Anda di halaman 1dari 18

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

STUNTING

OLEH :

KELOMPOK MELATI

1. Dewi setyaningsih

2. Erika duwar sawati

3. Lusy oktaviasari

4. Maria rosalia maran

5. Pramaulita erlina putri

6. Silvia rahmadini

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN WIYATA MITRA HUSADA

KERTOSONO – NGANJUK TAHUN 2021


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Stunting

Sub Tema : Pencegahan Stunting

Hari/ Tanggal : Rabu, 02 Juni 2021

Tempat : Laboratorium Wiyata Mitra Husada

Sasaran : Ibu dan Balita

A. Latar Belakang

Stunting adalah masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di

Indonesia. Stunting sangat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi

masyarakat karena sangat berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan kemampuan anak. Masalah gizi yaitu status gizi yang kurang

dan buruk, dimana gizi kurang adalah kondisi kekurangan gizi akibat jumlah

makro dan mikro tidak memadai dan dapat menyebabkan prevalensi anak

pendek sangat tinggi yang mempengaruhi satu dari tiga anak balita sebagai

proporsi masalah kesehatan menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO). Proporsi anak pendek pada penduduk miskin sebesar 40% sedangkan

penduduk kaya sebesar 33%. Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal

tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi

terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam

kandungan hingga usia dua tahun. Stunting pada anak-anak mencerminkan

efek yang luas dari kekurangan gizi yang kronis selain itu beresiko lebih besar
menderita penyakit menular dan tidak menular pada usia dewasa. Anak

pendek ini merupakan gambaran kekurangan gizi kronis yang dimulai sejak

janin hingga masa pertumbuhan sampai usia 2 tahun. Jika pada periode

tersebut kurang gizi dampaknya akan sangat signifikan pada kejadian anak

pendek. Menurut hasil Penilaian Status Gizi tahun 2016, Propinsi Jawa

Tengah Stunting sebesar 33,9% dan Kabupaten Pemalang Stunting sebesar

46,28% untuk anak pendek sedangkan untuk anak sangat pendek sebesar

41,75%. Kondisi Stunting pada anak tersebut dapat menyebabkan gangguan

perkembangan fungsi kognitif dan psikomotor serta penurunan produktivitas

ketika dewasa. Pekerjaan ibu mempunyai andil yang besar dalam masalah gizi

pada anak. Ibu yang bekerja berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang

mempengaruhi daya beli keluarga, dimana keluarga dengan pendapatan yang

terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan

keluarga secara kualitas dan kuantitas. Hal sebaliknya terjadi peningkatan

pendapatan keluarga maka dapat berpengaruh pada susunan makanan yang

berkualitas.

Tinggi badan orangtua berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak.

Orang tua yang pendek merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan kejadian Stunting (Khusharisupeni, 2008). Hasil penelitian

menyatakan bahwa status gizi disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti

tinggi badan orang tua memungkinkan anak memiliki risiko gagal

pertumbuhan serta mengalami underweight (Yang,2010). Pada balita tinggi

badan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan selama periode


pertumbuhan yang disebabkan oleh asupan yang tidak memadai dan sering

terjadi infeksi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan BlackCC (2008) bahwa

tinggi badan ibu yang pendek dan gizi ibu yang buruk berhubungan dengan

peningkatan risiko kegagalan pertumbuhan intrauterine yaitu kurangnya gizi

dan pertumbuhan serta perkembangan. Menurut Nuryanto (2013) menyatakan

bahwa karakteristik ibu atau keadaan ibu yang meliputi tinggi badan

merupakan faktor genetika yang menyebabkan Stunting. Orangtua yang

memiliki tinggi badan yang pendek karena gen pembawa kromosom pendek

kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek tersebut terhadap anaknya.

Hal ini dikarenakan adanya kondisi patologis yaitu defisiensi hormone

pertumbuhan yang dimiliki oleh gen pembawa kromosom tersebut, apabila

tidak didukung dengan asupan yang adekuat untuk menyokong pertumbuhan,

pada generasi berikutnya akan berdampak terhadap kegagalan pertumbuhan.

Status gizi anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

faktor keluarga yang mana ibu memegang peran paling tinggi dalam

pengasuhan anak. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk menjamin

tumbuh kembang anak yang optimal. Oleh karenanya, pengasuhan yang

kurang baik dapat menyebabkan anak memiliki status gizi kurang (Timreck,

2005).

Tujuan

1. Tujuan :

1.1 Tujuan Umum


Memberi pengetahuan tentang stunting pada anak dan cara

mencegahnya.

1.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang pengertian stunting

b. Mengerti penyebab stunting

c. Mengerti tentang ciri anak dengan stunting

d. Mengerti pengaruh stunting pada anak

e. Mengerti pencegahan stunting pada anak

f. Mengerti penanggulangan stunting pada anak

2. Materi

(Terlampir)

3. Media

1) Materi SAP

2) Leaflet

4. Metode

a. Penyampaian materi

b. Tanya jawab

5. Rincian Kegiatan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta


1. 5 menit 1. Pembukaan Memperhatikan dengan
- Salam seksama
- Perkenalan tim
penyuluhan
2. 35 menit 2. Penyampaian materi oleh Audience
penyuluh mendengarkan
- metode ceramah
- materi meliputi
a. menjelaskan tentang
pengertian stunting
b. mengerti penyebab
stunting
c. Mengerti tentang ciri
anak dengan stunting
d. Mengerti pengaruh
stunting pada anak
e. Mengerti pencegahan
stunting pada anak
f. Mengerti
penanggulangan
stunting pada anak
3. 20 menit 3. Penutupan Menjawab pertanyaan
- Sesi Tanya jawab yang diberikan kepada
audience

6. Evaluasi

1. Apa pengertian stunting ?

Jawab :

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah

atau keadaan anak dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan

anak-anak seusianya.

2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya stunting, sebutkan 2 saja?

Jawab :

a. Factor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab

tidak langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan

dan perkembangan janin

b. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah

kemiskinan

3. Apakah yang menjadi ciri dari anak yang mengalami stunting ?


Jawab :

a. Anak yang stunting pada umur 8-10 tahun lebih terkekang/ tertekan

(lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan

dengan anak non-stunted jika ditempatkan dalam situasi penuh

tekanan.

b. Stunting dengan kekurangan protein dan energy kronis (stunting)

menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori

belajar, tetapi masih baik dalam koordonisasi dan kecepatan gerak.

4. Apakah pengaruh stunting pada anak ?

Jawab :

a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia

enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua

tahun.

b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan

anak. Factor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan intelektual.

5. Bagaimana cara pencegahan stunting ?

a. Memberikan ASI secara baik dan tepat

b. Menghindari makanan buatan pada anak untuk mengganti ASI

sepanjang ibu masih mampu memberikan ASI

c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan

upaya menginstruksikan keluarga yang cukup umur untuk bekerja

6. Bagaimana cara penanggulangan stunting ?


a. Pada ibu hamil

1. Memperbaiki gizi dan kesehatan pada ibu hamil

2. Minum tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

b. Pada bayi baru lahir

1. Persalinan dibantu oleh dokter/ bidan yang terlatih dan melakukan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah bayi lahir

2. Memberikan ASI Ekslusif pada bayi

c. Bayi berusia 6 bulan – 2 tahun

1. Selain ASI bayi diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

dan memberikan vitamin A, taburia, dan imunisasi dasar lengkap

2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2. Materi

1.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur

rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dari anak seusianya

(MCN, 2009). Stunting ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak

yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal

dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau

kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator

jangka panjang untuk gizi kurang pada kurang.

Dalam proses infeksi Dalam proses infeksi virus Corona, selain

besarnya paparan fisik, kekebalan tubuh dari orang yang terkena (host)

dapat menentukan:
1. Terjadinya infeksi

2. Respon tubuh terhadap infeksi

3. Kemampuan pulih dari infeksi.

Dengan kata lain, optimal atau tidaknya sistem imunitas seseorang

akan menentukan setiap tahapan respon tubuh setelah paparan terhadap

virus, termasuk khususnya Covid-19.  Salah satu kunci untuk menjaga

sistem imunitas tubuh adalah dengan mempertahankan Perilaku Hidup

Bersih Sehat (PHBS) baik di tingkat rumah tangga, sarana kesehatan, dan

tempat umum lainnyaDi tingkat rumah tangga, minimal ada 10 indikator

PHBS terkait upaya menjaga imunitas tubuh antara lain:

1. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil secara rutin, pertolongan persalinan,

dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan

2. Bayi mendapat ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan

3. Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam makanan dalam

jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang

4. Penimbangan Balita

5. Anggota rumah tangga menggunakan air bersih

6. Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat

7. Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya

8. Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan

sesudah BAB

9. Anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik/olah raga

10. Anggota rumah tangga tidak merokok


Dari kesepuluh indicator diatas, delapan indicator pertama telah

tercakup dalam program sensitif dan spesifik yang menjadi program

prioritas percepatan pencegahan stunting nasional. Masalah gizi pada anak

yang diindakasikan salah satunya adalah stunting merupakan factor resiko

dari terganggunya fungsi kekebalan tubuh, mengoptimalkan pelaksanaan

intervensi gizi spesifik dan sensitif untuk percepatan pencegahan stunting

juga merupakan upaya efektif untuk menanggulangi wabah corona selain

dengan cara melindungi diri secara fisik dari paparan virus covid- 19.

1.2 Penyebab Stunting pada Anak

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan

suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak

dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses

terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi

dalam 2 tahun pertama kehidupan.

a. Faktor gizi sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab

tidak langsung yang memberikan kontrisbusi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi

kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth

retardation (IUGR). Sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi

dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

b. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan

disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan


penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan

metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya

kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit

untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya

berpeluang terjadinya stunting.

c. Banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan

oleh masyarakat di lingkungan, “Antara lain tak memberikan ASI

Ekslusif pada bayi.

d. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah

kemiskinan.

e. Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan

masyarakat akan gizi. Namun kedua factor ini masih belum

menjadi factor penyebab utama kemiskinan.

f. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan

merupakan salah satu biang kerok munculnya stunting karena pola

makan sering kali seiring dengan kondisi kesejahteraan. Konsumsi

ikan laut masyarakat masih rendah, padahal protein dan omega

yang dikandung sangat bermanfaat bagi anak. Sangat ironis

memang karena Indonesia merupakan negara bahari.

1.3 Ciri-ciri stunting pada anak

a. Anak yang stunting, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/

tertekan (lebih diam, tidak banyak melakukan eye-contact)


dibandingkan anak dengan non-stunted jika ditempatkan dalam

situasi penuh tekanan.

b. Anak dengan kekurangan protein dan energy kronis (stunting)

menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan

memori belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan

gerak.

c. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5

cm/ tahun

- Tanda-tanda puberetas terlambat pada (payudara,

menarche, rambut pubis, rambut ketiak, panjangnya testis,

dan volume testis

- Wajah tampak lebih muda dari umurnya

- Pertumbuhan gigi yang terlambat

1.4 Pemeriksaan dan Diagnosis

Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan

pertumbuhan dan masurasi dalam keluatga (pendek, menarce), penyakit

infeksi kongential, KMK (kecil masa kehamilan), penyakit kronis pada

organ-organ (saluran cerna, kardiovaskular, organ pernafasan dan ginjal).

1.5 Pengaruh Stunting pada Anak

Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stated dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut :

a. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia


enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua

tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka

panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak

mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan

dengan anak-anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan

stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen

dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini

memberikan kosekuensi terhadap kesuksesan anak dalam

kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan

anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu

pertumbuhan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat

lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang

tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernafasan. Berdasarkan

penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi

makanan yang berada di bawah ketentuan rokomendasi kadar gizi,

berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,

bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.

Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang

hidup, kegagalan pertumbuhan anak dini berlanjut pada masa remaja

dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dam


mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.

Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan beresiko lebih besar

meninggal saat melahirkan.

1.6 Pencegahan

a. Pemberian ASI secra baik dan tepat disertai dengan pengawasan

berat badan secara teratur dan terus menerus

b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk

mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu mengahasilkan ASI,

terutama pada usia dibawah empat bulan.

c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan

upaya mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup

umur untuk bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang

terarah dan efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ilah

pemberdayaan melalui peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan.

d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada

masyarakat terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat

besi yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan

dengan kegiatan posyandu.

1.7 Penanggulangan

a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting

dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2


tahun yang disebut dengan periode emas (seribu hari pertama

kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada

usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama

kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang

dilahirkannya.

b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan

gizi dan masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah

kesehatan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan,

pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan

pelayanan kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi

oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan, politik dan

ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,

teknologi, serta kependudukan.

c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka

perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara

langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan

sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor

kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah

darah, pemeriksaan, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT,

pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita

dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif,

pemberian vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar,


pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan yang sensitif

melibatkan sektor terkait seperti seperti penanggulangan

kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja,

perbaikan insfrasruktur (perbaikan jalan, pasar), dll.

d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untk mecapai pertumbuhan

yang optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Multicentre Growth Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang

kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional,

pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi,

riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai

pertumbuhan.

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari

pertama kehidupan, meliputi :

a. Pada ibu hamil

1. Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara

terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat

makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan

sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK),

maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil

tersebut.

2. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90

tablet selama kehamilan.

3. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
b. Pada saat bayi lahir

1. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu

bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI saja (ASI Eksklusif)

c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

1. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi

berumur berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh

kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap

2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh

setiap rumah tangga.

Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah

ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu

dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi

secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurannya.

EVALUASI

1. Menjelaskan tentang pengertian Stunting

2. Mengerti penyebab Stunting

3. Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting

4. Mengrti pengaruh Stunting pada anak

5. Mengerti pencegahan Stunting pada anak

6. Mengerti penanggulangan Stunting pada anak


Daftar pustaka

Aritonang, I. 2011. Menilai Status Gizi Untuk Mencapai Sehat Optimal,

Yogyakart : Leutika.

Anda mungkin juga menyukai