Dosen Pengampu :
RICO SIHOMBING,S.Kep.NS
Disusun oleh :
Nama : Oktaviana reza simanjuntak(2115013)
Prodi : D3 KEBIDANAN
Sasaran : Ny.R.Tambunan
Waktu : 30 menit
Tempat :
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “ Stunting pada Balita” diharapkan ibu mampu
mengerti dan memahami apa itu stunting pada balita dan cara penanganannya.
2. Tujuan Khusus
B. Strategi Pelaksanaan
D. EVALUASI
Menanyakan langsung pada peserta penyuluhan tentang Stunting.
Lampiran Materi
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan
di masa yang akan datang yaknimengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih
rendahdibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun
yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting
sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Schmidt bahwa stu nting ini merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup
lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anakyang lebih rendah atau
pendek (kerdil) dari standar usianya .
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U
dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau
sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu
faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah,kemampuan
berbahasa yang ren dah, dan adanya ketidakseimbangan fungsional.
2. Penyebab Stunting
Secara umum, kekerdilan atau stunting ini disebabkan oleh gizi buruk pada ibu,
praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering mengalami infeksi sertatidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
a. Status Gizi
Status Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh
seseorang pada satu waktu dengan mengumpulkan data. Status gizi
menggambarkan kebutuhan tubuh seseorang terpenuhi atau tidak. Salah satu
penelitian menunjukan bahwa status gizi dalam masyakarat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti sosial ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
jumlah anak dalam keluarga, dan pola asuh.
b. Kebersihan Lingkungan
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai
dariumur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan
PendampingASI (MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk menunjang
pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga usia dua tahun.
Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang cukup, sehingga baik
jumlah,frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi kebutuhan anak.
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah
melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi
dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman
lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat. ASI
mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan pada bayi sangat
mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata lain organ pencernaan bayi
belum memiliki enzim yang cukup untuk mencerna makanan lain selain ASI.
Komposisi ASI dengan konsentrasi sesuai dengan pencernaan bayi akan membuat
bayi tumbuh dengan badan yang seimbang. Seorang anak yang minum ASI
eksklusif mempunyai tumbuh kembang yang baik, hal ini di karenakan di dalam
ASI terdapat antibodi yang baik sehingga membuat anak tidak mudah sakit, selain
itu ASI juga mengandung beberapa enzim dan hormone.
Berat bayi lahir rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejad ian
stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram. Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) merupakan faktor risiko yang paling dominanterhadap kejadianstunting
pada anak baduta. Karakteristik bayi saat lahir (BBLR atau BBL normal)
merupakan hal yang menentukan pertumbuhan anak Anak dengan riwayat BBLR
mengalami pertumbuhan linear yang lebih lambat dibandingkan Anak dengan
riwayat BBL normal.
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga mampu meningkatkan risiko terj
adinya malnutrisi pada anak. Tingkat pendidikan orang tua merupakansalah satu
penyebab terjadinya stunting hal ini dikarenakan pendidikan yang tin ggi dianggap
mampu untuk membuat keputusan dalam meningkatkan gizi dankesehatan anak
anak. Pengetahuan yang tinggi juga mempengaruhi orang tua dalam menentukan
pemenuhan gizi keluarga dan pola pengasuhan anak, dimanapola asuh yang tidak
tepat akan meningkatkan risiko kejadian stunting.
Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan kematian
dini
Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih kecil, dan
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
a. Seorang ibu harus mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan
nutrisiyang dibutuhkan selama menyusui.
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum
makan, meminum air yang aman, mencuci peralatan makan dan peralatan
dapur,membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil, serta memiliki sanitasi
yang ideal (toilet yang bersih). Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif
ditambah denganperilaku hidup bersih dan sehat memegang peranan yang krusial
bagi kesehatanibu hamil, terutama bagi janin. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kekerdilandemi kelangsungan hidup anak dalam jangka pendek dan dalam jangka
panjangyang sehat, serta untuk memastikan anak tumbuh menjadi orang dewasa
yangkuat, terdidik, dan produktif.
5. Dampak Stunting
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang
danjuga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya
perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolis me
padatubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya
penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemuk an, kanker,
stroke,disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga
membuat produktivitas menjadi rendah (Kemenkes RI, 2016).Kejadian stunting
menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jikadikaitandengan adanya angka
kesakitan dan kematian yang besar, kejadianobesitas, buruknya perkembangan
kognitif, dan tingkat produktivitas pendapa tan yang rendah.
Berbagaipermasalahan ini sangat mudah ditemukan dinegara – negara
berkembang seperti Indonesia. Stunting pada anak yang harusdisadari yaitu
rusaknya fungsi kognitif sehingga anak dengan stuntingmengalami permasalahan
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stunting pada
anak ini juga menjadi faktor risiko terhadap kematian, perkembangan motorik
yang rendah, kemampuan berbahasa yangrendah, dan ketidakseimbangan
fungsional.
a. Pola Makan
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatab reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal
bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan
gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali
selama kehamilan. Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI
saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2
tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI.Jangan lupa pantau tumbuh
kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
2. Atikah, R. et al. (2018). Stunting dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta :CV Mine. ISBN:
978-602-52833-1-4