melalui penelitian. c. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber
baru dan akuntabilitas, cara yang digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan
yang komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis dan lokasi tenaga
kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang 9
10 diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator penduduk, seperti
sebaai demografi dan status social ekonomi. Sebagaimana gambar diatas, informasi kesehatan dapat
dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu : 1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko,
perilaku, keturunan, lingkungan, social ekonomi dan demografi. 2. Input system kesehatan, yang
meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya, dan organisasi. 3. Output system kesehatan meliputi,
informasi kemampuan pelayanan dan kualitas. 4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan
pelayanan. 5. Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan, dan
kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub
sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen
dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan
mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu: 1. Upaya kesehatan 2. Penelitian
dan pengembangan kesehatan 3. Pembiayaan kesehatan 4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan 5.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan 7.
Pemberdayaan masyarakat. 10

11 Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap unit
infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan
yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Melalui hasil pengembangan sistem
informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut : 1. Perangkat lunak tersebut
dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah. 2.
Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan
jaringan lain. 3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan. 4. Sistem informasi kesehatan
terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data
nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah. 5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang
menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif. 6. Sistem informasi kesehatan
terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders. 7. Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan
kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya. 11
12 8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM
sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan,
penggajian dan pengembangan karir. 9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran. 10. Dapat
digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar
organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif. 11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang
dapat ditemukan. 2.3 Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Sistem informasi
kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan
kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep
dasaryang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi
(designer). Konsep-konsep tersebut antara lain: a. Sistem informasi tidak identik dengan sistem
komputerisasi Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut
sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada pembahasan
selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis
komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi
dalam sistem informasi suatu organisasi adalah : 1) Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan
informasi. 2) Informasi yang tersedia, tidak relevan. 3) Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh
manajemen. 4) Informasi yang ada, tidak tepat waktu. 5) Terlalu banyak informasi. 12

13 6) Informasi yang tersedia, tidak akurat. 7) Adanya duplikasi data (data redundancy). 8) Adanya data
yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel. b. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang
dinamis. Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem
informasi tidak pernah berhenti. c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup
sistem Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru.
Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem
informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh: 1) Perkembangan organisasi tersebut 2) Perkembangan
teknologi informasi d. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri. Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika
dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem
yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan
biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang
ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem
informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus
berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).
Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek
tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal 13
14 ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek
komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah
dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait
dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya. e. Keberhasilan
pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan
sistem tersebut. Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada
besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi
yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti:
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan
Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. f. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus
menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). Pada banyak kasus,
pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan
pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya
bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-
unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari
pimpinan organisasi tersebut. g. Informasi telah menjadi aset organisasi. Dalam konsep manajemen
modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan
prasarana. Penguasaan informasi internal 14

15 dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), h.
Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami. Dalam
semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini
akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas
cakupannya. 2.4 Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit Sistem informasi
rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan system informasi kesehatan karena sistem ini
merupakan aplikasi dari system informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit
tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem
informasi rumah sakit hingga pengembangannya. Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang
haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran
pengembangan SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam
penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut: a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari
Sistem Kesehatan Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. b. SIRS
harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran Rumah Sakit
dalam suatu sistem yang terpadu. c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan. d. SIRS yang
dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap usaha-usaha
pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan. b.
SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan
perkembangan dimasa datang. 15

16 c. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya investasi yang
tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu
yang relatif singkat. d. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin. e.
Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem serta
sesuai dengan kriteria dan prioritas. f. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh
petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly). g. SIRS
yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan
kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru. h.
Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan
SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya
ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS,
sebagai berikut: 1) Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit. 2) Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan
mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu. 3) Terbentuknya suatu sistem informasi
yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui
dukungan data yang bersifat dinamis. 4) Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi
dengan menekan pemborosan. 5) Terjaminnya konsistensi data. 6) Orientasi ke masa depan. 7)
Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang
dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan 16

17 mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. SIRS merupakan suatu sistem
informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai
kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan
dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masingmasing subsistem, atas dasar kriteria
dan prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya
harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut: a.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS, b. Penyusunan Rancangan Global SIRS, c. Penyusunan
Rancangan Detail/Rinci SIRS, d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik, e.
Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras maupun
perangkat lunak pendukung. f. Operasionalisasi dan Pemantapan. 2.5 Aplikasi Manajemen Sistem
Informasi Kesehatan di Pusekesmas Penyelenggara layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas
merupakan kegiatan yang dibutuhkan suatu system informasi yang dapat menangani berbagai macam
kegiatan operasional puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien,
farmasi, keuangan, hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan
eksekutif yang dihasilkan oleh puskesmas dengan bantuan system informasi sangat dibutuhkan dalam
penentuan kebijakan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Secara umum, SIMPUS terdiri dari
beberapa subsistem sebagai berikut : a. Registrasi Pasien Registrasi merupakan subsistem yang
menangani data registrasi kunjungan pasien, baik kunjungan pemeriksaan umum, gigi,, gizi, KIA,
imunisasi, KB. Kegiatannya meliputi : 1) Pengolahan data pasien 2) Pengolahan data registrasi kunjunan
pasien, terdapat beberapa macam klasifikasi registrasi yaitu, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi,
kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium b.
Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis Hal ini merupakan subsistem yang menangani data yang
terkait dengan keiatan pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh 17

18 tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, subsistem ini diklasifikasin menjadi


pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB,
pemeriksaan laboratorium. Kegiatannya meliputi : 1) Pengolahan data kondisi pasien 2) Pengolahan data
anamnesis 3) Pengolahan data diagnosis 4) Pengolahan data terapi 5) Pengolahan data
pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab. 6) Pengolahan data obat 7) Pengolahan data rujukan c.
Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya meliputi : 1) Pengolahan data master obat 2) Pengolahan data stok obat baru 3)
Pengolahan data persediaan obat 4) Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien d. Pemantaun
Data Register Pemantauan data register merupakan pemantauan data yang terjadi di puskesmas secara
harian/bulanan maupun periode tertentu. Kegiatannya meliputi : 1) Register pemeriksaan umum 2)
Register pemeriksaan gigi 3) Register pemeriksaan gizi 4) Register pemeriksaan imunisasi 5) Register
pemeriksaan KIA 6) Register pemeriksaan KB e. Laporan Laporan merupakan subsistem untuk membuat
laporan/ rekapitulasi. Laporan manajemen ini meliputi: 1) Laporan kunjungan pasien 2) Laporan 10
penyakit terbanyak 18

19 3) Laporan pengguanaan obat 4) Laporan tindakan medis terbanyak 5) Laporan metode pembayaran
oleh pasien 6) Laporan billing f. Pemetaan Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit
terbanyak, penggunaan obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan
sangat jarang dilakukan. 2.6 Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan Kesehatan pada Individu dan
Masyarakat Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan tercapainya derajat
kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan tersebut yang
dilaksanakan secara efisien dan berkualitas serta terjangakau. Sistem pelayanan kesehatan terdiri atas
dua bagian yang merupakan subsistemnya, yaitu system pelayanan kesehatan (Healht Service Delivery
System) dan system pendanaan kesehatan (Health Financing System). System pendanaan mendanai
system pelayanan. System pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan Subsystemnya,
yaitu system pelayanan kesehatan perorangan (medical service atau pelayanaan medis) dan system
pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Dalam system pelayanan kesehatan
perorangan terdapat berbagai upaya untuk peningkatan kesehatan perorangan (selanjutnya disebut
upaya kesehatan perorangan /UKP), yaitu mulai dari promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
kecacatan deteksi dini penyakit/kecacatan dan penanganannya yang lebih tepat agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut atau kecacatan. Dalam upaya pelayanan kesehatan masayarakat juga dikenal
upaya health promotion dan specific protection yang dilaksanakan pada masyarakt secara keseluruhan.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan UKP) menjadi satu kesatuan upaya passa health promotion dan specific protection. Dilihat
dari sudut pathogenesis penyakit, maka upaya-upaya health promotion dan specific protection ini
adalah upaya pada masa prepathogenesis. Sedangkan upaya-upaya 19

20 early detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah upaya-upaya pada
masa pathogenesis. Dalam system pendanaanya, produk pelayanan kesehatan masyarakt umumnya
merupakan public goods sehingga didanai oleh pemerintah. Produk pelayanan kesehatan perorangan
bisa didanai oleh pemerintah (kalau dianggap public goods misalnya, pengobatan penderita ppenyakit
TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit TBC), bisa didanai oleh perorangan sendiri
(murni merupakan privat goods yang bisa langsung out of pocket ataupun melalui asuransi
pribadi/privat insurance). Pembiayaan pelayanan juga bisa campur antara pemerintah dan masyarakat
(public-privat mix). SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN UPAYA PELAYANAN
KESEHATAN PERORANGAN (UKP) 20

21 Bagan 1.1. Letak hubungan Tampak Tindih bidang kajian, serta pertimbangannya dari berbagai
subsistem dalam system kesehatan. Dalam subsistem pelayanan kesehatan perorangan dalam kerangka
keseluruhan system kesehatan, terdapat berbagai upaya kesehatan perorangan (UKP) terdapat UKP
yang diselenggarakan dengan objek utama adalah penanganan pada periode pre pathogenesis dan UKP
dengan objek utama penanganan pada periode pathogenesis. UKP pertama lebih menekankan upaya
promosi kesehatan perorangan /health promotion(misalnya mengajarkan 21

22 pola hidup sehat pada pasien dan keluarga pasien stroke/pasien penyakit jantung. Upaya kesehatan
ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), oleh keluarga (family care) atau
kelompok anggota masyarakat (misalnya, perkumpulan jantung sehat). UKP kedua lebih menekankan
pada pelayanan periode pathogenesis (disability limitation, rehabilitation). Upaya ini dilaksanakan di
institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit. Untuk penyakit yang banyak terjadi di
masyarakat (common diseases) pelayanan dilaksanakan di rumah sakit rujukan awal (primary hospital
system) dimana penanganan secara satu disiplin ilmu dapt dilaksanakan dengan baik. Untuk penyakit
yang penanganannya membutuhkan penanganan yang multidisiplin sederhana, pelayanan dilaksanakan
dirumah sakit rujukan lanjutan (secondary hospital system). Untuk penyakit yang penanganannya
membutuhkan penanganan multidisiplin kompleks, pelayanan dilaksanakan dilaksanakan dirumah sakit
rujukan lanjut (tertiary hospital system). Untuk Negara yang sangat maju ada pelayanan yang
diutamakan dalam rangka pengembangan ilmu (dengan pelayanan yang tetap berbasis pada kebutuhan
pasien, bukan berbasis pada pengembangan ilmu), pelayanan dilaksanakan dirumah sakit untuk
pengembangan ilmu (quaternary hospital). Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Perorangan di
Indonesia dan Lingkungannya seperti telah diutarakan diatas, pelayanan kesehatan perorangan (medical
service, pelayanan medic) dapat dikategorikan dalam 4 kategori : a. Pelayanan medic mandiri (self care
and family medical care) Yang dilaksanakan oleh pribadi kelompok masyarakat; aktifitas ini bisa
dilaksanakan oleh masing-masing individu, bisa secara berkelompok; aktifitas ini bisa dilaksanakan
sebelum orang menderita sakit (misalnya, dalam klub jantung sehat), bisa juga setelah orang menderita
penyakit atau kecacatan (misalnya, klub stroke). b. Pelayanan medic dasar/primer (essential medical
care and basic speciality care, 22

23 Ada yang menyebutnya preventife medical care atau primary medical care) Pelayanan ini
diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta/kelompok masyarakat. Idealnya pelayanan ini
dilaksanakan oleh dokter keluarga yang merupakan gate keeper dari pelayanan rujukan. Pelayanan
medic dasar ini dilaksanakan di puskesmas pemerintah, balkesmas swasta serta dokter praktek
perorangan swasta. c. Pelayanan medic skunder/rujukan awal Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit
dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik dasar (dulu dikenal dengan sebutan rumah sakit tipe D),
sampai kerumah sakit dengan kemampuan pelayanan spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama
rumah sakit tipe C) ataupun dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme
plus beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B-awal). Rumah sakit rujukan
awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya. d. Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan semua spesialisme plus
beberapa subspesialisme(dikenal dengan nama rumah sakit tipe-b lanjut atau dirumah sakit dengan
kemampuan semua spesialisme dengan seluruh subspesialismenya(rumah sakit tipe A). diindonesia
rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan. Upaya keseluruhan
pada butir-butir diatas yang saling berhubungan (saling berkaitan, saling berpengaruh, saling
bergantung) satu sama lain, diselengarakan dalam satu daerah/ kabupaten/kota dalam satu system
kesehatan daerah. Keseluruhan stakeholders dalam system kesehatan tersebut dapat dilihat pada
bagan. 23

24 Bagan 1.2. Upaya kesehatan perorangan/rumah sakit dan Berbagai lingkungan-strateginya.


Stakeholder dan Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem dalam Pencapaian EEQ System adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari bagian-bagian (yang dinamakan subsistem), bagian tersebut saling berkaitan (interelasi)
saling berpengaruh (interaksi), serta saling bergantung (interdependensi) satu sama lain. system yang
sempurna adalah tubuh kita. Subsistem syaraf otak mengindra sesuatu yang menakutkan
mengakibatkan tubuh bereaksi terhadapnya. Reaksi berupa lari, yang dilaksanakan oleh system
musculoskeletal, sambil orang tersebut lari terkencing-kencing diakibatkan oleh subsistem urogenital,
dan sebagainya. Dari sudut operasional rumah sakit sebagai satu system, dikenal subsistem pelayanan
(instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah pusat, dan lain-lain), dan subsistem manajemen/ administrasi
pelayanan. Dari sudut kewenangan (power), dikenal sub system pemilik, subsistem professional
kesehatan dan subsistem manajemen. Kewenangan yang dimiliki pemilik adalah merupakan
kewenangan yang diberikan olegh kekuasaan birokrasi. Kewenangan tersebut dinamakan kewenangan
birokrasi dan ditandai oleh adanya SK (surat keputusan) dari birokrasi diatasnya. 24

25 Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh satu intitas birokrasi
yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK). Kewenangan yang dimiliki profesi didapat
melalui pendidikan yang terstruktur, berjenjang (sarjana kedokteran, dokter umum, dokter spesialis,
dokter subspesialis, dan seterusnya) dan kewenangan tersebut ditandai dengan sertifikasi kopetensi
oleh asosiasi profesi/kolegium kedokteran bidang ilmu terkait. Secara operasional komite medic
(Depkes,1999) melaksanakan tugas professional governance dalam masalah yang berkaitan dengan
profesi dan profesionalisme, misalnya : a. Pengelolaan tumpang tindih kewenangan profesi yang bekerja
dirumah sakit. b. Pengelolaan penggunaan antibiotic oleh semua spesialisasi. c. Melakukan seleksi para
professional yang akan bekerja dirumah sakit, untuk menilai kemampuan profesionalnya (credentialing).
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mengenai kinerja profesi para professional yang bekerja
diumah sakit. e. Dan lain-lainnya baik yang murni berkaitan hanya dengan keprofesian, maupun yang
berkaitan dengan hal-hal diluar profesi. Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah sakit, maka
sebagai satu system, ketergantungan dan saling berpengaruh antara satu subsistem dengan subsistem
lain dalam system rumah sakit pasti terjadi. Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum
terdapat profesi dokter, maka tindakan profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan
ruumah sakit. Itulah sebabnya resiko kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan juga dengan
resiko keuangan rumah sakit. Keseluruhan tata cara pengelolaan yang berlaku dirumah sakit ini
ditetapkan bersama-sama oleh unsure profesi dengan unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit
ketentuan dinamakan hospital by law. 25

26 Manajemen Rumah Sakit di Indonesia dan Kebutuhan Data serta Informasinya Manajemen rumah
sakit berkembang dai waktu ke waktu. Pada sesudah perang dunia ke-2, manajemen rumah sakit
dilaksanakan dengan sangat murni sebagai lembaga social (philanthrop). Pengambilan keputusan
manajerial tidak pernah dilaksanakan dengan memakai asas ekonomi, seperti membandingkan produksi
dan biaya(efisiensi). Sitem informasi yang berkembang dirumah sakit hanyalah berorientasi pada
pelayanan mediknya saja. Perkembangan IPTEK kedokteran dan kesehatan berkembang pesat, biaya
pelayanan kesehatan yang dibiayai pemerintah naik dengan tajam. Ini menyebabkan pemerintah tidak
berkemampuan untuk mendanai pelayanan kesehatan secara penuh, sehingga diharapka masyarakat
ikut mendanai pelayanan kesehatan. Hal ini dimungkinkan karena pada pelayanan medic khususnya
dirumah sakit, komponen privat goods cukup besar sehingga bila dikelola menurut asas ekonomi (yang
tetap bersifat social) akan mengakibatkan masyarakat dapat ikut mendanai pelayanan rumah sakit.
Manajemen rumah sakit kemudian berkembang menjadi sifat sosio-ekonomis. Muncullah sistilah rumah
sakit swadana yang system informasinya mulai membandingkan produksi dengan biaya produkasi.
System informasi rumah sakit juga berkembang, tidak saja bertujuan membelanjakan uang untuk
pelayanan tetapi dihitung biaya satuan dari tiap-tiap produkasi pelayanan. Dalam pengelolaan
perusahaan, maka sisa hasil usaha atau yang dalam usaha nonsosial disebut sebagai profit, menjadi
salah satu tujuan dan ini juga berkaitan dengan tujuan efisiensi rumah sakit. Secara keseluruhan, system
informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system informasi administrasi pelayanan profesi
harus dikuasai secara terpadu oleh profesi yang bekerja dibidang manajemen informasi kesehatan
PORMIKI). (di indonesia bernaung dibawah organisasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam
Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan Tantangan Masa Depan System informasi manajemen rumah
sakit merupakan salah satu bagian dari system informasi upaya pelyanan kesehatan perorangan dan SI-
UKP ini merupakan bagian dari system 26

27 informasi pelayanan kesehatan, yang kemudian merupakan bagian dari system informasi kesehatan
(SIK), (Sudarmono,2001). Dengan berlakunya UU otonomi daerah, keter paduan system informasi
kesehatan didaerah otonom dengan system informasi dipusat merupakan syarat mutlak bagi
keterpaduan Visi, Misi, strategi dibidang kesehatan didaerah dengan visi, misi dan strategi tingkat
nasional (Sudarmono, 2000). Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka tindakan para
dokter harus bias dipertanggung jawabkan secara hukum disamping dipertanggung jawabkan secara
profesi (hal terakhir ini sudah dilaksanakan para dokter sebelum UU tersebut). Pertanggungjawaban
penyelengaraan profesi secara hukummemeerlukan bukti-buki hukum tertulis, dan bagian yang sangat
inti dari penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam Medik. Menghadapi tiga hal tersebut
(globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi informasi), disamping diperlukan kesatuan
Visi dan Misi (Sudarmono,2000). 27

28 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN a. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara
perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. b. Enam komponen (building block) sistem kesehatan yaitu :
Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan) Medical product, vaccine, and technologies (produk
medis, vaksin, dan teknologi kesehatan) Health worksforce (tenaga medis) Health system financing
(system pembiayaan kesehatan)m Health information system (sistem informasi kesehatan) Leadership
and governance (kepemimpinan dan pemerintah) c. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan antara lain: 1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi 2) Sistem informasi
organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. 3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti
siklus hidup sistem 4) Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri. 5) Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi
yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut. 6) Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus
menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). 7) Informasi telah menjadi
aset organisasi. h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah
dipahami. 3.2 SARAN 28
29 a. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan SIK b.
Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya SIK yang dikembangkan
disesuaikan denga kebutuhan dan karakteristik 29

30 DAFTAR PUSTAKA Kapita, selekta Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas
Gadja Mada Wulandari, R Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis Komputer.
Semarang: Universitas 30

Anda mungkin juga menyukai