STUNTING
Tema : Stunting
Sub topik. : Pengertian, ciri-ciri, penyebab dan dampak stunting
Hari/tanggal. : Kamis,13 Oktober 2022
Waktu : 11:00 WIB
Penyuluh. : Cindy Fatika Sari
Sasaran. : Istri Tn.B
Jumlah. : 1 orang
1. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah Diberikan penyuluhan 28 menit, diharapkan istri Tn.B mampu memahami
dan mengerti tentang stunting
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang stunting sasaran ibu diharapkan
- Dapat menjelaskan kembali pengertian stunting
- Dapat enjelaskan kembali tentang ciri-ciri stunting
- Dapat menjelaskan kembali tentang penyebab stunting
- Dapat menjelaskan kembali tentang dampak stunting
2. Materi (terlampir)
- Pengertian bayi Stanting
- Ciri-ciri stunting
- Penyebab stunting
- Dampak stunting
3. Metode
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Evaluasi
1
No Tahap Waktu Kegiatan
Ket
2
3. Penutup 10 menit 1. Memberikan kesempatan sasaran Tanya jawab
untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengerti
2. Melakukan evaluasi secara lisan
tentang
3. Memberikan salam penutup
6. Media
Leaflet
7. Kegiatan
Penyuluh stunting
3
LAMPIRAN MATERI TENTANG
STUNTING
A.Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari
kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa
untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan
kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan
(sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting
merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
B.Ciri-ciri Stunting
Adapun ciri-ciri umum stunting pada anak sebagai berikut :
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya atau pertumbuhannya melambat
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
C.Penyebab stunting
a. Status Gizi
Status Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh
Status gizi menggambarkan kebutuhan tubuh seseorang terpenuhi atau tidak. Salah
4
oleh Putri, Sulastri, dan Lestari menunjukan bahwa status gizi dalam masyakarat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial ekonomi, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pola asuh, dan pola asuh.
b. Kebersihan Lingkungan
yang mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa penyakit
seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya. Penelitian
rumah adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih yang kurang dan
perbaikan dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air adalah alat penting
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai dari
umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan Pendamping
sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga usia dua tahun. Makanan
pendamping harus diberikan dengan jumlah yang cukup, sehingga baik jumlah,
5
(Kemenkes RI, 2011).
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah
melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi
dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman
lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat
ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan pada bayi
sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata lain organ pencernaan bayi
belum memiliki enzim yang cukup untuk mencerna makanan lain selain ASI.
Komposisi ASI dengan konsentrasi sesuai dengan pencernaan bayi akan membuat
Seorang anak yang minum ASI eksklusif mempunyai tumbuh kembang yang
baik, hal ini dikarenakan di dalam ASI terdapat antibodi yang baik sehingga
membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga mengandung beberapa enzim
Pada ASI terdapat kolostrum yang mengandung zat kekebalan salah satunya
terhindar dari infeksi. IgA yang sangat tinggi tedapat pada ASI yang mampu
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang sangat penting
dalam menunjang pembentukan sel – sel pada otak secara optimal sehingga bisa
6
(Arif, 2009).
kejadian stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram (Kemenkes, 2010).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor risiko yang paling dominan
terhadap kejadian stunting pada anak baduta. Karakteristik bayi saat lahir (BBLR
atau BBL normal) merupakan hal yang menentukan pertumbuhan anak. Anak
dibandingkan Anak dengan riwayat BBL normal (Rahayu, Yulidasari, Putri, dan
Rahman. 2015).
f. Melewatkan imunisasi
Dalam penelitian tercatat anak dengan status imunisasi yang belum tuntas 1,78
kali lebih berisiko untuk mengalami stunting dibandingkan anak dengan status
imunisasi lengkap.
Dengan kata lain, imunisasi yang dilakukan tepat waktu dapat mengurangi
Pola asuh yang baik dalam mencegah terjadinya stunting dapat dilihat dari
praktik pemberian makan. Pola pemberian makan yang baik ini dapat berdampak
pada tumbuh kembang dan kecerdasan anak sejak bayi. Pola asuh pemberian
makan yang sesuai dengan anjuran KEMENKES RI 2016, yaitu pola makan
pemberian makan yang baik kepada anak adalah dengan memberikan makanan
yang memenuhi kebutuhan zat gizi anaknya setiap hari, seperti sumber energi yang
7
terdapat pada nasi, umbi – umbian dan sebagainya. Sumber zat pembangun yaitu
ikan, daging, telur, susu, kacang – kacangan serta zat pengatur seperti sayur dan
buah terutama sayur berwarna hijau dan kuning yang banyak mengandung vitamin
dan mineral yang berperan pada proses tumbuh – kembang bayi terutama agar bayi
terhindar dari masalah gizi salah satunya yang berdampak pada stunting. Pola
makan bayi juga perlu menjadi perhatian ibu dimana pola makan bayi harus sesuai
dengan usia bayi dan memberikan menu makanan yang bervariasi setiap harinya.
Pemberian menu makanan yang tidak bervariasi atau hampir sama setiap harinya
6 bulan cukup diberi ASI saja, pada usia 6 – 8 bulan bayi tidak hanya diberi ASI
tetapi disertai pemberian makan lumat, usia 9 – 11 bulan bayi masih tetap diberi
ASI dan makanan lembik serta pada usai 12 – 23 bulan bayi selain di beri ASI
Kabupaten Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur yang dilakukan oleh Loya dan
Nuryanto (2017) menunjukan bahwa pola asuh pemberian makan pada balita
stunting usia 6 – 12 bulan diperoleh hasil yang kurang tepat dimana beberapa ibu
tidak memperhatikan kebutuhan gizi anaknya. Pola asuh yang diberikan mengikuti
pola asuh pada umumnya yang ada di masyarakat setempat. ibu hanya
memberikan makan sesuai dengan makanan yang ada didalam rumah tangga saja
keinginan anak.
D. Dampak stunting
8
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga
tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit
disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat
Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika dikaitan
dengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian obesitas, buruknya
Stunting pada anak yang harus disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif sehingga
perkembangan secara optimal. Stunting pada anak ini juga menjadi faktor risiko
9
Daftar Pustaka
Alfarisi, Ringgo, et al. "Status gizi ibu hamil dapat menyebabkan kejadian stunting pada
balita." Jurnal Kebidanan 5.3 (2019): 271-8.
Ariati, Linda Ika Puspita. "Faktor-faktor resiko penyebab terjadinya stunting pada balita usia
23-59 bulan." Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan 6.1 (2019): 28-37.
Isnaeni, Ana Pertiwi, Aritonang Irianton, and Wijanarka Agus. Kajian Pengetahuan Ibu
Tentang MP-ASI Dan Pemberian Mp-Asi Pada Anak 6-24 Bulan Penderita Stunting Di Desa
Trimurti Kecamatan Srandakan. Diss. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2019.
Permatasari, Tria Astika Endah. “Pengaruh pola asuh pembrian makan terhadap kejadian
stunting pada balita.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 14.2 (2021): 3-11.
Siswati, Tri. "Stunting." (2018).
10
11