Disusun Oleh :
Kelompok 8
Afriyanti, S.Kep 2314901002
Cindy Claudya Putri, S. Kep 2314901010
Lara Sagita, S. Kep 2314901036
Melisa Andora, S. Kep 2314901040
Mellani Fauzyah, S. Kep 2314901041
Pramita Dewi, S. Kep 2314901055
Putri Utami Wulandari R, S. Kep 2314901058
Viona Halimahtusadiyah, S. Kep 2314901086
Zulfia, S. Kep 2314901094
Mengetahui,
Pembimbing
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah
keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2SD dibawah median
panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting
adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN,2009).
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakansebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting
dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat gizi yang tidak memadai.
Tiga faktor utama penyebab stunting, yaitu asupan makanan yang tidak
seimbang, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan Riwayat Penyakit. Asupan
makanan seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan anak. Pola makan yang baik terdiri dari maengkomsumsi makanan
yang berkualitas. Untuk membantu terwujudnya pola makan yang baik maka perlu
ditunjang dengan kesehatan mulut dan gigi pada anak serta cara mencuci tangan
yang benar.
B. Tujuan Umum
a. Tujuan Umum
1. Pengertian stunting
2. Penyebab stunting
4. Dampak stunting
5. Pencegahan stunting
6. Penatalaksanaan stunting
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. Media/alat
1. Laptop
2. Infokus
3. Power Point
4. leflet
H. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator :
Presenter :
Fasilitator :
Observer :
Dokumentasi :
Audien :
Pembimbing :
I. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Menginformasikan kepada ibu dan balita RW 004 Kelurahan
Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota padang tentang stunting pada
balita yang akan diadakan 1 hari sebelum penyuluhan dilakukan.
b. Leaflet telah selesai dicetak 1 hari sebelum penyuluhan dilakukan.
c. Kontrak tempat sudah dilakukan 1 hari sebelum kegiatan dilakukan
d. 80% ibu dan balita RW 004 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji
menghadiri kegiatan yang dilakukan
e. Mahasiswa selaku panitia kegiatan melaksanakan tugas dan peran
sesuai yang telah ditetapkan
2. Kriteria Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat pada waktu kegiatan yang telah
ditetapkan
b. 80% undangan datang tepat waktu
c. 80% respon dan terlibat dan aktif (mampu mengemukakan
pendapatnya,mampu mengemukakan pertanyaan dan memahami
tentang gizi buruk (stunting) pada balita) dalam kegiatan penyuluhan.
d. 80% responden mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai
penyuluhan.
e. Kegiatan selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan
3. Kriteria Hasil
a. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami pengertian
stunting
b. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami penyebab
stunting
c. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami tanda gejala
stunting
d. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami dampak
stunting
e. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami cara mencegah
stunting
f. 80% responden yang hadir mengetahui dan memahami
penatalaksanaan stunting dengan cara menggosok gigi dan mencuci
tangan
Lampiran Materi
Stunting
A. Pengertian Stunting
Kejadian balita pendek atau sering disebut stunting merupakan kondisi dimana
balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan umur.
Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan kurang lebih dari 2 standar
deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO (Dewi & Primadewi, 2021).
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia
24 bulan. Balita pendek (stunting) status giziyang didasarkan pada indeks PB/U
atau TB/U diamana dalm standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran terberat berada pada ambang batas (Z-Score) < -2 SD sampai dengan -
3 SD (pendek) dan < -3 SD (sangat pendek) (Kemenkes RI, 2022)
B. Penyebab Stunting
a. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Balita
Wawasan pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat penting mulai dari
dalam kandungan hingga usia balita 2 tahun. Ibu yang tidak paham
mengenai perlakuan benar terhadap diri dan janin berpotensi melahirkan
bayi dengan PB < 48 cm.
b. Pola Asuh
➢ Riwayat pemberian ASI
ASI ekslusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
tambahan cairan dan makanan selama 6 bulan. Bayi yang tidak
mendapatkan ASI dengan cukup maka bayi tersebut memiliki
asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan kekurangan
gizi.
➢ Ketepatan MP-ASI
Setelah 6 bulan mendapatkan ASI ekslusif, selanjutnya bayi perlu
diberikan makanan tambahan untuk memenuhikebutuhan gizi.
Keterlambatan pemberian MP-ASI akan menyebabkan bayi
mengalami kekurangan zat besi
➢ Ketersedian Makanan dalam Keluarga
Balita yang kekurangan energi, asupan protein, kekurangan
vitamin akan berisiko stunting
➢ Akses air bersih dan sanitasi kelurga
Apabila air yang diperoleh kurang bersih maka sanitasi yang tidak
baik akan memnyebabkan anggota keluarga di sekitarnya mudah
terserang penyakit. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak yang
daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
C. Tanda dan Gejala Stunting
Tanda gejala stunting menurut Kemenkes RI (2018) :
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil
untuk seusianya
3. Pertumbuhan tulang tertunda
D. Dampak Stunting
1. Dampak jangka pendek
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
b. Penurunna perkembangan kognitif, motorik dan bahasa
c. Peningkatan pengeluaran akibat masalah kesehatan, peningkatan
kemungknan biaya perawatan anak sakit.
2. Dampak jangka panjang
a. Perawakan pendek saat dewasa, peningkatan kasus obesitas dan
penyakit yang berhubungan dengn obesitas, dan penurunan kesehatan
produksi
b. Penurunan perkembangan performa disekolah, penurunan kapasitas
belajar
E. Upaya Pencegahan Stunting
Pemerintah telah menetapkan kebijakkan pencegahan stunting, melalui
Keputusan Presiden No.42Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Peningkatan
Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia pertama 1000 hari kehidupan,
yaitusebagai berikut (Kemenkes RI, 2013) :
1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. Pemberian air susu ibu secara ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan
6. Memberikan makanan pendamping ASI untuk bayi diatas usia 6 bulan
hingga 2 tahun
7. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
8. Pemantauan pertumbuhan balita diposyandu terdekat
9. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kesehatan gigi
dan mulut serta mencuci tangan dengan baik dan benar
F. Penatalaksanaan Stunting
Menurut Khoeroh dan Indriyani (2017) beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi stunting, yaitu :
1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu
setiap bulan
2. Pemberian vitamin A
3. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita
4. Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2
tahun dengan ditambah asupan MPASI
5. Stimulasi dini perkembangan anak
6. Pola makan gizi seimbang yang diikuti dengan kebersihan gigi serta
mencuci tangan dengan baik dan benar
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman (Kemenkes RI, 2014).
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang
membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang
lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Mencuci tangan dengan sabun
adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan penyakit
pernafasan (ISPA). Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi
kulit, mata, cacing yang tinggal dalam usus, SARS dan flu burung (Kemenkes RI,
2014).
Menurut Kemenkes RI, (2014), tujuan dari mencuci tangan adalah sebagai
berikut:
Menurut Kemenkes RI, (2014), cuci tangan dapat kita lakukan pada waktu :
1. Tuangkan sabun antiseptik pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.