Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN STUNTING”

OLEH
ALINA RAHMAH
(2115401110044)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN STUNTING

Pokok Pembahasan : Cegah Stunting


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Orang tua anak
Hari/Tanggal : Rabu, 29 November 2023
Tempat : Ruang Nifas
Pukul : 08.00 WIB s/d selesai
Penyuluh : Alina Rahmah

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan ini diharapkan peserta
mampumemahami tentang penceghan stunting bagi orang tua anak.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat mengetahui definisi stunting
b. Peserta dapat mengetahui penyebab dari stunting
c. Peserta dapat mengetahui dampak dari stunting
d. Peserta dapat mengetahui cara mencegah stunting

B. Materi (Terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi:
a. Defenisi stunting
b. Penyebab stunting
c. Dampak stunting
d. Cara mencegah stunting
e.
C. Media
1. Vidio Promosi
2. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Setting Tempat
Menyesuaikan

F. Pengorganisasian
1. Moderator
2. Penyuluh
3. Fasilitator
4. Observer

G. Pembagian Tugas
1. Moderator: Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan
2. Penyuluh: Menyajikan materi penyuluhan
3. Fasilitator: Memotivasi peserta untuk bertanya
4. Observer: Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir.
H. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1. Pembukaan (3-5
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menggali pengetahuan memperhatikan
pesertatentang Stunting 3. Menjawab pertanyaan
4. Menjelaskan tujuan
4. Mendengarkan dan
penyuluhan Memperhatikan
5. Membuat kontrak
waktu Stunting

2. Kegiatan Inti (5-10


1. Menjelaskan tentang
1. Mendengarkan dan
menit) Stunting memperhatikan
2. Memberikan kesempatan penjelasan penyuluh
untuk bertanya 2. Aktif bertanya
3. Menjawab pertanyaan 3. Mendengarkan
peserta
3. Penutup 1. Menyimpulkan materi yang
1. Mendengarkan dan
(3-5 menit) disampaikan penyuluh memperhatikan
mengenai Stunting 2. Menjawab pertanyaan
2. Mengevaluasi peserta atas yang diberikan
penjelasan yang
3. Mendengarkan dan
disampaikan dan penyuluh memperhatikan
menanyakan kembali
4. Menjawab salam
mengenai materi
penyuluhan
3. Memberikan kajian nilai
keislaman
4. Menutup pertemuan
dan memberi salam penutup

I. Evaluasi Lisan
1. Apa pengertian dari Stunting?
2. Bagaimana cara mencegah stunting?
MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan luaran status gizi yang terjadi apabila seorang anak
memiliki tinggi atau panjang badan kurang dari -2.0 standar deviasi (SD)
dibandingkan dengan rerata populasi. Status gizi stunting dihitung dihitung dangan
membandingkan tinggi atau panjang badan menurut umur balita, sesuai dengan
grafik z-schore Badan Kesehatan Dunia (WHO) (WHO,2018). Stunting merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena memiliki dampak yang
besar terhadap kualitas sumber daya manusia pada satu generasi. Hal ini didukung
oleh data dari WHO (2017) yang menyatakan bahwa kurang lebih terdapat 155 juta
balita didunia mengalami stunting.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan
peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang
gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari
pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak
mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic
productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu
anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek
saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah
serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal
tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat
buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidak cukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting


Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya.
Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI
(MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi seimbang, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul
vitamin A.
1) Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat
tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu
harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit. Pengetahuan yang tidak
memadai dan praktik yang tidak tepat merupakan hambatan terhadap
peningkatan gizi. Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi
selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Perempuan sering
tidak menyadari pentingnya gizi mereka sendiri (Unicef Indonesia, 2012).
Kelas ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan saat
kehamilan. Materi yang diberikan pada program kelas ibu hamil salah
satunya tentang perawatan kehamilan, terutama dalam penyiapan dan
pemenuhan gizi masa hamil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

2. Pada saat bayi lahir


Upaya perbaikan yang diperlukan untuk mengatasi stunting meliputi
upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung
(intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi
gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Upaya intervensi
gizi spesifik difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, karena
penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK
(periode emas atau periode kritis/windows of opportunity) (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016). Adanya kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) akan menyebabkan seorang anak bertubuh
pendek, proses ini dimulai dari dalam rahim hingga usia dua tahun. Setelah
anak melewati usia dua tahun, maka usaha untuk memperbaiki kerusakan
pada tahun-tahun awal sudah terlambat. Maka dari itu, status kesehatan
dan gizi ibu hamil berperan penting dalam mencegah stunting. Pemberian
ASI eksklusif menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
merekomendasikan aturan menyusui adalah sebagai berikut: inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ASI eksklusif
selama enam bulan pertama, dan terus menyusui selama dua tahun dengan
makanan pendamping yang dimulai pada bulan keenam. ASI Eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lainnya seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan bahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan bubur nasi,
nutrisi optimal anak sehat pada usia ini, dianggap penting bahwa mereka
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebelum diberikan
makanan pendamping.

3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun


Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi
dasar lengkap. Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti
memberikan ASI Eksklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai
kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas
fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan
zat gizi kedalam tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara
teratur. Status gizi bayi usia 0-6 bulan dan status pemberian ASI (BF). Hal
ini akan memudahkan pemahaman titik awal anak dalam hal status gizi
sebelum pemberian makanan pendamping ASI dimulai Menginjak usia 6
bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak mencukupi lagi
kebutuhan gizi yang terus berkembang. Oleh karena itu perlu diberikan
makanan pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI harus
disesuaikan dengan perkembangan sistem alat pencernaan bayi, mulai dari
makanan bertekstur cair, kental, semi padat hingga akhirnya makanan
padat. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita
yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI
eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi,
riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. MPASI adalah singkatan dari
Makanan Pendamping ASI, yang kita tahu bahwa makanan pendamping
ASI diberikan kepada bayi tepa di usianya yang ke 6 bulan/180 hari.
Dimana “menu utama” masih ASI hingga 1 tahun, menuju 2 tahun
makanan lebih diutamakan daripada ASI untuk mencukupi izi harian si
kecil. Tujuan dari MPASI adlah memperkenalkan makanan baru ke bayi
selain ASI. Kenapa harus 6 bulan? Karena pencernaan anak sudah lebih
siap menerima makanan padat, dan ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan
energi dan nutrisi si kecil. Bukan berarti ASI langsung lepas tetapi
dibarengi dengan makanan padat.
a. Macam dan bentuk MP-ASI
1) Makanan Lumat
Makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata
danbentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh :
bubur susu, bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, papaya
saring, tomat saring, nasi tim saring.
2) Makanan Lunak
Makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair.
Contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang ouri.
3) Makanan Padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak Nampak berair
danbiasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi
tim, kentang rebus, biscuit. (Ariani,2011)
b. Lima Langkah Persiapan Membuat MP ASI
1) Perhatikan kebersihan peralatan yang akan digunakan
2) Cuci bahan-bahan yang akan digunakan
3) Cuci tangan sebelum membuat MP ASI
4) Cairkan bahan pangan yang beku dengan cara
menyimpannyadirefregerator
5) Masak makanan hingga benar-benar matang (Rahayu,2018)
E. Kajian Islam
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. Dr. Amany Lubis menjelaskan
bahwa prinsip pencegahan stunting itu terdapat dalam al-Qur’an pada Surat an-
Nisa’ ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Prof. Amany mengungkapkan, salah satu penyebab terjadinya stunting ialah
perkawinan anak, yakni pernikahan pasangan laki-laki dan perempuan dalam usia
kurang dari 19 tahun, karena organ kesehatan reproduksinya belum sepenuhnya
siap. Pada saat menjadi keynote speaker pada workshop bertajuk “Keluarga Sehat
Islami dalam Membentuk Generasi Kuat Sejahtera” di Bogor (28/11/2022) lalu,
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menekankan pentingnya perhatian
keluarga pada bahaya stunting, yaitu gangguan tumbuh kembang balita pada 1000
hari pertama kehidupan.
Berdasarkan pengalaman empirik, anak-anak dengan
gangguan stunting tidak hanya terjadi di tengah keluarga sederhana, melainkan juga
bisa terjadi di tengah keluarga berkecukupan. Hal ini mencerminkan,
persoalan stunting bukan hanya isu ketidakmampuan, tetapi juga tentang minimnya
awareness terhadap persoalan ini dan pola pengasuhan balita yang tidak tepat.
Stunting ini berisiko melemahkan daya imunitas, juga menghambat
pertumbuhan fisik dan menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh
pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Hal yang sama dikatakan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin ketika berpidato
di depan para penyuluh agama Islam se-Indonesia. Wakil Presiden, yang juga Ketua
Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat pusat
menegaskan, stunting dapat menghambat perekonomian dan membahayakan masa
depan negara. “Stunting itu berdampak bukan hanya pada kesehatan, tapi juga pada
pendidikan dan ekonomi,” katanya.
Stunting, masih kata Kiai Ma’ruf Amin, bukan hanya isu kesehatan, yang
dapat dipisahkan dari pesan-pesan agama. Sebetulnya upaya mendorong percepatan
penurunan stunting adalah langkah-langkah mulia untuk mengimplementasikan
maqashid asy-syari’ah (tujuan-tujuan syariat Islam), terutama hifdh an-nafs
(perlindungan jiwa), hifdh al-‘aql (perlindungan akal), dan hifdh an-nasl
(perlindungan keturunan), sehingga menjadi bagian dari ibadah yang harus
diamalkan dan didakwahkan kepada masyarakat.
Pendekatan keagamaan, kata Wakil Presiden, sangat penting untuk
menyampaikan pesan-pesan percepatan penurunan stunting, karena masyarakat kita
adalah masyarakat yang sangat religius. Masyarakat Indonesia menjadikan agama
sebagai landasan hidup yang menentukan tujuan hingga praktik kehidupan sehari-
hari. Banyak masalah di Indonesia dapat diselesaikan dengan pendekatan
keagamaan, sebagai penerapan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).


(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-
stunting.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016.
Efendi, S., Sriyanah, N., Cahyani, A. S., Hikma, S., & Kiswati, K. (2021).
Pentingnya pemberian asi eksklusif untuk mencegah stunting pada anak. Idea
Pengabdian Masyarakat, 1(02), 107-111.
Ekayanthi, N. W. D., & Suryani, P. (2019). Edukasi gizi pada ibu hamil mencegah
stunting pada kelas ibu hamil. Jurnal Kesehatan, 10(3), 312-319.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia. Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.
(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-
88-juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 20
Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai